FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB STRES AKADEMIK MAHASISWA KEPERAWATAN TAHUN PERTAMA SELAMA PEMBELAJARAN JARAK JAUH DI MASA PANDEMI COVID-19
on
Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980
FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB STRES AKADEMIK MAHASISWA KEPERAWATAN TAHUN PERTAMA SELAMA PEMBELAJARAN JARAK JAUH DI MASA PANDEMI COVID-19
Nanik Saryati Hutabarat*1, Veny Elita1, Wasisto Utomo1 1Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Riau *korespondensi penulis, email: nanik.saryati3669@student.unri.ac.id
ABSTRAK
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) merupakan salah satu solusi untuk menjalankan kegiatan belajar-mengajar di tengah pandemi dan mengakibatkan mahasiswa tahun pertama mengalami stres akademik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab stres pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Keperawatan Universitas Riau selama pembelajaran jarak jauh di masa pandemi Covid-19. Desain penelitian deskriptif korelasi menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah 134 orang responden yang diambil berdasarkan kriteria inklusi menggunakan teknik total sampling. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan bivariat menggunakan uji chi-square. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner stres Depression Anxiety Stress Scale (DASS) dan Perceived Stress Scale (PSS) melalui google form terdiri dari 28 pernyataan yang telah diuji validitas dengan r hitung 0,599-0,802 > r tabel (0,444) dan r hitung 0,548-0,740 > r tabel (0,444). Hasil penelitian ini diketahui bahwa mayoritas mahasiswa mengalami stres sedang (52,2%). Hasil penelitian ini menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres pada mahasiswa adalah tugas dan beban pembelajaran (p = 0,002), teman seangkatan (p = 0,003) dan lingkungan belajar (p = 0,004). Faktor yang tidak berhubungan dengan tingkat stres mahasiswa adalah pengetahuan (p = 0,060), dukungan orang tua (p = 0,785) dan dukungan dosen (p = 0,142). Tingkat stres akademik mahasiswa baru Fakultas Keperawatan Universitas Riau berada pada kategori sedang.
Kata kunci: mahasiswa keperawatan, pandemi covid-19, pembelajaran jarak jauh, tingkat stres akademik
ABSTRACT
Distance learning is the solution for carrying out teaching and learning activities during pandemics and causing first-year students to experience academic stress. This study aims to determine the factors that cause stress in first-year students of the Faculty of Nursing, Riau University, during distance learning in the Covid-19 pandemics. This study used a descriptive correlation research design using a cross-sectional approach. The research sample was 134 respondents who were taken based on inclusion criteria using the total sampling technique. The analysis used univariate analysis to see the frequency distributions and bivariate using the chisquare test. The instrument used is the questionnaire Depression Anxiety Stress Scale (DASS) and the Perceived Stress Scale (PSS) via google form consisting of 28 statements that have been tested for validity with r count 0,599-0,802 > r table (0,444) and r count 0,548-0,740 > r table (0,444). This study showed that the majority of students experienced moderate stress (52,2%). It is indicated that the factors related to student's academic stress are the task and learning load (p = 0,002), classmates (p = 0,003), and the learning environment (p = 0,004). Factors that were not related to student stress levels were knowledge (p = 0,060), parental support (p = 0,785), and lecturer support (p = 0,142). The result of the research level of academic stress in first-year students of the Faculty of Nursing, Riau University is in the moderate category.
Keywords: academic stress levels, covid-19 pandemic, distance learning, nursing students
PENDAHULUAN
Pandemi Coronavirus Disease-19 (Covid-19) menyebabkan krisis kesehatan utama bagi individu dari semua bangsa, kelompok sosial ekonomi, dan telah menyebabkan perubahan pola aktivitas kehidupan manusia di seluruh dunia (Dong et al., 2020). Virus Corona-19 yang menyerang sistem pernafasan ini menular dengan cepat dan mengakibatkan kematian dalam waktu singkat bagi yang tertular, sehingga menimbulkan kecemasan dan ketakutan di masyarakat (Xu et al., 2020). Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tanggal 13 Januari 2021, terdapat 90.054.813 kasus Covid-19 di seluruh dunia, 1.945.160 diantaranya meninggal dunia. Amerika Serikat menempati ranking pertama jumlah kasus dan angka kematian terbanyak, diikuti India dan Brazil (Chen & Yuan, 2020).
Indonesia menempati posisi keempat di dunia dengan total kasus terkonfirmasi Covid-19, data didapatkan tanggal 26 Januari 2021 sebagai berikut; sebanyak 1.012.350 terkonfirmasi kasus Covid-19, pasien sembuh sebanyak 820.356 orang dan 28.468 pasien meninggal dunia. Untuk mencegah penyebaran Covid-19 dilakukan pembatasan aktivitas yang menimbulkan kerumunan (sosial distancing) tidak terkecuali dalam aspek pendidikan (Susilo dkk, 2020). United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization mengusulkan sistem pembelajaran jarak jauh dengan maksud untuk membatasi gangguan pendidikan (Wallace et al., 2021).
Pembelajaran jarak jauh (PJJ) merupakan aktivitas belajar-mengajar di tengah pandemi, yang dilakukan sebagai upaya agar proses pendidikan tetap terlaksana. Kebijakan ini juga berlaku bagi civitas akademik Universitas Riau. Pembelajaran Jarak Jauh di Universitas Riau sendiri dilakukan dengan metode hybrid learning. Metode hybrid learning merupakan sistem pembelajaran yang dikombinasikan antara daring dan pertemuan tatap muka beberapa jam. Dengan adanya metode tersebut, proses
pembelajaran seperti praktikum atau skill lab, ujian praktikum dapat dilakukan secara tatap muka dan memudahkan mahasiswa memahami materi praktikum yang disampaikan oleh dosen sedangkan untuk kuliah pakar, tutorial (pengelolaan kasus), ujian tengah semester (UTS), dan ujian akhir semester (UAS) dilakukan secara daring memanfaatkan beberapa aplikasi daring yang tersedia seperti Google Classroom, Zoom, Google Meet, Quizizz, dan fasilitas lain untuk menunjang proses pembelajaran.
Mahasiswa tahun pertama merupakan awal mula masa peralihan dari sekolah ke tingkat akademik dan perubahan status dari siswa menjadi mahasiswa. Banyaknya tuntutan akademik yang wajib diselesaikan mahasiswa menyebabkan mereka mengalami stres akademik. Kondisi tersebut dapat menjadi pemicu timbulnya stres akademik pada mahasiswa (Ramadhanti dkk, 2019). Stres akademik merupakan tekanan pikiran yang universal dirasakan oleh mahasiswa dan dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan seseorang dengan tekanan hasil persepsi dan penilaian terkait stresor akademik (Barseli & Ifdil, 2017).
Tabroni, Nauli dan Arneliwati (2021) menjelaskan bahwa terdapat 243 responden mengalami stres akademik dalam kategori stres berat berjumlah 138 responden (56,8%). Peneliti menyimpulkan bahwa hal ini terjadi terjadi karena banyak faktor, antara lain stres ketika akan menghadapi ujian, banyaknya materi yang harus ditelaah, materi pembelajaran yang sulit dipahami, memperoleh nilai kurang memuaskan, minimnya waktu mengulang pelajaran, beban tugas yang berat, dan proses penilaian yang tidak adil.
Hasil penelitian Elita, Herlina dan Zukhra (2020) meneliti tentang stres dan strategi koping pada 512 mahasiswa Fakultas Keperawatan UNRI selama pandemi Covid-19. Bila dilihat sebaran stres berdasarkan angkatan, dapat diketahui bahwa mahasiswa pada tahun pertama
(A2019) mengalami stres berat dan stres sedang. Tingginya tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan profesional dan keterampilan mereka. Selain itu, selama pandemi Covid-19 ini kemungkinan disebabkan oleh terhentinya perkuliahan secara luring pada awal proses pendidikan mereka dan rasa cemas terkait kemampuan mereka menyelesaikan perkuliahan.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Maret tahun 2021, dengan mewawancarai 20 orang mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Riau angkatan A2020 diperoleh 19 orang mahasiswa mengatakan stres pada saat mengikuti pembelajaran jarak jauh dengan penyebab stres yang berbeda-beda, 7 orang didapatkan tingkat stres akademik berat yang ditandai dengan keletihan meningkat dan sulit tidur disebabkan oleh banyaknya tugas dan beban pembelajaran, 12 orang didapatkan tingkat stres akademik sedang dengan penyebab yang berbeda, 5 diantaranya mengatakan disebabkan karena kurang pengetahuan dalam memahami materi perkuliahan karena pemaparan materi
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif korelasi dengan menggunakan metode cross sectional, peneliti mencoba menghubungkan tingkat stres dengan faktor penyebab stres. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Riau angkatan A 2020 berjumlah 134 orang. Analisa data dengan menggunakan univariat dan bivariat.
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah Depression Anxiety Stress Scales (DASS) untuk mengukur depresi, kecemasan dan stres (Lovibond, 1995 dalam Suerni, 2012) dan Perceived Stress Scale (PSS) diadopsi dari Sheu et al
dilakukan secara daring, 4 orang mengatakan stres dikarenakan kondisi lingkungan belajar yang kurang kondusif seperti kendala jaringan yang membuat penjelasan dosen terputus sehingga membuat mahasiswa menjadi tidak fokus ketika daring serta tidak terbiasa dengan lingkungan belajar seperti harus mengimbangi pekerjaan di rumah dengan kuliah, 3 orang mengatakan stres karena sesama teman tidak saling mengenal sehingga untuk memulai komunikasi melalui online merasa kurang percaya diri terutama dalam melakukan pembahasan mengenai topik pembelajaran, penyebab lain juga kurangnya dukungan dari keluarga dikarenakan kondisi saat pandemi yang berdampak pada ekonomi keluarga serta dukungan dosen dalam membimbing mahasiswa di saat daring. Jadi, stres akademik yang dirasakan mahasiswa berada pada tingkat sedang hingga berat dan disebabkan oleh satu penyebab stres atau lebih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab stres pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Keperawatan Universitas Riau selama pembelajaran jarak jauh di masa pandemi Covid-19.
(1997) yang merupakan modifikasi serta diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Salsabila (2015). Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 2 kuesioner, yaitu kuesioner A Depression Anxiety stress scales (DASS). Peneliti memodifikasi instrumen yang terdiri dari 6 komponen, yaitu gejala emosional, gejala fisik, pikiran, perilaku, perasaan dan reaksi tubuh dan kuesioner B menggunakan instrumen dari Salsabila (2015) tentang faktor-faktor stres selama menjalani Perkuliahan Jarak Jauh (PJJ).
Kedua kuesioner telah diuji validitas dan reliabilitas. Hasil uji didapatkan data bahwa pada kuesioner A dilakukan uji validitas dan reliabilitas tingkat stres dengan nilai koefisien cronbach’s alpha 0,911 dengan rentang r hitung 0,599-0,802 dan r tabel sebesar 0,444 sehingga
kuesioner dinyatakan reliabilitas dengan menggunakan 10 soal, sedangkan kuesioner B faktor stres selama menjalani Perkuliahan Jarak Jauh (PJJ) koefisien cronbach’s alpha sebesar 0,936 dengan rentang r hitung 0,548-0,740 dan r tabel sebesar 0,444, sehingga pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel, maka dapat
disimpulkan bahwa kedua kuesioner ini valid dan reliabel.
Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan etik dari Komite Etik Penelitian Keperawatan dan Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Riau No. 153/ UN.19.5.1.8/KEPK.FKp/2021.
HASIL PENELITIAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tanggal 19-21 Juni 2021 pada 134 responden di Fakultas Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden |
Keperawatan UNRI diperoleh hasil sebagai berikut: | |||
Karakteristik |
Frekuensi (n) |
Persentase (%) | ||
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan |
14 120 |
10,4 89,6 | ||
Umur (Tahun) 17 18 19 20 |
1 42 77 14 |
0,7 31,3 57,5 10,5 | ||
Total |
134 |
100 | ||
Tabel 1 menunjukkan distribusi responden, sebagian besar berjenis kelamin perempuan berjumlah 120 orang (89,6%) |
dan laki-laki berjumlah 14 orang (10,4%). Mayoritas responden berumur 19 tahun dengan jumlah 77 orang (57,5%). |
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Stres dan Faktor Stres
Variabel |
Hasil |
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
Tingkat Stres |
Sedang Berat |
70 64 |
52,2 47,8 |
Total |
134 |
100 | |
Faktor Stres | |||
Tugas dan beban pembelajaran |
Sedang Berat |
53 81 |
39,6 60,4 |
Total |
134 |
100 | |
Hubungan dengan teman seangkatan |
Baik Kurang |
69 65 |
51,5 48,5 |
Total |
134 |
100 | |
Pengetahuan |
Baik Cukup |
35 99 |
26,1 73,9 |
Total |
134 |
100 | |
Lingkungan belajar |
Baik Kurang kondusif |
63 71 |
47,0 53,0 |
Total |
134 |
100 | |
Dukungan orang tua |
Tinggi Rendah |
29 105 |
21,6 78,4 |
Total |
134 |
100 | |
Dukungan dosen |
Tinggi Rendah |
87 47 |
64,9 35,1 |
Total |
134 |
100 | |
Tabel 2 menunjukkan mayoritas responden memiliki tingkat stres sedang saat menjalani pembelajaran jarak jauh pada mahasiswa keperawatan tahun |
pertama. Jumlah responden yang memiliki tingkat stres sedang sebanyak 70 orang (52,2%), dan responden yang memiliki tingkat stres yang berat sebanyak 64 orang |
(47,8%). Kemudian dari 134 orang responden yang diteliti, mayoritas mahasiswa merasakan tugas dan beban pembelajaran yang berat saat pembelajaran jarak jauh, hubungan dengan teman
seangkatan baik, pengetahuan cukup, lingkungan belajar kurang kondusif, dukungan orang tua rendah, dan dukungan dosen tinggi.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan Tugas dan Beban Pembelajaran dengan Tingkat Stres | ||
Variabel Tingkat Stres Mahasiswa |
Total p value | |
Tugas dan Beban Pembelajaran Berat |
Sedang | |
Berat 48 (59,3%) |
33 (40,7%) |
81 (100,0%) |
Sedang 16 (30,2%) |
37 (69,8%) |
53 0,002 (100,0%) |
Total 64 (47,8%) |
70 (52,2%) |
134 (100,0%) |
Tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang merasakan tugas dan beban pembelajaran yang berat dengan tingkat stres yang berat sebanyak 59,3% dan sebanyak 40,7% responden merasakan tingkat stres sedang. Responden yang merasakan tugas dan beban pembelajaran yang sedang dengan tingkat stres yang berat sebanyak 30,2% dan sebanyak 69,8% |
responden merasakan tingkat stres yang sedang. Hasil uji statistik chi-square diketahui p - value < 0,05 yaitu 0,002 dapat diartikan Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara faktor tugas dan beban pembelajaran dengan tingkat stres mahasiswa tahun pertama selama pembelajaran jarak jauh. | |
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan Faktor Teman Seangkatan dengan Tingkat Stres | ||
Variabel Tingkat Stres Mahasiswa |
Total p value | |
Teman Seangkatan Berat |
Sedang | |
Kurang 22 (33,8%) |
43 (66,2%) |
65 (100,0%) 0,003 |
Baik 42 (60,9%) |
27 (39,1%) |
69 (100,0%) |
Total 64 (47,8%) |
70 (52,2%) |
134 (100,0%) |
Tabel 4 menunjukkan responden yang memiliki hubungan kurang baik dengan teman seangkatan dengan tingkat stres yang berat sejumlah 33,8% dan sejumlah 66,2% responden memiliki tingkat stres sedang. Responden yang memiliki hubungan baik dengan teman seangkatan dengan tingkat stres yang berat sebanyak 60,9% dan sebanyak 39,1% |
responden mempunyai tingkat stres sedang. Hasil uji statistik chi-square diketahui p - value < 0,05 yaitu 0,003 dapat diartikan Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara faktor teman seangkatan dengan tingkat stres mahasiswa tahun pertama selama pembelajaran jarak jauh. | |
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan Faktor Pengetahuan dengan Tingkat Stres | ||
Variabel Tingkat Stres Mahasiswa |
Total p value | |
Pengetahuan Berat |
Sedang | |
Cukup 42 (42,4%) |
57 (57,6%) |
99 (100,0%) |
Baik 22 (62,9%) |
13 (37,1%) |
35 0,060 (100,0%) |
Total 64 (47,8%) |
70 (52,2%) |
134 (100,0%) |
Tabel 5 menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang cukup dengan tingkat stres yang berat berjumlah 42,4% dan 57,6% responden memiliki tingkat stres yang sedang. Responden yang memiliki pengetahuan baik dengan tingkat stres berat sebanyak 62,9% dan 37,1% responden memiliki tingkat stres yang sedang. |
Hasil uji statistik chi-square diketahui p - value > 0,05 yaitu 0,060 yang berarti Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara faktor pengetahuan dengan tingkat stres mahasiswa tahun pertama selama pembelajaran jarak jauh. |
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan Faktor Lingkungan Belajar dengan Tingkat Stres | |
Variabel Tingkat Stres Mahasiswa | |
Lingkungan Belajar Berat |
Total p value Sedang |
Kurang Kondusif 25 (35,2%) |
46 71 (64,8%) (100,0%) |
Baik 39 (61,9%) |
24 63 0,004 (38,1%) (100,0%) |
Total 64 (47,8%) |
70 134 (52,2%) (100,0%) |
Tabel 6 menunjukkan bahwa responden yang merasakan lingkungan belajar kurang kondusif dengan tingkat stres berat adalah sebanyak 35,2% dan 64,8% responden memiliki tingkat stres sedang. Responden yang merasakan lingkungan belajar baik dengan tingkat stres berat adalah sebanyak 61,9% dan |
38,1% responden memiliki tingkat stres sedang. Hasil uji statistik chi-square diketahui p - value < 0,05 yaitu 0,004 dapat diartikan Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan faktor lingkungan belajar terhadap tingkat stres mahasiswa tahun pertama selama pembelajaran jarak jauh. |
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan Faktor Dukungan Orangtua dengan Tingkat Stres
Variabel |
Tingkat Stres Mahasiswa |
Total |
p value | |
Dukungan Orangtu |
a Berat |
Sedang | ||
Rendah |
49 (46,7%) |
56 (53,3%) |
105 (100,0%) | |
Tinggi |
15 (51,7%) |
14 (48,3%) |
29 (100,0%) |
0,785 |
Total |
64 (47,8%) |
70 (52,2%) |
134 (100,0%) | |
Tabel 7 menunjukkan bahwa responden yang merasakan dukungan orang tua rendah dengan tingkat stres berat sebanyak 46,7% dan 53,3% responden memiliki tingkat stres sedang. Responden yang merasakan dukungan orang tua tinggi dengan tingkat stres berat adalah sebanyak |
Hasil uji statistik chi-square diketahui p - value > 0,05 yaitu 0,785 yang berarti Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan faktor dukungan orang tua terhadap tingkat stres mahasiswa tahun pertama selama pembelajaran jarak jauh. |
51,7% dan 48,3% responden memiliki tingkat stres sedang.
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan Faktor Dukungan Dosen dengan Tingkat Stres
Variabel |
Tingkat Stres Mahasiswa |
Total |
p value | |
Dukungan Dosen |
Berat |
Sedang | ||
Rendah |
27 (57,4%) |
20 (42,6%) |
47 (100,0%) | |
Tinggi |
37 (42,5%) |
50 (57,5%) |
87 (100,0%) |
0,142 |
Total |
64 (47,8%) |
70 (52,2%) |
134 (100,0%) |
Tabel 8 menunjukkan bahwa responden yang merasakan dukungan dosen rendah dengan tingkat stres berat adalah sebanyak 57,4% dan 42,6% responden memiliki tingkat stres sedang. Responden yang merasakan dukungan dosen tinggi dengan tingkat stres berat adalah sebanyak 42,5% dan 57,5% responden memiliki tingkat stres sedang.
PEMBAHASAN
Penelitian yang dilakukan terhadap 134 orang responden menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 120 orang responden (89,6%). Berdasarkan data statistik dari kemahasiswaan Fakultas Keperawatan Universitas Riau tahun 2021 menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa perempuan di Fakultas Keperawatan UNRI tahun 2020/2021 adalah perempuan 139 orang dan jumlah laki-laki adalah sebanyak 15 orang. Hal ini diketahui bahwa mayoritas mahasiswa keperawatan adalah perempuan.
Penelitian yang mengungkapkan proporsi mahasiswa keperawatan yang didominasi oleh perempuan adalah penelitian Sarafino (2012) terhadap mahasiswa S1 PSIK FK USU. Kenyataannya perempuan memang lebih banyak jumlahnya dibandingkan laki-laki.
Kaum perempuan identik sebagai sosok yang ramah, sabar, telaten, lemah lembut, berbelas kasih, dan gemar bersosialisasi. Sifat-sifat yang termasuk dalam caring meliputi sikap jujur, sabar, dan rendah hati harus dimiliki oleh seorang perawat profesional (Rofiah & Syaifudin, 2014).
Karakteristik responden berdasarkan umur terhadap 134 orang responden diketahui responden terbanyak berumur 19
Hasil uji statistik chi-square diketahui p-value > 0,05 yaitu p-value = 0,142 dapat diartikan Ho diterima sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan faktor dukungan dosen terhadap tingkat stres mahasiswa tahun pertama selama pembelajaran jarak jauh.
tahun dengan jumlah 77 orang responden (57,5%). Dalam penelitian ini responden berada dalam rentang usia 17-20 tahun. Usia 17-20 tahun masuk dalam kategori rentang usia remaja akhir, yaitu 17-25 tahun (Suwartika dkk, 2014).
Suwartika dkk (2014) mengatakan remaja adalah suatu periode transisional dimana individu mencari identitas diri dan masa menuju ambang kedewasaan. Mahasiswa tahun pertama merupakan tahap remaja akhir yang rentan mengalami stres. Stres tersebut disebabkan karena mahasiswa dihadapkan dengan lingkungan baru dan tidak sedikit mahasiswa merasa kebingungan untuk mengatasi masalah dan konflik yang dialami, serta emosi labil yang terjadi karena adanya perselisihan (Vitale et al., 2020).
Perubahan sosial pada masa remaja mencakup meningkatnya pengaruh teman sebaya membuat kelompok sosial yang baru. Munculnya nilai-nilai baru dalam memilih teman serta nilai dalam penerimaan di masyarakat (Faqih, 2020). Hasil uji statistik chi-square menunjukkan p value < 0,05 yaitu 0,002. Hal ini berarti Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor tugas dan beban pembelajaran dengan tingkat stres. Menurut peneliti bahwa beban pembelajaran adalah
kapasitas kemampuan yang dimiliki untuk penyelesaian masalah, sehingga dengan kemampuan yang dimiliki dapat berfungsi dan berproduksi.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Livana dkk (2020) yang menyatakan terdapat hubungan antara tugas-tugas dan beban pembelajaran dengan stres akademik mahasiswa keperawatan. Semakin berat tugas pembelajaran, maka semakin tinggi juga tingkat stres mahasiswa. Livana dkk (2020) mengatakan salah satu penyebab stres mahasiswa selama pandemi Covid-19 yaitu ketika tugas pembelajaran menimbulkan kepenatan yang ditandai kelelahan fisik, tidak mampu berkonsentrasi, emosional, serta tidak memperdulikan lingkungan sekitar.
Berdasarkan asumsi peneliti penyebab stres utama dari mahasiswa keperawatan selama melakukan pembelajaran daring adalah berasal dari tugas dan beban kerja. Mahasiswa menjadi khawatir mendapat hasil yang tidak memuaskan, banyaknya tekanan dan tugas yang diberikan selama pembelajaran daring, mahasiswa beranggapan apa yang dilakukan pada saat pembelajaran jarak jauh tidak sesuai dengan harapan pengajar, merasa bosan saat proses pembelajaran dan berdampak pada hubungan keluarga dan sosialisasi.
Hasil uji statistik chi-square menunjukkan p value < 0,05 yaitu 0,003 dapat diartikan Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor teman seangkatan dengan tingkat stres akademik. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Tabroni dkk (2021) yang menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan antara hubungan interpersonal mahasiswa dengan tingkat stres. Tingkat stres dapat semakin tinggi apabila tidak ada hubungan sosial.
Berdasarkan hasil penelitian Lubis dkk (2021) mengatakan bahwa faktor stres kedua yang banyak dialami mahasiswa adalah hubungan dengan rekan sebaya atau teman sekelompok kerja. Berdasarkan
asumsi peneliti mahasiswa keperawatan di Universitas Riau tahun pertama selama pembelajaran daring merasa bahwa adanya persaingan dengan rekan sebaya ataupun rekan kelompok, dosen pengajar sering mengevaluasi dengan membandingkan terhadap mahasiswa lain sehingga mahasiswa merasa tertekan, kurang mampu bergaul dengan kelompok sebaya saat pembelajaran daring, dan merasa pembelajaran secara jarak jauh berdampak pada kegiatan di luar mereka.
Penelitian Daring dkk (2020) juga menyebutkan bahwa ketika adanya kompetisi antar mahasiswa, hal ini dapat menjadi salah satu pemicu stres pada mahasiswa keperawatan. Hal ini menjadi menarik karena mahasiswa mengatakan bahwa tidak hanya masalah interpersonal dan sosial yang dapat mempengaruhi nilai, akan tetapi kompetisi meraih nilai terbaik dan beban kerja berat yang berdampak negatif pada hubungan interpersonal terutama di masa pandemi Covid-19, dimana banyak cara dilakukan mahasiswa dalam berkompetisi dengan menggunakan teknologi yang canggih (Wallace et al., 2021).
Hasil uji statistik chi-square menunjukkan p value > 0,05 yaitu p-value = 0,060 dapat diartikan Ho diterima sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pengetahuan dengan tingkat stres akademik saat melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan dapat disebabkan karena mahasiswa merasa bahwa stres yang dialaminya adalah berasal dari orang lain seperti hubungan dengan teman sebaya, tugas, dan beban pembelajaran ditambah dengan lingkungan belajar yang kurang nyaman saat mahasiswa melakukan pembelajaran secara daring.
Menurut Notoadmodjo (2018), pengetahuan diartikan sebagai domain penting ketika membentuk perilaku terbuka atau open behavior dan merupakan hasil dari rasa keingintahuan melalui proses sensoris, terutama pada mata dan
telinga terhadap suatu objek. Menurut asumsi peneliti, pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui pancaindera yang dimilikinya sehingga tidak terdapat hubungan antar pengetahuan dengan faktor stres. Menurut Notoatmodjo (2018), indera pendengaran dan indera penglihatan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang.
Pernyataan Tabroni dkk (2021) tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tingkat stres mahasiswa. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian Aslan et al (2020) yang mengatakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara pengetahuan terhadap tingkat stres mahasiswa selama pembelajaran jarak jauh.
Hasil uji statistik chi-square menunjukkan p value < 0,05 yaitu 0,004 dapat diartikan Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan belajar dengan tingkat stres akademik saat menjalani pembelajaran jarak jauh. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Livana dkk (2020) yang menyatakan bahwa lingkungan belajar sangat berpengaruh karena dalam melakukan pembelajaran jarak jauh mahasiswa merasa sulit berkonsentrasi saat belajar daring di rumah apalagi ditambah dengan adanya suara kebisingan yang membuat mahasiswa merasa terganggu.
Lingkungan belajar dapat diartikan sebagai lingkungan yang berpengaruh terhadap proses belajar, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Melalui lingkungan belajar, seseorang bisa mendapat pendidikan baik secara langsung maupun dalam jaringan yang dipengaruhi oleh lingkungan alami maupun lingkungan sosial (Wahyudi dkk, 2015). Secara keseluruhan menurut Kes dkk (2020), fisik, sosial, intelektual, nilai-nilai, dan hubungan dengan pendidik termasuk dalam lingkungan belajar.
Hasil penelitian Tabroni dkk (2021) menyatakan bahwa dengan pembelajaran daring saat ini mahasiswa merasa pembelajaran praktek laboratorium tidak dapat diaplikasikan secara maksimal. Menurut asumsi peneliti, stres mahasiswa keperawatan diakibatkan karena ketidaktersediaan alat serta lingkungan yang kurang mendukung seperti koneksi jaringan internet yang buruk sehingga tidak dapat mengikuti pembelajaran daring. Hal tersebut menjadi pemicu stres pada mahasiswa ketika pembelajaran jarak jauh.
Hasil uji statistik chi-square menunjukkan p value > 0,05 yaitu 0,785 dapat diartikan Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor dukungan orang tua terhadap tingkat stres akademik. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan karena mahasiswa merasa bahwa stres yang dialaminya adalah berasal dari dirinya sendiri, hubungan dengan teman sebaya, pengetahuan, serta lingkungan belajar selama pembelajaran jarak jauh. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa dukungan orang tua tidak berpengaruh terhadap stres mahasiswa karena walaupun dukungan orang tua rendah, tetapi itu bukan menjadi suatu hal yang membuat mahasiswa stres. Pernyataan Sani dkk (2020) tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara dukungan orang tua dengan tingkat stres akademik mahasiswa.
Hasil uji statistik chi-square menunjukkan p value > 0,05 yaitu 0,142 dapat diartikan Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor dukungan dosen terhadap tingkat stres akademik saat menjalani pembelajaran jarak jauh. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan disebabkan karena responden merasa bahwa stres yang dialaminya adalah berasal dari dirinya
sendiri. Asumsi peneliti berdasarkan hasil penelitian bahwa dukungan dosen tidak berpengaruh terhadap stres mahasiswa karena walaupun dukungan dosen rendah tetapi itu bukan menjadi suatu hal yang membuat mahasiswa stres.
Pernyataan Adiyatsa dkk (2021) tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara dukungan dosen dengan tingkat stres
SIMPULAN
Penelitian tentang faktor-faktor penyebab stres akademik pada mahasiswa tahun pertama yang melakukan pembelajaran jarak jauh di masa pandemi Covid-19 di Fakultas Keperawatan Universitas Riau yang dilakukan kepada 134 responden, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan dengan total 120 orang responden (89,6%) dan mayoritas berada pada usia 19 tahun dengan jumlah 77 orang responden (57,5%). Tingkat stres akademik yang dialami oleh responden adalah sedang dan berat, dengan tingkat stres sedang sebanyak 70 orang (52,2%) dan yang mengalami tingkat stres berat sebanyak 64 orang (47,8%).
Hasil uji statistik yang dilakukan menggunakan chi-square diperoleh data sebagai berikut: ada hubungan antara tugas dan beban pembelajaran dengan stres akademik yang dialami mahasiswa tahun
DAFTAR PUSTAKA
Adiyatsa, J. M., Anggraeni, I., Nurrachmawati, A.,
Masyarakat, F. K., Masyarakat, F. K., & Kesehatan, F. (2021). 8(2), 104–111. http://repository.unusa.ac.id/
Aslan, I., Ochnik, D., & Çınar, O. (2020).
Exploring perceived stress among students in Turkey during the covid-19 pandemic. International Journal of Environmental Research and Public Health, 17(23), 1–17. https://doi.org/10.3390/ijerph17238961
Barseli, M., & Ifdil, I. (2017). Konsep Stres
Akademik Siswa. Jurnal Konseling Dan Pendidikan, 5(3), 143.
https://doi.org/10.29210/119800
Chen, L., & Yuan, X. (2020). China ’ s ongoing battle against the coronavirus : Why did the lockdown strategy work well ? Socio-
akademik mahasiswa. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tabroni dkk (2021) di Fakultas Keperawatan Universitas Riau terkait hubungan interpersonal dan intrapersonal yang mengatakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara dukungan dosen terhadap stres akademik mahasiswa, dimana hal ini terjadi karena performa pengajar yang kurang baik.
pertama pada saat pembelajaran jarak jauh (p value = 0,002). Ada hubungan antara teman seangkatan dengan stres akademik yang dialami mahasiswa tahun pertama pada saat pembelajaran jarak jauh (p value = 0,003). Tidak ada hubungan antara
pengetahuan dengan stres akademik yang dialami mahasiswa tahun pertama pada saat pembelajaran jarak jauh (p value = 0,060). Ada hubungan antara lingkungan belajar dengan stres akademik yang dialami mahasiswa tahun pertama pada saat pembelajaran jarak jauh (p value = 0,004). Tidak ada hubungan antara dukungan orang tua dengan stres akademik yang dialami mahasiswa tahun pertama pada saat pembelajaran jarak jauh (p value = 0,785). Tidak ada hubungan antara
dukungan dosen dengan stres akademik yang dialami mahasiswa tahun pertama pada saat pembelajaran jarak jauh (p value = 0,142).
Ecological Practice Research, 0123456789. https://doi.org/10.1007/s42532-020-00048-1
Daring, P. P., Akademik, S., Selama, M., &
Andiarna, F. (2020). Effects of Online Learning on Student Academic Stress During the Covid-19 Pandemic. 139–150.
http://repository.unej.ac.id/handle/12345678 9/86415
Dong, L., Hu, S., & Gao, J. (2020). Discovering drugs to treat coronavirus disease 2019. 14(1), 58–60.
https://doi.org/10.5582/ddt.2020.01012
Elita, V., Herlina., Zukhra, R.M. (2020). Stress and coping of Indonesian nursing student during the pandemic coronavirus disease 19. Laporan penelitian, tidak dipublikasikan
Faqih, M.F. (2020). Pengaruh Dukungan Sosial Teman Sebaya terhadap Stres Akademik Mahasiswa Malang yang Bekerja. Skripsi.
Kes, M., Evita, N., Putri, M., & Kep, M. (2020). Learning From Home dalam Perspektif Persepsi Mahasiswa Era Pandemi Covid-19. 17–24.
Livana, Mubin, & Basthomi, Y. (2020). Penyebab Stres Mahasiswa Selama Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(2), 203– 208.
Lubis, H., Ramadhani, A., & Rasyid, M. (2021). Stres Akademik Mahasiswa dalam Melaksanakan Kuliah Daring Selama Masa Pandemi Covid 19. 10(1), 31–39.
https://doi.org/10.30872/psikostudia
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ramadhanti, I. F., Hidayati, N. O., & Rafiyah, I. (2019). Gambaran Stressor dan Strategi Koping pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Keperawatan Universitas
Padjadjaran. Jurnal Pendidikan
Keperawatan Indonesia, 5(2).
https://doi.org/10.17509/jpki.v5i2.16635
Rofiah, R., & Syaifudin, A. (2014). Keperawatan di institusi pendidikan swasta. Jurnal Manajemen Keperawatan, 2, 69-75.
Salsabila, I. (2015). Pengalaman stres praktik klinik dan tingkat stres pada mahasiswa keperawatan tahun pertama dan tahun kedua praktik klinik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah
Sani, D. N., Fandizal, M., & Astuti, Y. (2020). Motivasi Belajar Mahasiswa Keperawatan Meningkat Dengan Dukungan Sosial Orang Tua. Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia, 4(2), 110.
https://doi.org/10.52020/jkwgi.v4i2.1903
Sarafino. (2012). Tingkat Stres Akademik pada Mahasiswa Reguler Angkatan 2010 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. UI, 5, 45–62.
Suerni T. (2012). Analisa Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Tingkat Stres Perawat IIC di RSU di Jawa Tengah. Fakultas Ilmu Keperawatan Program Studi Magister
Keperawatan Peminatan Magister
Keperawatan Peminatan Keperawatan Jiwa,
Depok, Indonesia.
Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Herikurniawan, H., Sinto, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Chen, L. K., Widhani, A., Wijaya, E., Wicaksana, B., Maksum, M., Annisa, F., Jasirwan, C. O. M., & Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45. https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i1.415
Suwartika, I., Nurdin, A., & Ruhmadi, E. (2014). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Stress Akademik Mahasiswa Reguler Program Studi D Iii Keperawatan Cirebon Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya. The Soedirman Journal of Nursing), 9(3), 173–189.
http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/art icle/viewFile/612/337
Tabroni, I., Nauli, F. A., & Arneliwati. (2021). Gambaran Tingkat Stres dan Stresor pada Mahasiswa Keperawatan Universitas Negeri. Jurnal Keperawatan Kendal, 13(1), 149–
164. Diperoleh 02 Maret 2021. http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/K eperawatan
Vitale, E., Moretti, B., Notarnicola, A., & Covelli, I. (2020). How the Italian nursing student deal the pandemic COVID-19 condition. Acta Biomedica, 91(12-S), 1–10.
https://doi.org/10.23750/abm.v91i12-S.9860
Wahyudi, R., Bebasari, E., & Nazriati, E. (2015). Gambaran Tingkat Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Jik, 9(2), 107–113.
http://jik.fk.unri.ac.id/index.php/jik/article/vi ew/73/70
Wallace, S., Schuler, M. S., Kaulback, M., Hunt, K., & Baker, M. (2021). Nursing student experiences of remote learning during the COVID-19 pandemic. Nursing Forum, December 2020, 1–7.
https://doi.org/10.1111/nuf.12568
Xu, H., Zhong, L., Deng, J., Peng, J., Dan, H., Zeng, X., Li, T., & Chen, Q. (2020). High expression of ACE2 receptor of 2019-nCoV on the epithelial cells of oral mucosa. International Journal of Oral Science, 12(1), 1–5. https://doi.org/10.1038/s41368-020-
0074-x
Volume 10, Nomor 5, Oktober 2022
514
Discussion and feedback