Pengaruh Pelatihan dan Video Keselamatan Pasien terhadap Penerapan Keselamatan Pasien pada Perawat
on
Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980
PENGARUH PELATIHAN DAN VIDEO KESELAMATAN PASIEN TERHADAP PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN PADA PERAWAT
Asih Devi Rahmayanti, Ni Putu Emy Darma Yanti, Kadek Cahya Utami
Program Studi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
*Email: [email protected]
ABSTRAK
Keselamatan pasien merupakan sistem di rumah sakit yang membuat asuhan pasien lebih aman meliputi pengkajian risiko, pelaporan, analisis insiden, tindak lanjut, implementasi solusi untuk meminimalkan risiko dan mencegah cedera. Membangun keselamatan pasien harus didukung oleh pengetahuan dan sikap perawat dalam mengenal masalah dan melakukan perbaikan. Program pengembangan staf melalui pelatihan yang dikombinasikan dengan video reminder dipilih untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap perawat lebih cepat dan secara terus menerus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pelatihan dan video keselamatan pasien terhadap penerapan keselamatan pasien pada perawat di Rumah Sakit Balimed Karangasem. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode pre-experimental one group pretest-posttest design yang dilakukan terhadap 40 responden dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner pengetahuan dan sikap perawat tentang keselamatan pasien. Hasil uji Wilcoxon untuk pengetahuan perawat dengan p value 0,000, artinya ada pengaruh pelatihan dan video keselamatan pasien terhadap pengetahuan perawat. Sikap perawat dengan uji dependent t-test didapatkan p value 0,000, artinya ada pengaruh pelatihan dan video keselamatan pasien terhadap sikap keselamatan pasien pada perawat di Rumah Sakit Balimed Karangasem. Berdasarkan hasil penelitian ini pelatihan dan video keselamatan pasien dapat dijadikan standar untuk penerimaan perawat baru di rumah sakit sebelum terjun ke pasien.
Kata kunci: keselamatan pasien, pelatihan, video reminder
ABSTRACT
Patient safety is a system at the hospital make care safer covering study risk, reporting, analysis incident, follow-up, the implementation of a solution to decrease the risks and prevent injury. Build patient safety must be supported by knowledge and attitude nurse in know problems and make improvements. Staff development program through training that combined with video reminder chosen to increase knowledge and attitude nurses faster and continuously. The purpose of this research is to analyze the effect of training and video patient safety on nurses implementation of patient safety at Balimed Karangasem Hospital. The research is quantitative research with the pre-experimental one group pre test-post test design was done with 40 respondents by applying the purposive sampling technique. To receipt of the result knowledge and attitude use of questionnaires nurse about patient safety. Wilcoxon test shows for knowledge nurse with p value 0,000, that mean patient safety training and video effects on nurses knowledge. Nurse attitude test by dependent t-test obtained p value 0,000, that mean there are the influence of training and video patient safety to the nurses attitudes of patient safety at Balimed Karangasem hospital. Based on the results of this research training and video patient safety could become standard for the new nurses in the hospital before into patients.
Keywords: patient safety, training, video reminder
PENDAHULUAN
Isu global di bidang kesehatan saat ini mendapatkan banyak laporan bahkan tuntutan dari pasien dan keluarga pasien mengenai medical error. Keselamatan pasien merupakan sistem yang ada di rumah sakit yang membuat asuhan pasien yang lebih aman meliputi pengkajian risiko,
pelaporan dan analisis insiden, tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan risiko dan mencegah cidera (Kemenkes, 2011). Angka kematian akibat medical error lebih tinggi daripada angka kematian yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, kanker, dan HIV AIDS (WHO, 2012).
Sehubungan dengan kepentingan pelaksanaan keselamatan pasien, maka ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang keselamatan pasien (Permenkes, 2017). Insiden keselamatan pasien terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), dan Kejadian Potensial Cedera (KPC) (Permenkes 2017). Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di seluruh Amerika berjumlah 33,6 juta per tahun (WHO, 2012). Faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya KTD di rumah sakit di Minnesota antara lain adalah kebijakan rumah sakit (36%), komunikasi (26%), training (26%), lingkungan fisik (21%), dan faktor kesalahan manusia (2%) (Shelly, 2012). Laporan di atas telah menggerakkan sistem kesehatan dunia untuk merubah paradigma pelayanan kesehatan menuju keselamatan pasien. Data dari KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit) di Indonesia pada bulan Januari-April 2016, menemukan bahwa adanya pelaporan kasus KTD (14,41%) dan KNC (18,53%) yang disebabkan karena proses atau prosedur klinik (9,26%), medikasi (9,26%), dan pasien jatuh (5,15%).
Kesalahan yang berhubungan dengan faktor manusia antara lain berhubungan dengan: kurangnya pengetahuan (13,3%), kurangnya kinerja (12,2%), kelelahan (0,3%), kesalahan kecepatan infus (7%), dan kesalahan dalam menyiapkan obat (7%) (Shelly, 2012). Bali menduduki posisi tertinggi ketiga sebagai Provinsi yang memiliki kejadian medical error di Indonesia. RSUP Sanglah Denpasar yang merupakan salah satu rumah sakit pusat rujukan data keselamatan pasien dengan laporan Bulan Januari-Juni 2017 didapatkan data KPC 50 insiden, KNC 515 insiden, KTC 11 insiden, dan KTD 227 insiden. Insiden keselamatan pasien yang dilaporkan antara lain medikasi dan cairan infus (237 kasus), prosedur klinis (151 kasus), transfusi darah (120 kasus), pasien jatuh (22 kasus), infeksi nosokomial (3 kasus).
Kabupaten Karangasem adalah kabupaten terakhir yang dievaluasi dalam penerapan keselamatan pasien di Bali karena berhubungan dengan kesiapan pemerintahannya (Dinas Kesehatan dan KKPRS Denpasar, 2017).
Setelah program keselamatan pasien diterapkan ternyata banyak sekali dampak yang ditimbulkan seperti budaya keselamatan pasien yang semakin berkembang, komunikasi dengan pasien yang semakin meningkat, KTD menurun, mutu pelayanan rumah sakit meningkat, diikuti dengan kepercayaan masyarakat meningkat (Anti, 2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan keselamatan pasien yang utama adalah pengetahuan, sedangkan umur, status pernikahan, pelatihan, dan pengaruh organisasi adalah confounding factors (Shelly, 2012). Rumah sakit menerapkan standar keselamatan pasien dirumah sakit dengan tujuh langkah menuju keselamatan pasien dan melakukan pelatihan keselamatan pasien pada staf di rumah sakit (Anti, 2014).
Sehubungan dengan penerapan keselamatan pasien salah satu rekomendasi IOM adalah membangun program pelatihan disetiap rumah sakit secara berkesinambungan (Lumenta, 2008). Program pengembangan staff melalui pelatihan dan pendidikan yang dikombinasikan dengan berbagai cara efektif untuk meningkatkan efektifitas perawat (Marquis & Huston, 2008). Pelatihan yang dilakukan bersamaan dengan penayangan audiovisual yaitu video terbukti memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan (Mahulae, 2015). Tujuan dari kombinasi pelatihan dengan media video adalah peningkatan pengetahuan peserta dengan lebih cepat dan menunjukkan peningkatan pengetahuan serta perubahan sikap dalam penerapan keselamatan pasien secara terus menerus. Untuk itu peneliti ingin melakukan modifikasi dalam kombinasi penayangan video yang digunakan sebagai media pengingat akan diputarkan secara terus menerus di rumah
sakit dalam jangka waktu tertentu dan dilihat bagaimana dampaknya.
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Balimed Karangasem, karena belum pernah diadakan pelatihan dan penelitian tentang pengaruh pelatihan keselamatan pasien terhadap penerapan keselamatan pasien. Atas pertimbangan tersebut peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai “Pengaruh Pelatihan dan Video Keselamatan Pasien Terhadap Penerapan Keselamatan Pasien Pada Perawat di Rumah Sakit Balimed Karangasem”.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode pre-experimental one group pretest-posttest design. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh pelatihan dan video keselamatan pasien terhadap penerapan keselamatan pasien pada perawat di Rumah Sakit Balimed Karangasem.
Populasi dalam penelitian ini adalah 45 orang perawat di Rumah Sakit Balimed Karangasem. Pengambilan sampel yang dilakukan dengan purposive sampling didapatkan hasil 40 orang perawat. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner karakteristik responden, pengetahuan dan sikap perawat dalam penerapan keselamatan pasien.
Sebelum penelitian dijelaskan proses penelitian kemudian diberikan informed consent kepada responden. Sampel berjumlah 40 orang diberikan kuesioner pre-test pengetahuan dan sikap perawat terhadap penrapan keselamatan pasien. Kemudian diberikan intervensi berupa pelatihan pada hari pertama penelitian dengan metode ceramah selama 2 jam, setlah itu diputarkan video keselamatan pasien di TV plasma rumah sakit sebagai reminder perawat dalam merapkan keselamatan pasien. Setelah diberikan intervensi selama tujuha hari dilakukan post-test pengetahuan dan sikap perawat terhadap penrapan keselamatan pasien.
Uji statistik pada pengetahuan dan sikap sebelum dan setelah diberikan
pelatihan dan video keselamatan pasien pada hasil data pengetahuan perawat tidak berdistribusi maka uji yang digunakan adalah Wilcoxon, sedangkan hasil data sikap perawat berdistribusi normal sehingga uji yang digunakan adalah uji dependent t-test. Rancangan penelitian ini sudah melalui uji etik pada Komisi Etik Penelitian (KEP) FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar dan dinyatakan laik etik.
HASIL PENELITIAN
Analisis data dapat disimpulkan bahwa rata-rata usia responden yaitu perawat pelaksana di Rumah Sakit Balimed Karangasem adalah 25 tahun dan rata-rata lama kerja responden yaitu perawat pelaksana di Rumah Sakit Balimed Karangasem 2,25 tahun. Sebagian besar responden adalah berjenis kelamin perempuan sebanyak 23 orang (57,5%), 7 orang responden (67,5%) berpendidikan terakhir D-III Keperawatan, 32 orang (80%) berstatus pegawai tetap, dan 26 orang responden (65%) berstatus belum menikah.
Nilai rata-rata pengetahuan keselamatan pasien pada responden yaitu perawat pelaksana di Rumah Sakit Balimed Karangasem sebelum diberikan pelatihan dan video keselamatan pasien adalah 25,52 dan nilai rata-rata pengetahuan keselamatan pasien pada responden setelah diberikan pelatihan dan video keselamatan pasien adalah 27,60. Nilai rata-rata sikap keselamatan pasien sebelum diberikan pelatihan dan video keselamatan pasien adalah 100,70 dan nilai rata-rata sikap keselamatan pasien setelah diberikan pelatihan dan video keselamatan pasien adalah 112,12.
Hasil uji Wilcoxon pada pengetahuan responden sebelum dan setelah diberikan pelatihan dan didapatkan p value 0,000, sehingga Ha 1 diterima yang artinya ada pengaruh pelatihan dan video keselamatan pasien terhadap pengetahuan keselamatan pasien perawat. Hasil uji dependent t-test pada sikap responden sebelum dan setelah diberikan pelatihan dan video tentang keselamatan pasien menggunakan
didapatkan nilai p value 0,000, sehingga Ha 2 yang artinya ada pengaruh pelatihan dan video keselamatan pasien terhadap sikap keselamatan pasien pada perawat di Rumah Sakit Balimed Karangasem.
PEMBAHASAN
Kemampuan kognitif seseorang sangat mempengaruhi kemampuan individu tersebut dalam melakukan tindakan yang tidak menimbulkan risiko terhadap keselamatan pasien. Pengetahuan awal perawat berdasarkan hasil kuesioner pre test menunjukkan nilai rata-rata 91,1% dari nilai tertingginya yaitu 28. Pengetahuan awal perawat pada penelitian ini menunjukkan kondisi yang baik dilihat dari persentasenya. Pengetahuan perawat tidak terlepas dari keterpaparan perawat terhadap program keselamatan pasien di dalam lingkup rumah sakit yang secara nyata di Rumah Sakit Balimed Karangasem sedang disusun kebijakannya. Pada pengorganisasian keperawatan di Rumah Sakit Balimed Karangasem belum terdapat Komite Keselamatan Pasien, sehingga penerapan keselamatan pasien belum optimal.
Peneliti berpendapat pengetahuan awal pada perawat dipengaruhi oleh banyak faktor individu sendiri dalam penerapan keselamatan pasien. Rata-rata usia perawat pelaksana di tempat penelitian menunjukkan dalam rentang usia yang masih muda dan baru saja selesai mengenyam pendidikan perawat. Lama kerja dan status status kepegawaian juga terhitung sangatlah baru. Pelatihan dinyatakan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar system pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relative singkat (Baron & Greenberg, 2010). Banyak penelitian yang menyandingkan efektifitas dari pelatihan suatu media pendamping diantaranya menggunakan video. Dewasa ini yang diharapkan setelah pembelajaran atau pelatihan tidak hanya peningkatan keterampilan peserta dengan
lebih cepat saja melainkan agar peserta bisa menunjukkan adanya peningkatan keterampilan secara terus menerus (Soejarwono, 2017). Pelatihan yang dilakukan dalam penelitian ini yang diharapkan setelah pemberian video keselamatan pasien sebagai reminder adalah peningkatan intellectual skill dan social skill yang berhubungan dengan keselamatan pasien (Juslida, 2012).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah diberikan pelatihan dan video keselamatan pasien nilai rata-rata pengetahuan perawat pelaksana mencapai 92% dari nilai tertinggi post test yaitu 30. Peningkatan pengetahuan yang dipandang sebagai hal penting untuk terbentuknya kinerja perawat yang baik semakin meperjelas bahwa dari waktu ke waktu harus tetap dikelola oleh organisasi mengenai pelatihan yang diperlukan oleh stafnya.
Insiden keselamatan pasien sangat berhubungan dengan faktor kesalahan manusia yang dimana sebagai penyebabnya adalah sikap seorang individu dalam melakukan aksi atau tindakan (Cahyono, 2012). Berdasarkan kuesioner pre test sikap perawat pelaksana di Rumah Sakit Balimed Karagasem menunjukkan nilai rata-rata 86,06% dari nilai tertinggi yaitu 117. Sikap keselamatan pasien pada perawat sebelum diberikan intervensi menunjukkan persentase tinggi dengan nilai tertinggi yang didapat mendekati nilai sempurna pada kuesioner sikap. Bidang keperawatan yang berperan dalam sikap dan orientasi perawat pada keselamatan pasien belum memiliki keterlibatan aktif dalam pembentukan komite keselamatan pasien yang akan segera dibentuk di Rumah Sakit Balimed Karangasem.
Pendapat peneliti peran kritis perawat profesional dalam pencegahan terhadap kesalahan dan kejadian nyaris cedera membawa konsekuensi mengenai perlunya optimalisasi perkembangan individu perawat sebagai faktor yang mempengeruhi sikap. Sikap individu dilihat dari kelompok usia pada penelitian ini dengan rata-rata
kurang dari 30 tahun sudah baik. Sikap empati biasanya datang seorang perempuan, berbeda dengan laki-laki menempatkan sikap yang baik pada ketegasan dan rasa tanggung jawab (Sunaryo, 2009). Mayoritas penelitian ini adalah perempuan dan belum menikah yang seharusnya lebih bisa menunjukkan sikap penerapan keselamatan pasien yang lebih baik. Pendapat Lumenta (2008) menyatakan bahwa hal yang berpengaruh lainnya adalah kemampuan organisasi untuk bisa atau tidak dalam meningkatkan mutu melalui aspek keselamatan pasien. Hal ini berarti bahwa optimalisasi perkembangan individu perawat yang sudah ada memerlukan upaya peningkatan sikap perawat secara khusus dalam lingkup keselamatan pasien.
Terkait dengan manjemen SDM, pelatihan dinyatakan sebagai suatu syarat penting terbentuknya sikap yang mandiri (Yulia, 2012). Kontak langsung perawat dan pasien dalam interaksi yang terus menerus dan terindependensi dengan tenaga kesehatan profesional lainnya memerlukan kerangka berpikir perawat yang diedukasi secara terus menerus melalui video reminder tentang keselamatan pasien yang ditayangkan pada TV plasma rumah sakit (Sunaryo, 2009).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah diberikan pelatihan dan video keselamatan pasien nilai rata-rata sikap perawat pelaksana di Rumah Sakit Balimed Karangasem menujukkan peningkatan yaitu menjadi 93% dari nilai tertinggi sikap yaitu 120. Terdapat peningkatan kurang lebih 7% setelah diberikan pelatihan dan video keselamatan pasien.
Pendapat peneliti melihat peningkatan nilai sikap pada penelitian ini, semakin memperjelas bahwa sikap perawat tidak hanya dipandang sebagai investasi yang bermafaat pada saat melakukan tindakan keperawatan tetapi bagaimana sikap mempengaruhi kinerja perawat pada periode tanggung jawab kerjanya. Tekanan dari luar yang selalu menuntut sikap perawat yang mampu melayani pasien
menjadikan perawat untuk terus mencari informasi yang baru agar menjadi lebih maksimal dalam memeberikan pelayanan keperawatan.
Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh pelatihan dan video keselamatan pasien terhadap pengetahuan keselamatan pasien pada perawat di Rumah Sakit Balimed Karangasem. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulia (2012) yang menyatakan ada pengaruh pelatihan terhadap pemahaman perawat di RS Tugu Ibu. Hasil penelitian lain yang juga sejalan dengan penelitian ini adalah hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Emerson (2016) menyatakan ada pengaruh pengetahuan penderita stroke setelah diberikan video ROM yang digunakan sebagai reminder dirumah. Sebaliknya, penelitian lain yang berbeda dengan hasil penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Indraswati (2008) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan perawat sebelum dan setelah mendapatkan pelatihan system jenjang karir. Penelitian Gema (2015) tentang pelatihan dengan metode ceramah dengan media video menyatakan tidak ada pengaruh terhadap pemahaman mahasiswa informatika.
Peningkatan pengetahuan perawat mengenai keselamatan pasien di rumah sakit merupakan peningkatan hasil yang diharapkan dari pemberian intervensi berupa pelatihan dan video keselamatan pasien (Notoatmodjo, 2007). Pernyataan Soejarwono (2017) tetang manfaat alat bantu video adalah dapat membantu memberikan konsep pertama atau kesan yang benar, meningkatkan pengertian yang lebih baik, melengkapi sumber informasi yang lain, dan membuat ingatan terhadap pembelajaran lebih lama terlihat dari hasil penelitian ini. Terkait dengan hal diatas, peneliti berpendapat bahwa walaupun secara nyata ada pengaruh pelatihan dan video keselamatan pasien terhadap pengetahuan dan sikap perawat dalam keselamatn pasien, tetap diperlukan suatu
tindak lanjut program pelatihan yang seharusnya dapat diprogramkan.
Pelatihan dan video keselamatan pasien yang ditayangkan di rumah sakit secara terus menerus selama intervensi perlu dikembangkan dan dilanjutkan karena dewasa ini penyebaran informasi kepada perawat yang berada di pelayanan harus diberikan secarak efektif dan efisien. Pelatihan dan video yang diberikan dapat menjadi sarana untuk mengelola sumber resistensi yang berasal dari keridaktahuan dan ketidakmampuan berubah kearah pengetahuan keselamatan pasien yang baik.
Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh pelatihan dan video keselamatan pasien terhadap sikap keselamatan pasien pada perawat di Rumah Sakit Balimed Karangasem. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Juslida (2012) yang menemukan bahwa ada perbedaan nilai rata-rata sikap perawat sebelum dan setelah diberikan intervensi berupa pelatihan manajemen penugasan pada perawat. Hasil penelitian Ave (2015) juga sejalan dengan penelitian ini menunjukkan ada perbedaan sikap sebelum dan setelah intervensi pada orang dengan gangguan jiwa dalam menjaga kebersihan mulutnya yaitu dengan sikat gigi melaui pemberian video sebagai pengingat atau reminder diruang TV plasma ruang rawat inap.
Sebaliknya, penelitian lain yang berbeda dengan hasil penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Indraswati (2008) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan sikap perawat sebelum dan setelah mendapatkan pelatihan system jenjang karir. Penelitian lain yang juga tidak sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian Rochman (2015) tentang pendidikan kesehatan pada keluarga penderita hipertensi yang tidak menunjukkan perbedaan sikap setelah diberikan intervensi.
Pengulangan dalam relevansi dan pengalihan pengetahuan (transfer of knowledge) adalah sebagian dari prinsip pelatihan yang perlu diperhatikan (Rivai &
Saga, 2010). Penelitian ini seharusnya disertai dengan upaya pengulangan pelatihan dalam bentuk pelatihan berkelanjutan untuk mencetak pola yang adekuat dalam memori perawat mengenai penerapan keselamatan pasien dalam pelayanan keperawatan keperawatan. Hal ini berarti bahwa jika dihubungkan dengan hasil penelitian ini, maka pengembangan perilaku yang didasari sikap menjadi orientasi lanjut dari pelatihan keselamatan pasien yang diberikan.
SIMPULAN
Terdapat pengaruh pelatihan dan video keselamatan pasien terhadap pengetahuan keselamatan pasien pada perawat di Rumah Sakit Balimed Karangasem. Berdasarkan uji dependent t-test dan pembahasan dapat disimpulkan terdapat pengaruh pelatihan dan video keselamatan pasien terhadap sikap keselamatan pasien pada perawat di Rumah Sakit Balimed Karangasem.
DAFTAR PUSTAKA
Anti. (2014). Keselamatan pasien rumah sakit. Tribun news, A 4-5.
Ave, C. (2015). Pengaruh media penyuluhan audio, visual dan audiovisual terhadap oral hygiene penderita schizophrenia di RSJ daerah Surakarta. FKGI Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Baron, R.A. & Greenberg, J. (2010). Behaviour in Organization. (7th ed). New Jersey: Prentice Hall.
Cahyono. (2012). Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktik kedokteran. Yogyakarta: Kanisius.
Dinas Kesehatan dan KKPRS Denpasar.
(2017). Panduan nasional
keselamatan pasien rumah sakit. Denpasar: The Author.
Emerson, Nicholas F.T. (2016). Home exercise programmes supported by video and automated reminders
compared with standard paper-based home exercise programmes in patients with stroke: a randomized controlled trial. Journal of nursing, 10. 1177 Vol 31, Issue 8, 2017.
Gema, (2015). Pengaruh pelatihan media dan entertaiment dengan metode ceramah dan media video terhadap pemahaman pada mahasiwa
informatika di STIMIK bandung. Oktober 17, 2017.
https://www.trade.gov/topmarkets/pdf /Media_and_Entertainment_Top_Mar kets_Report.pdf.
Indraswati, T R. (2013). Pengaruh
pelatihan sistem jenjang karir
berdasarkan kompetensi dan
kepuasan kerja perawat pelaksana di RS Atmajaya Jakarta. Tesis-FK-UI.
Juslida. (2012). Pengaruh pelatihan manajemen penugasan terhadap pengetahuan dan sikap ketua tim dalam penerapan metode tim diruang penyakit dalam dan penyakit bedah RSUPN. FK-UI.
Kemenkes RI. (2011). Panduan Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety).
Lumenta, N A. (2008). State of the art patient safety. Jakarta: Workshop.
Mahulae. (2015). Metode dan media pelatihan. Oktober 17, 2017.
https://www.google.co.id/search?q= Mahulae,+2015+video&ei=E_kaWrk ygeG-
BKmwgaAJ&start=10&sa=N&biw=1 366&bih=635.
Marquis, BL & Huston. (2016). Leadership role and management function in nursing: theory and application. (5th Ed). Philadelphia: Lippincott
Williams & Walkins.
Notoatmojo, S. (2007). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Permenkes RI, 1691/Menkes/Per/XI/2017. tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Rivai & Sagala. (2009). Manajemen sumber daya manusia untuk perusahaan: Dari teori ke praktik. (Edisi 2). Jakarta: Rajawali Pers.
Rochman. (2015). Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap keluarga
penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas suri 1 garut.
UNPAD.Tesis.
Shelly, A. (2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi patient safety. FKM-UI.
Soejarwono. (2017). Media dan digital. Oktober 17, 2017.
www.millwardbrown.com/mb-global/.../2017/2017-digital-and-media-predictions.
Sunaryo. (2009). Perubahan tingkat pengetahuan dan sikap. Jakarta:
EGC.
WHO. (2012). World Alliance for Patient Safety, Format program. Januari 03, 2010.
Yulia, S. (2012). Pengaruh Pelatihan Keselamatan Pasien terhadap Pemahaman Perawat Pelaksana
mengenai Penerapan Keselamatan Pasien di RS Tugu Ibu. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan-UI: Depok.
Volume 8, Nomor 1, April 2020
40
Discussion and feedback