HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI
on
Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980
HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI
Dewa Gede Ari Wisnawa*1, Indah Mei Rahajeng1, Ni Putu Emy Darma Yanti1 1Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana *korespondensi penulis, e-mail: indah.mei@unud.ac.id
ABSTRAK
Dewasa ini, terjadi peningkatan anggota rumah tangga dengan skizofrenia di Indonesia. Peningkatan prevalensi gangguan jiwa di Indonesia khususnya Provinsi Bali berpotensi meningkatkan beban kerja bagi perawat jiwa. Peningkatan beban kerja dapat mempengaruhi produktivitas perawat dalam menjalankan tugas, salah satunya dalam pelaksanaan discharge planning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja perawat dengan pelaksanaan discharge planning di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi analitik korelasional. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik stratified random sampling dengan jumlah 150 perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami beban kerja berat (52%) dan sebagian besar responden melaksanakan discharge planning dengan baik (84%). Hasil uji Spearman Rank didapatkan p - value 0,000 (p < 0,05) dengan nilai korelasi (r) = 0,303, yang bermakna terdapat hubungan antara beban kerja perawat dengan pelaksanaan discharge planning dengan kekuatan hubungan yang lemah dan arah positif.
Kata kunci: beban kerja, discharge planning, perawat jiwa
ABSTRACT
Nowadays, there was increase of household members with schizophrenia in Indonesia. The increase of mental disorders prevalence in Indonesia, especially Bali Province, has potential impact on increasing psychiatric nurses’ workload. The increasing of workload can affect psychiatric nurses’ productivity on their duties, one of them is implementing discharge planning. This study aimed to determine relationship between nurses’ workload and discharge planning implementation at Mental Hospital in Bali Province. This study was a quantitative study with correlative analytical study design. This study used stratified random sampling technique with total of respondent were 150 nurses. The results showed most respondents experienced heavy workload (52%) and carried out discharge planning well (84%). The results of the Spearman Rank test obtained p - value = 0,000 (p < 0,05) with r = 303, which means there was a weak positive relationship between nurse’s workload with discharge planning implementation at Mental Hospital in Bali Province.
Keywords: discharge planning, psychiatric nurse, workload
PENDAHULUAN
Perawat diharapkan menjadi sosok yang dapat diandalkan dalam memberikan asuhan keperawatan sebagai bagian dari pelayanan keperawatan (Dewi, 2018). Pelayanan keperawatan khususnya aspek pemenuhan kebutuhan dasar pasien bahkan membutuhkan perawat bertanggung jawab selama 24 jam (Nurjanah, 2017). Tuntutan tanggung jawab tersebut berpotensi meningkatkan beban kerja perawat.
Salah satu bidang keperawatan dengan beban kerja yang tergolong tinggi adalah keperawatan jiwa (Kurniadi, 2013). Tingginya beban kerja pada perawat jiwa dapat dipengaruhi banyak faktor. Salah satunya, yaitu peningkatan kunjungan pasien setiap harinya di fasilitas rawat jalan, tanpa ada peningkatan jumlah perawat jiwa (Akbar, 2017).
Beban kerja perawat jiwa berpotensi semakin meningkat dengan adanya peningkatan angka kejadian gangguan jiwa di Indonesia. Berdasarkan laporan nasional kesehatan dasar terjadi peningkatan jumlah anggota rumah tangga dengan skizofrenia dari 1,7 per mil pada 2013, menjadi 6,7 per mil pada tahun 2018 (Kemenkes RI, 2018). Jika ditinjau berdasarkan provinsi, prevalensi tertinggi anggota rumah tangga dengan gangguan jiwa skizofrenia terdapat di provinsi Bali (Kemenkes RI, 2018). Potensi peningkatan beban kerja perawat, akan mempengaruhi produktivitas perawat dalam menjalankan tugas - tugasnya (Kurniadi, 2013).
Tugas dan peran perawat telah banyak dibahas, salah satunya dalam teori keperawatan Dorothea Orem. Berdasarkan teori dari Dorothea Orem mengenai nursing system, perawat memiliki tugas yang diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu sistem kompensasi sepenuhnya, sistem kompensasi sebagian, dan sistem dukungan pendidikan (Muhlisin & Irdawati, 2010). Salah satu bagian dari tugas sistem dukungan pendidikan adalah pelaksanaan discharge planning kepada pasien gangguan jiwa.
Discharge planning adalah sebuah tahapan yang memiliki tujuan menyiapkan
pasien pada masa peralihan pasca perawatan hingga dapat kembali ke rumah. Tujuan dari pelaksanaan discharge planning adalah memberdayakan pasien agar dapat memaksimalkan potensi hidup secara mandiri.
Pelaksanaan discharge planning masih belum maksimal pada beberapa fasilitas pelayanan kesehatan. Aturan discharge planning yang dijalankan rumah sakit selama ini belum terintegrasi sampai pasien kembali ke rumah dan terlihat masih terpisah (Tage, 2018). Kurang optimalnya pelaksanaan discharge planning berpotensi menimbulkan dampak negatif pada pasien seperti terjadinya kejadian rawat ulang dan peningkatan biaya pengobatan (Rezkiki & Fardilah, 2019).
Dampak negatif akibat kurang optimalnya pelaksanaan discharge planning dapat diminimalisir dengan melaksanakan pengaturan beban kerja perawat yang sesuai. Berdasarkan penelitian Gholizadeh et al (2016), belum optimalnya implementasi discharge planning dapat disebabkan tingginya beban kerja pada perawat. Tingginya beban kerja dapat menimbulkan kecenderungan bagi perawat untuk tidak melakukan discharge planning (Agustin, 2017). Tetapi temuan penelitian berbeda disampaikan Budiawan dkk (2015), dimana tidak ditemukan korelasi beban kerja dengan performa secara umum, termasuk dalam kinerja persiapan pemulangan pasien.
Berdasarkan uraian di atas, UPTD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali dapat menjadi salah satu tempat yang baik untuk meneliti lebih lanjut hubungan beban kerja dengan implementasi perawat dalam melaksanakan discharge planning. Melihat fakta pada pemaparan sebelumnya, Provinsi Bali merupakan daerah dengan prevalensi skizofrenia tertinggi di tingkat nasional, sehingga berpotensi meningkatkan beban kerja perawat akibat melonjaknya kasus. Tingginya beban tersebut berisiko menimbulkan dampak ketidakoptimalan pelaksanaan discharge
planning di rumah sakit jiwa tunggal di daerah Bali ini.
UPTD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali terletak di Kabupaten Bangli dan berada dalam naungan Pemerintah Provinsi Bali. Rumah sakit ini memiliki 400 tempat tidur dengan jumlah perawat di ruang rawat inap adalah 228 orang. Pemakaian tempat tidur rerata / Bed Occupational Rate (BOR) pada tahun 2020 mencapai 60,41%. Pada tahun 2020, lama rawat inap rerata atau Average Length Of Stay (AvLOS) sebanyak 53 hari (UPTD RSJ Provinsi Bali, 2020).
Berdasarkan Kementerian Kesehatan nilai BOR ideal di rumah sakit adalah 6085% dan rata - rata LOS ideal adalah 1421 hari (Kemenkes RI, 2011). Bila dibandingkan dengan petunjuk teknis Kementerian Kesehatan, maka nilai BOR dan AvLOS menunjukkan masyarakat telah memanfaatkan fasilitas kesehatan UPTD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali dengan baik. Angka AvLOS yang tinggi dan idealnya pemakaian tempat tidur memerlukan kinerja dari perawat yang memadai (Budiawan dkk, 2015).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 50 perawat yang berdinas pada pelayanan inap UPTD RSJ Provinsi
METODE PENELITIAN
Studi ini termasuk penelitian kuantitatif dan spesifik pada analitik korelasional. Rancangan penelitian menggunakan cross-sectional. Studi dilakukan di UPTD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. Studi dilakukan pada bulan Oktober 2020 sampai Mei 2021.
Populasi penelitian ini, yaitu perawat perawat yang berdinas pada ruang pelayanan inap. Jumlah sampel sebanyak 150 orang yang diseleksi dari total 228 perawat, dengan teknik stratified random sampling. Kriteria inklusi yaitu perawat yang berdinas pada pelayanan perawatan inap dan bersedia menyetujui informed consent. Kriteria eksklusi, yakni perawat yang cuti, sakit, dan kondisi lain yang tidak dapat mengikuti penelitian, ketika penelitian dilaksanakan.
Bali di bulan Desember 2020 menggunakan kuesioner dari studi Alghzawi (2012), Lia (2018), dan Suryaningrum (2015), menunjukkan bahwa sebanyak 51% perawat menyatakan hampir setiap hari berhadapan dengan pasien yang memiliki karakteristik yang beragam dan kompleks. Sebanyak 41,2% perawat menyatakan bahwa pasien sering membutuhkan intervensi perawatan jiwa yang kompleks setidaknya satu atau dua kali dalam seminggu. Hasil studi pendahuluan juga menunjukkan sebanyak 31,4% perawat menyatakan hanya kadang-kadang mencantumkan tujuan perawatan jangka pendek dan jangka panjang dalam dokumentasi catatan pemulangan pasien.
Berdasarkan studi literatur belum banyak penelitian yang membahas hubungan beban kerja dan implementasi discharge planning, khususnya di setting rumah sakit jiwa. Penelitian terkait hal tersebut penting dilakukan, karena nantinya dapat digunakan sebagai referensi dalam peningkatan kulitas pelayanan pada pasien. Tujuan penelitian ini yaitu memahami korelasi beban kerja dan implementasi discharge planning di UPTD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.
Alat ukur dalam studi ini, yakni kuesioner beban kerja perawat jiwa serta kuesioner pelaksanaan discharge planning yang dikembangkan sendiri oleh peneliti berdasarkan beberapa instrumen penelitian sebelumnya. Alat ukur studi ini telah diuji validitas dan reliabilitas dengan uji terpakai pada 150 perawat. Hasil uji validitas kuesioner beban kerja perawat jiwa, yaitu 0,180 - 0,712 dan hasil uji reliabilitas dengan cronbach alpha yaitu 0,840. Hasil uji validitas kuesioner pelaksanaan discharge planning, yaitu 0,176 - 0,817 dan hasil uji reliabilitas yaitu 0,907. Penelitian ini telah mendapatkan ijin dan surat keterangan ethical clearence Komisi Etika Penelitian FK Unud/RSUP Sanglah dengan nomor 1194/UN14.2.2.VII.14/LT/2021 dan
Komisi Etika Penelitian Kesehatan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali dengan nomor 800/2917/KEPK.RSJ/2021.
Pengambilan data responden dilakukan melalui link google form yang juga berisi informed consent yang disebar kepada perawat dengan bantuan kepala ruangan. Pengambilan data didahului dengan penjelasan informed consent yang meliputi tujuan, manfaat serta hak - hak responden dalam penelitian ini. Selanjutnya calon responden yang sukarela menjadi responden, memilih pilihan
HASIL PENELITIAN
Hasil dalam studi ini dapat disampaikan seperti berikut :
bersedia, dan diarahkan pada halaman pengisian kuesioner.
Analisis data yang digunakan pada studi ini, yakni univariat serta bivariat. Analisis univariat bertujuan mengetahui persebaran karakteristik seperti umur, jenis kelamin, serta tingkat pendidikan responden. Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui korelasi beban kerja perawat dan implementasi discharge planning menggunakan uji Spearman Rank.
Tabel 1. Gambaran Usia, Jenis Kelamin, dan Tingkat Pendidikan Responden (n = 150) | ||
Karakteristik Responden |
Frekuensi |
Persentase (%) |
Usia (tahun) | ||
23-40 |
129 |
86,1 |
41-55 |
21 |
13,9 |
Total |
150 |
100 |
Jenis Kelamin | ||
Laki - laki |
60 |
40 |
Perempuan |
90 |
60 |
Total |
150 |
100 |
Tingkat Pendidikan | ||
Diploma III |
32 |
21,3 |
Diploma IV |
22 |
14,7 |
S1 Ners |
96 |
64 |
Total |
150 |
100 |
Tabel 1 menunjukkan jumlah rentang usia terbanyak responden berada dalam rentang 23 - 40 tahun, yaitu sebanyak 129 responden (86,1%), sebagian besar |
responden berjenis kelamin perempuan yakni 90 orang (60%), dan mayoritas memiliki tingkat pendidikan S1 Ners sebanyak 96 orang (64%). | |
Tabel 2. Gambaran Beban Kerja Perawat (n = 150) | ||
Beban Kerja |
Frekuensi |
Persentase (%) |
Ringan |
6 |
4 |
Sedang |
66 |
44 |
Berat |
78 |
52 |
Total |
150 |
100 |
Tabel 2 memperlihatkan hasil bahwa dalam bekerja kategori berat, yakni sebesar
mayoritas responden merasakan beban 52%.
Tabel 3. Gambaran Pelaksanaan Discharge Planning Perawat (n = 150)
Beban Kerja |
Frekuensi |
Persentase (%) |
Kurang Baik |
4 |
2,7 |
Cukup Baik |
20 |
13,3 |
Baik |
126 |
84 |
Total |
150 |
100 |
Tabel 3 menunjukkan mayoritas planning dengan baik, yaitu 126 responden
responden melaksanakan discharge (84%).
Tabel 4. Hasil Korelasi Beban Kerja Perawat dengan Pelaksanaan Discharge Planning (n = 150)
Variabel |
n |
p - value |
r |
Beban Kerja Perawat Pelaksanaan Discharge Planning |
150 |
0,000 |
0,303 |
Berdasarkan tabel 4 didapatkan p value 0,000 dengan tingkat kepercayaan yaitu 95% (α = 0,05) yang memiliki arti p value < 0,05. Temuan ini bermakna terdapat korelasi beban kerja perawat dan
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menemukan rentang usia terbanyak berada pada rentang 23 - 40 tahun (86,1%). Hal ini bermakna sebagian besar perawat dapat dikategorikan sebagai dewasa awal. Hurlock (2000) membedakan usia dewasa dalam tiga bagian yaitu dewasa muda atau awal (usia 20 - 40 tahun), dewasa pertengahan atau madya (usia 40 - 60 tahun) serta masa lanjut usia (diatas 60 tahun). Umur dewasa muda merupakan tahap perkembangan dimana seseorang menunjukkan berbagai ide, pengembangan pengetahuan, dan kreativitas. Pada usia ini seseorang memiliki ilmu pengetahuan dan juga keterampilan yang baik. Pada masa ini seseorang juga memiliki semangat untuk meniti karir dan maju (Friedman & Schustack, 2008). Selain usia, karakteristik responden yang dibahas, yaitu jenis kelamin.
Hasil penelitian menemukan mayoritas perawat berjenis kelamin perempuan (60%). Hal ini sejalan dengan Soeprodjo, Mandagi, & Engkeng (2017) yang juga menemukan mayoritas perawat jiwa berjenis kelamin perempuan. Hal serupa juga ditemukan dalam penelitian Widodo (2018) yang menemukan jenis kelamin perempuan pada mayoritas perawat. Secara umum tidak ada hal berbeda antara perawat perempuan dengan laki - laki dalam hal kinerja (Setiyaningsih dkk, 2012). Namun dalam hal perilaku, perempuan memiliki perbedaan dengan laki - laki.
pelaksanaan discharge planning. Nilai korelasi (r) = 0,303 bermakna bahwa kekuatan hubungan lemah serta memiliki arah positif.
Terdapat perbedaan antar jenis kelamin dalam hal perilaku. Perempuan memiliki kecenderungan lebih lembut dalam merawat dan cenderung ingin melakukan kegiatan perawatan. Hal ini karena perempuan cenderung tumbuh dengan sikap yang penuh empati, hangat, dan penuh dengan kasih sayang (Yanti & Warsito, 2013). Sementara laki - laki cenderung tumbuh dengan sikap kemandirian dan tegas (Poter et al., 2016). Selain jenis kelamin, karakteristik yang dibahas juga yakni tingkat pendidikan.
Studi ini menemukan sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan S1 Ners (64%). Hal ini bermakna mayoritas perawat di UPTD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali telah memiliki latar belakang pendidikan tinggi yang baik. Hal ini juga sejalan dengan Haan et al (2019) dimana sebagian besar perawat jiwa juga memiliki tingkat pendidikan S1 Ners. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap banyaknya pengetahuan yang didapatkan individu yang sangat bermanfaat dalam mengembangkan kemampuan serta keterampilan yang dimilikinya (Anggoro dkk, 2019). Tingkat pendidikan tinggi juga berpengaruh terhadap pengetahuan yang baik bagi perawat terkait discharge planning serta memacu motivasi perawat dalam mengimplementasikannya (Rhadiatul, 2017).
Studi ini menemukan mayoritas perawat merasakan beban yang berat (52%). Temuan ini bermakna tugas dan
kewajiban yang menjadi tanggung jawab perawat jiwa sangat tinggi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh tanggung jawab perawat yang mengharuskan perawat melakukan intervensi keperawatan yang beragam dalam satu shift, serta menghadapi karakteristik pasien yang kompleks. Penemuan serupa juga disampaikan Aimi dkk (2018), yaitu adanya beban tinggi pada perawat jiwa. Beban tinggi disebabkan karena perawat harus lebih waspada karena karakteristik pasien yang kompleks maupun penolakan pasien ketika diajak berkomunikasi dengan perawat (Aimi dkk, 2018). Penelitian oleh Budiawan dkk (2015) juga menemukan hasil mayoritas perawat jiwa mengalami beban kerja yang tinggi. Beban kerja tersebut berasal dari jumlah tugas dalam satu shift, baik tugas keperawatan maupun tugas tambahan yang diberikan (Budiawan dkk, 2015).
Penelitian ini menemukan mayoritas responden melaksanakan discharge planning kategori baik (84%). Hal ini mungkin dipengaruhi oleh adanya supervisi yang baik dan adanya standar operasional prosedur baku oleh manajemen rumah sakit yang membantu perawat dalam proses implementasi discharge planning. Temuan ini sejalan dengan Natasia dkk (2015) menunjukkan adanya korelasi antara supervisi kepala ruangan dengan pelaksanaan discharge planning. Hal tersebut karena dalam proses supervisi perawat akan dilatih, dibimbing, dan didorong untuk meningkatkan kemampuan diri menjadi lebih profesional (Natasia dkk, 2015). Selain supervisi, adanya standar operasional prosedur (SOP) juga berpengaruh terhadap pelaksanaan discharge planning. Standar operasional prosedur bermanfaat sebagai panduan perawat mengimplementasikan discharge planning, sehingga akan memudahkan perawat dalam menerapkan discharge planning yang baik dan sesuai dengan standar (Bhute dkk, 2020).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil adanya korelasi beban dalam bekerja dan implementasi discharge planning dengan kekuatan lemah dengan
arah hubungan yang positif. Arah positif ini dapat dipengaruhi oleh adanya faktor -faktor lain yang juga mempengaruhi kinerja perawat. Temuan ini sesuai dengan beberapa penelitian. Namun penelitian yang secara khusus membahas hubungan beban kerja dan implementasi discharge planning di setting rumah sakit jiwa hingga sekarang masih terbatas.
Penelitian Fitri (2020) pada perawat yang berdinas pada pelayanan inap Rumah Sakit Islam Siti Aisyah Kota Madiun menemukan adanya korelasi yang signifikan, kekuatan lemah, dan arah positif antara beban kerja dengan kinerja secara umum termasuk pelaksanaan discharge planning. Arah positif tersebut dapat dipengaruhi oleh adanya motivasi perawat yang baik dalam melaksanakan tanggung jawabnya dan aturan dari manajemen rumah sakit untuk selalu melaksanakan standar asuhan keperawatan yang baik sesuai dengan prosedur, sehingga walaupun beban kerja yang dialami perawat dalam kategori yang tinggi, namun tidak membuat penurunan performa perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan (Fitri, 2020). Temuan ini juga sesuai dengan Widayanti (2017) yang menemukan adanya korelasi signifikan, antara beban kerja dan kinerja secara umum termasuk pelaksanaan discharge planning dengan kekuatan lemah dan arah positif pada pelayanan perawatan inap RSUD Wates.
Arah positif beban dalam bekerja dan performa termasuk dalam pelaksanaan discharge planning juga sejalan dengan penelitian oleh Erlina, Arifin, & Salamah (2018) pada perawat ruang perawatan RSUD Labuang Baji Makassar. Adanya harapan pelayanan maksimal dari manajemen rumah sakit dan kesiapsiagaan penanganan pasien mengakibatkan perawat meningkatkan kompetensi yang dimiliki, sehingga kinerja dapat meningkat meski dalam beban kerja yang tinggi (Erlina dkk, 2018). Temuan ini juga sesuai dengan hasil Bawono & Nugraheni (2015) pada perawat di ruang perawatan inap RSUD Kota Semarang. Arah positif dapat
dipengaruhi karena beban kerja yang dirasakan perawat dianggap sudah menjadi bagian dari risiko pekerjaan dan adanya komitmen perawat yang baik untuk memberikan pelayanan yang maksimal (Bawono & Nugraheni, 2015).
Hasil penelitian ini menunjukkan korelasi yang lemah antara implementasi discharge planning dan beban kerja. Hal ini mungkin disebabkan faktor lain yang mempengaruhi implementasi discharge planning. Pendidikan dapat menjadi faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
discharge planning. Perawat akan melaksanakan discharge planning dengan baik apabila sudah memperoleh pengetahuan yang cukup dari pendidikan (Khalidawati & Kamil, 2016). Selain pendidikan, faktor komunikasi dan motivasi juga dapat mempengaruhi implementasi discharge planning.
Penelitian Pribadi, Gunawan, & Djamaludin (2019) menjelaskan bahwa komunikasi memiliki peran penting yang dapat mempengaruhi pelaksanaan
discharge planning. Perawat yang
memiliki komunikasi yang baik cenderung lebih mudah berkoordinasi dengan tim profesi dan juga keluarga dalam mempersiapkan discharge planning,
sehingga pelaksanaan discharge planning dapat berjalan dengan baik (Pribadi dkk, 2019).
Motivasi juga dapat berpengaruh terhadap pelaksanaan discharge planning
SIMPULAN
Penelitian ini menemukan adanya korelasi beban kerja perawat dengan pelaksanaan discharge planning dengan
DAFTAR PUSTAKA
Agustin. (2017). Optimalisasi Pelaksanaan
Discharge Planning Melalui Pengembangan Model Discharge Planning Terintegrasi Pelayanan Keperawatan. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 2(1). http://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/9 21
Aimi, Nadya, & Indah. (2018). Analisis Beban Kerja Mental dan Kebutuhan Tenaga Kerja Perawat Bangsal Sumbodro dengan Metode NASA-TLX dan Workload Indicator Staffing
(Syari, 2017). Motivasi yang baik dalam diri perawat akan membuat perawat melakukan proses discharge planning dengan baik (Syari, 2017). Adanya motivasi kerja yang baik juga dapat mempengaruhi perawat menjadi lebih kuat dalam memberikan pelayanan yang terbaik meskipun beban kerja yang dirasakan dalam kategori berat (Silitonga dkk, 2020). Hal ini dapat disebabkan loyalitas perawat untuk selalu mengutamakan pelayanan bagi klien, serta adanya nilai kemanusiaan maupun kepedulian yang tinggi dalam diri perawat (Silitonga dkk, 2020).
Selain faktor internal, faktor eksternal juga dapat berpengaruh pada kinerja perawat dalam pelaksanaan discharge planning. Menurut penelitian Budiawan dkk (2015) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perawat jiwa dalam melaksanakan discharge planning, sehingga meskipun pekerjaan dirasakan berat namun perawat masih tetap melaksanakan kinerja dengan baik. Faktor tersebut meliputi adanya hubungan kerja yang terjalin baik, pengaturan shift yang boleh menyesuaikan kegiatan nonformal, serta pergantian shift jaga fleksibel (Budiawan dkk, 2015). Selain itu adanya faktor eksternal berupa sistem penghargaan yang baik dapat mempengaruhi kinerja perawat, sehingga berdampak dalam memacu kinerja perawat menjadi lebih baik (Silitonga dkk, 2020).
kekuatan lemah dengan arah hubungan yang positif.
Need (WISN) (Studi Kasus Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta) [Universitas
Muhammadiyah Surakarta].
http://eprints.ums.ac.id/66698
Akbar. (2017). Analysis Of Nurse Mental Health Clinic Workload with a Heart Rate and NASA - TLX [Universitas Brawijaya].
http://repository.ub.ac.id/2388/
Alghzawi, H. M. (2012). Psychiatric Discharge Process. ISRN Psychiatry, 1–7.
https://doi.org/10.5402/2012/638943
Anggoro, Aeni, & Istioningsih. (2019). Hubungan Karakteristik Perawat dengan Perilaku Caring. Jurnal Keperawatan Jiwa, 6(2), 98. https://doi.org/10.26714/jkj.6.2.2018.98-105
Bawono, & Nugraheni. (2015). Analisis Pengaruh Pemberian Insentif, Kepemimpian dan Beban Kerja Terhadap Kinerja Perawat (Studi pada Perawat Ruang RSUD Kota Semarang) [Universitas Diponegoro].
http://eprints.undip.ac.id/46387/
Bhute, Ludji, & Weraman. (2020). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat Dengan Pelaksanaan Discharge Planning Pasien di RSUD Prof. Dr. Wz Johannes Kupang. Jurnal Pangan Gizi Dan Kesehatan, 9(1), 974–989.
https://pergizipanganntt.id/ejpazih/index.php/ filejurnal/article/view/51
Budiawan, Suarjana, & Wijaya. (2015). Association of Competence, Motivation and Nurse Workload with Nurse Performance at Mental Hospital in Bali Province. Public Health and Preventive Medicine Archive, 3(2).
https://www.phpmajournal.org/index.php/php ma/article/download/107/168
Dewi. (2018). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dan Burnout Pada Perawat Rumah Sakit Jiwa [Universitas Muhammadiyah
Semarang]. http://eprints.ums.ac.id/66526/
Erlina, Arifin, & Salamah. (2018). Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Inap Rsud Labuang Baji Makassar. Jurnal Kesehatan Masyarakat Maritim, 1(3). https://doi.org/https://doi.org/10.30597/jkmm. v1i3.8825
Fitri. (2020). Hubungan Beban Kerja Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap (Muzdalifah, Multazam dan Arofah) Rumah Sakit Islam Siti Aisyah Kota Madiun [Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun].
http://repository.stikes-bhm.ac.id/667/1/1.pdf
Friedman, & Schustack. (2008). Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern (1st ed.). Erlangga.
Gholizadeh, M., Delgoshaei, B., Gorji, H. A. bulghase., Torani, S., & Janati, A. (2016). Challenges in Patient Discharge Planning in the Health System of Iran: A Qualitative Study. Global Journal of Health Science, 8(6), 168.
https://doi.org/10.5539/gjhs.v8n6p168
Haan, D., Bidjuni, & Kundre. (2019). Gaya Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja Perawat di Rumah Sakit Jiwa. Jurnal Keperawatan, 7(2).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/arti cle/view/27475
Hurlock. (2000). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (5th ed.). Erlangga.
Kemenkes RI. (2011). Petunjuk Teknis Sistem Informasi Rumah Sakit 2011.
https://sardjito.co.id/sardjitowp/wp-
content/uploads/2018/05/Juknis-SIRS-2011.pdf
Kemenkes RI. (2018). Laporan Nasional Kesehatan Dasar 2018.
https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-riset-kesehatan-dasar-riskesdas/
Khalidawati, & Kamil. (2016). Perilaku Perawat Tentang Discharge Planning di Rsud Dr. Zainoel Abidin Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keperawatan Unisyah, 1(1).
http://jim.unsyiah.ac.id/FKep/article/view/16 78
Kurniadi. (2013). Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya. Teori, Konsep dan Aplikasi. Badan Penerbit FKUI.
Lia. (2018). Pengaruh Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Siti Aisyah Kota Madiun.
http://repository.stikes-bhm.ac.id/256/
Muhlisin, & Irdawati. (2010). Teori Self Care Dari Orem dan Pendekatan dalam Praktek Keperawatan. Jurnal Berita Ilmu
Keperawatan, 2(2), 97–100.
http://journals.ums.ac.id/index.php/BIK/articl e/view/3800
Natasia, Andarini, & Koeswo. (2015). Hubungan antara Faktor Motivasi dan Supervisi denganKinerja Perawat dalam
Pendokumentasian DischargePlanning di RSUD Gambiran Kota Kediri. Jurnal Aplikasi Manajemen, 12(4), 723–730.
https://jurnaljam.ub.ac.id/index.php/jam/articl e/view/722
Nurjanah. (2017). Analisis Beban Kerja Tenaga Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari 2016. JIMKesmas, 2(5).
https://doi.org/10.37887/jimkesmas.v2i5.2008
Poter, Perry, Stockert, & Hall. (2016). Fundamental of Nursing. Elsevier.
Pribadi, Gunawan, & Djamaludin. (2019). Hubungan Pengetahuan dan Komunikasi Perawat dengan Pelaksanaan Perencanaan Pulang di Ruang Rawat Inap RSUD Zainal Abidin Pagaralam Way Kanan. Malahayati Nursing Journal, 1(1), 55–68.
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/manu ju/article/view/836
Rezkiki, & Fardilah. (2019). Deskripsi Pelaksanaan Discharge Planning Di Ruang Rawat Inap. Real in Nursing Journal, 2(3), 126–136.
Rhadiatul. (2017). Analisis Pelaksanaan Discharge Planning dan Faktor - Faktor Determinannya pada Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Jambak Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2017 [Universitas Andalas].
http://scholar.unand.ac.id/26661/
Setiyaningsih, Sukesi, & Kusuma. (2012). Hubungan Motivasi dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Ungaran. Jurnal STIKES Telogorejo Semarang.
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.ph p/ilmukeperawatan/article/view/150
Silitonga, Saragih, & Sipayung. (2020). Hubungan Beban Kerja dengan Motivasi Kerja Perawat dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan. Jurnal Keperawatan Priority, 3(2), 85–92.
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/jukep/a rticle/view/978
Soeprodjo, Mandagi, & Engkeng. (2017). Hubungan Antara Jenis Kelamin Dan Motivasi Kerja Dengan Kinerja Perawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Vl Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara. KESMAS, 6(4).
https://doi.org/https://ejournal.unsrat.ac.id/ind ex.php/kesmas/article/view/23107
Suryaningrum. (2015). Pengaruh Beban Kerja dan Dujungan Sosial Terhadap Stres Kerja pada Perawat RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
https://core.ac.uk/download/pdf/33522749.pd f?repositoryId=335
Syari. (2017). Hubungan Motivasi Perawat dengan Pelaksanaan Discharge Planning di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi Tahun 2017 [Stikes Perintis].
http://repo.stikesperintis.ac.id/357/1/47 ANGGIA PRANITA SYARI.pdf
Tage. (2018). Optimalisasi Pelaksanaan Discharge
Planning Terstruktur dan Terintegrasi. CHMK Nursing Scientific Journal, 2(1), 1.
http://cyber-chmk.net/ojs/index.php/ners/article/view/334
UPTD RSJ Provinsi Bali. (2020). Dokumen Data dan Informasi UPTD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali Tahun 2020.
Widayanti, D. (2017). Hubungan Beban Kerja dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Wates [Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta].
http://repository.unjaya.ac.id/2469/1/Dewi Widayanti %282213152%29nonfull.pdf
Widodo. (2018). Hubungan Perilaku Agresif Pasien Gangguan Jiwa dengan Tingkat Stres Kerja Perawat diruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal ProNers, 4(1).
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkepera watanFK/article/view/34267
Yanti, & Warsito. (2013). Hubungan Karakteristik Perawat, Motivasi, dan Supervisi dengan Kualitas Dokumentasi Proses Asuhan Keperawatan. Jurnal Manajemen
Keperawatan, 1(2).
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JMK/art icle/view/1006
Volume 10, Nomor 5, Oktober 2022
523
Discussion and feedback