GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN PERAWAT MENGGUNAKAN HANDSCOON DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA
on
Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN PERAWAT
MENGGUNAKAN HANDSCOON DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA
Ni Wayan Uni Lastari1, Komang Menik Sri K2., Luh Mira Puspita3 123Program Studi Sarjana Keperawatan Dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Alamat Korespondensi: [email protected]
ABSTRAK
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapatkan di pelayanan kesehatan yang dapat menyebar melalui pasien, petugas kesehatan, dan pengunjung. Upaya untuk melindungi perawat dan pasien dari infeksi nosokomial yaitu diterapkannya standard precaution. Standard precaution yang penting dipatuhi oleh perawat yaitu penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti penggunaan handscoon. Tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan perawat menggunakan handscoon di Ruang Rawat Inap RSUD Wangaya. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif. Sampel dalam penelitian ini yaitu 44 perawat yang dipilih dengan teknik total sampling. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu kuesioner dan lembar observasi dengan menggunakan acuan dari piramida penggunaan handscoon menurut WHO. Gambaran tingkat pengetahuan dan kepatuhan perawat menggunakan handscoon dianalisis menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 65,1% memiliki pengetahuan cukup, 34,9% memiliki pengetahuan baik, sedangkan 44,2% responden memiliki kepatuan cukup, 55,8% responden memiliki kepatuhan baik. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk mempertahankan dan lebih meingkatkan pengetahuan dan kepatuhan penggunaan handscoon dengan cara mengikuti sosialisasi tentang penggunaan handscoon.
Kata Kunci: Infeksi, kepatuhan perawat, pengetahuan perawat, penggunaan handscoon
ABSTRACT
Nosocomial infections are infections that are obtained in health services that can spread through patients, health workers, and visitors. The effort to protect nurses and patients from nosocomial infections is the application of standards precaution. Important standards precaution that are adhered to by nurses are the use of personal protective equipment (PPE) such as the use of handscoons. The research aimed to determine the level of knowledge and compliance of nurses using handscoons in the Inpatient Room of Wangaya Hospital. This study was a descriptive research. The sample in this study were 44 nurses who were selected by total sampling technique. The instruments that used in this study were questionnaires and observation sheets using references from the pyramid using the handscoon according to WHO. The level of knowledge of nurses' knowledge and compliance using handscoons was analyzed using frequency distribution. The results showed that 65.1% responden have enough knowledge, 34.9% have good knowledge, while 44.2% of respondents have enough unity, 55.8% of respondents have good compliance. Based on the results of the study, it is recommended to maintain and further enhance the knowledge and compliance of using handscoon by following the socialization about the use of handscoon.
Keywords: Handscoon use, infection, nurse compliance, nurse knowledge
PENDAHULUAN
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapatkan di pelayanan kesehatan yang penyebarannya berasal dari pasien, petugas pelayanan kesehatan, dan pengunjung pasien setelah 72 jam menjalani perawatan di suatu pelayanan kesehatan dan menyebabkan dampak buruk bagi pasien (Hapsari et al., 2018)
Prevalensi infeksi nosokomial yang terjadi di dunia yaitu sebesar 9% atau 1.40 juta orang mengalaminya di pelayanan kesehatan. Kejadian infeksi nosokomial ini terjadi sangat besar di Mediterania Timur yaitu 11,80%, untuk kejadian di Asia Tenggara yaitu sebanyak 10%. Kejadian infeksi nosokomial di Indonesia yaitu sebesar 6 sampai 16% dengan rata-rata yaitu 9,8% terjadi pada tahun 2016. Penelitian yang telah dilakukan pada beberapa rumah sakit di Bali didapatkan prevalensi infeksi nosokomial yaitu di Bali Royal pada tahun 2016 sebesar 0,1%, RSUD Badung sebanyak 0,3%, RSUP Sanglah sebanyak 0,59%, dan Rumah Sakit Umum Negara sebanyak 0,08% (Putra et al., 2017)
Hasil studi pendahuluan di ruang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) RSUD Wangaya didapatkan pada tahun 2017 kejadian infeksi nosokomial yang terjadi yaitu infeksi saluran kemih sebesar 1,8% terjadi pada bulan juli dan infeksi daerah operasi sebesar 0,9% terjadi pada bulan juni.
(Darmadi, 2008) menyatakan bahwa faktor yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial yaitu usia responden, jenis kelamin dari responden, keadaan umum responden itu sendiri, dampak dari terapi yang dijalani, penyakit penyerta responden beserta komplikasi yang ditimbulkan. Faktor lingkungan rumah sakit, peralatan dan material medis termasuk pemberi layanan kesehatan dalam hal ini perawat juga menjadi faktor yang sangat berperan dan mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial (Hapsari et al., 2018)
Upaya untuk menanggulangi tenaga kesehatan dan pasien dari kejadian infeksi nosokomial yaitu dengan diterapkannya standard precaution di sebuah pelayanan kesehatan. Diantara banyak standard precaution yang paling penting dipatuhi oleh perawat yakni penggunakan alat pelindung diri (APD) seperti handscoon (Darmadi, 2008). Penggunaan handscoon dapat dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik yang terdiri dari pengawasan, kebijakan atau acuan penggunaan handscoon, fasilitas handscoon di rumah sakit dan kenyamanan penggunaan alat pelindung diri. Sedangkan untuk faktor intrinsik terdiri dari masa kerja, sikap, motivasi dan pengetahuan (R. Putri et al., 2015).
Pengetahuan dapat diartikan suatu domain yang paling penting untuk membentuk suatu sikap atau kepatuhan dari seseorang dan juga terkait dengan pemahaman yang dimiliki oleh perawat yang didapatkan melalui suatu materi yang telah dipelajari (Notoatmojo, 2007). Perawat dengan pengetahuan baik tentang penggunaan handscoon diharapkan dalam memberikan asuhan kepada klien yang dapat melindungi diri perawat maupun klien Apriluana et al., (2016).
Kepatuhan merupakan perilaku yang dimiliki oleh perawat terhadap suatu prosedur. Apriluana et al., (2016) menyatakan terdapat faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan perawat yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik seperti kelengkapan handscoon, kenyamanan penggunaan handscoon dan peraturan penggunaan handscoon (SOP). Sedangkan untuk faktor intrinsik meliputi pendidikan, masa kerja, sikap, dan motivasi (R. Putri et al., 2015).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan kepada 15 perawat RSUD Wangaya didapatkan bahwa tujuh dari 15 perawat masih tidak menggunakan handscoon saat melakukan tindakan pemeriksaan gula darah pada pasien, lima dari 15 perawat masih melakukan pemasangan infus tanpa menggunakan handscoon. Perawat tidak menggunakan
handscoon karena merasa tidak perlu menggunakan handscoon dan merasa terlalu lama saat menggunakan handscoon. Sementara untuk hasil wawancara dengan kepala ruangan terkait ketersedian handscoon di masing-masing ruangan sudah disediakan handscoon dan diletakan ditempat yang mudah dijangkau oleh perawat.
Penggunaan handscoon sangat penting bagi tenaga kesehatan khususnya perawat yang setiap hari kontak dengan pasien. Sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui dan menganalisis terkait gambaran tingkat pengetahuan dan kepatuhan perawat dalam menggunakan handscoon di RSUD Wangaya. Oleh karena itu, penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran dari tingkat pengetahuan dan kepatuhan penggunaan handscoon pada perawat yang berada di ruang rawat inap RSUD Wangaya.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian menggunakan desktitif kuantitatif. Sampel pada penelitian berjumlah 43 yang berada di Ruang Belibis dan Cendrawasih RSUD Wangaya dan dipilih dengan metode total sampling. Kriteria inklusi penelitian yaitu perawat pelaksana di instalasi rawat inap RSUD Wangaya dan bersedia menandatangai informed consent. Kriteria eksklusi
penelitian yaitu perawat pelaksana yang sedang tugas belajar atau pelatihan serta perawat pelaksana yang sedang cuti selama penelitian.
Instrumen pengumpul data yang digunakan peneliti yaitu kuesioner tingkat pengetahuan yang disusun berdasarkan acuan dari piramida penggunaan handscoon menurut WHO yang terdiri dari sembilan pernyataan dengan rentang validitas (r hitung) 0,411-0,748 dan nilai Alpha Cronbach’s 0,742. Kuesioner tingkat kepatuhan menggunakan lembar observasi dengan menggunakan acuan dari piramida penggunaan handscoon menurut WHO yang terdiri 18 pernyataan.
Pengumpulan data di RSUD Wangaya diambil dengan meminta waktu kepada responden untuk melakukan tindakan asuhan keperawatan. Kepala ruangan kemudian melakukan observasi kepada responden terkait kepatuhan penggunaan handscoon serta memberikan kuesioner terkait pengetahuan dalam menggunakan handscoon.
Analisis yang digunakan yaitu analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan tendensi sentral. Penelitian yang dilakukan ini telah mendapat surat laik etik dari Komisi Etika Penelitian FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar dengan nomor kelaikan etik 413/UN14.2.2.VII.14/LP/2020
Tabel 1.
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia dan Masa Kerja (n=43)
Variabel Minimum Maksimum |
Mean |
Standar Deviasi |
Usia Responden 26 50 (Tahun) |
33,21 |
5.638 |
Masa Kerja 3 22 |
8,77 |
4.927 |
Tabel 1 menunjukkan bahwa usia responden terendah yaitu 26 tahun dan usia tertinggi yaitu 50 tahun dengan rerata usia responden yaitu 33,21 tahun. Hasil rerata |
masa kerja responden yaitu 8,77 tahun dengan masa kerja paling sedikit yakni 3 tahun dan masa kerja paling banyak yakni 22 tahun. |
Tabel 2.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan serta GambaranTingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Perawat Menggunakan Handscoon
(n=43)
Karakteristik |
Frekuensi |
Presentase (%) | |
Peremuan |
33 |
76,7 | |
Jenis Kelamin |
Laki-laki |
10 |
23,3 |
D3 |
29 |
67,4 | |
Tingkat Pendidikan |
S1/Ners |
14 |
32,6 |
Kurang |
0 |
0 | |
Tingkat Pengetahuan |
Cukup |
28 |
65,1 |
Baik |
15 |
34,9 | |
Kurang |
0 |
0 | |
Tingkat Kepatuhan |
Cukup |
19 |
44,2 |
Baik |
24 |
55,8 |
Tabel 2 memperlihatkan responden dominan berjenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 33 orang. Sebagian besar responden dengan tingkat pendidikan yang telah ditempuh responden yaitu D3 keperawatan sebanyak 29 orang. Sebagian besar responden dengan tingkat
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa rentang usia pada responden dalam penelitian di ruang rawat inap RSUD Wangaya berusia 26 sampai 50 tahun. Penelitian S. A. Putri et al., (2018) menyatakan antara umur responden dengan tingkat kepatuhan yang dimiliki oleh perawat dalam menggunakan handscoon tidak didapatkan hubungan, penggunaan handscoon dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sikap, kebijakan dan pengawasan.
Selain itu, berdasarkan penelitian responden dominan berjenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 33 orang. Apriluana et al., (2016) menyatakan bahwa antara jenis kelamin dengan prilaku penggunaan handscoon tidak ada hubungan, antara perawat yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan mempunyai kepatuhan yang sama dalam penggunaan handscoon.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tingkat pendidikan sebagian besar yaitu D3 Keperawatan. R. Putri et al., (2015) menyatakan tingkat pendidikan tidak memiliki pengaruh dalam
pengetahuan yang cukup dalam menggunakan handscoon yaitu sebanyak 28 orang. Sebagian besar responden pada penelitian mempunyai tingkat kepatuhan yang baik dalam menggunakan handscoon sebesar 24 orang.
menggunakan handscoon, tetapi sikap atau kemauan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi seseorang dalam penggunaan handscoon.
Hasil penelitian didapatkan rentang masa kerja responden penelitian di Ruang Rawat Inap RSUD Wangaya yaitu masa kerja dari 3 tahun sampai 22 tahun. Apriluana et al., (2016) menyatakan masa kerja seseorang tidak berpengaruh terhadap kepatuhan perawat menggunakan handscoon, tetapi masa kerja memiliki kaitan yang erat dengan pengalaman yang didapatkan oleh seseorang.
Gambaran pengetahuan dalam hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 15 orang (34,9%) dengan kategori pengetahuan yang baik, 28 orang (65,1%) dengan kategori pengetahuan cukup dan tidak terdapat perawat dengan kategori pengetahuan kurang. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan Belibis dan Cendrawasih karena sedang terjadi pandemi maka disetiap ruangan sudah terdapat kebijakan dan peraturan yang ditempel diruangan tersebut, untuk sosialisasi tentang penggunaan APD sudah terdapat diruangan tersebut dan sudah diikuti oleh semua perawat. Pada kondisi
pandemi tenaga kesehatan khususnya perawat harus dipersiapkan salah satu cara yaitu dengan dibekali pengetahuan dan keterampilan tentang penerapan standard precaution. Sebagai pelayanan kesehatan terdepan perawat harus siap dan tanggap dalam menanggulangi pandemi (Labrague et al., 2015). Perawat memiliki peranan yang penting dan mampu melakukan banyak hal dalam menanggulangi pandemi pada saat diberikan persiapkan dan pelatihan dengan baik (Simatupang, 2017).
Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh salah satu stimulus yaitu berupa pemberian pelatihan tentang prinsip dari penggunaan APD dalam melakukan tindakan. Pelatihan yang dilakukan tentang penggunaan alat pelindung diri dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan dalam melakukan tindakan, sehingga program pelatihan ini sangat penting untuk diikuti oleh perawat yang bekerja di pelayanan kesehatan (Rarung et al., 2016)
Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman kerja. Lingkungan sangat berpengaruh pada pengetahuan karena informasi yang didapat dari teman sejawat akan menambah informasi yang dimiliki oleh perawat terhadap penggunaan handscoon. Pengalaman kerja dapat mempengaruhi penggunaan handscoon, perawat dengan pengalaman kerja yang baik akan melaksanakan asuhan keperawatan lebih baik dalam penggunaan handscoon (Setiawati, 2008).
Gambaran tingkat kepatuhan penggunaan handscoon di Ruang Rawat Inap RSUD Wangaya yaitu 24 (55,8%) responden dengan kepatuhan baik, 19 orang (44,2%) dengan kepatuhan cukup dan tidak ada yang memiliki kategori kepatuhan kurang. Kepatuhan perawat dalam menggunakan handscoon di Ruang Belibis dan Cendrawasih dapat dilihat pada saat perawat mematuhi atau mentaati aturan atau disiplin dalam melakukan prosedur yang ada
Penelitian (S. A. Putri et al., 2018) menyatakan faktor- faktor yang mempengaruhi perawat dalam menggunakan handscoon seperti sikap, pengawasan, kebijakan dan ketersediaan standar operasional prosedur. Tujuan dilakukanya pengawasan yaitu untuk meningkatkan sebuah kedisiplinan tenaga kesehatan dalam memberikan suatu pelayanan sesuai dengan SOP salah satunya yaitu dalam penggunaan handscoon sehingga perawat terhindar dari infeksi dan tidak menularkan infeksi kepada pasien pada saat terjadi pandemi (Simatupang, 2017). Ketersediaan dari standar operasional prosedur yaitu untuk memberikan langkah-langkah yang benar sehingga mampu mengurangi terjadinya kesalahan dan pelayanan yang tidak baik pada saat melakukan berbagai tindakan dari fungsi pelayanan (Rini et al., 2017)
Setiap rumah sakit yang ada memiliki SOP yang dapat memberikan suatu aturan dan dapat digunakan sebagai sebuah acuan dalam melakukan tindakan yang berhubungan dengan pasien itu sendiri, perawat, pengunjung yang ada, jenis tindakan yang dilakukan, serta alat isolasi, pemberian obat pada pasien, dan penggunaan handscoon (S. A. Putri et al., 2018). Ketersediaan fasilitas adalah faktor yang dapat berpengaruh dalam penerapan kepatuhan penggunaan standard precaution atau APD pada petugas yang bekerja di sebuah pelayanan kesehatan. Pada RSUD Wangaya berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan sudah disediakan disetiap ruangan yaitu handscoon non steril, handscoon steril dan google. Ketersediaan dari alat pelindung diri di tempat seseorang bekerja menjadi sebuah indikator yang harus diperhatikan oleh petugas manajemen sebuah pelayanan kesehatan, sedangkan dari perawat itu sendiri agar memiliki suatu motivasi yang menjadi pendorong sehingga terjadi perubahan sikap pada perawat. Sarana yang memenuhi kebutuhan perawat dalam menjalankan prosedur dapat mempengaruhi
perilaku perawat di sebuah rumah sakit (Supiana & Rosa, 2015).
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu sebanyak 28 orang (65,1%) responden memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori cukup untuk menggunaan handscoon dan sebanyak 24 orang (55,8%) responden memiliki tingkat kepatuhan kategori baik dalam penggunaan handscoon
Berdasarkan hasil penelitian dapat dipergunakan untuk melakukan evaluasi dan referensi untuk mengoptimalkan supervisi, pengarahan, dan pengawasan terhadap perawat sehingga patuh menggunakaan handscoon sesuai dengan SOP setiap kali tindakan.
DAFTAR PUSTAKA
Apriluana, G., Khairiyati, L., &
Setyaningrum, R. (2016). Hubungan Antara Usia, Jenis Kelamin, Lama Kerja, Pengetahuan, Sikap Dan Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Perilaku Penggunaan APD Pada Tenaga Kesehatan. 6.
Darmadi. (2008). Infeksi: Problematika dan pengendaliannya. Salemba Medika.
Hapsari, A. P., Wahyuni, C. U., &
Mudjianto, D. (2018). Knowledge of Surveillance Officers on
Identification of Healthcare-associated Infections in Surabaya. Jurnal Berkala Epidemiologi, 6(2), 130.
https://doi.org/10.20473/jbe.V6I220 18.130-138
Labrague, J. L., Yboa, B., & Pettitte, D.
(2015). Disaster preparednes in philipin nurse. Journal of Nursing Scholarship.
Notoatmojo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmi Perilaku. Rineka Cipta.
Putra, P. W. K., Kusuma Raharjo, A. A., & Ngurah Darmawan, A. K. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
dengan Media Leaflet Terhadap Perilaku Mencuci Tangan
Pengunjung di Rumah Sakit Umum Bali Royal. Journal Center of Research Publication in Midwifery and Nursing, 1(2).
https://doi.org/10.36474/caring.v1i2. 6
Putri, R., Wayan Agung Indrawan, I., & Andarini, S. (2015). Pengaruh Faktor Instrinsik dan Ekstrinsik terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini oleh Bidan di Puskesmas Rawat Inap. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 28(3), 247–257.
https://doi.org/10.21776/ub.jkb.2015 .028.03.16
Putri, S. A., Widjanarko, B., & Shaluhiyah, Z. (2018). Faktor-Fakto Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) DI RSUP DR. Kariadi Semarang. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, 6, 9.
Rarung, C. M., Kawatu, P. A. T., & Joseph, W. B. S. (n.d.). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Tindakan Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) Pada Petugas Instalasi Gawat Darurat (IGD) Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kotamobagu. 7.
Rini, D. S., Suryani, M., & Utomo, T. P. (2017). Pelaksanaan Universal Precautions Oleh Perawat Pelaksana Di Ruang Kenanga RSUD DR. H. Soewondo Kendal. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 12.
Setiawati, S. (2008). Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan. Trans Info Media.
Simatupang, R. B. (2017). Kesiapsiagaan RSPAD Gatot Soebroto Dalam Penanggulangan Bencana Pandemi Influenza Untuk Mengantisipasi Ancaman Bioterorisme. 32.
Supiana, N., & Rosa, E. M. (2015).
Pelaksanaan Kebijakan Dan Penilaian Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) Oleh Dokter Dan Bidan Di Ruang Bersalin Dan Nifas
Rsu Pku Muhammadiyah Yogyakarta Unit I Tahun 2014/2015. 19.
171
Volume 9, Nomor 2, April 2021
Discussion and feedback