Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

PENGETAHUAN PERAWAT BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN RANGE OF MOTION DI INTENSIVE CARE UNIT

RSUD ULIN BANJARMASIN

Ifa Hafifah*1, Erika Handayani1, Agianto1

1Program Studi Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat *korespondensi penulis, email: hafifah.ifa@ulm.ac.id

ABSTRAK

Pasien yang berada di ICU merupakan pasien dengan tirah baring lama yang memerlukan intervensi medis berupa range of motion, agar tidak terjadi dekubitus dan kekakuan pada sendi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan range of motion di ICU Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2020. Uji statistik menggunakan Chi Square. Sampel yang digunakan adalah 53 perawat pelaksana di ICU RSUD Ulin Banjarmasin dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Pengambilan data menggunakan 3 instrumen berupa data demografi responden, kuesioner pengetahuan perawat, dan lembar observasi pelaksanaan range of motion. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan range of motion di ICU RSUD Ulin Banjarmasin 0,004 < α (0,05). Semakin banyak perawat yang mengikuti pelatihan terkait pelaksanaan range of motion atau latihan rentang gerak sendi, maka pengetahuan perawat dalam pelaksanaan range of motion akan semakin meningkat. Pengetahuan perawat yang baik terhadap pelaksanaan range of motion, maka dapat mencegah terjadinya dekubitus dan kekakuan sendi secara optimal.

Kata kunci: ICU, pengetahuan, perawat, range of motion

ABSTRACT

Patients who are in the ICU, are patients with prolonged bed rest who need medical interventions such as range of motion, to avoid pressure sores and joint stiffness. The purpose of this study was to determine the relationship between nurse’s knowledge and the implementation of range of motion at ICU Ulin Regional General Hospital, Banjarmasin. This study was a correlational study with cross sectional approach. The research was carried out in July to August 2020. Statistical test using Chi Square. The sample of this study were 53 nurses at ICU Ulin Regional General Hospital, Banjarmasin with a sampling technique that was purposive sampling. Data collection used 3 instruments such as respondent demographic data, nurses's knowledge questionnaire, and observation sheet for the implementation of range of motion. The results obtained that there was a relationship between nurses' knowledge and the implementation of range of motion at ICU Ulin Regional General Hospital Banjarmasin with 0,004 < α (0,05). The more nurses who take part in training related to the implementation of range of motion, the knowledge of nurses in the implementation of range of motion will increase. Good knowledge of nurses on the implementation of the range of motion, it can prevent the occurrence of decubitus and joint stiffness optimally.

Keywords: ICU, knowledge, nurse, range of motion

103

PENDAHULUAN

Pasien yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU) yaitu pasien yang memerlukan intervensi segera, pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dilakukan pengawasan secara terus-menerus (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Pelaksanaan Range of Motion (ROM) oleh perawat ICU masih belum maksimal. Salah satu faktor yang berkaitan dengan pelaksanaan ROM adalah pengetahuan perawat terkait ROM. Pengetahuan merupakan keingintahuan seseorang setelah melihat dan mengenali sesuatu objek. Penginderaan terjadi melalui panca indera yang dimiliki manusia berupa mata, telinga, hidung, lidah dan kulit. Pengetahuan merupakan aspek yang sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang (over behavior). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih bertahan lama di pikiran daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2011).

Berdasarkan fenomena yang ada, peneliti mewawancarai enam orang perawat ICU RSUD Ulin Banjarmasin, mereka mengatakan bahwa ICU tidak memiliki protokol terkait tindakan ROM. Perawat mengatakan bahwa tindakan ROM dikerjakan oleh fisioterapis yang sudah mempunyai protokol ROM dan telah mengikuti pelatihan khusus. Perawat mengatakan hanya melakukan tindakan mobilisasi dini pada saat pengerjaan personal hygiene di pagi hari dan mobilisasi dini di kerjakan oleh masing-masing perawat dengan waktu yang berbeda-beda atau tidak ada penentuan berapa menit tindakan mobilisasi dini harus dikerjakan.

Manfaat dilakukannya ROM adalah agar pasien tidak mengalami dekubitus (Ayello & Braden, 2002). Dekubitus merupakan masalah yang sering terjadi di ICU Rumah Sakit di Amerika Serikat yaitu

berkisar 3-11 % pada unit perawatan akut dan 24% pada unit perawatan jangka panjang. Selain itu, ROM dapat mencegah terjadinya kontraktur, atropi otot, meningkatkan peredaran darah ke esktremitas, mengurangi kelumpuhan vaskular, dan memberikan kenyamanan pada pasien. Perawat harus mempersiapkan, membantu dan mengajarkan pasien untuk melakukan ROM yang meliputi semua sendi (Lukman & Ningsih, 2009).

Lewis et al (2005) menyatakan bahwa atropi otot karena kurangnya aktifitas dapat terjadi hanya dalam jangka waktu kurang dari satu bulan perawatan tanpa pergerakan otot, jika tidak segera mendapatkan penanganan, maka akan menyebabkan terjadinya komplikasi, salah satunya adalah kontraktur. Kontraktur dapat menyebabkan terjadinya gangguan fungsional, seperti tidak bisa dilakukannya mobilisasi karena dapat menyebabkan patah tulang pada penderita, dan juga dapat mengganggu aktifitas sehari-hari. Salah satu tindakan yang dapat mencegah terjadinya kontraktur yaitu ROM, karena saat dilakukan ROM perawat akan menggerakkan sendi-sendi pasien agar tidak terjadi kekakuan sendi yang bisa menyebabkan kontraktur (Asmadi, 2008).

ROM diklasifikasikan menjadi dua yaitu, ROM aktif dan ROM pasif. ROM aktif merupakan tindakan ROM yang dikerjakan sendiri oleh pasien, sedangkan ROM pasif sendiri merupakan tindakan ROM yang bisa dikerjakan dengan bantuan perawat atau fisioterapi. ROM digunakan sebagai dasar untuk memastikan adanya gerakan sendi yang tidak normal. ROM pasif dapat dilakukan oleh terapis atau perawat secara langsung, atau melalui mesin seperti siklus ergometer atau mesin gerak pasif yang dilakukan secara terus-menerus (Potter & Perry, 2010).

ROM aktif tidak dapat dilakukan di ICU karena sebagian besar pasien mengalami 104

penurunan kesadaran, pasien yang terpasang ventilasi mekanik dan kritis akan bertahan selama beberapa hari hingga beberapa minggu, sehingga intervensi mobilitas aktif akan tertunda, dan dapat menimbulkan kecacatan (Griffiths & Hall, 2010). Perawat beranggapan bahwa tindakan mobilisasi dini sudah mewakili pergerakan untuk pencegahan terjadinya dekubitus pada pasien ICU, padahal tindakan mobilisasi dini dengan ROM berbeda. Tindakan ROM sangat

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasi dan pendekatan cross sectional. Besar jumlah sampel didapatkan dari perhitungan menggunakan rumus Slovin dengan jumlah responden yang didapat, yaitu 53 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu purposive sampling. Data diambil di ruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin pada bulan Juli - Agustus 2020.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah perawat pelaksana yang aktif bekerja di ruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin dan bersedia menjadi responden. Penelitian ini menggunakan tiga instrumen penelitian dan sudah pernah digunakan pada penelitian Nasrudi (2017) untuk kuesioner pengetahuan perawat dan Mahraini (2018) untuk data demografi responden, dan lembar observasi pelaksanaan ROM. Pada instrumen data demografi dengan item isian terkait tanggal pengisian kuesioner, inisial, usia, jenis kelamin, pendidikan, dan masa kerja.

Instrumen kedua pada penelitian ini berupa kuesioner yang diadopsi dari Nasrudi (2017) dan telah dimodifikasi oleh peneliti

penting dilakukan pada pasien ICU yang mengalami penurunan kesadaran, karena jika tidak ada pergerakan sendi maka akan berdampak pada pasien dengan terjadinya kekakuan sendi, dekubitus, dan kontraktur otot (Lukman & Ningsih, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan Range of Motion (ROM) di ICU RSUD Ulin Banjarmasin.

karena untuk menyesuaikan dengan penelitian yang diteliti. Kuesioner yang digunakan sudah mendapatkan izin penelitian dari Nasrudi (2017). Kuesioner penelitian yang telah dimodifikasi, terdiri dari 20 item pertanyaan berbentuk pilihan ganda yang diisi dengan cara menjawab dengan tanda silang (X) pada jawaban yang menurut responden benar. Instrumen kuesioner pengetahuan perawat telah diuji validitas dan reliabilitas di RSUD Moch. Ansari Saleh kepada 20 orang perawat pelaksana yang bertugas di ruang ICU. Instrumen ketiga pada penelitian ini adalah lembar observasi yang mengadopsi dari penelitian Mahraini (2018).

Uji validitas dan reliabilitas kuesioner pengetahuan perawat pada 20 orang perawat pelaksana, didapatkan hasil nilai r hitung > r tabel 0,444. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Square. Penelitian ini telah dinyatakan layak berdasarkan surat keputusan layak etik dengan No.086/KEPK-FK UNLAM/EC/III/2020 oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.

105


HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel 1. Karakteristik Responden di ICU RSUD Ulin Banjarmasin (n=53)

Karakteristik Responden

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Usia

17-25 tahun

2

3,8

26-35 tahun

34

64,1

36-45 tahun

16

30,2

46-55 tahun

1

1,9

Jenis Kelamin

Laki-laki

19

35,8

Perempuan

34

64,2

Pendidikan Terakhir

DIII Keperawatan

36

67,9

S1 Keperawatan

6

11,3

Ners

11

20,8

Masa Kerja

< 5 tahun

12

22,6

5-10 tahun

30

56,6

> 10 tahun

11

20,8

Tabel 1 menunjukkan mayoritas umur pendidikan responden adalah DIII responden dalam rentang 26-35 tahun Keperawatan sebanyak 36 orang (67,9%). (64,1%). Berdasarkan jenis kelamin Sebagian besar responden memiliki masa responden, sebagian besar adalah perempuan kerja dalam rentang 5-10 tahun, yaitu sebanyak 34 orang (64,2%). Mayoritas sebanyak 30 orang (56,6%).

Tabel 2. Pengetahuan Perawat Dalam Pelaksanaan Range of Motion di ICU RSUD Ulin Banjarmasin (n=53)

Kategori Pengetahuan Perawat           Frekuensi (n)

Persentase (%)

Baik

19

35,8

Cukup

24

45,3

Kurang

10

18,9

Dalam tabel 2 dapat dilihat bahwa sebanyak 19 responden (35,8%) memiliki pengetahuan yang baik mengenai pelaksanaan ROM, sebanyak 24 responden

(45,3%) berpengetahuan cukup, dan masih terdapat 10 responden (18,9%) yang berpengetahuan kurang.

Tabel 3. Pelaksanaan Range of Motion di ICU RSUD Ulin Banjarmasin (n=53)

Kategori Pelaksanaan ROM           Frekuensi (n)

Persentase (%)

Baik

26

49,1

Kurang Baik

27

50,9

Pada tabel 3 memperlihatkan bahwa 26 responden (49,1%) baik dalam melaksanakan ROM dan 27 responden (50,9%) kurang baik dalam melaksanakan ROM. Pada lembar

observasi ROM yang dipakai pada penelitian ini terdapat 2 kategori, yaitu baik dan kurang baik.

106

Tabel 4. Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan Range of Motion di ICU RSUD Ulin Banjarmasin (n=53)

Pengetahuan Perawat

Pelaksanaan ROM

Total

p - value

Baik

Kurang Baik

f

%

f

%

f

%

Baik

14

73,7

5

26,3

19

100

0,004

Cukup

11

45,8

13

54,2

24

100

Kurang

1

10,0

9

90,0

10

100

Total

26

49,1

27

50,9

53

100

perawat dengan pelaksanaan ROM di ICU RSUD Ulin Banjarmasin.


Berdasarkan Tabel 4, didapatkan bahwa p value = 0,004 (p<0,05). Hal ini berarti terdapat hubungan antara pengetahuan

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikansi 0,004 < α (0,05). Hal ini berarti ada hubungan antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan ROM. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurkholis & Alimansur (2013), dimana didapatkan hasil hampir seluruh responden berpengetahuan baik (77%) mengenai latihan rentang gerak sendi. Hal ini dapat disebabkan oleh pengalaman yang dimiliki responden, dikarenakan pengalaman merupakan salah satu faktor terbentuknya pengetahuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 27 orang (50,9%) belum melaksanakan ROM dengan sempurna. Hal ini serupa dengan hasil penelitian Amri (2019) yang mendapatkan hasil bahwa 21 responden (52,2%) termasuk dalam kategori kurang baik mengenai pelaksanaan ROM kepada pasien. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga, serta kurangnya mendampingi pasien ketika melaksanakan latihan rentang gerak. Berdasarkan hasil penelitian, banyak responden yang berpengetahuan kurang baik, hanya memberi anjuran kepada keluarga pasien untuk melakukan latihan rentang gerak.

Hal ini berbeda dengan perawat ICU di Cina. Lebih dari separuh perawat ICU lulus tes pengetahuan dan memiliki sikap yang

positif terkait latihan rentang gerak. Perawat memiliki pengetahuan baik tentang latihan rentang gerak, namun memiliki pemahaman kurang terhadap tindakan latihan rentang gerak sehingga responden menyarankan untuk menghentikan pelaksanaan latihan rentang gerak pada pasien ICU, dikarenakan responden memiliki hambatan utama yang mereka anggap sebagai beban kerja yang sangat berat, tidak adanya protokol tertulis, keterbatasan staf, dan tidak adanya pelatihan yang diberikan kepada responden sehingga mereka kurang memahami bagaimana pelaksanaan latihan yang benar (Wang et al, 2020).

Sesuai dengan hasil penelitian, sebagian perawat memiliki pengetahuan yang baik terhadap latihan rentang gerak sendi, namun dalam pelaksanaan latihan rentang gerak masih banyak perawat yang memiliki kemampuan kurang baik sebanyak 27 orang (50,9%). Dari hasil penelitian didapatkan, sebagian perawat dengan tingkat pengetahuan yang baik namun tidak dapat melaksanakan ROM dengan baik. Hannani (2016) mengemukakan beban kerja yang banyak berpengaruh terhadap kinerja perawat dalam melakukan asuhan keperawatan. Dimana semakin banyak beban kerja perawat maka berpotensi terjadinya penurunan kinerja yang perawat berikan dalam penerapan

107


asuhan keperawatan. Sebaliknya, menurut Edison, Anwar, Komariyah (2018) rata-rata lama masa kerja dapat memacu motivasi di antara perawat lainnya untuk menunjukkan kinerja yang baik terhadap tenaga kerja yang

SIMPULAN

Karakteristik responden rata-rata berada dalam rentang usia 26-35 tahun sebanyak 34 orang (64,1%), berjenis kelamin perempuan sebanyak 34 orang (64,1%), mayoritas responden berpendidikan terakhir DIII Keperawatan sebanyak 36 orang (67,9%), dan mempunyai masa kerja terbanyak pada rentang 5-10 tahun sebanyak 30 orang (56,6%). Sebagian besar responden

DAFTAR PUSTAKA

Amri, N. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Perawat Dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pada Pasien Post Operasi Di Ruang Bedah dan VIP RSU Mayjen HA Thalib Kerinci Tahun 2017. Menara Ilmu, 13(5).

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. EGC: Jakarta.

Ayello, E. A., & Braden, B. (2002). How and why to do pressure ulcer risk assessment. Advances in skin & wound care, 15(3), 125-131.

Edison, E., Anwar, Y., Komariyah, I. (2018).

Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfabeta.

Griffiths, R., D., & Hall, J., B. (2010). Pathophysiology Research Unit, School of Clinical Sciences, University of Liverpool. Liverpool: United Kingdom.

Hannani, A. (2016). Pengaruh Beban Kerja, Kepuasan, Fasilitas Terhadap Kinerja Perawat Di Ruang Perawatan Mawar Lantai II Rumah Sakit Umum Wisata UTT Makasar. Jurnal Mirai Manajemen, 1(02).

Kementrian Kesehatan RI. (2011). Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit.

Lewis, et al. (2005). Medical Surgical Nursing, Assessment and Management of Clinical Problem. New South Wales: Mosby Inc.

Lukman, Ningsih, N. (2009). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem musculoskeletal. Salemba Medika: Jakarta.

baru atau muda, sehingga dapat menjadi contoh untuk perawat yang lainnya untuk terus meningkatkan kinerja dan memberikan asuhan keperawatan yang terbaik.

masuk dalam kategori berpengetahuan cukup yaitu 24 orang (45,3%) tetapi masih banyak responden yang kurang baik pada pelaksanaan Range of Motion yaitu 27 orang (57,9%). Terdapat hubungan antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan Range of Motion di ICU dengan p-value 0,004.

Mahraini. (2018). Analisis Pengetahuan Perawat Untuk Melakukan Range of Motion (ROM) di RSUD Datu Sanggul Rantau. Karya Tulis Ilmiah, Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.

Nasrudi. (2017). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang ROM Aktif Pada Pasien Stroke di Ruang Rawat Inap RS Torabelo. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Jaya: Palu.

Nurkholis, Z & Alimansur, M. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Mobilisasi Dini dengan Pelaksanaan Tindakan Mobilisasi Dini Pada Pasien Post Operasi. Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(2).

Notoatmodjo, S. (2011). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta

Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : EGC

Sayed, S. E., & Younis, G. A. A. (2016). The Effect of Relaxation techniques on Quality of Sleep for Patients with End Stage Renal Failure Undergoing Hemodialysis. Menoufia Nursing Journal, 1(2), 25-37.

Wang, J., Xiao, Q., Zhang, C., Jia, Y., & Shi, C. (2020). Intensive care unit nurses' knowledge, attitudes, and perceived barriers regarding early mobilization of patients. Nursing in critical care, 25(6), 339-345.

108


Volume 10, Nomor 1, Februari 2022