Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

GAMBARAN PARENTAL SELF EFFICACY PADA PEKERJA WISATA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH YANG MENGIKUTI PEMBELAJARAN DARING

Putu Gita Kristiana Prasanty1, Luh Mira Puspita2, Kadek Cahya Utami2 1Mahasiswa Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, 2Dosen Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Alamat Korespondensi: [email protected]

Abstrak

Pandemi Covid-19 menyebabkan dampak pada kondisi ekonomi akibat penurunan jumlah wisatawan ke Bali. Pandemi Covid-19 juga menyebabkan diterapkannya pembelajaran daring. Pembelajaran daring pada anak usia sekolah dasar (SD) masih harus di dampingi orang tua. Perubahan situasi ini menjadi tantangan bagi orang tua pekerja wisata dalam mengasuh anak. Salah satu faktor yang memengaruhi pengasuhan adalah parental self efficacy (PSE). PSE dapat memengaruhi perkembangan anak, kesehatan mental orang tua, serta hubungan orang tua dan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran parental self efficacy pada pekerja wisata dengan anak usia sekolah yang mengikuti pembelajaran daring. Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 154 orang tua pekerja wisata dengan anak usia sekolah di SD Negeri 1 Beraban, SD Negeri 3 Beraban, dan SD Negeri 4 Beraban yang dipilih dengan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak usia sekolah dari orang tua pekerja wisata rata-rata berusia sembilan tahun, mayoritas berjenis kelamin laki-laki, dan berada pada kelas II, III, IV. Orang tua pekerja wisata rata-rata berusia 39 tahun, mayoritas berjenis kelamin laki-laki, berpendidikan SMA, memiliki penghasilan <Rp.2.600.000, dan memiliki dua orang anak. Nilai rata-rata PSE adalah 100,48 dengan standar deviasi 9,253. Nilai skor PSE terendah adalah 77 dan nilai tertinggi adalah 127. Sebagian besar orang tua pekerja wisata memiliki PSE yang tergolong rendah yaitu 53,9%. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menganalisis faktor yang berhubungan dengan PSE, memberikan intervensi untuk meningkatkan PSE, serta melakukan penelitian kualitatif untuk menggali lebih dalam mengenai PSE.

Kata Kunci : Anak Usia Sekolah, Parental Self Efficacy, Pekerja Wisata, Pembelajaran Daring

Abstract

The Covid-19 pandemic has an economic impact due to a decrease in the number of tourists visiting Bali. The Covid-19 pandemic has also impacted the implementation of online learning. Online learning for school-age children still has accompanied by parents. This makes it a challenge for tourism worker parents to accompany their children. One factor that influences is parental self-efficacy (PSE). PSE can impact child development, parental mental health, and the parent-child relationship. This study aims to describe parental self-efficacy among tourism workers with school-age children who follow online learning. The design of this research was descriptive quantitative with a cross-sectional approach. The sample amounted to 154 tourism worker parents with school-age children in Beraban village who were selected by using purposive sampling. The results of this study showed that the school-age children of tourism worker parents had an average age of nine years old, majority male sex, and in 2th, 3th, and 4th grade. Tourism worker parents in this study had an average age of 39 years old, majority male sex, last education SMA, have income <Rp. 2.600.000, and have two children. The mean value of PSE was 100,48 with standard deviation of 9,253. The lowest PSE score was 77 and the highest score was 127. The tourism worker's parents majority had a low PSE which was 53,9%. Future research are expected to analyze factors related to PSE, provide interventions to improve PSE, and conduct qualitative research to depth-exploration about PSE.

Keywords: Online Learning, Parental Self Efficacy, School-Age Children, Tourism Workers

PENDAHULUAN

Coronavirus disease-19 atau Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) yang menginfeksi saluran pernapasan manusia (CDC, 2020). Menurut data WHO (2020), total negara yang terpapar Covid-19 adalah 222 negara. Covid-19 juga sudah menyebar di seluruh provinsi di Indonesia (Kemenkes, 2020).

Pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) untuk memutuskan rantai penyebaran Covid-19. Kebijakan ini menyebabkan terganggunya beberapa sektor kehidupan seperti pendidikan dan ekonomi (Nicolaa et al., 2020).

Pada bidang ekonomi, pandemi Covid-19 menyebabkan situasi pariwisata lumpuh total karena ditutupnya penerbangan dan jasa travel (Budiyanti, 2020). Provinsi Bali mengalami dampak Covid-19 dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tertinggi di Indonesia mencapai 39,9%. Selain itu, 16,7% pekerja di Bali mengalami penurunan pendapatan. Bali menjadi provinsi dengan kasus PHK tanpa pesangon tertinggi sebanyak (35,3%) (Meilianna & Purba, 2020).

Selain itu, pandemi Covid-19 juga menyebabkan gangguan pada proses pembelajaran di Indonesia. Pembelajaran yang pada awalnya di sekolah menjadi pembelajaran dalam jaringan (daring) dengan menggunakan media whatsapp grup, e-learning, google classroom, google doc, dan zoom (Dewi, 2020). Pembelajaran anak di rumah khususnya pada anak usia Sekolah Dasar (SD) masih harus di

dampingi orang tua. Anak membutuhkan dukungan dan pendampingan dari orang tua agar dapat beradaptasi terhadap perubahan situasi pembelajaran selama pandemi.

Perubahan situasi akibat pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi orang tua dalam pengasuhan anak. Selama orang tua mendampingi anak belajar daring, orang tua mengalami beberapa kesulitan karena anak yang mudah merasa bosan, tugas sekolah yang terlalu banyak, dan sulit untuk membagi waktu antara bekerja dan mengurus anak (Hapsari, Sugito, & Fauziah, 2020). Adanya tingkat stressor yang tinggi dapat menyebabkan orang tua cenderung memiliki perilaku pengasuhan yang buruk (Brown, Doom, Lechuga-pe, Watamura, & Koppels, 2020).

Walaupun pada situasi pandemi Covid-19 orang tua memiliki beban pengasuhan dan ekonomi yang tinggi, orang tua harus tetap mampu mempertahanakan perilaku pengasuhan yang positif. Salah satu faktor memengaruhi perilaku pengasuhan orang tua pada situasi pandemi Covid-19 adalah parental self efficacy (PSE) (Albanese, et.al., 2019; Gambin, et.al., 2020; Radanovic, et.al., 2020; Sevigny & Loutzenhiser, 2010)

Menurut Coleman dan Karraker (2000), PSE adalah persepsi orang tua terhadap kemampuan mereka dalam pengasuhan anak untuk memengaruhi perkembangan dan perilaku anak-anaknya. PSE menjadi faktor penting yang dapat memengaruhi hubungan orang tua dengan anaknya, perkembangan anak, dan kesehatan orang tua secara psikologis (Albanese et al., 2019). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi PSE yaitu karakteristik anak, karakteristik orang tua, dan lingkungan keluarga.

PSE yang rendah menyebabkan orang tua cenderung mudah merasa cemas, marah, frustasi, dan memiliki kepuasan yang rendah dalam menjalankan peran sebagai orang tua (Crnic & Ross, 2017; Albanese et al., 2019). PSE yang tinggi menyebabkan orang tua mampu mengatur emosi negatif dengan lebih baik (Gavita, 2014). PSE juga dapat memengaruhi perilaku anak, kemampuan sosialisasi, efikasi diri, tingkat ansietas, hasil belajar serta kemampuan akademik anak (Jones & Prinz, 2005; Yuan, Weiser, dan Fischer 2016).

Hasil wawancara di SD Negeri 1 Beraban, SD Negeri 3 Beraban, dan SD Negeri 4 Beraban menunjukkan bahwa

METODELOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret-April 2021 di SD Negeri 1 Beraban, SD Negeri 3 Beraban, dan SD Negeri 4. Populasi pada penelitian ini adalah 250 orang tua siswa pekerja wisata di SD Negeri 1 Beraban, SD Negeri 3 Beraban, dan SD Negeri 4 Beraban. Sampel berjumlah 154 orang tua pekerja wisata yang dipilih dengan teknik purposive sampling.

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner data demografi dan parental self efficacy. Kuesioner PSE menggunakan Self Efficacy for Parental Task Index (SEPTI) yang terdiri dari 35 item pernyataan yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Kuesioner SEPTI terdiri dari lima domain tugas yaitu disiplin (discipline), prestasi (achievement),

pembelajaran anak selama pandemi menggunakan daring melalui grup whatsapp. Orang tua siswa sebagian besar bekerja di daerah wisata Tanah Lot. Pandemi Covid-19 menyebabkan ditutupnya wisata Tanah Lot dan pengunjung wisata yang sepi. Guru juga menerima keluhan dari orang tua siswa karena kesulitan pembelian kuota, kesulitan dalam mengajar anak di rumah, anak yang cepat bosan belajar, dan sulitnya membagi waktu karena harus bekerja. Berdasarkan uraian diatas, maka sangat penting untuk mengetahui gambaran parental self efficacy (PSE) pada orang tua pekerja wisata di daerah Tanah Lot Desa Beraban.

rekreasi (recreation), pengasuhan secara emosional (nurturance), dan kesehatan (health).

Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada orang tua ketika mengumpulkan buku tugas anaknya dan kuesioner dikumpulkan kembali ketika orang tua mengambil buku tugas anaknya.

Analisis data menggunakan teknik analisis univariat. Data jenis kelamin, tingkat pendidikan, penghasilan, kelas anak dan jenis kelamin anak disajikan dengan skala distribusi frekuensi. Data usia orang tua, usia anak, dan jumlah anak dalam bentuk tendensi sentral. Pengkategorian PSE dengan menggunakan cut off point nilai mean. PSE dikategorikan rendah apabila nilai PSE ≤cut off point dan tinggi apabila nilai >cut off point.

HASIL PENELITIAN

Tabel. 1 Distribusi Responden berdasarkan Karakteristik Anak Usia Sekolah dengan Orang Tua Pekerja Wisata yang Mengikuti Pembelajaran Daring (Usia) di SD Negeri 1 Beraban, SD Negeri 3 Beraban, dan SD Negeri 4 Beraban pada Bulan Maret-April 2021 (n=154)

Variabel

Mean ± SD

Median

Min-Max

95% Cl

Usia

9 ± 1,655

9

6-13

9,05-9,58


Tabel 1 menunjukkan bahwa anak responden pada penelitian ini rata-rata berusia sembilan tahun dengan

standar deviasi 1,655. Usia anak yang paling muda adalah 6 tahun dan yang paling tua adalah 13 tahun.

Tabel. 2 Distribusi Responden berdasarkan Karakteristik Anak Usia Sekolah dengan Orang Tua Pekerja Wisata yang Mengikuti Pembelajaran Daring (Jenis Kelamin dan Kelas) di SD Negeri 1 Beraban, SD Negeri 3 Beraban, dan SD Negeri 4 Beraban pada Bulan Maret-April 2021 (n=154)

Variabel

Frekuensi

Persentase (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki

80

51,9

Perempuan

74

48,1

Kelas

I

30

19,5

II

30

19,5

III

22

14,3

IV

30

19,5

V

24

15,6

VI

18

11,6

Total

154

100

Tabel 2 menunjukkan bahwa anak responden pada penelitian ini sebagian besar berjenis kelamin laki-laki

dengan jumlah 80 anak (51,9%) dan berada pada kelas I, II, dan IV dengan jumlah masing-masing 30 anak (19,5%).

Tabel. 3 Distribusi Responden berdasarkan (Usia dan Jumlah Anak) di SD Negeri 1 Beraban, SD Negeri 3 Beraban, dan SD Negeri 4 Beraban pada Bulan Maret-April 2021 (n=154)

Variabel

Mean ± SD

Median

Min-Max

95 % CI

Usia

39 ± 5,675

39

27-57

38,36-40,16

Jumlah Anak

2 ± 0,654

2

1-4

1,96-2,17

Tabel 3 menunjukkan bahwa responden pada penelitian ini rata-rata berusia 39 tahun dengan standar deviasi 5,675. Usia orang tua yang paling muda adalah 27 tahun dan yang paling tua adalah 57 tahun. Rata-rata jumlah anak

responden pada penelitian ini adalah dua orang dengan standar deviasi 0,654. Jumlah anak paling sedikit adalah satu anak dan paling banyak empat anak.

Tabel 4. Distribusi Responden berdasarkan (Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Penghasilan) di SD Negeri 1 Beraban, SD Negeri 3 Beraban, dan SD Negeri 4 Beraban pada Bulan Maret-April 2021 (n=154)

Variabel

Frekuensi

Persentase (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki

110

71,4

Perempuan

44

28,6

Pendidikan


Tidak Sekolah

0

0

SD/SMP

15

9,8

SMA

96

62,3

Perguruan Tinggi

43

27,9

Penghasilan

<Rp.2.600.000

110

71,4

≥Rp.2.600.000

44

28,6

Total

154

100


Tabel 4 menunjukkan responden penelitian ini sebagian besar berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 110 orang (51,9%), berpendidikan terakhir

SMA dengan jumlah 96 orang (62,3%), dan berpenghasilan <Rp.2.600.000 dengan jumlah 110 orang (71,4%).

Tabel 5. Gambaran Pengkategorian Skor Parental Self Efficacy pada Pekerja Wisata dengan Anak Usia Sekolah yang Mengikuti Pembelajaran Daring di SD Negeri 1 Beraban, SD Negeri 3 Beraban, dan SD Negeri 4 Beraban pada Bulan Maret-April 2021 (n=154)

Variabel PSE

Frekuensi

Persentase (%)

Rendah

83

53,9

Tinggi

71

46,1

Total

154

100

Tabel 5. menunjukkan bahwa PSE yang dimiliki responden pada penelitian ini sebagian besar tergolong rendah dengan jumlah 83 orang (53,9%). Rata-rata skor PSE pada pekerja wisata dengan anak usia sekolah adalah 100,48 dengan standar deviasi 9,253. Skor PSE dengan nilai paling rendah yaitu 77 dan nilai paling tinggi yaitu 127.

Hasil cross tabulation menunjukkan PSE dari orang tua lebih banyak tergolong rendah dengan anak berusia enam, tujuh, delapan, dan sembilan, tahun. PSE dari orang tua lebih banyak tergolong rendah dengan anak kelas I, II, III, IV, dan VI. Orang tua

PEMBAHASAN

PSE merupakan keyakinan diri orang tua untuk melakukan perilaku pengasuhan yang tepat untuk anaknya. Sebanyak 53,9 % dari responden pada penelitian memiliki skor PSE yang rendah dan 46,1% responden memiliki skor PSE yang tinggi. Sebagian besar orang tua yang memiliki PSE rendah dalam pengasuhan anak selama pandemi

dengan anak laki-laki ataupun perempuan lebih banyak memiliki PSE yang tergolong rendah. PSE dari orang tua pada usia dewasa awal juga lebih banyak tergolong rendah. Ayah maupun ibu lebih banyak memiliki PSE yang tergolong rendah. Orang tua yang lebih banyak memiliki PSE yang tergolong rendah adalah orang tua dengan jenjang pendidikan SD/SMP dan SMA. PSE dari orang tua dengan penghasilan <Rp. 2.600.000 dan Rp. ≥2.600.000 lebih banyak tergolong rendah PSE. PSE dari orang tua juga tergolong rendah pada orang tua dengan satu dan dua anak.

Covid-19. Nilai skor PSE terendah adalah 77 dan tertinggi adalah 127. Hasil skor yang diperoleh menjelaskan bahwa bahwa semakin tinggi skor maka PSE orang tua juga semakin tinggi dan sebaliknya semakin rendah skor maka PSE orang tua juga semakin rendah. Berbagai faktor dapat mempengaruhi PSE orang tua seperti karakteristik anak,

karakteristik orang tua, dan kondisi lingkungan keluarga (Coleman & Karraker, 2000; Jones & Prinz, 2005). Selain itu, pada saat ini orang tua juga dihadapkan dengan tantangan pengasuhan yang tinggi akibat perubahan situasi pandemi Covid-19.

Salah satu karakteristik anak yang dapat mempengaruhi PSE adalah usia anak. Pada penelitian ini, anak responden berada pada rentang usia 6-13 tahun dan kelas I-VI SD. Responden dengan anak usia enam, tujuh, delapan, dan sembilan tahun lebih banyak memiliki PSE yang tergolong rendah. Berdasarkan kelas anak, orang tua dengan anak kelas rendah (I-III) lebih banyak memiliki PSE yang rendah dan orang tua dengan anak kelas tinggi (IVV) lebih banyak memiliki PSE yang tinggi. Hasil penelitian Apriani dan Risnawaty (2020) juga menunjukkan bahwa orang tua dengan anak yang lebih muda lebih banyak memiliki PSE yang lebih rendah. Anak yang berusia lebih tua lebih mampu dan mandiri untuk merawat dirinya. Orang tua juga perlu memberikan pengawasan lebih pada anak yang berusia lebih muda (Endendijk et al., 2016).

Perbedaan jenis kelamin anak berhubungan dengan karakteristik anak. Anak laki-laki memiliki perliku agresif secara verbal maupun non verbal yang lebih tinggi daripada anak perempuan (Mouratidou, Karavrou, Karatza, & Schillinger, 2019). Pada penelitian ini, sebagian besar responden memiliki anak laki-laki. Orang tua dengan anak laki-laki ataupun perempuan sama-sama memiliki PSE yang tergolong rendah. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa skor PSE yang tinggi lebih banyak pada orang tua dengan anak perempuan. Hal ini juga dikaitkan dengan masalah perilaku anak, pada anak laki-laki perilaku agresif anak

ditemukan lebih tinggi (Aulya, Ilyas, & Ifdil, 2016).

Karakteristik orang tua yang dapat mempengaruhi PSE adalah usia dari orang tua (Shorey, Chan, & Zheng, 2014). Usia responden pada penelitian ini dalam rentang 27-57 tahun dengan usia rata-rata responden adalah 39 tahun. Rentang usia responden berada pada usia dewasa awal dan dewasa madya. Pada tahap ini seseorang memiliki tanggung jawab yang besar untuk memenuhi kepentingan keluarga dengan cara bekerja (Putri, 2019). Orang tua dewasa awal lebih banyak memiliki PSE yang rendah dan orang tua dewasa madya lebih banyak memiliki PSE yang tinggi. Hasil penelitian Listiyaningsih dan Nirmasari (2019) juga menunjukkan PSE yang tinggi ditemukan pada orang tua yang berusia lebih tua. Semakin tua usia orang tua maka semakin baik kematangan emosi, kemampuan mengendalikan diri, dan mengatasi tekanan sebagai orang tua (Castillo & Fenzl-crossman, 2010).

Ayah dan ibu mempunyai tanggung jawab serta peran yang sama dalam pengasuhan anak. Perbedaan cara ayah dan ibu dalam mengasuh anak menjadikan orang tua untuk saling melengkapi kekurangan masing-masing (Rakhmawati, 2015). Sebanyak 71,6% responden penelitian ini berjenis kelamin laki-laki. Pada penelitian ini baik ayah maupun ibu sama-sama lebih banyak memiliki PSE yang tergolong rendah. Hal tersebut dapat disebabkan karena ayah dan ibu sama-sama mengalami tantangan dalam mengasuh anak di masa pandemi. Hasil penelitian Indrasari dan Affiani (2018); Salonen et al. (2009) menunjukkan bahwa PSE yang dimiliki ayah dan ibu sama-sama tinggi. Penelitian lainnya juga menyebutkan PSE ayah lebih tinggi daripada ibu (Pangestu, 2020). Sedangkan hasil penelitian Sevigny dan

Loutzenhiser (2010); Biehle dan Miickelson (2011) menunjukkan bahwa ibu memliki PSE yang lebih tinggi daripada ayah.

Faktor lain yang juga dapat mempengarusi PSE adalah pendidikan orang tua. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi menyebabkan orang tua memiliki pengetahuan lebih dalam perkembangan dan perawatan anak. Pengetahuan dari orang tua akan membantu orang tua untuk memilah informasi dan menumbuhkan keyakinan mereka dalam merawat anak (National Academy of Sciences, 2016). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua responden penelitian pernah mendapatkan pendidikan formal dan mayoritas berpendidikan terakhir SMA sebanyak 110 orang. Orang tua dengan pendidikan SD, SMP, SMA lebih banyak memiliki skor PSE yang tergolong rendah. Sedangkan orang tua dengan pendidikan Perguruan Tinggi lebih banyak memiliki skor PSE yang tinggi. Penelitian Juntitla, et.al. (2015) juga menyebutkan bahwa PSE orang tua akan semakin tinggi pada orang tua dengan pendidikan yang lebih tinggi. Pendidikan yang lebih rendah menyebabkan orang tua cenderung merasa kurang yakin untuk mengasuh anak (Mafaza, Alvara, & Anggrainy 2017).

Faktor yang juga dapat mempengaruhi PSE adalah jumah anak. Responden dalam penelitian ini memiliki anak dalam rentang 1-4 orang dengan rata-rata memiliki dua orang anak. Pada penelitian ini, responden dengan 1-2 anak lebih banyak memiliki PSE yang rendah. Sedangkan responden dengan 3 anak lebih banyak memiliki PSE yang tinggi. Orang tua dengan lebih

SIMPULAN DAN SARAN

Responden pada penelitian ini sebagian besar memiliki PSE yang tergolong rendah dengan jumlah 83

dari satu anak sudah memiliki pengalaman pengasuhan sebelumnya sehingga lebih mampu dalam pengasuhan anaknya (Listyaningsih & Nirmasari, 2017). Pada masa pandemi Covid-19 selain tantangan dalam pengasuhan orang tua juga dihadapkan dengan tantangan pada kesehatan dan sosial ekonomi.

Kebijakan PSBB yang diterapkan pemerintah Indonesia untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19 menyebabkan orang tua mengalami tantangan pada kondisi perekonomian. Salah satu faktor yang mempengaruhi PSE adalah kondisi ekonomi yaitu jumlah penghasilan keluarga perbulan (Shorey, et al., 2014). Tingkat penghasilan yang lebih tinggi memberikan kepercayaan bagi orang tua untuk memenuhi kebutuhan finansial keluarganya dalam jangka panjang (Pangestu, 2020). Orang tua dengan penghasilan rendah juga cenderung memiliki PSE yang rendah (Antawati & Murdiyani, 2013). Pada penelitian ini, rata-rata penghasilan responden perbulan adalah <Rp.2.600.000 yang artinya di bawah dari UMK Kabupaten Tabanan. Hal ini dikarenakan akibat dari kondisi pandemi ini banyak orang tua pekerja wisata yang di PHK dan mengalami penurunan pendapatan. Responden dengan penghasilan <Rp.2.600.000 maupun ≥Rp.2.600.000 lebih banyak memiliki PSE yang tergolong rendah. Hal ini dapat dikaitkan dengan semua orang tua menghadapai berbagai tantangan selama pandemi Covid-19 tidak hanya di bidang ekonomi juga di bidang kesehatan dan pengasuhan anak.

orang (53,9%). Sedangkan sebanyak 71 orang (46,1%) responden memiliki PSE yang tergolong tinggi.

Peneliti selanjutnya disarankan melakukan penelitian mengenai PSE dalam cakupan wilayah yang lebih luas. Selain itu, perlu juga dianalisis faktor lain seperti dukungan sosial orang tua dan perilaku temperamen anak, menganalisis faktor-faktor yang berkaitan dengan PSE orang tua pekerja wisata, menganalisis perbedaan PSE ayah dan ibu, menganalisis hubungan

UCAPAN TERIMAKASIH

Rasa terimakasih peneliti ucapkan pada semua pihak yang telah mendukung penelitian dan penyusunan jurnal ini. Terimakasih kepada Kepala

DAFTAR PUSTAKA

Albanese, A. M., Russo, G. R., & Geller, P. A.

(2019). The reole of parental self-efficacy in parent and child well-being : A systematic riview of associated outcomes. Child Care Health Dev, 45, 333-363.

https://doi.org/10.1111/cch.12661

Antawati, D. I., & Murdiyani, H. (2013).

Dinamika psikologis pembentukan parenting self efficacy pada orang tua penyandang tunarungu. Jurnal Psikologi Teori & Terapan, 4(1), 31-47.

Apriani, I., & Risnawaty, W. (2020). Self

efficacy among full-time working mothers in Jabodetabek. Advances in Social Science, Education, and Humanities Research, 478, 508-513.

Aulya, A., Ilyas, A., & Ifdil. (2016). Perbedaan perilaku agresif siswa laki-laki dan siswa perempuan. Jurnal EDUCATIO, 2(1), 9297.

Biehle, S. N., & Mickleson, K. D. (2011).

Personal and co-parent predictors of parenting efficay across the transition parenthood. Journal of Social and Clinical Psychology, 30(9), 985-1010.

Brown, S. M., Doom, J.R., Lechuga-pe, S., Watamura, S. E., & Kopples, T. (2020). Child abuse and neglect stress and parenting during the Covid-19 pandemic. Child Abuse & Neglect.110(2), 1-14.

https://doi.org/10.1016/j.chiabu.2.020.10 4699

Budiyanti, E. (2020). Dampak virus corona terhadap sektor perdagangan dan pariwisata di Indonesia. Info Singkat, 12(4), 19-24.

dari PSE dengan praktik pengsuhan yang dimiliki orang tua, serta memberikan intervensi kepada orang tua pekerja wisata agar dapat meningkatkan PSE orang tua. Peneliti selanjutnya juga diharapkan untuk melakukan penelitian kualitatif agar dapat menggali secara mendalam mengenai gambaran PSE orang tua.

SD Negeri 1 Beraban, SD Negeri 3 Beraban, dan SD Negeri 4 Beraban, semua wali kelas, serta responden yang bersedia membantu penelitian ini.

Castillio, J. T., & Fenzl-crossam, A. (2010). The relationship between non-marital fathers social corespondence, Child and Social Work,             15,             66-76.

https://doi.org/10.1111/j/1365-2206.2009.00644.x

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2020). Coronavirus. Diakses melalui http://www.cdc.gov/coronavirus/types.ht ml

Coleman, P. K., & Karraker, K.H. (2000).

Parenting self-efficacy among mothers of school-age children : conceptualization, measurement, and correlates. Family Relations, 13-24.

Crinic, K., & Ross, E. (2017). Parenting stress and parental efficacy. Spinger International Publishing. 263-284. https://doi.org/10.1007/978-3-319-55376-4

Dewi, W. A. F. (2020). Dampak Covid-19 terhadap implementasi pembelajaran daring di sekolah dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan, 2(1), 55-61.

Edendijk, J. J., Groeneveld, M. G., Bakermans-Kranenburg, M. J., & Mesman, J. (2016). Gender-differentiated parenting revisited :   metaanalysis reveals very few

differences in parental control of boys and girl.     PLoS     ONE,     1     (2).

https://doi.org/10.1371/journal.pone.015 9193

Gambin, M., Prus, M. W., Sekowski, M., Cudo, A., Pisula, E., Kiepura, E., Kiziukiweicz, J. B., & Kmita, G. (2020). Factors related

to positive rexperiences in parental child relationship during the   Covid-19

lockdown: The role of empathy, emotion regulation, parenting self efficacy, and social                            support.

https://doi.org/10.31234/osf.io/yht/qa

Gavita, O. A. (2014). You are such a bad child, appraisals as mechanisms of parental negative and positive affect. The Journal of General Psychology, 141(2), 113-129.

Hapsari, S. M., Sugito, & Fauziah, P.Y. Parent’s involment in early childhood education during the Covid-19. Jurnal Pendidikan Progresif, 10(2),        298-311.

https://doi.org/10.23960/jpp.v10.i

Indrasari, S. Y., & Affiani, L. (2018). Peran persepsi orang tua dan strategi pengasuhan terhadap parentaing self-efficay. Jurnal Psikologi Sosial, 16(02), 74-85. https://doi.org/10.7454/jps.2018.8

Jones, T. L., & Prinz, R. J. (2005). Potential roles of parental self efficacy in parent and child adjustment : A riview. Clinival Psychology Riview, 25,   341-363.

https://doi.org/10.1016/j.cpr.2004.12.00. 4

Juntitla, N., Aromaa, M, Rautava, P., Jorma, P., Hanele, L. (2015). Measuring multidimensional parental self-efficacy of mothers and fathers of children. Interdiciplinary Journal of Applied Family Studies,     64,     665-680.

https://doi.org/10.1111/fare.12161

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Situasi Terkini Perkembangan Novel Coronavirus (Covid-19). Jakarta : Kemenkes RI.

Listyaningsih, D., & Nirmasari, C. (2019).

ANalisis faktor yang berhubungan dengan parenting self efficacy pada periode awal postpartum di Puskesmas Bergas Moneca. Jurnal Ilmu Kesehatan Arum Salatiga, 3(2).

Mafaza, Alfara, H., & Purba, Y. A. (2017). Parenting self efficacy pada orang tua dengan tuna netra. Jurnal Ilmu Perilaku, 1(2), 110-124.

Melliana, R., & Purba, Y. A. (2020). The impact of Covid-19 layoffs and income in Indonesia.    Jurnal Kependudukan

Indonesia, 2(2), 43-48.

Mouratidou, K., Karamavrou, S., Karatza, S., &Schillinger, M. (2019). Agressive and socially behaviors in kindergarten and elementary school students:    A

comparative study concerning gender, age, and geographical background of childrend in Northem Greece. Social

Psychology        of       Education.

https://doi.org/10.1007/s11218-019-09536-z

National Academies of  Sciences. (2016).

Parenting Matters  : Supporting the

Parents of Chidren Ages 0-8. Washington DC : National Academies Press (US).

Nicolaa, M., Alsafib, Z., Sohrabic,C., Kerwan, A., Al-Jabird, A., Iosifidisc, C., Agahae, M., & Agha, R. (2020). The socio

economic implications of the coronavirus pandemic (COVID-19) : A riview. International Journal od Surgery, 78, 185-193.

https://doi.org/10.1016/j.ijsu.2020.04.01 8

Pangestu, I. D. (2020) Parenting self efficacy ayah dan ibu pada pasangan suami istri yang menikah dini. Cognicia, 8(2), 262276.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19. 31 Maret 2020. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 91. Jakarta.

Putri A. F. (2019). Pentingnya orang dewasa awal       menyelesaikan       tugas

perkembangannya.        SCHOULD:

Indonesia Journal of School Counseling, 3(2), 35-40.

Rakhmawati, I. (2015). Peran keluarga dalam pengasuhan anak. Konseling Religi : Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 6(1), 1-18.

Radanovic, A., Micic, I., Pavlovic, S., &Krstic, K. (2020). Pandemic parenting : predictors of quality of parental pandemic practices during Covid-19 locdown in Serbia.     Psihologija,     1,     1-23.

https://doi.org/102298/PSI/200731040R.

Salonen, A. H., Kaunonen, M., Paivi, A. K., Jarvepaa, A. L., Isoaho, H., & Tarrka, M. T. (2009). Parenting self efficacy after childbirth. Journal of Advance Nursing, 65(11),                     2324-2336.

https://doi.org/10.1111/j.1365-2648.2009.00980.x

Sevigny, P. R., & Lotzenhiser, L. (2010).

Predictors of parenting self efficacy in mother and father of toddler. Child : Care, Health, and Development, 36(2), 179189.      https://doi.org/10/1111/j.1365-

2214.20009.00980.x

Shorey, S., Chan, S. W., & Seng, Y. (2014). Predictors of maternal parental self efficacy among primiparas in the early

postnatal period. Western Journal of Nursing        Research,         1-19.

https://doi.org/10.1177/01939459145377 24

Yuan, S., Weiser, D. A., & Fischer, J. L. (2016). Performace : A comparison of European American and Asian American college students. Social Psychology of Education.

https;//doi.org/10.1007/s11218-015-9330-x

World Health Organization (WHO). (2020). Coronavirus desease (Covid-19). Diakses melalui http://who.int/tableableChartType=heat.

609

Volume 9, Nomor 5, Oktober 2021