Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA PORNOGRAFI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA

I Nyoman Dyana Tripayana1, Ida Arimurti Sanjiwani2, Putu Oka Yuli Nurhesti3

1 Mahasiswa Program Studi Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, 2,3Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Alamat korespondensi : [email protected]

Abstrak

Remaja adalah masa dilewati oleh setiap individu, fase ini akan terjadi tansisi dari anak-anak menjadi dewasa. Kondisi ini menyebabkan rentan terjadi berbagai masalah. Masalah yang dapat terjadi yaitu tindakan seksual dikalangan remaja. Kejadian tindakan seksual yang tinggi pada remaja masih menjadi perhatian serius. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh media telekomunikasi dan hasrat seksual, sehingga remaja semakin rentan terpapar oleh hal negatif, seperti paparan media pornografi. Penggunaan media pornografi yang meningkat menyebabkan seseorang akan mengikuti tindakan yang telah dilihat atau di tonton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paparan media pornografi dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di SMK Pariwisata Dalung. Penelitian ini dilaksanakan selama Maret-Juni 2020. Penelitian deskriftif korelatif dilaksanakan dalam studi ini dengan jumlah partisipan penelitian sebanyak 157 siswa yang ditentukan dengan teknik probability sampling. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner. Analisis data menggunakan uji korelasi spearman. Hasil penelitian ini ditemukan terdapat hubungan yang signifikan sedang berpola positif antara paparan media pornografi dengan perilaku seksual pranikah remaja (p < 0,05). Peran media pornografi dapat memicu timbulnya perilaku seksual, perilaku tersebut menyebabkan remaja dapat mengalami masalah lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan remaja. Sehingga remaja perlu informasi yang bersifat positif untuk mengantisipasi masalah perilaku seksual pranikah.

Kata kunci: paparan media, pornografi, perilaku seksual, remaja

Abstract

Adolescence is a period that is passed by every individual, this phase occur from children to adults. This condition causes a variety of problems prone. Adolescents may perceive problems namely sexual act. The high incidence of sexual act on adolescents is still a serious concern. It can be influenced by the telecommunication media and sexual desires thus adolescents are increasingly vulnerable to exposure to the negative things, such as pornography media exposure. The high intensity of pornography media utilization consequently induces adolescent to practice the act that have been seen or watched. The purpose of this study was to determine the relationship of pornography media exposure to pre-marital sexual behavior in adolescents at the Dalung Tourism Vocational School. This research conducted during March-June 2020. This research was a correlative descriptive study. This study employed 157 students that obtained through probability sampling techniques. Pornographic media exposure and pre-marital sexual behavior measured by using a questionnaire. The Spearman correlation test was used in this study for data analysis. Based on the results of the study, it was found that a significant and positive relationship between pornography media exposure with adolescent pre-marital sexual behavior (p <0.05). Pornography media has a crucial role to trigger pre-marital sexual behavior of the adolescent however it causes adolescents to confront with other problems that can affect adolescents’ growth and development thus to address this issue, teenagers need positive information to anticipate pre-marital sexual behavior problems.

Keywords: adolescents, media exposure, pornography, sexual behavior

PENDAHULUAN

Remaja adalah masa yang akan dilaluai oleh orang, dimana pada fase ini terjadi tansisi dari anak-anak menuju dewasa. Tahap remaja menitik beratkan remaja dari anak-anak menuju tugas perkembangan remaja. Remaja akan terjadi perubahan, yaitu dari segi fisik dan psikis, perubahan tersebut diartikan sebagai masa pubertas (Lestari, Humaedi, Santoso, & Hasanah, 2017).

World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 prevalensi penduduk di dunia berada 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk adalah remaja. Data nasional menurut BKKBN tahun 2016 sekitar 66,3 juta dari keseluruhan penduduk Indonesia sekitar 258,7 juta. Prevalensi remaja di Povinsi Bali sebesar 611.033 dari jumlah total penduduk Bali yaitu 3.890.757 (15,7%) berdasarkan survey penduduk tahun 2013 (Nurtini, Dewi, & Noriani, 2018). Prevalensi remaja yang semakin meningkat memengaruhi perkembangan dan pergaulan remaja. Remaja pada tahap pubertas, akan menampilkan perubahan emosi, menarik diri dengan keluarga (Unayah & Sabarisman, 2015). Kondisi ini menyebabkan rentan mengalami berbagai masalah Masalah yang dapat terjadi yaitu perilaku seksual pranikah dikalangan remaja.

Lembaga Survey Dunia (LDS) pada tahun 2013 menyatakan bahwa 48% di Amerika Latin individu sudah melakukan hubungan seksual pada usia 18-20 tahun saat belum menikah, dengan perilaku berganti pasangan. Berdasarkan survey Nasional kesehatan berbasis sekolah di Indonesia pada tahun 2015 menyatakan bahwa remaja pernah melakukan hubungan intim pada laki-laki yaitu 8,29% dan pada perempuan 4,17% (Kementrian Kesehatan, 2015). Provinsi Bali berdasarkan hasil survey remaja di wilayah Denpasar dan Badung menyatakan sebagian besar sudah

melakukan hubungan seksual pranikah sampai tahap intercourse 64,6% (Kartika & Budisetyani, 2018).

Tingginya kejadian seksual pranikah remaja masih menjadi masalah serius. Pengaruh dunia digital yang dilengkapi oleh kecanggihan media dan alat komunikasi, menjadi salah satu faktor penting dalam perkembangan perilaku remaja. Media berperan dalam mentranformasikan suatu perubahan nilai seksual, yaitu dapat melalui media pornografi (Sianaga, 2013). Penggunaan media pornografi secara terus-menerus dapat menyebabkan peniruan perilaku dalam konten pornografi yang digunakan. Data BKKBN pada tahun 2015 menunjukkan bahwa remaja telah mengakses media pornografi sebanyak 2.049 siswa. Bentuk materi pornografi yang pertama kali dilihat lebih sering dalam bentuk gambar dan video dari media sosial dan media elektronik. Hal tersebut menyatakan bahwa remaja merupakan sasaran yang paling sering mengakses konten pornografi.

Perilaku seksual pranikah yang terjadi menyebabkan berbagai masalah. Hal yang ditimbulkan pada remaja yang melakukan seksual pranikah adalah berisiko menularkan gangguan kelamin dan HIV/AIDS, kesuburan terganggu, kanker rahim, kecacatan permanen, kehamilan yang tidak diinginnkan (KTD) yang mengakibatkan tidakan oborsi pada rermaja. KTD merupakan hal yang sering terjadi pada remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah. Riset Kesehatan Dasar (2013) menyatakan bahwa perempuan hamil, didapatkan pada umur yang sangat muda yaitu kurang 15 tahun (Kemenkes, 2015).

Hasil studi pendahuluan yang didapatkan di SMK Pariwisata Dalung berdasarkan wawancara beberapa siswa terkait paparan media pornografi 144

delapan dari sepuluh siswa menyatakan pernah melihat gambar porno, foto porno, dan tujuh siswa menyatakan pernah video porno. Perilaku seksual pranikah pada remaja menyatakan bahwa enam dari sepuluh siswa menyatakan pernah berciuman dengan pasangan, dan lima dari sepuluh siswa menyatakan melakukan masturbasi/ onani apabila ada keinginan seksual muncul. Berdasarkan penjabaran tersebut peneliti ingin melakukan penelitian mengenai bagaimanakah hubungan paparan media pornografi dengan perilaku seksual pranikah pada remaja.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yaitu deskriptif korelatif menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian yaitu seluruh siswa kelas X SMK Pariwisata Dalung. Sampel menggunakan teknik probability sampling pada 212 remaja. Kriteria inklusi adalah remaja yang berusia 14 sampai 21 tahun. Kriteria eksklusi yaitu remaja yang tidak hadir saat dilakukan penelitian.

Data didapatkan dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan uji validitas dan reabilitas terpakai. Pengumpulan data dilakukan hanya satu kali pada responden dengan langsung datang ke sekolah. Informed consent diisi oleh remaja sebelum mengisi kuesioner. Skor dari kuesioner paparan media pornografi berada pada rentan 1248, sedangkan perilaku seksual pranikah berada pada rentan 0-10.

Analisis data menggunakan uji korelasi Rank Spearman dikarenakan data tidak tersdistribusi normal. Analisis data menggunakan bantuan program SPSS ver.22 tingkat kepercayaan 95% (p ≤ 0,05).

HASIL PENELITIAN

Berikut ini merupakan data demografi peserta penelitian berdasarkan hasil penelitian.

Tabel 1.

Data Demografi Peserta penelitian

Demografi Peserta Penelitian

(n)

(%)

Usia Peserta Penelitian

14

1

0,6

15

50

31,8

16

99

63,1

17

6

3,8

18

1

0,6

Total

157

100,0

Jenis Kelamin

Laki-laki

86

54,8

Perempuan

71

45,2

Total

157

100,0

Kelas

Akomondasi Perhotelan 1

23

14,6

Akomondasi Perhotelan 2

25

15,9

Tata Boga 1

27

17,2

Tata Boga 2

19

21,1

Tata Boga 3

31

19,7

Tata Boga 4

32

20,4

Total

157

100,0

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar usia remaja yang menjadi partisipan adalah usia 16 tahun sebanyak 99 orang (63,1%) dan yang terkecil adalah 14 tahun sebanyak satu orang (0,6%), serta yang terbesar usia 18 tahun sebanyak satu orang(0,6%). Data jenis kelamin didapatkan bahwa lebih banyak remaja berjenis kelamin

laki-laki yaitu 86 orang (54,8%) dan perempuan sebanya 71 orang (45,2%). Data kelas menunjukkan bahwa jumlah remaja terbanyak berada di kelas Tata Boga 4 sebanyak 32 orang (20,4%) dan jumlah paling sedikit adalah Tata Boga 2 yaitu 19 orang (21,1%).

Tabel 2.

Hasil Penelitian Berdasarkan Variabel

No

Variabel

Frekuensi

Persentase

1

Paparan Media Pornografi

Tidak Terpapar

93

59,2%

Terpapar

64

40,8%

2.

Perilaku Seksual Pranikah

Rendah

87

55,4%

Sedang

25

15,9%

Tinggi

40

25,5%

Sangat Tinggi

5

3,2%

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil bahwa lebih banyak remaja tidak terpapar media pornografi yaitu sebanyak 93 orang (59,2%). Sedangkan untuk hasil dari

perilaku seksual menunjukkan hasil sebagian lebih dominan remaja berisiko rendah melakukan perilaku seksual pranikah yaitu sebanyak 87 orang (55,4%).

Tabel 3.

Hasil Analisis Dengan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Variabel

Laki-laki        Perempuan

N    %    N    %    n    %

Paparan Media Ponografi

  • -   Tidak Terpapar

  • -   Terpapar

37    43,0%    56    78,9%   93    59,2%

49    57,0%    15    21,1%   64    40,8%

Perilaku Seksual Pranikah

  • -   Rendah

  • -   Sedang

  • -   Tinggi

  • -   Sangat Tinggi

30    34,9%    57    80,3%   87    55,4%

12    14,0%    13    18,3%   25    15,9%

39    45,3%     1     1,4%    40    25,5%

5     5,8%     0     0,0%    5     3,2%

Hasil penelitian menunjukkan remaja yang tidak terpapar paling banyak pada remaja perempuan yaitu sebanyak 56 orang (78%), untuk remaja terpapar media pornografi paling banyak pada remaja laki-laki

yaitu sebanyak 49 orang (57%). Sedangkan untuk perilaku seksual mendapatkan hasil bahwa remaja yang berisiko rendah serta sedang pada perilaku seksual lebih dominan remaja perempuan yaitu secara berurutan

sebanyak 57 orang (81,7%) dan 13 orang (18,3), sedangkan yang berisiko tinggi serta sangat tinggi pada perilaku

seksual lebih dominan pada remaja laki-laki, secara berurutan sebanyak 39 orang (44,3%) dan 5 orang (4,7%).

Tabel 4.

Hasil Analisis Korelasi

Variabel

N    Median (Min-Max)      p-value         rs

Paparan media pornografi

Perilaku seksual pranikah

157         17(12-35)           < 0,0001        0,495

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tengah paparan media pornografi adalah 17 dengan nilai minimum dan maksimum secara berurutan adalah 12 dan 35. Nilai tengah perilaku seksual yaitu 3 dengan nilai minimum dan maksimum secara berurutan sebesar 0 dan 10. Hasil uji statistik mendapatkan hasil yaitu ada

hubungan signifikan sedang serta berpola positif antara paparan media pornografi dengan perilaku seksual, yang artinya semakin meningkat skor paparan media pornografi maka semakin meningkat skor perilaku seksual remaja (p-value = < 0,0001; rs= 0,495;α= 0,05).

Tabel 5.

Hasil Analisis Kategorik

Paparan media pornografi

Perilaku seksual pranikah

Rendah       Sedang       Tinggi     Sangat Tinggi

N   %   N   %   N   %   N   %    n   %

Tidak

Terpapar

69   74,2%   14   15,1%   10   10,8%   0    0,0%     93     100

Terpapar

18   28,1%   11   17,2%  30  46,9%   5    7,8%     64     100

87   55,4%  25   15,9%  40  25,5%   5    3,2%    157    100

Berdasarkan      tabel       5

menunjukkan bahwa remaja tidak terpapar media pornografi, memiliki kecenderungan perilaku seksual pranikah berisiko rendah yaitu sebanyak 69 orang (74,2%), sedangkan remaja terpapar media pornografi, mempunyai kecenderungan perilaku seksual pada kategori tinggi yaitu 30 orang (46,9%).

Selanjutnya dilakukan analisis nilai koefisien determinan. Hasil perhitungan koefisien determinan sebagai berikut.

R = (r2 x 100%)

R = ((0,495)2 × 100%)

R = (0,245025 × 100%)

R = 24,5%

Keterangan:

R      : koefisien determinan

r : koefisien korelasi

Hasil perhitungan diperoleh bahwa koefisien determinan sebesar 24.5% yang artinya hubungan paparan media pornografi dengan perilaku seksual pranikah remaja di SMK Pariwisata Dalung sebesar 24,5%.

PEMBAHASAN

Analisis penelitian ini diperoleh bahwa dominan remaja tidak terpapar media pornografi adalah 93 (59,2%). Remaja yang terpapar media pornografi sebanyak 64 orang (40,8%). Paparan pornografi yang dilakukan remaja di latar belakangi oleh rasa keingintahuan remaja yang tinggi, yang akhirnya memberikan ketertarikan pada remaja (Zevriyanti, Novianti, & Tobing, 2019).

Berdasarkan hasil penelitian ini menurut jenis kelamin menunjukkan hasil bahwa remaja yang tidak terpapar media pornografi paling banyak pada remaja perempuan. Sedangkan remaja yang terpapar media pornografi lebih dominan pada peserta penelitian laki-laki. Hal tersebut dipengaruhi oleh kepekaan hormon yang berbeda. Masa purbertas pria memunculkan hormon testoteron berkaitan dengan perubahan fisik, perkembangan genitalia eksternal, dan berhubungan pada hasrat seksual pada anak laki-laki.

Hal tersebut memunculkan rasa ingin tahu yang remaja berkaitan dengan hal-hal seksual, tahap ini anak sudah berada pada fase genital. Tumbuhnya keingintahuan akan hal-hal seksual membuat remaja mencari materi seks dari berbagai sumber. Remaja akan cenderung mencari hal terkait seks pada konten pornografi dari pada materi seks yang disajikan pada penyuluhan atau pendidikan (Hurlock dalam Nuriani, 2015).

Penelitian ini mendapatkan bahwa remaja cenderung berisiko rendah pada perilaku seksual pranikah yaitu 87 orang (55,4%). Remaja pada perilaku sedang adalah 25 orang (15,9%), berperilaku tinggi sebanyak 40 orang (44,3%), dan remaja yang berperilaku sangat tinggi adalah 5 orang (4,7%). Perolehan tersebut sejalan dengan penelitian Pratama dan Notobroto (2017) yang mendapatkan hasil yaitu perilaku seksual remaja dominan berada pada rentan rendah yaitu sebanyak 42 orang (47,2%) dan perilaku seksual berisiko tinggi 24 orang (27%).

Berdasarkan jenis kelamin penelitian ini menunjukkan bahwa remaja laki-laki sebagian berada pada perilaku seksual tinggi. Remaja dengan jenis kelamin perempuan sebagian berada pada perilaku seksual rendah.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian oleh Bana, Hartati, dan Ningsih (2018) mendapatkan hasil bahwa sebanyak 43,26 pada laki-laki dan 27,74 pada perempuan, hasil menunjukkan remaja laki-laki memilki kecenderungan terhadap perilaku seksual. Hal tersebut dikarenakan ketidaksamaan siklus reproduksi hormon seksual remaja laki-laki dengan remaja perempuan.

Remaja tersebut juga terjadi perubahan hormonal yang meningkat pada remaja, salah satunya peningkatan hasrat hormon seksual (libido seksualitas). Peningkatan hasrat seksual yang terjadi pada remaja secara perlahan mendorong remaja ke dalam aktivitas seksual. Bentuk perilaku seksual remaja mulai dari berfantasi, memegang tangan, pelukan, cuiman kering atau basah, peraba area tubuh yang sensitif, masturbasi, petting, oral seksual, sampai melakukan hubungan senggama (intercourse) (Abrori, 2014).

Penelitian mendapatkan bahwa adanya hubungan yang signifikan sedang dan berpola positif, antara paparan media pornografi dengan perilaku seksual, yang berarti meningkatknya skor paparan media pornografi maka meningkat juga skor perilaku seksual remaja (p-value = < 0,0001; r = 0,495;α= 0,05). Penelitian yang dilakukan oleh Angwarmase, Candrawati, dan Warsono (2016) menyatakan bahwa seluruh responden yang terpapar media berisiko tinggi memiliki perilaku seksual berisiko tinggi juga yaitu sebanyak 46 orang (64,8%). Efek media pornografi yang dimulai dari tahap addiction (kecanduan), escalatin (eskslasi), desensitization (desenaitisasi), dan act-out (peniruan perilaku). Remaja dengan intensitas yang lebih sering dalam menonton tayangan pronografi dengan frekuensi lebih dari tiga kali maka akan terjadi penerimaan terhadap seksual

pranikah dan meningkatkan perilaku seksual.

Data yang didapat dari penelitian ini yaitu kekuatan hubungan paparan media pornografi dengan perilaku seksual berada dalam rentan sedang dengan nilai koefisien determinan 24,5%. Hal tersebut menunjukan bahwa media pornografi mempengaruhi terjadinya perilaku seksual pada remaja yaitu 24,5% dan adanya faktor lain, yang lebih besar yang mengakibatkan terjadinya perilaku seksual. Faktor yang meningkatkan remaja melakukan aktivitas seksual diantaranya peningkatan libido seksual, tertundannya usia perkawinan, faktor budaya dan struktur sosial, peran teman, media informasi, dan hubungan orang tua atau keluarga.

Perilaku seksual ini bisa mengakibatkan beberapa masalah. Perilaku seksual pada remaja dapat mengakibatkan remaja terkena penyakit kelamin, hamil pada remaja perempuan yang dapat berujung terhadap tindakan aborsi, serta dapat berdampak pada psikologis remaja (Kasim, 2014). Sehingga penelitian ini dapat digunakan untuk acuan pengembangan perilaku remaja dan dapat menjadi landasan dalam meningkatkan kesehatan reproduksi remaja.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang dapat diambil yaitu: 1) Sebagian besar paparan media pornografi pada remaja di SMK Pariwisata Dalung berada pada kategori tidak terpapar media pornografi; 2) Sebagian besar remaja di SMK Pariwisata Dalung berada pada kategori rendah terhadap perilaku seksual; 3) Ada hubungan signifikan sedang berpola positif antara paparan media pronografi dengan perilaku

seksual pranikah pada remaja di SMK Pariwisata Dalung.

Peneliti yang akan melanjutkan penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan penelitian dengan menambah atau memodifikasi faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja. Kepada remaja agar menggunakan media informasi secara bijak, dan terhindar dari paparan media pornografi yang lebih serius. Selain itu dampak pornografi yang merujuk pada perilaku seksual sehingga perlu pemahan yang lebih terkait dengan kesehatan reproduksi dan terhindar dari perilaku seksual berisiko, yang dapat menyebabkan remaja mengalami masalah kesehatan lain.

DAFTAR PUSTAKA

Abrori. (2014). Di samping jalan aborsi. [e-book]. Retrieved from: https://books.google.co.id/books ?iid=ZX5fDwAAQBAJ&pg=PA 8&dq=batasan+usia+remaja&hl =en&sa=X&ved=0ahUKEwihlp 2v3MjmAhVIeH0KHQ1hAocQ 6AEISzAE#v=onepage&q=batas an%20usia%20remaja&f=false

Angwarmase, E. Candrawati, E.

Warsono. (2016). Paparan Media Berhubungan Dengan Perilaku seksual pada remaja. Nursing News. 1(2). 210-222. Retrieved from:

https://publikasi.unitri.ac.id/inde x.php/fikes/article/viewFile/439/ 357

Bana, B.I. Hartati, N. dan Ningsih, Y.T.

(2018). Hubungan antara konformitas kelompok teman sebaya dengan perilaku seksual pranikah pada remaja. Jurnal RAP UNP. 9(1). 13-24. Retrieved from:

http://103.216.87.80/index.php/p sikologi/article/viewFile/10376/

7608

Kartika. & Budisetyani. (2018). Hubungan pola asuh demokratis dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di Denpasar dan Badung, Junal Psikologis Udayana, 5(1).  63-71. DOI:

https://doi.org/10.24843/JPU.20 18.v05.i01.p06

Kasim, F. (2014). Dampak perilaku seks berisiko terhadap kesehatan reproduksi     dan     upaya

penanganannya. Jurnal Studi Pemuda. 3(1). 39-48. Retrieved from                           :

https://journal.ugm.ac.id/jurnalp emuda/article/viewFile/32037/19 361

Kementrian Kesehatan RI. (2015). Perilaku berisiko kesehatan pada pelajar SMP dan SMA di Indonesia. [e-book]. Retrieved from                           :

file:///C:/Users/x/Documents/SE MESTER%207/GO%20PROPO SAL/go%20up/dapus/dapus%20 bab%201/GSHS_2015_Indonesi a_Report_Bahasa.pdf

Lestari, E.G., Humaedi, S., Santoso, M. B., & Hasanah, D. (2017). Peran keluarga dalam menanggulangi kenakalan remaja. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada   Masyarakat,   4(2).

Retrieved                 from:

https://doi.org/10.24198/jppm.v4 i2.14231

Nurani, F. (2015). Mengenal pendidikan seks menggunakan cerita menggambar untuk anak usia dini. Unissula. ISBN : 978602-1145-14-2. Retrieved from: http://eprints.uad.ac.id/5326/

Nurtini, N.M. Dewi, K.P. Noriani, N K. (2018). Faktor yang berhubungan dengan perilaku berisiko pada remaja. Caring,  2(1),  25-31.

DOI:

https://doi.org/10.36474/caring.v 2i1.34

Pratama, A.C.D & Notobroto, H.B. (2017). Analisis hubungan pergaulan dengan teman dan paparan media pornografi terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja. Jurnal biometrika dan kependudukan. 6(1).   1-8. Retrieved from:

file:///C:/Users/x/Downloads/52 73-31035-1-PB(1).pdf

Sianaga, (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah   pada   mahasiswa

akademi kesehatan X di Kabupaten Lebak.  Neliti: e

Journal, 2(1). 50-55. Retrieved from: https://www.neliti.com/publicati ons/43806/faktor-yang-mempengaruhi-perilaku-seks-pranikah-pada-mahasiswa-ke

Unayah, N., & Sabarisman, M. (2015). The phenomenon of juvenile delinquency and Criminality. Sosio Informa, 1(2), 121–140.

Retrieved                 from:

https://doi.org/http://dnx.doi.org/ 10.22146/jpsi.6959

150

Volume 9, Nomor 2, April 2021