Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG SEKS USIA REMAJA DI SMK PARIWISATA X BADUNG

Ni Putu Fridayanti Pratiwi1, Ida Arimurti Sanjiwani2, I Kadek Saputra3

  • 1    Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, 2, 3 Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Alamat korespondensi: [email protected]

Abstrak

Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Salah satu perubahan yang terjadi pada masa remaja yaitu perubahan seksual primer dan sekunder. Perubahan fisik pada remaja perlu diimbangi dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Rendahnya informasi mengenai kesehatan reproduksi berpeluang meningkatkan angka kejadian seks usia remaja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang seks usia remaja di SMK Pariwisata X Badung. Desain penelitian yaitu deskriptif kuantitatif dengan pendekatan observasional. Penelitian ini menggunakan teknik stratified random sampling untuk mengambil sampel sebanyak 313 pelajar di SMK Pariwisata X Badung. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner. Hasil dari penelitian didapatkan 193 pelajar (61,7%) memiliki pengetahuan baik tentang seks usia remaja dan sebanyak 280 pelajar (89,5%) memiliki sikap baik terhadap seks usia remaja. Saran dalam penelitian ini yaitu diharapkan dapat menjadikan landasan bagi pihak sekolah dalam membuat kebijakan sebagai upaya meningkatkan dan mempertahankan pengetahuan mengenai seks usia remja.

Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Seks Usia Remaja

Abstract

Adolescence is a period of transition from children to adulthood. One of the changes that occur in adolescence is primary and secondary sexual changes. Physical changes in adolescents need to be balanced with knowledge about reproductive health. Low information about reproductive health can potentially increase the incidence of adolescent sex. This study aims to look at the description of knowledge and attitudes of adolescents about adolescent sex at SMK Pariwisata X Badung. The research design is quantitative descriptive with an observational approach. This study uses stratified random sampling technique to take a sample of 313 students in SMK Pariwisata X Badung. The data were collected using questionnaires. The results of the study found 193 students (61.7%) had good knowledge about adolescent sex and 280 students (89.5%) had a good attitude towards adolescent sex. The suggestions in this study are expected that this study can be a foundation for schools in making policies as an effort to increase and maintain knowledge about adolescent sex.

Keywords: knowledge, attitude, adolescent sex

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan transisi dari anak-anak menuju dewasa (Sinaga, 2018). Perubahan seksual primer dan sekunder akan dialami sebagai tanda perkembangan fisik yang terjadi pada remaja. Perubahan ini perlu diimbangi dengan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi (Februanti, Alpiyanto, & Kartilah, 2017). Rendahnya informasi mengenai kesehatan reproduksi berpeluang meningkatkan angka kejadian seks di usia remaja (Aritonang, 2015). Data SDKI tahun 2017 mencatat remaja usia 15-24 tahun melakukan hubungan seksual sebanyak 8% laki-laki dan 8% perempuan. Kelompok usia pertama kali melakukan hubungan seks paling tinggi yaitu 15-19 tahun (BKKBN, BPK, & KEMENKES RI, 2018).

Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja yaitu meningkatnya libido seksual, faktor budaya dan struktur sosial (Sarwono, 2010). Budaya berperan besar dalam seks usia remaja. Pengaruh trend budaya asing yang cenderung terbuka mengenai seksualitas dapat menarik remaja untuk ikut melakukan trend yang sama (Zulhaqqi & Putra, 2019). Perkembangan pariwisata yang pesat menyebabkan terjadinya pertukaran budaya khusunya di wilayah yang bersentuhan langsung dengan pariwisata (Oktaviyanti, 2013). Apabila hal ini dibiarkan maka dapat berdampak buruk bagi remaja sebagai generasi penerus bangsa.

Tingkat pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi mempengaruhi sikap dan perilaku seks pranikah khususnya pada remaja (Sirupa, Wantania, & Suparman, 2016). BKKBN bekerjasama dengan pemerintah Badung sebagai daerah pariwisata terbesar di Bali mengadakan

program GenRe (Generasi Berencana) yang bertujuan meningkatkan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi (Dinas Kabupaten Badung, 2018). Walaupun upaya pendidikan kesehatan reproduksi untuk meningkatkan pengetahuan telah dilakukan, namun fenomena kejadian seks usia remaja masih terjadi.

Hasil studi pendahuluan di Dinas Kesehatan Kabupaten Badung, tercatat selama tahun 2018 kejadian kehamilan usia kurang dari 20 tahun mencapai 288 orang dan 20% diantaranya terjadi di Kecamatan Kuta Utara yang merupakan salah satu wilayah pariwisata. Selain itu, hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMK Pariwisata X Badung pernah terjadi kehamilan remaja di sekolah ini pada tahun 2017. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melihat gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang seks usia remaja di SMK Pariwisata X Badung.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan observasional. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2019 sampai Mei 2020. Populasi penelitian yaitu pelajar di SMK Pariwisata X Badung jurusan jasa boga dan akomodasi perhotelan yang berjumlah 901 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling dan memperoleh 305 subjek penelitian.

Kriteria inklusi penelitian ini adalah pelajar yang belum menikah, hadir saat pengambilan data, dan menandatangani informed consent. Kriteria eksklusi penelitian ini yaitu pelajar yang yang usianya kurang dari 15 tahun dan lebih dari 19 tahun

Data dikumpulkan menggunakan kuesioner pengetahuan

tentang seks pranikah usia remaja yang telah diuji validitas (> 0,40 - < 0,70 dan > 0,70 - < 0,90) dan reliabilitas (0,752 > 0,444) (Darmasih, 2009), serta kuesioner sikap terhadap seks pranikah usia remaja yang telah diuji validitas (menunjukan 15 item pertanyaan 100% valid) dan dan reliabilitas (0,747 > 0,60) (Nurjanah, 2017).

Skor pengetahuan dibagi menjadi tiga kriteria berdasarkan Arikunto (dalam Wawan & Dewi, 2011) yaitu baik (76-100%), cukup (56-75%), kurang (< 56%). Skor sikap

dibagi menjadi tiga kriteria berdasarkan Suwendra (2017) yaitu baik (74%-100%), cukup (61%-73%), kurang (≤ 60%).

Data hasil penelitian danalisis secara univariat. Analisis data menggunakan bantuan program komputer.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian mengenai karakteristik subjek penelitian disajakan dalam tabel berikut.

Tabel 1.

Karakteristik Subjek Penelitian

Variabel

(n)

(%)

Jenis Kelamin

Laki-laki

179

57,2

Perempuan

134

42,8

Total

313

100

Usia

15 tahun

48

15,3

16 tahun

89

28,4

17 tahun

109

34,8

18 tahun

67

21,4

19 tahun

0

0

Total

313

100

Berdasarkan tabel 1, menunjukan dari 313 remaja sebagai subjek penelitian, lebih dari setengahnya berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 179 orang (57,2%) dan

kurang dari setengahnya berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 134 orang (42,8%). Sebagian besar subjek penelitian berusia 17 tahun sebanyak 109 orang (34,8%).


Gambar 1.

Tingkat Pengetahuan Seks Usia Remaja

Gambar 1 menunjukan sebagian besar memiliki pengetahuan baik sebanyak 193 orang (61,7%) dan

hanya sebagian kecil memiliki pengetahuan kurang tentang seks usia remaja yaitu 10 orang (3,2%).

Tabel 2.

Penjabaran Tingkat Pengetahuan Seks Usia Remaja

Variabel

(n)

(%)

Definisi

Baik

262

83,7

Cukup

0

0

Kurang

51

16,3

Total

313

100

Ciri-ciri perkembangan reproduksi

Baik

180

57,5

Cukup

123

39,3

Kurang

10

3,2

Total

313

100

Jenis-jenis perilaku seksual

Baik

32

10,2

Cukup

110

35,1

Kurang

171

54,6

Total

313

100

Dampak perilaku seksual

Baik

217

69,3

Cukup

75

24,0

Kurang

21

6,7

Total

313

100

Tabel 2 menunjukan pengetahuan remaja tentang definisi perilaku seksual di SMK Pariwisata X Badung termasuk kategori baik yaitu sebanyak 262 orang (83,7%). Pengetahuan remaja tentang ciri-ciri perkembangan reproduksi sebagian besar baik dengan jumlah 180 orang

(57,5%). Namun, ditemukan bahwa dominan remaja memiliki pengetahuan kurang tentang jenis-jenis perilaku seksual yaitu sebanyak 171 orang (54,6%). Pengetahuan remaja tentang dampak perilaku seksual didapat data paling banyak yaitu 217 orang (69,3%).


PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, mayoritas remaja di SMK Pariwisata X Badung memiliki tingkat pengetahuan baik tentang seks usia remaja sebesar 61,7%. Hal ini dapat dikarenakan remaja merupakan masa transisi, masa terjadinya perubahan fisik emosional, dan seksual yang meningkatkan keingintahuan remaja tentang berbagai hal sehingga hal tersebut dapat mendorong remaja untuk mencari informasi yang dalam hal ini mengenai seks pranikah khususnya usia remaja. Walaupun remaja masih duduk di bangku SMA yang tergolong usia remaja tengah (16-18 tahun) tetapi jika ia mendapat informasi yang baik dari berbagai media dan sumber terpercaya maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Husna & Ariningtya, 2019). Remaja di SMK Pariwisata X Badung yang menjadi subjek penelitian sebagian besar berusia 17 tahun yang berada di kelas XI sehingga sebagian besar telah mendapatkan pelajaran mengenai sistem reproduksi melalui pelajaran IPA. Selain itu, petugas kesehatan setempat sebelumnya pernah memberikan pendidikan kesehatan reproduksi walaupun belum rutin dilakukan. Informasi yang diperoleh dengan baik dari guru dan petugas kesehatan merupakan faktor yang

menyebabkan tingkat pengetahuan remaja di SMK Pariwisata X Badung dominan baik.

Sebagian besar remaja di SMK Pariwisata X Badung memiliki pengetahuan yang baik tentang definisi (83,7%) dan ciri-ciri perkembangan reproduksi (57,5%). Hal ini dipengaruhi dari informasi yang diperoleh remaja. Bila remaja memperoleh informasi yang tepat mengenai definisi dari sumber yang terpercaya maka remaja tersebut akan mengerti tentang kesehatan reproduksinya. Pendidikan seks yang baik dan benar perlu diajarkan orang tua kepada anak. Tujuannya agar remaja tidak memperoleh informasi dari luar yang tidak dapat dipastikan kebenarannya seperti dari teman, film dan majalah porno (Darmadi, 2018).

Pengetahuan remaja mengenai jenis-jenis perilaku seksual sebagian besar kurang yaitu sebesar 54,6%. Kurangnya pengetahuan tentang jenis-jenis perilaku seksual maka diperlukan upaya dari pihak keluarga ataupun sekolah untuk membina dan meningkatkan pengetahuan remaja. Hal ini bertujuan agar remaja dapat lebih bertanggung jawab dan terhindar hubungan seks usia remaja. Menurut Darmadi (2018) pendidikan mengenai seks sangat diperlukan terlebih di masa

kini pergaulan remaja sangat mengkhawatirkan dan kelewat batas.

Remaja di SMK Pariwisata X Badung memiliki pengetahuan yang baik tentang dampak perilaku seksual yaitu sebesar 69,3%. Melihat hal tersebut maka pengetahuan tentang dampak perilaku seksual perlu tetap dipertahankan atau bahkan ditingkatkan melalui pendidikan kesehatan reproduksi secara berkala. Keluarga, sekolah dan petugas keehatan berperan besar dalam memberikan informasi akurat dan terpercaya bagi remaja karena melihat berbagai dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari seks usia remaja. Dampak tersebut meliputi dampak fisik dan dampak psikologis. Dampak fisik yang dapat terjadi seperti menderitan infeksi seksual menular, HIV/AIDS, kehamilan tidak diinginkan yang berujung pada masalah kehamilan atau penyulit persalinan serta tindakan aborsi. Dampak psikologis yang dapat terjadi seperti perasaan tertekan, menyesal dan hilangnya harapan (Surbakti, 2008).

Pada penelitian ini, diperoleh sebagian besar remaja di SMK Pariwisata X Badung memiliki sikap baik terhadap seks usia remaja sebanyak 89,5%. Sikap baik dalam penelitian ini yaitu kecenderungan menghindari, menjauhi atau tidak mendukung hubungan seks usia remaja. Melalui sikap, kita dapat melihat arah dan kemungkinan tindakan remaja yang akan dilakukannya. Sikap dari pelajar di SMK Pariwisata X Badung merupakan suatu bentuk pandangan dan perilaku tertutup terhadap kemungkinan tindakan yang akan dilakukannya. Beberapa faktor yang mempengaruhi remaja memiliki sikap baik terhadap seks seperti pengetahuan, agama, pengalaman pribadi, orang tua, guru,

informasi media massa dan media elektronik, kebudayaan, dan diri sendiri (Sutrisnowati, Khotimah, Sumunar, Widyastuti, & Setyawati, 2019).

Faktor kebudayaan dianggap penting dalam membentuk sikap seseorang karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu dalam bersikap di lingkungan sekitarnya (Yundelfa & Nurhaliza, 2019). Menurut Husna & Ariningtyas (2019), remaja yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya asli di lingkungan tempat tinggalnya mempengaruhi pembentukan sikap kearah positif. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan di SMK Pariwisata X Badung yang bersentuhan langsung dengan lingkungan pariwisata. Walaupun pertukaran budaya asing yang cenderung terbuka mengenai seksualitas terjadi di lingkungan sekitar sekolah namun nyatanya hal tersebut tidak mempengaruhi cara pandang remaja di SMK Pariwisata X Badung mengenai seks usia remaja. Hasil penelitian membuktikan bahwa remaja di SMK Pariwisata X Badung memiliki sikap yang baik terhadap seks usia remaja.

Faktor lain yang mempengaruhi sikap menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting dalam penentuan sikap. Dengan demikian, sikap seharusnya sejalan dengan pengetahuan seseorang. Hal ini sejalan dengan tingkat pengetahuan remaja di SMK Pariwisata X Badung yang cenderung baik dan memiliki sikap yang baik. Berdasarkan hal tersebut menunjukan bahwa walaupun lingkungan berpengaruh terhadap sikap individu, namun apabila pengetahuan yang dimiliki baik maka dapat mempengaruhi individu bersikap positif.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dapat disimpulkan remaja di SMK Pariwsata X Badung memiliki tingkat pengetahuan baik (61,7%) tentang seks usia remaja dan memiliki sikap baik (89,5%) yang berarti kecenderungan menghindari, menjauhi atau tidak mendukung hubungan seks usia remaja.

Tenaga tenaga kesehatan khususnya keperawatan diharapkan dapat melakukan promosi kesehatan tentang kesehatan reproduksi dan pacaran sehat secara rutin dengan sasaran utamanya yaitu remaja. Bagi pihak sekolah diharapkan dapat menjadi landasan membuat kebijakan berupa konseling dan pendidikan kesehatan tentang dampak yang ditimbulkan dari seks pranikah sebagai upaya      meningkatkan      dan

mempertahankan       pengetahuan

mengenai seks usia remja. Penelitian selanjutnya     diharapkan     dapat

mengidentifikasi faktor-faktor lain yang mungkin meningkatkan risiko seks usia remaja di daerah pariwisata dan menggunakan kuesioner dengan pertanyaan terbuka.

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, T. (2015). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja Usia (15-17 Tahun) di SMK Yadika 13 Tambun, Bekasi. Jurnal Ilmiah WIDYA, 3(2), 61-67.

BKKBN.    (2018).    Pendidikan

Kesehatan Reproduksi Bagi Generasi Muda. Banjarmasin: BKKBN.

BKKBN, BPK, & KEMENKES RI.

  • (2018) . Survei demografi dan kesehatan Indonesia 2017. Retrieved September 5, 2019,

from

https://www.sdki.bkkbn.go.id

Darmadi. (2018). Remaja dan Seks. Lampung Tengah: Guepedia.

Darmasih, R. (2009). Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah pada Remaja SMA di Surakarta. Skripsi Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Dinas Kabupaten  Badung.  (2018,

Oktober 10). Sosialisasi Program    GenRe    Bagi

Kelompok PIK-R Kampung KB. Retrieved Desember 16, 2019, from Dinas Kabupaten Badung: https://badungkab.go.id

Februanti, S., Alpiyanto, R.,  &

Kartilah, T. (2017). Gambaran pengetahuan remaja tentang dampak seks pranikah di salah satu SMA Kota Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada, 17(2), 261-267.

Husna, F., & Ariningtya, N. (2019). Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri tentang seks pra nikah. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 12(2).

Kementrian Kesehatan RI. (2015). Situasi kesehatan reproduksi remaja. Retrieved September 5, 2019,                  from

https://www.kemkes.go.id

Nurjanah. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Seks Bebas Terhadap Sikap dan Perilaku Seks Pranikah Kelas X SMK Giripuro Sumpiuh. Skripsi Sarjana Sekolah TIinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

Oktaviyanti, S. (2013). Dampak sosial budaya interaksi wisatawan dengan masyarakat lokal di kawasan Sosrowijayan. Jurnal Nasional Pariwisata, 5(3), 201208.

Pragita, R., Purwandari, R.,  &

Sulistyorini, L. (2018). Pengaruh         Pendidikan

Kesehatan Metode Stratagem Dengan Media Audiovisual Terhadap        Pengetahuan

Kesehatan Reproduksi Remaja. The Indonesian Journal of Health Science, 35-44.

Prijatni, I.,  & Rahayu, S. (2016).

Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Jakarta: Kementrian        Kesehatan

Republik Indonesia.

Sarwono, W. (2010). Psikologis Remaja. Jakarta:   Grafindo

Persada.

Sinaga, E. (2018). Gambaran pengetahuan dan sikap remaja terhadap dampak kehamilan pada seks pranikah di SMA Teladan Medan tahun 2017. Jurnal Ilmiah Kebidanan IMELDA, 4(1), 304-308.

Sirupa, T., Wantania, J., & Suparman, E. (2016). Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi. Jurnal e-Clinic (eCl), 4(2).

Surbakti, E. (2008). Kenakalan Orang Tua Penyebab Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Elex Media.

Sutrisnowati, S., Khotimah, N., Sumunar, D., Widyastuti, M., & Setyawati,      S.      (2019).

Pengetahuan, sikap, dan perilaku seksual remaja anggota pusat informasi   konseling

remaja SMA Negeri 2 Bantul. Geomedia : Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian, 17(1), 67 – 73 .

Suwendra, I. (2017). Murid Bandel Salah Siapa ? Badung: Nilacakra.

Wawan, A., & Dewi, M. (2011). Teori & Pengukuran Pengetahuan,

Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Yundelfa, M., & Nurhaliza, R. (2019). Gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang seksual pranikah. Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan, 11,  128

135.

Zulhaqqi, J.,  & Putra, Y. (2019).

Hubungan Self-Monitoring Dengan Perilaku Seksual Pada Remaja Yang Berpacaran. Jurnal Riset Psikologi, 2019(2), 1-10.

218

Volume 9, Nomor 2, April 2021