Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI TERHADAP PENGUNGKAPAN DIRI DALAM PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL PADA REMAJA

Ni Putu Widya Erawati1, Ni Luh Putu Shinta Devi2, Luh Mira Puspita2 1Mahasiswa Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana; 2Dosen Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Alamat korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Tugas perkembangan yang harus dicapai sebagai akibat adanya perubahan pada remaja yaitu pencarian jati diri atau identitas diri. Pencarian identitas diri ini nantinya akan mempengaruhi berbagai aspek pada remaja salah satunya pengungkapan diri. Pada zaman teknologi, remaja lebih banyak memanfaatkan media sosial sebagai sarana untuk mengungkapkan informasi tentang dirinya. Pengungkapan diri dalam penggunaan media sosial dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya yaitu harga diri. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui hubungan antara harga diri dengan pengungkapan diri dalam penggunaan media sosial pada remaja di SMP Negeri 2 Tabanan. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif - korelatif dengan pendekatan cross sectional. Pada penelitian ini pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Besar sampel yang digunakan adalah 348 siswa. Simpulan hasil analisis dengan menggunakan uji Spearman Rank menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara harga diri dan pengungkapan diri dalam penggunaan media sosial pada remaja dengan nilai p = 0,180 (α = 0.05) . Saran dari peneliti kepada siswa agar lebih berhati-hati dan bijak dalam menggunakan media sosial serta tidak melakukan pemalsuan identitas atau memberikan informasi yang tidak sesuai dengan realita.

Kata Kunci : Harga Diri, Pengungkapan Diri dalam Penggunaan Media Sosial, Remaja Awal

ABSTRACT

The developmental task that must be achieved as a result of changes in adolescents is the search for identity. This search for self-identity will affect various aspects of adolescents, one of which is selfdisclosure. In the age of technology, teenagers use social media more as a means to reveal information about themselves. Self-disclosure in the use of social media is influenced by various factors, one of which is self-esteem. The purpose of this study was to determine the relationship between self-esteem and self-disclosure in the use of social media in adolescents at SMP Negeri 2 Tabanan. This study used descriptive - correlative with a cross sectional approach. In this study, the sample was taken using cluster random sampling technique. The sample size used was 348 students. The conclusion of the analysis using the Spearman Rank test shows that there was no significant relationship between self-esteem and self-disclosure in the use of social media in adolescents with p value = 0.180 (α = 0.05). Suggestions from researchers to students to be more careful and wise in using social media and not to fake identities or provide information that is not in accordance with reality

Keywords: Self-Esteem, Self-Disclosure in the Use of Social Media, Early Adolescence

PENDAHULUAN

Remaja merupakan seseorang yang berada pada masa transisi dari kanak-kanak menuju masa dewasa (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Pada masa ini akan terjadi berbagai perubahan baik fisik, kognitif, emosional maupun psikososial (Jahja, 2011). Perubahan yang terjadi sangat cepat dan tentunya akan berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan dari remaja.

Berdasarkan teori Erikson (1950 dalam Yusuf & Amin, 2020), remaja berada pada tahap identity vs role confusion. Pada masa remaja, kebingungan terhadap identitas atau peran diri merupakan bahaya utama pada tahap perkembangan ini. Remaja dapat memilih untuk membangun hubungan yang erat dalam suatu kelompok atau memilih terisolasi dalam pencarian jati dirinya. Pencarian identitas atau jati diri ini nantinya akan mempengaruhi berbagai aspek pada remaja salah satunya terkait pengungkapan diri pada remaja.

Pengungkapan diri merupakan kemampuan dari seseorang dalam menginformasikan tentang dirinya kepada orang lain (Wheeles, 1987 dalam Pasaribu, 2018). Pada zaman teknologi, remaja lebih banyak memanfaatkan media sosial sebagai sarana untuk mengungkapkan informasi tentang dirinya. Berdasarkan usia, penggunaan media sosial pada usia 9-19 tahun sebanyak 93,52%. Berdasarkan jenis kelamin, penggunaan media sosial pada kelompok laki-laki sebanyak 92,07% dan kelompok perempuan sebanyak 93,68% (Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia, 2017). Berbagai aktivitas dilakukan oleh

remaja di media sosial dan setiap individu dapat mengunggah berbagai hal tanpa rasa khawatir dikarenakan dalam media sosial bisa dengan bebas memalsukan identitas dan jati diri (Putri, Nurwati, & Budiarti, 2016). Penggunaan Hal ini diakibatkan karena curhatan atau foto yang diunggah dalam media sosial yang mana unggahan tersebut dinilai negatif atau kurang baik seperti unggahan curhatan yang berisikan hinaan atau luapan kemarahan terhadap seseorang sehingga kemarahan sekejap tersebut dapat membuat individu bersangkutan merasa lega. Namun hal tersebut justru memicu permusuhan atau bully dalam media sosial bahkan hingga ke dunia nyata (Jalal, Idris & Muliana, 2021). Jika dibiarkan terus-menerus maka dapat meningkatkan stres dan berisiko mengalami depresi (CNN Indonesia, 2018). Dalam mencegah hal itu maka seringkali remaja memalsukan tentang dirinya bahkan menggunggah sesuatu yang tidak sesuai dengan realita untuk menyembunyikan kelemahannya.

Harga diri memiliki peranan penting dalam pengungkapan diri remaja. Menurut Nathaniel Branden (1992) harga diri merupakan keyakinan terhadap kemampuan diri dalam bertindak ataupun dalam menghadapi tantangan di kehidupannya serta keyakinan bahwa individu memiliki hak untuk bahagia, dan merasa bahwa diri berharga, layak, mampu mengutarakan kebutuhan serta keinginan kita dan menikmati hasil dari kerja keras kita sendiri (Refnadi, 2018). Harga diri pada setiap individu berbeda-beda dan dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Pada penelitian ini menyasar responden yang berada pada fase

remaja awal atau siswa SMP. Alasan peneliti memilih responden remaja SMP karena berkaitan dengan proses penyesuaian diri yang penting dalam pencarian identitas diri. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan didapatkan data terkait penggunaan media sosial yang dominan digunakan oleh siswa yaitu whatsapp sebesar 93,2%, instagram sebesar 74,1%, facebook sebesar 19%, dan twitter sebesar 14,3%. Sebesar 83,7% siswa mengakses media sosial setiap hari dengan durasi 1-4 jam per hari sebesar 29.3% siswa, 5-9 jam per hari sebesar 25,9% siswa, 20-24 jam per hari sebesar 17% siswa dengan rutinitas yang paling sering dilakukan yaitu melihat postingan teman sebesar 83,7% dan mengunggah foto serta curhatan sebesar 17,7%. Berdasarkan hasil studi pendahuluan juga diperoleh data bahwa terdapat 45,1% siswa memiliki pengungkapan diri rendah. Selain itu juga didapatkan bahwa terdapat 39,4% siswa memiliki harga diri rendah. Penelitian ini bertujuan guna mengetahui hubungan antara harga diri terhadap pengungkapan diri dalam penggunaan media sosial pada remaja di SMP Negeri 2 Tabanan.

METODE PENELITIAN

Merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif-korelatif dan menggunakan pendekatan crosssectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Tabanan, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali, Indonesia. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu dari bulan September 2020 hingga Juni 2021. Populasi pada penelitian ini berjumlah 969 siswa dengan sampel penelitian sebanyak 348

siswa. Teknik yang digunakan untuk menentukan jumlah sample yaitu cluster random sampling. Kriteria inklusi penelitian ini yaitu siswa yang terdaftar sebagai siswa SMP Negeri 2 Tabanan, siswa yang berada dalam rentang usia 11-14 tahun dan menggunakan media sosial jenis apapun. Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu wali kelas SMP Negeri 2 Tabanan selaku wali siswa di sekolah tidak bersedia jika siswa dikelasnya menjadi sampel penelitian dan siswa SMP Negeri 2 Tabanan tidak bersedia mengisi kuesioner.

Pada penelitian ini menggunakan dua kuesioner yaitu kuesioner harga diri dan kuesioner pengungkapan diri dalam penggunaan media sosial. Selain itu, responden diminta untuk mengisi data terkait usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan pendapatan orang tua. Kuesioner harga diri digunakan untuk mengukur tingkat harga diri dari remaja. Kuesioner harga diri yang digunakan didasarkan pada aspek-aspek harga diri menurut Coopersmith (1967) yang meliputi aspek kekuatan (power), aspek keberartian (significance), aspek kebajikan (virtue), dan aspek kemampuan (competence). Kuesioner tersebut sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan nilai validitas yaitu 0.110-0.554 dan nilai alpha cronbach yaitu 0.877. Kuesioner tersebut menggunakan skala likert dengan 40 item pernyataan.

Kuesioner pengungkapan diri dalam penggunaan media sosial digunakan untuk mengukur pengungkapan diri dalam penggunaan media sosial pada remaja yang mencakup 5 dimensi pengungkapan diri menurut Wheeless dan Grotz

(1976). Kelima dimensi tersebut diantaranya, intent to disclose, amount of disclosure, valence, control of depth, dan honesty-accuracy of disclosure. Kuesioner tersebut sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan nilai validitas yaitu 0.166-0.665 dan nilai alpha cronbach yaitu 0.786. Kuesioner tersebut menggunakan skala likert dengan 28 item pernyataan.

Kuesioner tersebut disebar melalui Whatsapp Group siswa dengan didahului penjelasan terkait penelitian serta mengisi kesediaan untuk keikutsertaan dari responden dalam penelitian. Penjelasan terkait penelitian dan kesediaan tersebut diberikan pada wali kelas selaku wali siswa di sekolah dan siswa yang menjadi sampel

penelitian. Hal ini dikarenakan siswa masih dibawah umur sehingga perlu adanya wali yang memutuskan terlebih dahulu terkait keikutsertaan dari responden. Namun saat pengisian kuesioner, siswa tetap diijinkan untuk memutuskan keikutsertaannya dalam penelitian. Semua data yang diperoleh diolah langsung oleh peneliti dan dijamin kerahasiaannya.

Teknik yang digunakan dalam menganalisis data yaitu analisis univariat pada karakteristik responden dan setiap variabel serta analisis bivariat dengan menggunakan uji Spearman Rank karena data tidak terdistribusi normal dengan nilai p=0.000.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Status Gizi (IMT) dan Status Sosial Ekonomi Siswa di SMP N 2 Tabanan pada Bulan Maret-April 2021 (n=348)

Variabel

Frekuensi

Persentase (%)

Usia

1. 11 Tahun

2

0.6

2. 12 Tahun

38

10.9

3. 13 Tahun

146

41.9

4. 14 Tahun

162

46.6

Jenis Kelamin

1. Perempuan

212

60.9

2. Laki-laki

136

39.1

Status Gizi (IMT)

1. Status Gizi Kurang (Kurus)

186

53.5

2. Normal

134

38.5

3. Status Gizi Lebih (Gemuk)

28

8.0

Status Sosial Ekonomi

1. Tinggi

145

41.7

2. Rendah

203

58.3

Total

348

100

Tabel 1. menunjukkan bahwa siswa di SMP N 2 Tabanan mayoritas berusia 14 tahun yaitu sebanyak 162 siswa (46.6%), berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 212 siswa (60.9%),

memiliki status gizi kurang (kurus) sebanyak 186 siswa (53.4%) dan memiliki status sosial ekonomi dalam kategori rendah sebanyak 203 siswa (58.3%)

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kategori Harga Diri Remaja di SMP N 2 Tabanan pada Bulan Maret-April 2021 (n=348)

Variabel

Frekuensi

Persentase (%)

Harga Diri

1. Tinggi

180

51.7

2. Rendah

168

48.3

Total

348

100


Tabel 2. menunjukkan bahwa mayoritas siswa di SMP N 2 Tabanan

yang memiliki harga diri tinggi yaitu sebanyak 180 siswa (51.7%)

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kategori Pengungkapan Diri dalam Penggunaan Media Sosial pada Remaja di SMP N 2 Tabanan pada Bulan Maret-April 2021 (n=348)

Variabel

Frekuensi

Persentase (%)

Pengungkapan Diri dalam Penggunaan Media Sosial

1. Tinggi

189

54.3

2. Rendah

159

45.7

Total

348

100

Tabel 3. menunjukkan bahwa mayoritas siswa di SMP N 2 Tabanan yang memiliki pengungkapan diri

dalam penggunaan media sosial tinggi sebanyak 189 siswa (54.3%).

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kategori Harga Diri dan Pengungkapan Diri dalam Penggunaan Media Sosial pada Remaja Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Status Gizi (IMT) dan Status Sosial Ekonomi di

SMP N 2

Bulan Maret-April 2021 (n=348)

Variabel

Harga Diri

Pengungkapan Diri dalam Penggunaan Media Sosial

Tinggi

Rendah

Tinggi

Rendah

n

%

N

%

n

%

n

%

Usia

1. 11 Tahun

1

0.6

1

0.6

2

1.1

0

0

2. 12 Tahun

24

13.3

14

8.3

18

9.5

20

12.6

3. 13 Tahun

72

40.0

74

44.0

84

44.4

62

39.0

4. 14 Tahun

83

46.1

79

47.0

85

45.0

77

48.4

Jenis Kelamin

1. Perempuan

113

62.8

99

58.9

94

49.7

118

74.2

2. Laki-laki

67

37.2

69

41.1

95

50.3

41

25.8

Status Gizi (IMT)

1. Status Gizi Kurang (Kurus)

98

54.4

88

52.4

105

55.6

81

50.9

2. Status Gizi Normal

67

37.2

67

39.9

68

36.0

66

41.5

3. Status Gizi Lebih (Gemuk)

15

8.3

13

77

16

8.5

12

7.5

Status Sosial Ekonomi

1. Tinggi

79

43.9

66

39.3

68

36.0

77

48.4

2. Rendah

101

56.1

102

60.7

121

64.0

82

51.6

180

100

168

100

189

100

159

100

Tabel 4. menunjukkan bahwa remaja yang memiliki harga diri tinggi

cenderung berada pada kelompok usia 14 tahun sebanyak 83 siswa (46.1%),

berjenis kelamin perempuan sebanyak 113 siswa (62.8%), memiliki status gizi kurang (kurus) sebanyak 98 siswa (54.4%) dan status gizi lebih (gemuk) sebanyak 15 siswa (8.3%) serta memiliki status sosial ekonomi tinggi sebanyak 79 siswa (43,9%). Remaja dengan pengungkapan diri dalam penggunaan media sosial yang tinggi

didominasi oleh remaja berusia 14 tahun sebanyak 85 siswa (45.0%), berjenis kelamin laki-laki sebanyak 95 siswa (50.3%), memiliki status gizi kurang (kurus) sebanyak 105 siswa (55.6%) dan memiliki status sosial ekonomi rendah sebanyak 121 siswa (64.0%).

Tabel 5. Hasil Analisis Hubungan Harga Diri dan Pengungkapan Diri dalam Penggunaan Media Sosial Remaja di SMP N 2 Tabanan pada Bulan Maret-April (n=348)

Variabel

Median (Min-Max)

P Value

rs

Harga Diri

119 (86-150)

Pengungkapan Diri dalam Penggunaan Media Sosial

67 (45-92)

0.180

0.072

Berdasarkan Tabel 5. diketahui bahwa hasil analisis Spearman Rank menunjukkan p value sebesar 0.180 yang berarti p > 0.05 yang menunjukkan H0 gagal ditolak. Hal

PEMBAHASAN

Tingkat harga diri dan tingkat pengungkapan diri remaja dalam penggunaan media sosial berbeda-beda. Perbedaan ini dapat disebabkan karena adanya faktor baik internal maupun eksternal yang ikut mempengaruhi tingkat harga diri dan pengungkapan diri pada remaja dalam penggunaan media sosial. Faktor internal dapat berupa usia, jenis kelamin dan lain sebagainya yang berasal dari diri individu sedangkan faktor eksternal dapat berupa pandangan dari luar terkait kondisi atau situasi yang dialami individu seperti kondisi fisik dan status sosial ekonomi yang dimiliki.

Pada penelitian ini, persentase remaja dengan harga diri tinggi lebih besar dari remaja dengan harga diri rendah namun selisihnya tidak menunjukkan jumlah yang besar antara

tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara harga diri terhadap pengungkapan diri dalam penggunaan media sosial pada remaja di SMP N 2 Tabanan.

remaja dengan harga diri tinggi dan rendah. Ditinjau dari segi karakteristik responden menunjukkan bahwa remaja yang memiliki harga diri tinggi cenderung berada pada kelompok usia 14 tahun, berjenis kelamin perempuan, memiliki status gizi kurang (kurus) dan status gizi lebih (gemuk) serta memiliki status sosial ekonomi tinggi. Hal ini dikarenakan semakin meningkat usia maka akan diikuti dengan peningkatan harga diri dari remaja karena hal tersebut berkaitan dengan perkembangan remaja. Menurut Sarwono (2011) terdapat perbedaan cara berpikir dan bertindak antara laki-laki dan perempuan. Remaja perempuan cenderung memperhatikan pandangan luar (faktor eksternal) dalam membentuk kepercayaan diri sebagai bagian dari harga diri (Putri, 2018). Hal ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini faktor eksternal

tempat responden berada memiliki lingkungan yang positif atau mendukung perkembangan remaja sehingga meningkatkan harga diri dari remaja itu sendiri.

Pada penelitian Khasanah, Saputra dan Iklima (2020) yang menyebutkan bahwa remaja dengan status gizi obesitas memiliki tingkat harga diri yang tinggi. Hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya faktor lain yang mendukung perkembangan remaja dengan obesitas seperti faktor lingkungan teman sebaya sehingga remaja tersebut tidak mengalami masalah dengan harga diri. Pada penelitian Pratiwi, Mirza dan Akmal (2019) yang menyebutkan bahwa remaja dengan status sosial ekonomi rendah cenderung merasa tidak percaya diri dan kesulitan berkomunikasi dengan orang lain serta merasa malu dengan keadaannya.

Pada penelitian ini, remaja dengan pengungkapan diri yang tinggi memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan dengan remaja yang melakukan pengungkapan diri yang rendah namun selisihnya tidak menunjukkan jumlah yang besar antara remaja dengan pengungkapan diri tinggi dan rendah. Ditinjau dari segi karakteristik responden menunjukkan bahwa remaja dengan pengungkapan diri dalam penggunaan media sosial yang tinggi didominasi oleh remaja berusia 14 tahun, berjenis kelamin laki-laki, memiliki status gizi kurang (kurus) dan memiliki status sosial ekonomi rendah. Pada penelitian Wahdah (2016) menyatakan bahwa semakin meningkat usia maka semakin tinggi pula pengungkapan diri yang dilakukan. Hal ini dikarenakan, semakin matang usia seseorang maka

kemampuan berpikir dan intelektualnya akan semakin kompleks.

Berdasarkan jenis kelamin, pada penelitian ini menunjukkan bahwa remaja perempuan dalam melakukan pengungkapan diri dalam penggunaan media sosial cenderung rendah sedangkan pada remaja laki-laki cenderung tinggi. Hal ini dapat terjadi akibat faktor lain yang mempengaruhi pengungkapan diri seperti faktor kepribadian yang dimiliki setiap individu dan seseorang yang extrovert serta pandai bergaul cenderung lebih mudah dalam melakukan pengungkapan diri (DeVito, 2011). Di Indonesia definisi kata “tubuh ideal” yang dikenal masyarakat umumnya ialah perempuan yang berbadan langsing sedangkan laki-laki dinilai ideal ketika bertubuh tinggi dan berotot (CNN Indonesia, 2015). Jika dikaitkan dengan hasil penelitian ini, maka seseorang dengan status gizi kurang (kurus) cenderung lebih mendekati kategori tubuh ideal yang dikenal oleh masyarakat umum dibandingkan dengan status gizi lebih (gemuk). Ketika seseorang mendekati kategori tersebut maka cenderung lebih merasa percaya diri dalam melakukan pengungkapan diri. Pada penelitian ini, status sosial ekonomi yang rendah tidak mengganggu remaja dalam melakukan pengungkapan diri. Hal ini dapat disebabkan karena konsep diri yang dimiliki individu positif (Liwilery, 2015).

Pada penelitian ini, hasil analisis data dengan menggunakan uji Spearman Rank menunjukkan p value 0.180. Hal tersebut menunjukkan p > 0.05 yang berarti H0 gagal ditolak sehingga hasil tersebut menandakan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara harga diri terhadap pengungkapan diri dalam penggunaan media sosial pada remaja. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan Fatarani (2020), yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara harga diri dengan pengungkapan diri pada remaja pengguna media sosial. Namun kekuatan hubungan antara harga diri dengan pengungkapan diri sangat lemah. Selain itu, pada penelitian Kusuma (2020) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara harga diri terhadap pengungkapan diri pada remaja pengguna instagram. Namun pada kedua penelitian tersebut menunjukkan kekuatan hubungan antara harga diri dan pengungkapan diri lemah. Hal ini menunjukkan bahwa harga diri bukan faktor yang mendominasi terkait bentuk pengungkapan diri seorang remaja.

Adanya faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini dapat menjadi alasan tidak adanya hubungan antara harga diri dengan pengungkapan diri dalam penggunaan media sosial. Berbagai faktor lain yang dinilai ikut mempengaruhi pengungkapan diri dalam penggunaan media sosial yang dilakukan oleh remaja diantaranya kepribadian, budaya, your listener atau pendengar, topik pembahasan, besaran kelompok, perasaan menyukai, efek diadik, kompetensi, dan kesadaran diri (DeVito, 2011). Selain itu, menurut penelitian Wahdah (2016) menyebutkan bahwa kontrol diri juga merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengungkapan diri. Bentuk dari kontrol diri tiap remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dari masing-masing individu.

Seseorang dengan pengungkapan diri tinggi cenderung dapat lebih jujur dalam mengungkapkan tentang diri di media sosial. Sebaliknya, seseorang dengan bentuk pengungkapan diri rendah cenderung informasi tentang diri yang disampaikan tidak selalu sesuai dengan realita yang ada (Varnali & Toker, 2015).

Berdasarkan karakteristik tahap remaja awal, dapat dilihat bahwa pada masa ini remaja baru mulai memasuki proses penyesuaian diri dalam rangka pencarian jati diri. Remaja mulai membentuk pemikiran-pemikiran baru. Pada masa ini remaja dapat memilih untuk menjalin hubungan yang erat dengan kelompok atau tetap terisolasi. Remaja juga cenderung mulai lebih berorientasi pada teman sebaya dibandingkan dengan orang tua dalam menghadapi perubahan-perubahan yang dialami. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa ini selain lingkungan keluarga, lingkungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan remaja salah satunya akan berdampak pada bentuk dari pengungkapan diri dalam penggunaan media sosial yang dilakukan remaja.

SIMPULAN DAN SARAN

Mayoritas responden memiliki gambaran harga diri tinggi sebanyak 180 orang (51.7%) dan memiliki gambaran pengungkapan diri dalam penggunaan media sosial tinggi sebanyak 189 orang (54.3%). Hasil analisis bivariat menunjukkan nilai signifikansi 0.180 yang menandakan p>0.05 yang berarti tidak ada hubungan signifikan antara harga diri dan pengungkapan diri dalam penggunaan media sosial pada remaja.

Penelitian ini memiliki keterbatasan sehingga peneliti selanjutnya disarankan untuk menambahkan karakteristik responden lainnya sebagai faktor lain yang ikut mempengaruhi harga diri dan pengungkapan diri dalam penggunaan media sosial khususnya pada remaja awal seperti dukungan keluarga dan lingkungan sosial.

DAFTAR PUSTAKA

CNN Indonesia. (2018). Dampak buruk media sosial terhadap kesehatan mental. 06 Oktober                     2020.

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180307154621-255-281155/dampak-buruk-media-sosial-terhadap-kesehatan-mental.

CNN Indonesia. (2015). Definisi cantik dan tampan menurut ilmuwan. 06 Oktober 2020. https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150406095823-277-44398/definisi-cantik-dan-tampan-menurut-ilmuwan.

DeVito, J. A.,  (2011). The International

Communication Book Thirteen Edition. New York: University of New York

Fatarani, S. I. (2020). Hubungan self-esteem dengan self-disclosure pada remaja pengguna media sosial.  Skripsi.

Universitas      Syiah      Kuala.

https://etd.unsyiah.ac.id/index.php?p =show_detail&id=73236

Jahja, R. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana

Jalal, N.M., Idris, M & Muliana. (2021). Faktor-faktor cyberbullying pada remaja. Jurnal IKRA-ITH Humaniora, 5(02), 146-154. January 26, 2021.

https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraith-humaniora/article/download/965/754

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Situasi kesehatan reproduksi remaja. October 5,                              2020.

https://www.kemkes.go.id/article/vie

w/15090200001/situasi-kesehatan-reproduksi-remaja.html

Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia. (2017). Survey penggunaan TIK 2017 serta implikasinya terhadap aspek sosial budaya masyarakat. December 18, 2020.

https://balitbangsdm.kominfo.go.id/p ublikasi-indikator-tik-9.htm

Khasanah, U., Saputra, A., & Iklima, N. (2020). Hubungan harga diri dengan aktualisasi diri pada remaja yang mengalami overweight. Jurnal Keperawatan BSI,  8(1),  154-162.

February         01,         2020.

http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/kepe rawatan/article/view/322/239

Kusuma, T. I. (2020). Hubungan antara self esteem dengan self disclosure siswa sma pengguna instagram di surakarta pada masa pandemi covid 19. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah         Surakarta.

http://eprints.ums.ac.id/87734/6/NAS PUB%20TANIA%20INDY%20KUS UMA.pdf

Liwilery, A. (2015). Komunikasi Antar-Personal. Jakarta: Kencana

Pasaribu, V. C. (2018). Hubungan antara harga diri dengan pengungkapan diri pada mahasiswa psikologi pengguna whatsapp di universitas medan area. Skripsi.      Fakultas      Psikologi

Universitas      Medan      Area.

http://repository.uma.ac.id/handle/12 3456789/9697

Pratiwi, D., Mirza, R., & Akmal, M. E. (2019). Kecemasan sosial ditinjau dari harga diri pada remaja status sosial ekonomi rendah. Jurnal Pendidikan dan Konseling, 9(1), 21-34. June 06, 2021. jurnal.uinsu.ac.id/index.php/al-irsyad/article/view/6734

Putri, A. (2018). Perbedaan kepercayaan diri ditinjau dari jenis kelamin pada remaja yang mengalami jerawat nodule. Skripsi.      Fakultas      Psikologi

Universitas      Medan      Area.

http://repository.uma.ac.id/simple-search?query=

Putri, W. S., Nurwati, R. N., & Budiarti, M. (2016). Pengaruh media sosial terhadap perilaku remaja. Prosiding

KS: Riset & PKM , 3(1), 47-51.

October         05,         2020.

http://jurnal.unpad.ac.id/prosiding/arti cle/view/13625

Refnadi, R. (2018). Konsep self-esteem serta implikasinya pada siswa. Jurnal Pendidikan Indonesia, 4(1), 16-22.

October         05,         2020.

https://jurnal.iicet.org/index.php/j-edu/article/view/133

Sarwono, S.W. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Wahdah, N.I. (2016). Hubungan kontrol diri dan pengungkapan diri dengan intensitas pengguna facebook pada siswa SMP sunan giri malang. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.           http://etheses.uin-

malang.ac.id/5238/

628

Volume 9, Nomor 5, Oktober 2021