Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN MOTIVASI LANSIA DALAM PENGONTROLAN HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA KELURAHAN TIPO, SULAWESI TENGAH

Wahyu Sulfian*1, Viere Allanled Siauta1, Yohanes Tumewu1

1Program Studi Sarjana Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu *korespondensi penulis, email: [email protected]

ABSTRAK

Hipertensi termasuk penyakit tidak menular dan terus meningkat seiring bertambahnya usia seseorang. Hipertensi sering terjadi pada lansia. Pelaksanaan pengobatan hipertensi diharapkan lansia mampu untuk mengontrol hipertensinya, namun banyak lansia yang tidak termotivasi untuk mengontrol tekanan darahnya akibat kurangnya dukungan sosial keluarga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan dukungan sosial keluarga dengan motivasi lansia dalam pengontrolan hipertensi di posyandu lansia di Kelurahan Tipo. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan menggunakan desain analitik dengan pendekatan cross sectional, jumlah sampel sebanyak 30 orang, pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden (86,7%) memiliki dukungan sosial keluarga yang baik dengan motivasi lansia dalam pengontrolan hipertensi di posyandu lansia. Hasil analisis bivariat dengan uji chisquare diperoleh terdapat hubungan dukungan sosial keluarga dengan motivasi lansia dalam pengontrolan hipertensi di posyandu lansia di Kelurahan Tipo dengan nilai p sebesar 0,001 (p ≤ 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah dukungan sosial keluarga sangat dibutuhkan oleh lansia dalam memotivasi lansia untuk mengontrol hipertensinya karena dukungan keluarga dapat meningkatkan dorongan kepada lansia dalam menjalankan kegiatan lansia sehari-hari sehingga sangat diharapkan keluarga mampu untuk selalu mendukung lansia agar selalu termotivasi dalam mengontrol hipertensinya.

Kata kunci: dukungan sosial keluarga, hipertensi, lansia, motivasi

ABSTRACT

Hypertension is a non-communicable disease with increasing age and affects an increasing number of people. Hypertension majority happens to the elderly. The hypertension treatment in the elderly is to control blood pressure, but many elderly neglect it because of the lack of social support from their families. The purpose of this study was to determine the relationship between family social support and the motivation of the elderly in controlling hypertension at the posyandu for the elderly in Tipo Village. The type of research is quantitative using an analytic design with a cross-sectional approach. The number of samples is 30 elderly with used a total sampling design. The analysis data using chi-square test. The results showed that most respondents (86,7%) had good family social support with elderly motivation in controlling hypertension. The results of the bivariate analysis with the chi-square test showed there was a relationship between social support and the motivation of the elderly in controlling hypertension at the posyandu for the elderly in Tipo Village with p-value of 0,001 (p ≤ 0,05). Conclusions from this study is that family social support is needed by the elderly in motivating the elderly to control their hypertension because a support can increase encouragement for the elderly in carrying out elderly activities so that families are expected to be able to always keep the elderly in control in controlling their hypertension.

Keywords: elderly, family social support, hypertension, motivation

PENDAHULUAN

Hipertensi menjadi salah satu penyakit tidak menular, yang terus meningkat seiring bertambahnya masa dari tahun ke tahun di belahan dunia manapun dan hampir semua penderita hipertensi sudah memasuki masa lanjut atau berusia lanjut (Nuraisyah & Kusumo, 2021). Lanjut usia yang menderita penyakit hipertensi termasuk dalam suatu kelompok usia kategori rentan yang berisiko tertular atau terinfeksi penyakit lainnya (Dolo & Yusuf, 2021). Hipertensi ditandai dengan meningkatnya denyut sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg yang dilakukan pada pemeriksaan berulang (Triono & Hikmawati, 2020).

World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa kebanyakan orang di dunia, tidak menyadari gejala terkena penyakit hipertensi, prevelensi penyakit hipertensi di dunia yaitu sebesar 1,28 juta yang di antaranya berkisar memiliki umur 30-79 tahun dari total penduduk yang berada di negara berkembang di seluruh dunia pada tahun 2021 sehingga hipertensi merupakan penyakit yang banyak dialami manusia di dunia ini (Hypertension, WHO). Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis dokter dan minum obat anti hipertensi pada umur 4554 tahun sebesar 12,62%, umur 55-64 tahun sebesar 18,31%, umur 65-74 tahun sebesar 23,31% dan umur 75 tahun ke atas sebesar 24,04%. Hasil data prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran usia 45-54 tahun sebesar 45,32%, usia 55-64 tahun sebesar 55,23%, usia 65-74 tahun sebesar 63,22% dan usia 75 tahun ke atas sebesar 69,53% (Kemenkes RI, 2018). Berdasarkan data di atas, menunjukan bahwa banyak warga di Indonersia yang menderita hipertensi.

Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah (2021), jumlah penderita hipertensi di provinsi Sulawesi Tengah adalah 384.072 (2,33%). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Palu (2020), kasus hipertensi pada tahun

2020 sebesar 13.147 jiwa dan yang mengalami kematian sebanyak 85 orang. Data di atas menunjukkan bahwa hipertensi adalah penyakit yang tidak hanya ada di beberapa tempat, namun menjadi penyakit secara global.

Puskesmas Anuntodea Tipo sebagai salah satu Puskesmas di kota Palu yang memiliki 3 kelurahan sebagai wilayah kerjanya yakni Kelurahan Buluri, Kelurahan Tipo, dan Kelurahan Watusampu. Cakupan pelayanan penderita hipertensi pada umur 15 tahun ke atas pada tahun 2020 di wilayah kerja Puskesmas Anuntodea Tipo sebesar 47,55% yang datang di fasilitas pelayanan. Berdasarkan data kasus penderita hipertensi di wilayah kelurahan Tipo sekitar 214 orang yang melakukan pemeriksaan ke puskesmas. Jumlah penderita hipertensi secara keseluruhan pada tahun 2021 sebanyak 123 orang di Kelurahan Tipo, tercatat jumlah penderita hipertensi pada lansia periode akhir Desember 2021 di Puskesmas Anuntodea Tipo sebanyak 30 orang (Puskesmas Anuntodea Tipo, 2021).

Dukungan keluarga menjadi faktor yang sangat dibutuhkan dalam pengontrolan hipertensi pada lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu, yang dimana dengan motivasi lansia dan bantuan keluarga, lansia akan terdorong untuk mengikuti posyandu dan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada lansia. Motivasi tidak jauh dari segala bentuk dari unsur-unsur seperti kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan diperoleh jika adanya sesuatu yang belum dipenuhi, dorongan adalah model patokan untuk mengisi dasar kebutuhan, serta tujuan adalah hasil puncak dari motivasi (Sumendap dkk, 2020). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan sosial keluarga dengan motivasi lansia dalam pengontrolan hipertensi di posyandu lansia di Kelurahan Tipo.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis analitik dengan desain cross-sectional yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Anuntodea Tipo, Kelurahan Tipo, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Populasi dalam penelitian ini adalah 30 orang lansia yang terdata sebagai penderita hipertensi di Puskesmas Anutodea Tipo Desember 2021. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Alasan mengambil total sampling adalah jumlah populasi yang kurang dari 100, jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 orang. Kuesioner dukungan sosial keluarga Nursalam yang digunakan untuk variabel dukungan sosial keluarga dengan dua belas item pernyataan. Kuesioner motivasi lansia dalam pengontrolan hipertensi di posyandu yang digunakan untuk variabel motivasi lansia dengan tiga belas item pernyataan.

Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner di posyandu lansia dengan estimasi waktu 15-20 menit. Kuesioner dukungan sosial keluarga telah baku yang diadopsi dari buku Nursalam edisi 5 tahun 2020 yang terdiri dari 12 item pernyataan dengan indikator dukungan informasional dan penghargaan sebanyak 4 item, dukungan fasilitas sebanyak 4 item, dan dukungan penghargaan sebanyak 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan cara meminta izin penelitian dari Pemerintahan Kelurahan Tipo dan Puskesmas Anuntodea Tipo, meminta persetujuan dari lansia, dan menandatangani lembar inform consent dan

item, dengan penempatan angka 3 untuk selalu, 2 untuk kadang-kadang, 1 untuk jarang, dan 0 untuk tidak pernah. Kuesioner motivasi lansia mengikuti posyandu diadopsi dari penelitian Dayanti (2016) terdiri dari 12 item pernyataan dengan indikator motivasi intrinsik 6 item dan motivasi ekstrinsik 6 item yang kemudian dimodifikasi oleh peneliti menjadi 13 pernyataan dengan indikator motivasi intrinsik sebanyak 6 pertanyaan dan motivasi ekstrinsik sebanyak 7 pertanyaan, dengan penempatan angka 3 untuk selalu, 2 untuk kadang-kadang, 1 untuk jarang, dan 0 untuk tidak pernah. Kuesioner ini telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan hasil kuesioner motivasi r tabel > r hitung dan reliabilitas mencapai nilai 0,948 yang artinya sangat kuat. Uji ini dilakukan pada 20 responden lansia di Desa Porame.

Analisis univariat berupa distribusi frekuensi pada variabel dukungan sosial keluarga, motivasi lansia mengikuti posyandu lansia, usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan. Sebelum melakukan analisis bivariat peneliti melakukan uji normalitas terlebih dahulu terhadap variabel dukungan sosial keluarga dan motivasi lansia. Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji statistik chi square.

mengisi kuesioner dukungan sosial keluarga dan motivasi lansia. Pengumpulan data dalam penelitian ini mendapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Penelitian (n = 30)

Variabel

Kategori

f

%

Usia

45-59 tahun

11

36,7

60-74 tahun

12

40,9

75-90 tahun

7

23,3

Jenis

Laki-laki

13

43,3

Kelamin

Perempuan

17

56,7

SD

17

56,7

Pendidikan

SMA

9

30,0

SMA

4

13,3

Petani

4

13,3

Sopir

5

16,7

Pekerjaan

Wiraswasta

3

10,0

IRT

16

53,3

Nelayan

2

6,7


Tabel 1 menunjukkan karakteristik responden penelitian. Sebagian besar responden berada pada rentang usia 60-74 tahun yaitu 40,9%. Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan

yaitu 56,7%, Sebagian besar responden berpendidikan SD sebanyak 17 orang, yaitu 56,7%, dan sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai IRT yaitu 53,3%,

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Dukungan Sosial Keluarga (n

= 30)

Dukungan Sosial Keluarga

f                   %

Baik

Kurang Baik

15                          50,0

15                          50,0

Total

30                      100

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 30 responden dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang sama antara dukungan sosial keluarga yang baik

sebanyak 15 responden (50,0%) dan dukungan sosial keluarga yang kurang baik sebanyak 15 responden (50,0%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Motivasi Lansia Dalam Pengontrolan Hipertensi di Posyandu Lansia (n = 30)

Motivasi Lansia Dalam Pengontrolan Hipertensi di Posyandu Lansia

f                  %

Termotivasi

Tidak Termotivasi

17                        76,7

13                         23,3

Total

30                     100


Tabel 3 menunjukkan hasil yang begitu baik terkait motivasi pada lansia untuk mengikuti posyandu, dimana terdapat

17 responden (76,7%) yang termotivasi untuk mengikuti posyandu lansia di Kelurahan Tipo.

Tabel 4. Hasil Analisis Chi Square

Motivasi Lansia

Dukungan Sosial Keluarga

Mengikuti Posyandu Lansia

Total

p value

Termotivasi

Tidak Termotivasi

f

%

f

%

f

%

Baik

13

43,3

2

6.6

15

50,0

0,001

Kurang baik

4

13,4

11

36,7

15

50,0

Total

17

56,7

13

43.3

30

100

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 15 responden (50%), yang memiliki dukungan sosial keluarga yang baik dengan motivasi lansia dalam pengontrolan hipertensi di posyandu yang termotivasi yaitu 13 responden (43,3%) dan dukungan sosial keluarga baik dengan motivasi lansia dalam pengontrolan hipertensi di posyandu yang tidak termotivasi yaitu 2 responden (6,6%), kemudian dari 15 responden (50%), yang memiliki dukungan sosial keluarga kurang baik dengan motivasi lansia dalam

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 15 responden (50%) memiliki dukungan sosial keluarga yang

pengontrolan hipertensi di posyandu lansia yang termotivasi yaitu 4 responden (13,4%), dan dukungan sosial keluarga yang kurang baik dengan motivasi lansia dalam pengontrolan hipertensi yang tidak termotivasi yaitu 11 responden (36,7%). Nilai p menunjukkan 0,001 (p < 0,05). Hal ini menyatakan adanya hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan motivasi lansia dalam pengontrolan hipertensi di posyandu lansia di Kelurahan Tipo Wilayah Kerja Puskesmas Anuntodea Tipo.

baik dan 15 responden (50%) memiliki dukungan sosial keluarga yang kurang baik. Berdasarkan hasil penelitian dukungan

sosial keluarga yang baik kepada lansia di Kelurahan Tipo Wilayah Kerja Puskesmas Anuntodea Tipo, asumsi peneliti, hal ini terbentuk karena lansia yang berada di Kelurahan Tipo mau untuk ikut atau diajak oleh keluarga ke posyandu dalam rangka mengontrol hipertensinya, sehingga faktor penerimaan oleh lansia dari dukungan keluarga sangat penting. Hal ini didukung oleh Sarafino & Smith (2011) mengenai recipients (penerima dukungan), seseorang akan mendapatkan dukungan sosial jika dia melakukan hal-hal yang dapat memicu orang lain untuk memberinya dukungan. Individu harus memiliki proses sosialisasi baik dengan lingkungan, termasuk membantu orang lain yang perlu bantuan atau dukungan. Sulit untuk mendapatkan dukungan sosial jika seseorang tidak ramah, tidak pernah membantu orang lain, dan tidak menegaskan diri mereka sendiri atau terbuka untuk orang lain jika mereka membutuhkan dukungan. Hal ini terjadi karena hubungan timbal balik antara individu dan orang-orang di sekitar dia, dan sebaliknya.

Berdasarkan penelitian terkait dukungan sosial keluarga yang kurang baik kepada lansia di Kelurahan Tipo Wilayah Kerja Puskesmas Anuntodea Tipo, asumsi peneliti terkait dukungan sosial keluarga yang kurang baik dalam hal ini keluarga yang tinggal bersama lansia di Kelurahan Tipo tidak menyediakan waktu bersama lansia dikarenakan sibuk akibat pekerjaannya dan keluarga tidak mencarikan kekurangan sarana dan peralatan yang diperlukan sehingga faktor penyedia dukungan menjadi kunci dari dukungan sosial keluarga yang kurang baik. Hal ini didukung oleh Sarafino & Smith (2011) mengenai faktor providers (penyedia dukungan), penyedia dimaksud mengacu pada orang-orang yang paling dekat dengan individu yang diharapkan dapat menjadi sumber dukungan sosial. Ketika individu tidak mendapatkan dukungan sosial, bisa jadi orang-orang yang harus memberikan dukungan ini dalam kondisi yang buruk seperti tidak memiliki apapun bantuan yang dibutuhkan oleh

penerima, mengalami stres, atau kondisi tertentu yang membuat dia tidak menyadari bahwa ada orang-orang yang membutuhkan bantuannya.

Hasil penelitian berdasarkan uji univariat tentang motivasi lansia di posyandu lansia menunjukkan sebanyak 17 responden (76,7%) termotivasi untuk ikut posyandu lansia sedangkan 13 responden (23,3%) tidak termotivasi untuk ikut posyandu lansia. Lansia yang termotivasi untuk ikut posyandu di Kelurahan Tipo, menunjukkan kemauan lansia untuk ke posyandu, lansia selalu mengikuti pengontrolan hipertensi setiap bulannya, lansia merasa baik dalam melakukan pengontrolan hipertensi, lansia merasa senang apabila sudah melakukan posyandu, lansia selalu diantar keluarga ke posyandu, keluarga memberikan pujian ke lansia setelah dari posyandu, lansia merasa senang bertemu dengan teman-teman seusianya di posyandu, lansia ditemani oleh cucu dan anak ke posyandu dan keluarga selalu mengingatkan lansia untuk kontrol tekanan darah dan minum obat secara teratur.

Berdasarkan penelitian terkait motivasi lansia yang termotivasi ke posyandu di Kelurahan Tipo Wilayah Kerja Puskesmas Anuntodea Tipo, menurut asumsi peneliti terkait motivasi lansia yang baik, bahwa lansia memiliki dorongan dari dalam dirinya untuk selalu mengikuti posyandu lansia. Hal ini berkaitan erat dengan faktor kemauan atau minat lansia itu sendiri. Hal ini didukung oleh teori yang mengatakan bahwa minat (interest) merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh, kemudian asumsi peneliti mengapa lansia yang termotivasi di karenakan oleh dorongan dari luar dirinya, seperti keluarga yang mengantarkan lansia ke posyandu. Ini didukung oleh teori terkait dukungan keluarga dikarenakan saat melakukan sesuatu, seseorang biasanya mendapat dukungan atau dorongan dari keluarga, sehingga mereka sangat antusias melakukan apa yang akan mereka lakukan di tempat lain (Winardi, 2011).

Berdasarkan penelitian terkait motivasi lansia yang tidak termotivasi ke posyandu di Kelurahan Tipo Wilayah Kerja Puskesmas Anuntodea Tipo, asumsi peneliti umur lansia yang berada di Kelurahan Tipo mempengaruhi motivasi lansia karena semakin tinggi umur lansia maka semakin rendah minat seseorang dalam mencari infomasi, selain itu lansia kurang aktif karena keterbatasan fisiknya.

Penelitian lain menyatakan bahwa faktor penyebab motivasi lansia dalam melakukan kunjungan posyandu lansia adalah dikarenakan faktor umur lansia sehingga lansia kurang aktif untuk mencari informasi-informasi tentang manfaat dari posyandu mengakibatkan rendahnya motivasi lansia dalam melakukan kunjungan ke posyandu lansia (Nurzia, 2017).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan motivasi lansia dalam pengontrolan hipertensi di posyandu Kelurahan Tipo Wilayah Kerja Puskesmas Anuntodea Tipo dengan p value 0,001 (p < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa motivasi lansia dalam pengontrolan hipertensi di Keluruhan Tipo sebagian besar termotivasi. Asumsi peneliti bahwa ini berkaitan erat dengan dukungan sosial keluarga, dukungan sosial keluarga di tempat penelitian baik, sehingga keluarga dapat memberikan motivasi kepada lansia yang dapat mempengaruhi proses pengobatan lansia dalam pengontrolan hipertensi, sehingga lansia dapat termotivasi untuk rutin melakukan pengontrolan hipertensi di posyandu.

Faktor dukungan sosial keluarga menjadi hal yang penting dalam mendukung kesehatan lansia. Penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa dukungan sosial keluarga yang diterima oleh lansia dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan lansia. Dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh lansia karena keluarga mempunyai ikatan emosional terbesar dalam mengambil keputusan oleh lansia, dukungan yang diberikan oleh keluarga menjadi ikatan

interpersonal untuk mencegah lansia dari berbagai hal yang menurunkan derajat kesehatannya (Puspayanti, 2021).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati (2018) bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan pos pelayanan terpadu dengan nilai p = 0,003 yang menyebutkan bahwa semakin besar dukungan keluarga kepada lansia, maka lansia semakin terdorong untuk melakukan kunjungan ke pos pelayanan terpadu lansia. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Nurjannah (2020) yaitu ada hubungan antara dukungan sosial keluarga terhadap pemanfaatan posyandu lansia dengan nilai p = 0,001 yang menunjukkan semakin baik dukungan sosial keluarga maka semakin terdorongnya lansia untuk pergi ke posyandu.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Agustina (2021) yang menemukan bahwa ada dukungan keluarga dalam pengendalian pada pasien hipertensi, karena dengan dukungan keluarga pasien akan merasa bahwa ada yang selalu memperhatikan dan mengawasi dalam menjalani pengobatan yang dilakukan (p value = 0,040).

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Tombokan (2020) tentang hubungan dukungan keluarga dengan motivasi dalam mengontrol kadar gula darah, dengan p value 0,001. Adanya dukungan dari anggota keluarga, baik berupa informasi, penghargaan, maupun dukungan emosional, dapat mempengaruhi kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus secara positif, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi.

Dukungan sosial keluarga yang kurang baik terhadap lansia yang tidak termotivasi dalam pengontrolan hipertensi, asumsi peneliti terkait hasil penelitian bahwa lansia kurang termotivasi karena dorongan dari luar dirinya yang kurang, akibatnya lansia tidak memiliki minat ke posyandu lansia, dalam hal ini dikarenakan dukungan sosial keluarga yang kurang. Hal ini didukung peneliti lain, yang menyatakan bahwa dukungan keluarga sangat berperan

dalam mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi dan mengantar lansia ke posyandu. Mengingat lansia sering lupa dengan jadwal posyandu dan berusaha mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh lansia (Kusumawati, 2018). Hubungan keluarga yang harmonis akan memberikan ketenangan pikiran dan mengurangi beban yang dirasakan karena ketika seseorang mengalami stres dan kesulitan dalam hidup, seseorang membutuhkan orang lain untuk berbagi, mendengarkan, atau mencari informasi yang relevan. Hal ini sejalan dengan Niven (2013), yang menyatakan bahwa keluarga dapat menjadi faktor yang berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu. Hal ini dapat menentukan program pengobatan yang diterima.

Dukungan sosial keluarga yang kurang baik terhadap lansia yang termotivasi dalam pengontrolan hipertensi, asumsi peneliti lansia aktif ke posyandu dikarenakan kemauan dari lansia sendiri untuk menjaga kesehatannya karena lansia memiliki faktor minat atau faktor intrinsik dalam dirinya. Ini didukung oleh teori yang menyatakan bahwa minat seseorang mempengaruhi aktivitasnya karena minat (interest) merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh (Winardi, 2011).

Dukungan sosial keluarga yang baik terhadap lansia yang tidak termotivasi dalam pengontrolan hipertensi, asumsi peneliti semakin tinggi umur lansia di Kelurahan Tipo maka lansia di sana makin susah untuk melakukan kunjungan ke posyandu karena kondisi fisiknya semakin menurun, sehingga faktor umur lansia menjadi kunci mengapa minat lansia menjadi kurang. Hal ini didukung oleh penelitian lain yang menyebutkan bahwa umur lansia yang semakin tinggi akan membuat lansia kesulitan ke posyandu diakibatkan karena sering merasa kelelahan dan banyaknya masalah kesehatan yang dialami. Bertambahnya umur seseorang

mempengaruhi proses terbentuknya motivasi sehingga faktor umur diperkirakan berpengaruh terhadap perilaku seseorang (Nurjannah, 2020). Menurut peneliti umur seseorang mempengaruhi motivasi lansia. Hal ini didukung oleh penelitian lain yang menunjukkan bahwa seiring bertambahnya usia, lansia dapat mengalami gangguan kognitif, seperti masalah memori dan kecerdasan. Fungsi kognitif yang dimaksud adalah proses mental dalam memperoleh pengetahuan atau kemampuan kecerdasan, termasuk berpikir, mengingat, memahami, merencanakan, cara berpikir, daya ingat, pemahaman, perencanaan, dan melaksanakan pengendalian penyakit (Tombokan, 2020).

Dukungan sosial keluarga yang baik terhadap lansia yang tidak termotivasi dalam pengontrolan hipertensi. Menurut asumsi peneliti pendidikan lansia dengan sebagian besar memiliki tingkat pendidikan rendah (SD) mempengaruhi motivasi, karena jika lansia dengan pendidikan tinggi pandai menyerap informasi dan memahami pentingnya memonitor hipertensi secara rutin dan mengontrol keterampilan dalam perawatan diri. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Tombokan (2020), yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah untuk memahami hal-hal baru dan memecahkan berbagai masalah yang berkaitan dengannya, termasuk masalah kehidupannya.

Dukungan sosial keluarga yang baik terhadap lansia yang tidak termotivasi dalam pengontrolan hipertensi. Asumsi peneliti, hal ini dapat diakibatkan karena kesibukan dari lansia yang bekerja, sehingga lansia tidak punya waktu dalam melakukan kunjungan ke posyandu, sehingga faktor pekerjaan menjadi hal yang dapat menurunkan motivasi lansia di Kelurahan Tipo. Hal ini berdasarkan teori yang mengatakan bahwa pekerjaan yang berkaitan dengan pendidikan dan pendapatan, dan memainkan peran penting dalam kehidupan sosial ekonomi kehidupan akan berkaitan dengan tingkat kesehatan seseorang. Menurut Pangesti & Agussafutri

(2019), seseorang yang memiliki pekerjaan yang cukup padat, akan mempengaruhi partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan. Semakin padat pekerjaannya, maka semakin sulit bagi lansia untuk datang ke posyandu. Dukungan sosial keluarga sangat mempengaruhi motivasi lansia, karena dengan adanya dukungan sosial keluarga, lansia memiliki dorongan untuk mengikuti posyandu lansia. Begitupun sebaliknya, jika

SIMPULAN

Sebagian besar lansia di Kelurahan Tipo mendapatkan dukungan sosial keluarga yang baik dan termotivasi untuk mengikuti posyandu. Dukungan sosial keluarga memiliki hubungan yang kuat dan positif dengan motivasi lansia dalam pengontrolan hipertensi di posyandu karena

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, A. (2021). Dukungan, Hubungan Terhadap,       Keluarga      Hipertensi,

Pengendalian Pasien, Pada Darah, Tekanan Diwilayah, Tinggi Pengandonan, Kerja Puskesmas Oku, Kabupaten [skripsi] (hal. 61–68)

Dinas Kesehatan Kota Palu. (2020). Profil Kesehatan Kota Palu

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. (2021). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. In Profil kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah

Dolo, L. S., & Yusuf, A. (2021). Analisis faktor memengaruhi kepatuhan berobat lansia penderita hipertensi pada masa pandemi covid-19 di puskesmas bulili kota palu. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(2623– 1581), 828p

Hypertension. [Internet]: 15 Januari 2022 [Dikutip 16 Januari 2022] Tersedia dari Https://WHO | World Health Organization.com

Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta

Kusumawati. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia Melati Putih di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran Kota Samarinda. Jurnal Kesehatan Uwugama, 4, 1

Niven. (2013). Psikologi Kesehatan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Nuraisyah, F., & Kusumo, H. R. (2021). Edukasi Pencegahan dan Penanganan Hipertensi untuk Meningkatkan Kualitas Hidup pada Lansia. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(2), 35-38p

Nurjannah. (2020). Hubungan Faktor Perilaku Lansia dan Dukungan Keluarga terhadap

dukungan sosial keluarga rendah, maka akan berkurang pula dorongan kepada lansia untuk mengikuti posyandu, namun faktor dukungan sosial keluarga bukanlah satu-satunya yang dapat memotivasi lansia. Banyak faktor lain juga yang mempengaruhi motivasi pada lansia, seperti kemauan dari dalam dirinya, umur lansia, pendidikan, dan pekerjaan lansia itu sendiri.

dukungan sosial keluarga sangat dibutuhkan oleh lansia dalam memotivasi lansia untuk mengontrol hipertensinya. Dukungan keluarga dapat meningkatkan dorongan kepada lansia dalam menjalankan kegiatan lansia sehari-hari.

Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Sembilan. Jurnal Ensiklopedia, 2, 2

Nurzia, N. (Nia). (2017). The Relationship Between Motivation And Elderly Family Support In Visiting The Elderly Posyandu In Working Area Public Health Center Simpang Kawat Jambi City 2017. Scientia Journal, 6(2), 162169p.

https://www.neliti.com/id/publications/2864 06/

Pangesti, C. B., & & Agussafutri, W. D. (2019). The Relationship      Between      Mother’s

Occupational Status And Knowledge About Posyandu Balita With Compliance Of Visiting Posyandu At Posyandu Balita Singosari Kelurahan Banyuanyar Surakarta. Jurnal Kebidanan Indonesia, 10(2), 32–40

Purnama, T. B. (2020). Manajemen dan Analisis Data Kesehatan (1 ed.). Medan

Puskesmas Anuntodea Tipo. (2021). Profil Kesehatan Anuntodea Tipo (hal. 98–100). Puskesmas Anuntodea Tipo

Puspayanti, N. K. D. (2021). Literature review: dukungan keluarga meningkatkan minat lansia menghadiri posyandu. (hal. 16–35)

Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health Psychology: Bicpsychocial Interactions (J. W. & S. Inc. (Ed.); 7th Ed)

Sumendap, J., Rompas, S., Simak, V. (2020). Hubungan Dukungan Keluarga Dan Motivasi Dengan Minat Lansia Terhadap Posbindu. Jurnal Keperawatan, 8(22302–1152), 103p

Tombokan, M. (2020). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Dalam Mengontrol Kadar Gula Darah Pada

Penderita Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja

Puskesmas     Pampang     Kecamatan

Panakkukang Kota Makassar. Jurnal Media Keperawatan, 11(2p), 2087p

Triono, A., Hikmawati, I. (2020). Pengaruh

Dukungan Keluarga Terhadap Perilaku

Pengendalian Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Lansia Di Puskesmas Sumbang 1.

Jurnal Keperawatan, 1(6), 4p

Winardi. (2011). Motivasi dan Pemotivasian Dalam

Manajemen. PT Raja Grafindo Persada: Depok

Volume 10, Nomor 4, Agustus 2022

376