HUBUNGAN SPIRITUALITAS DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL TERMINAL (GGT) YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN BULELENG
on
Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980
HUBUNGAN SPIRITUALITAS DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL TERMINAL (GGT) YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN BULELENG
1Rika Septiani, 2Gusti Ayu Ary Antari, 3Made Oka Ari Kamayani
123Program Studi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Alamat Korespondensi :[email protected]
tABSTRAK
Pasien dengan gagal ginjal terminal harus mendapatkan terapi pengganti fungsi ginjal salah satunya hemodialisis. Terapi hemodialisis jangka panjang menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kehidupan salah satunya perubahan psikologis yang menimbulkan respon terhadap ekspresi spiritual berupa respon negatif ataupun positif. Respon negatif akan berdampak pada kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui ada tidaknya hubungan spiritualitas dengan kualitas hidup pasien GGT yang menjalani hemodialisis di RSUD Kabupaten Buleleng. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dengan rancangan cross-sectional dan teknik sampling purposive sampling. Besar sampel pada penelitian ini adalah 92 orang pasien yang menjalani hemodialisis di RSUD Kabupaten Buleleng. Hasil uji Spearman Rank pada variabel spiritualitas dan kualitas hidup didapatkan p value 0,001 (p<0,05), yang berarti ada hubungan positif sedang antara spiritualitas dan kualitas hidup pasien GGT yang menjalani hemodialisis di RSUD Kabupaten Buleleng. Jadi dapat disimpulkan bahwa apabila spiritualitas tinggi maka kualitas hidup menjadi baik. Saran untuk perawat agar dapat menerapkan perawatan secara holistik yaitu aspek spiritualitas sehingga dapat mempertahankan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis
Kata kunci: kualitas hidup, pasien yang menjalani hemodialisis, spiritualitas
ABSTRACT
Patients with kidney failure must receive replacement therapy for kidney function, one of it is hemodialysis. Long-term hemodialysis therapy causes changes in aspects of life one of them is psychological change that give rise to response to spiritual expressions in the form of negative or positive responses. Negative response will have an impact on the quality of life patients. This study aimed to determine whether there was a relationship between spirituality and the quality of life kidney failure patients that underwent hemodialysis in RSUD Buleleng. This research is a descriptive correlational study with a cross-sectional design and purposive sampling technique. The amount of sample in this study was 92 patients who underwent hemodialysis in the RSUD Buleleng. The Spearman Rank test results on spirituality and quality of life variables obtained p value 0.001 (p <0.05), which means there was a moderate positive relationship between spirituality and quality of life kidney failure patients that underwent hemodialysis in RSUD Buleleng. So it can be concluded that if spirituality is high, the quality of life will be good and vice versa. It is suggested for hemodialysis nurses can implement holistic treatments expecially to improve aspects of spirituality so that they can maintain the quality of life patients that undergoes hemodialysis
Keywords: hemodialysis patient, quality of life, spirituality
PENDAHULUAN
Penyakit Ginjal Kronis (PGK) merupakan penyakit akibat struktur pada ginjal mengalami perubahan atau fungsi ginjal mengalami penurunandalam waktu minimal tiga bulan yang dapat mengakibatkan akumulasi produk sisa metabolisme (Hall, 2014). United State Renal Data System (USRDS) (2017), jumlah kasus PGK di dunia sebesar 14,8%, sedangkan di Indonesia berdasarkan data Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Penefri) diketahui bahwa terdapat 200.000 kasus baru Gagal Ginjal Terminal (GGT) disetiap tahunnya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Kasus gagal ginjal juga mengalami peningkatan di Bali yaitu 1.319 pada tahun 2015 menjadi 1.572 pada tahun 2017 (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2017).
Manifestasi klinis PGK cenderung muncul pada stadium tiga dan empat dengan gejala umum yang ditemukan pada pasien antara lain lemas, mual, penurunan nafsu makan, hingga berat badan menurun. Pada stadium lima, pasien diketahui memiliki LFG<15 sehingga telah disebut mengalami GGT dan mutlak membutuhkan pengobatan dengan penggantian ginjal. Pengobatan dengan mengganti fungsi ginjal salah satunya dapat dilakukan melalui hemodialisis (Infodatin, 2017). Perawatan pasien GGT terdiri dari dua aspek penting, yaitu manajemen penyakit dan hemodialisis. Tujuan akhir dari kedua aspek tersebut adalah mempertahankan kualitas hidup dan peningkatan ketahanan hidup dalam jangka panjang (KDIGO, 2012).
Kualitas hidup adalah perasaan dan pernyataan kepuasan individu terkait kehidupan secara menyeluruh sehingga dapat menjalani kehidupannya dengan kondisi nyaman, tanpa ancaman dan kebutuhan utama terpenuhi (Afiynti, 2010). Nurchayati (2011) menyatakan
kualitas hidup merupakan pandangan seseorang mengenai kehidupan dalam kaitannya dengan budaya, hubungan dengan tujuanu, harapan, standar dan keinginan individu untuk mencapai kesehatan fisik dan kesehatan psikologis. Kesehatan psikologis terdiri atas perasaan positif dan nnegatif, cara berpikir, harga diri, dan spiritual. Kualitas hidup pasien yang melakukan terapi hemodialisis umumnya tergolong rendah sehingga mortalitas dan morbiditas pada pasien yang menjalani hemodialisis juga tinggi (Farida, 2010; Tsai, et al., 2010).
Pendekatan spiritual dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Superkertia, Astuti, dan Lestari (2016) menyatakan bahwa pendekatan spiritual dapat membantu mengurangi gejala dan dalam beberapa kejadian dapat mengubah prognosis penyakit. Sebuah studi yangg dilakukan oleh Najjini (2017) mengenai religiusitas dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal menemukan bahwa religiusitas adalah ekspreasi spirituall individu yang berkaitan dengan keyakinan, nilai, simbol dan ritual. Religiusitas yang baik akan meningkatkan rasa syukur dan memandang hidup masih bermakna dan memiliki tujuan sehingga mampu menjalani hemodialisis untuk mempertahankan kualitas hidupnya.
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui wawancara didapatkan bahwa 60% pasien tetap merasakan putus asa disertai perasaan tidak berguna akibat tidak dapat bekerja, 80% pasien mengalami perubahan spiritualitas seperti meningkatnya hubungan diri dengan Tuhan.
Berdasarkan data-data tersebut, penelitii tertarik untuk melakukan penelitian terkait hubungan spiritualitas dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis di RSUD Kabupaten Buleleng. Tujuan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan spiritualitas dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal terminal yangn menjalani hemodialisis di RSUD Kabupaten Buleleng.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenisf penelitian deskriptif korelasional menggunakan pendekatan cross-sectionall. Penelitian dilakukan di ruang Hemodialisis RSUD Kabupaten Buleleng pada tanggal 26 April sampai dengan 4 Mei 2019.
Populasi penelitian ini yaitu seluruh pasien GGT yang menjalanii hemodiailsis di RSUD Kabupatenv Buleleng yang berjumlah 121 orang. Sampel yang digunakan berdasarkan perhitungan rumus Sugiyono (2015) yaitu 92 responden. Sampel dipilih dengan kriteria inklusi usia ≥18 tahun, menjalani hemodialisis rutin dua kali seminggu, dan bersedia menandatangani inform consent. Kriteria eksklusi penelitian yaitu pasien hemodialisis rutin yang menjalani rawat inap dan pasien yang mengalami penurunan kesadaran selama hemodialisis.
Alat pengumpul data dalam penelitian ini yaitu World Healthh Orgnization Quailty Of Life-Spirituality, Religiousnes, and Personal Belief (WHO-QOL SRPB) Field-Test Instrumentsterdiri dari 8 bagian. Hasil uji validitas 32 poin pernyataan valid dari 40 poin pernyataan. Hasil uji reliabilitas menunjukkan Cronbach
alpha sebesar 0,931 yang menunjukkan reliabilitasnya tinggi.
World Health Organzation Quailty Of Life-Bref (WHOQOL-BREF) terdiri dari 26 poin pernyataan. Uji realiabilitas menunjukkan Cronbach alpha yaitu 0.900 yang menunjukkan realiabilitasnya tinggi.
Data yang dikumpulkan berdasarkan dara inklusi dan eksklusi. Analisis univariat digunakan untuk menganalisis karakterisrik responden ditampilkan dalam bentuk presentase, variabel spiritualitas dan kualitas hidup ditampilkan dalam bentuk tabel distirbusi frekuensi. Analisis bivariate dilakukan untuk menganalisis hubungan spiritualitas dengan kualitas hidup.Uji yang digunakan yaitu uji Spearman Rank karena data tidak terdistribusi normal.
Penelitian ini telah mendapatkan surat keterangan laik etik (ethical clerance) dari Komsi Etik Peneiltian FK Unud/RSUP Sanglah.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden
Karakteristikk Responden |
Frekuensi (n) |
Presentase (%) |
Usia (th) | ||
18-25 |
2 |
2,2 |
26-35 |
3 |
3,3 |
36-45 |
20 |
21,7 |
46-55 |
27 |
29,3 |
56-65 |
33 |
35,9 |
>65 |
7 |
7,6 |
Jenis Kelanin | ||
Laki-lakij | ||
Perempuann |
62 |
67,4 |
30 |
32,6 | |
Tingkatt Pedidikan | ||
Tidak Tamat | ||
Tamat SD |
8 |
8,7 |
Tamat SMP |
19 |
20,7 |
Tamat SMA |
24 |
26,1 |
Tamat PT |
30 |
32,6 |
11 |
12,0 | |
Lama Menjalani | ||
Hemodialisis | ||
< 5 Tahun | ||
5-10 Tahun |
72 |
78,3 |
> 10 Tahun |
16 |
17,4 |
4 |
4,3 | |
Penyebab GGT | ||
PNC | ||
Hipertensi |
11 |
12,0 |
Diabetes |
29 |
31,5 |
Batu Ginjal |
24 |
26,1 |
GNC |
20 |
21,7 |
8 |
8,7 | |
Status Pernikahan | ||
Menikah | ||
Tidak Menikah |
81 |
88,0 |
Janda |
7 |
7,6 |
Duda | ||
2 |
2,2 | |
2 |
2,2 |
Tabel 1 menunjukkan bahwa usia responden mayoritas dalam rentang 5665 tahunn yaitu 33 orangg (35,9%). Responden juga mayoritas berjenis kelamin laki-laki yaitu 62 orang (67,4 %). Responden sebagian besar memiliki pendidikan terakhir SMA yaitu sebanyak 30 orang (32,6%). Responden
sebagian besar telah menjalani hemodialisis selama < 5 tahun sebanyak 72 responden (78,3%). Penyebab GGT yang paling banyak dialami responden yaitu akibat penyakit hipertensi
sebanyak 29 responden (31,5%).
Responden mayoritas berstatus menikah yaitu 81 responden (88%).
Tabel 2 Distribusi Berdasarkan Kategori Spiritualitas dan Kualitas Hidup
Variabel |
Kategori Frekuensi (n) Persentase (%) |
Spiritualitas |
Rendah 2 2,2 Sedang 43 46,7 Tinggi 47 51,1 |
Kualitas Hidup |
Buruk 5 5,4 Sedang 48 52,2 Baik 39 42,4 |
Tabel 2 menunjukkan mayoritas responden memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi yaitu 47 responden (51,1%).
Sebagian besar kualitas hidup respoden dalam kategori sedang yaitu 48 dengan persentase 52,2%.
Tabel 3 Distribusi Spiritualitas dan Kualitas Hidup Responden
Variabel |
Median ± Varian |
min-maks |
CI 95% |
Spiritualitas |
29,62 ± 18,34 |
3,75 – 34,50 |
27,66 – 29,44 |
Kualitas Hidup |
57,19 ± 10,92 |
35,75-78,25 |
54,93-59,46 |
Tabel 3 menunjukkan median spiritualitas pasien yang menjalani hemodialisis adalah 29,62 dengan varian 18,34. Nilai maksimum
spiritualitas adalah 34,50. rata-rata kualitas hidup responden adalah 57,19 dengan nilai maksimum yaitu 35,75.
Tabel 4 Analisis Hubungan Spiritualitas dengan Kualitas Hidup Pasien GGT Yang Menjalani Hemodialisis
Kualitas Hidup
Variabel
p value
Spiritualitas
0,491
0,001
Tabel 4 menunjukkan hubungan positif sedang antara spiritualitas dengan kualitas hidup pasien GGT yangg menjalanii hemodialisis. Hasil anailsis menunjukkan ada hubungan positif yang berarti semakin tinggi spiritualitass makamkualitas hidup akan
semakinnbaik.
PEMBAHASAN
Spiritualitas merupakan suatu hal yang berkaitan dengan hubungan
individu dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya dengan tujuan untuk membuat makna hidup dalam mengatasi masalah yang dihadapi dalam ikehidupan (Amir & Lesmawati, 2016).
Berdasarkan analisis data didapatkan bahwa kategori spiritualitas pasien GGT yaitu sebagian besar berada pada kategori spiritualitas tinggi dengan persentase 51,1%. Kondisi ini dikarenakan beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama menjalani hemodialisis maupun
penyakit penyebab GGT. Usia responden akan mempengaruhi tingkat perkembangan yang dimiliki khususnya dalam aspek pemikiran tentang Tuhan. Hal ini ditunjukkan pula dengan didapatkannya data bahwa spiritualitas paling tinggi pada rentang usia 36-45 tahun. Selain itu, spiritualitas dapatdipengaruhi olehkondisi krisis dan perubahan yaitu ketika seseorang mearsa tidak nyaman dengan kondisinya seperti mengalami sakit yang kronis, penurunan fungsi tubuh saat penuaan, mengalami kehilagan, dan lain-lain (Hamid, 2008).
Skor spiritualitas paling tinggi diperoleh padajenis kelamin perempuan, tingkat pendidikan tamat PT, responden dengan lama menjalani hemodialisis 510 tahun, responden dengan penyebab GGT berupapenyakit diabetes melitus.
Berdasarkan analisis data didapatkan bahwa kualitas hidup responden mayoritas dalam katagori sedang yaitu 52,2%. Hal serupa juga dikemukakan oleh Superkertia, Astuti, dan Lestari (2016) bahwa pasien dengan penyakit kronis memiliki kualitas hidup dalam kategori sedang yakni sebesar 51%. Faktor yang meningkatkan kualitas hidup yaitu lama menjalani hemodialisis < dari 5 tahun, pada penyakit DM dan hipertensi, rentang usia 36-45 tahun, responden pada kategori tamat PT, responden dengan status menikah.
Hasil analisis menemukan bahwa terdapat hubungann bermakna dengann arah positif sedang antara spiritualitas dengan kualitass hidup pasien GGT yang menjalaii hemodialisis di RSUD Kabupaten Buleleng yang berarti semakin tinggi spiritualitas pasien maka kualitas hidup pasien akan semakin baik. Spiritualitas merupakan hal yang sangat berkaitan dengan kualitas hidup sesorang. Spiritualitas dapat mempengaruhi kualitas hidup melalui dimensi psikologis. Ketika kondisi spiritualitas baik akan membangun dan
memberikan dampak positif pada psikologis (Bele, et.all, 2012). Rohmah, Purwaningsih, dan Bariyah (2012) menemukan bahwa domain psikologis sebagai domain yang paling mempengaruhi nilai kualitas hidup responden dengan hasil keeratan hubungan paling besar dibanding domain lain. Dimensi kualitas hidup antara lain kesehatam fisik, psikolgis, hubumgan sosial, dan lingkumgan dapat membuat individu mencapai sejahtera (well-being). Superkertia, Astuti, dan Lestari (2016) tingkat spiritualitas yang tinggi dapat membantu seseorang lebih iklas dengan kondisi/penyakitnya sehingga pemahaman akan penyakit lebih meningkat, dan seseorang tersebut akan berserah kepada Tuhan. Pendekatan spiritual saat pengobatan dilakukan biasanya dapat menurunkan gejala yang timbul pada beberapa penyakit sehingga dapat merubah prognosiss dari penyakit yang dialami. Halltersebut akan memberikan dampak pada kondisi fisik yang stabil dan peningkatan kualitas hidup pasiem. Penelitian Murtiwi, Nurachmah, dan Nuraini (2015) pada pasien dengan penyakit kronis didapatkan kualitas hidup responden mengalami penurunan pada seluruh aspek salah satunya psikologis.. Penelitian ini mendapatkan temuan bahwa responden memiliki harapan yang rendah terkait kondisi penyakit dan pelayanan yang diterima. Hal ini menyebabkan munculnya pemikiran negatif dan depresi. Terganggunya aspek psikologis tersebut memberikan berdampak pada kualitas hidup pasien yang menurun.
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat hubungann yang bermaknaa arah positif sedang antara spiritualitas dengan kualitass hidup pasien GGT yang menjalani hemodialisis. Hubungan
positif berarti spiritualitas yang semakin tinggi juga membuat kualitas hidup semakin baik.
Peneliti menyarankan beberapa hal untuk mengatasi keterbatasan pada penelitian ini yaitu kepada peneliti selanjutnya agar menentukan sampel yang sesuai dengan kriteria penelitian agar tidak terjadi kesalahan dalam pengisian kuesioner. Petugas kesehatan dan instansi kesehatan diharapkan mampu memberikan pelayanan spiritual seperti mengembangkan acuan edukasi dan kebutuhan konseling spiritualitas agar kualitas hidup pasien tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Afiyanti, Y. (2010). Anailsis konsep kualitasy hidup. Jurnal Keperwatan Imdonesia. 13(2): 81-86. doi:
10.7454/jki.v13i2.236
Amir, Y. & Lesnawati, D.R. (2016). Religiusitas dan spiritualitas: Konsep yang sama atau berbeda?.Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajiani Emprisi& Non-
Empiris, 2(2): 67-73.
Bele, S., Bodhare, T., Mudgaklar, N., Saraf, A.
& Valsangkar, S. (2012). Health related quality of life and existential concern among patients with end stage renal disease. Indian Journal of Palliative Care, 18(2), 103-108. doi:
10.4103/0973-1075.100824.
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2017). Profili kesehatan Provinsi Bali 2017.
Kemenkes RI.
Farida, A. (2010). Pengalaman spiritualitas pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Tesis. Depok: Universitas Indonesia.
Hall. (2014). Guyton dan Hall buku ajar fisiologi kedokteran (12th ed.).. Singapore:
Saunders Elsevier.
Hannid, A. Y. S. (2008). Bunga rampai asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC.
Infodatin. (2017). Situasi penyakit ginjall kronis. Kemenkes RI.
KDIGO. (2012). Clincal practice guideline for the evaluation amd management of chronic kidney disease. (Online), https://kdigoo.org/ diakses pada 2 Februari 2019
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
(2016). Rsup sanglah siap layani
cangkok ginjal. Denpasar: Biro
Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI.
Murtiwi, Nurahmah, E., Nurani, T. (2015). Kualitas hidup klien kanker yang menerima pelayanan hospis atau homecare. Jurnal Keperawatan Indonesia, 9(1): 13-18.
Najjini, S. A. (2017). Hubungan religiusitas dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik di rsud kota yogyakarta. Naskah Publikasi.
Nurchayati, S. (2011). Pengalaman spiritualitas pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Tesis. Depok: Universitas Indonesia.
Rohmahi, A.I.N., Purwaningsih, Bariyah, K. (2012). Kualitas hidup lanjut usia. Jurmal Keperawatan; 3(2): 120-132.
Superkerti, I.G.M.E., Astuti, I.W. & Lestari, M.P.L. (2016). Hubungan antara tingkat spiritualitas dengan tingkat kualitas hidup pada pasien hiv/aids di yayasan spirit paramacitta denpasar. Jurnal Keperawatan COPING NERS.
Tsaii, Y.C., Humg, C.C., Hwamg, S.J., Wamg, S.L., Hsiao, S.M., Lin, M.Y., Kung, L.F., Hsiao, P.N. & Chen, H.C. (2010). Quality of life predicts risks of endstage renal disease and mortality in patients with chronic kidney disease. Nephrol Dial Transplant. 25(5): 16216. doi: 10.1093/ndt/gfp671
USRDS. (2017). 2017usrds annual data report:exsecutive summary. CKD In The United States.
272
Volume 9, Nomor 3, Juni 2021
Discussion and feedback