Community of Publishing in Nursing (COPING), ISSN: 2303-1298

TINGKAT ANSIETAS PASIEN ULKUS DIABETES MELLITUS

Siti Zulaekhah, Livana PH*, Triana Arisdiani

Program Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

*Email: [email protected]

ABSTRAK

Ulkus Diabetes Melitus berpengaruh terhadap psikologis yang berdampak terhadap kelangsungan atau kepatuhan dalam pengelolaan Ulkus Diabetes Melitus. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui gambaran psikologis pada pasien Ulkus Diabetes Melitus di RSUD Dr H Soewondo Kendal. Desain penelitian ini menggunakan study deskriptif eksploratif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Teknik sampilng yang digunakan dalam penelitian ini yaitu consecutive sampling dengan jumlah sampel 110 orang. Penelitian menunjukkan mayoritas pasien Ulkus Diabetes Mellitus mengalami ansietas ringan 41 (37,2%) responden. Secara psikologis seseorang yang dinyatakan terkena Ulkus Diabetes Mellitus cenderung tidak dapat menerima kenyataan akan penurunan kemampuan dirinya, hal ini dapat memungkinan munculnya gangguan psikologis, yang akhirnya berdampak buruk bagi kesehatan. Pandangan responden Ulkus Diabetes Mellitus terhadap masa depannya juga akan berubah, kemudian muncul sikap pesimis dan keyakinan diri mereka akan berkurang sehingga menyebabkan timbulnya rasa kekhawatiran.

Kata kunci: ansietas, ulkus, diabetes mellitus

ABSTRACT

Diabetes mellitus ulcers have an effect on the psychological impact on the continuity or compliance in the management of diabetes mellitus ulcers. This study aims to determine the psychological picture of patients with Diabetes Mellitus Ulcers in RSUD Dr H Soewondo Kendal. The design of this study used a descriptive exploratory study using a cross sectional approach. The skill technique used in this study was consecutive sampling with a sample of 110 people. The study showed the majority of patients with Diabetes Mellitus Ulcers experienced mild anxiety (37.2%) respondents. Psychologically a person who is declared to have Diabetes Mellitus Ulcers tends to not be able to accept the reality of a decrease in his ability, this can allow the emergence of psychological disorders, which ultimately adversely affects health. The views of the Diabetes Mellitus Ulcer respondents on their future will also change, then a pessimistic attitude will emerge and their self-confidence will diminish, causing anxiety.

Keywords: anxiety, ulcer, diabetes mellitus

PENDAHULUAN

Diabetes Melitus menurut Corwin, (2009) adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin. Diabetes Melitus menurut Baradero, (2009) merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hiperlipidemia, terjadi akibat berkurangnya sekresi insulin atau masih ada insulin yang cukup tetapi kurang efektif. Penyakit diabetes itu tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol gula darahnya agar masuk dalam kategori normal.

Prevalensi Diabetes Melitus dari tahun ke tahun semakin meningkat. Data dari world Health Organization (WHO) tahun 2014 di dunia mencapai 422 juta

jiwa. International Diabetes Federation (IDF) tahun 2012 melaporkan ada sekitar 230 juta penduduk diabetes diseluruh dunia dan akan bertambah hingga mencapai 3% (sekitar 7 juta orang) setiap tahun, serta diperkirakan sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 pasien Diabetes Melitus mencapai 2,1%. Dinkes Jateng tahun 2016 melaporkan dari total seluruh penyakit kronik terdapat 16,49%, pasien Diabetes Melitus menjadi sebesar 17,49%. Wilayah Kabupaten Kendal mengalami angka prevelensi Diabetes Melitus yang cukup tinggi yaitu mencapai 2.954 orang. Angka tersebut menduduki sebagai penyakit tidak menular (PTM) peringkat kedua tertinggi setelah kasus Hipertensi. Di RSUD Dr. H Soewondo kendal dalam 3 bulan terakhir

angka pasien diabetes mellitus mencapai 58 jiwa.

Komplikasi Diabetes Melitus terdiri dari dua yaitu jangka panjang dan jangka pendek. Komplikasi jangka pendek terdiri dari hipoglikemi dan kateoadosis, sedangkan komplikasi jangka panjang terdiri dari kerusakan makroangiopati (penyakit arteri koroner, kerusakan pembuluh darah, gangguan pembuluh darah di kaki yang dapat menyebabkan gangren dan kerusakan pembuluh darah perifer) dan kerusakan mikroangiopati (retinopati, neuropati dan nefropati). Faktor resiko Diabetes Melitus yang dapat menyebabkan ulkus diabetik yaitu lama terkena Diabetes melitus > 10 tahun, umur > 60 tahun, obesitas, hipertensi, kurang aktivitas fisik (Trisnawati, 2012).

Fauci (2008) menyebutkan beberapa faktor resiko yang bisa menyebabkan terjadinya ulkus kaki dan amputasi antara lain: jenis kelamin laki-laki, menderita Diabetes >10 tahun, terdapat neuropati perifer, struktur kaki yang abnormal (kelainan bentuk tulang, kalus, penebalan kuku), penyakit arteri perifer, perokok, riwayat ulkus atau amputasi, dan juga pengendalian glukosa darah yang kurang baik, kalus dan juga pencetus atau menutuoi. Pasien Ulkus Diabetes Mellitus akan merasa berhati-hati dalam melakukan aktivitasnya, takut akan menyebabkan komplikasi yang lebih parah, terdapat interaksi sosial yang negatif antara penderita dan keluarga yang kurang perduli terhadap status penyakit. Perubahan fisik, mental dan perubahan kondisi sosial dapat mengakibatkan penurunan pada peran-peran sosial sehingga perlu adanya interaksi sosial (Isworo, 2010). Ulkus Diabetes Melitus juga berpengaruh terhadap psikologis yang berdampak terhadap kelangsungan atau kepatuhan dalam pengelolaan Ulkus Diabetes Melitus (Rfyy & Singer, 2007).

Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada pasien Ulkus Diabetes Melitus yang berada di RSUD Dr H Soewondo Kendal pada bulan september

2017, didapatkan 10 responden mengalami Ulkus Diabetes Melitus. Rata- rata pasien yang mengalami Ulkus Diabetes Melitus adalah perempuan. Hasil wawancara di dapatkan 7 dari 10 responden mengalami gangguan psikologis di ukur menggunakan koesioner DASS (depresi, ansietas, dan stres) di tandai dengan perubahan selera makan, sering merasa letih, sering merasa mengantuk, mengalami gangguan tidur, merasa sedih, cemas dan beberapa pasien mengatakan bahwa merasa malu terhahap kondisi yang dialami. Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Tingkat ansietas pada pasien Ulkus Diabetes Mellitus di Rumah Sakit RSUD Dr H Soewondo Kendal”.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini menggunakan study deskriptif eksploratif yaitu penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan didalam suatu komunitas atau populasi (Notoatmodji, 2010). Metode penelitian ini dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang merupakan pengukuran atau observasi data variabel diambil hanya pada satu saat tertentu, pengukuran variabel tidak terbatas harus tepat pada satu waktu bersamaan, tetapi mempunyai arti bahwa setiap subjek hanya dikenai satu kali pengukuran, tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan pengukuran (Saryono, 2010).

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu consecutive sampling merupakan suatu teknik penetapan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu (Sastroasmono & Ismail,1995 dalam Nursalam 2013). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 110 orang.

HASIL PENELITIAN

Analisa univariat dalam penelitian ini antara lain analisa karakteristik responden dan analisa tingkat ansietas pada pasien

Ulkus Diabetes Mellitus. Hasil peniltian didapatkan bahwa usia rata-rata responden 64 tahun dengan usia minimum 36 tahun dan usia maksimum 86 tahun. Mayoritas responden berjenis kelamin perimpuan, pendidikan mayoritas SMA, bekerja

sebagai nelayan, dan memiliki penghasilan kurang dari sama denganUMR, dan mayoritas sudah menikah. Sedangkan mayoritas responden menderita diabetes melitus lebih dari 5 tahun.

Tabel 1.

Tingkat ansietas pasien Ulkus Diabetes Mellitus (n=110)

Variabel                      f                         %

Tingkat Ansietas

Normal

21

Ringan

41

Sedang

27

Bera

21


19

37,2

24,5

19,


PEMBAHASAN

Responden dalam penelitian ini sebagian besar mengalami ansietas ringan yaitu sebanyak 41 (37,2%) responden, ansietas normal yaitu sebanyak 21 (19,0%) responden, ansietas sedang yaitu sebanyak 27 (24,5%) responden, dan ansietas berat sebanyak 21 (19,0%) responden. Responden Ulkus Diabetes Mellitus sebagian besar 104 (94,5%) responden merasa bibirnya sering kering dan berkeringat secara berlebihan (misalnya tangan berkeringat), padahal temperatur tidak terlalu panas atau tidak melakukan aktifitas fisik sebelumnya, 104 (94,5%) responden berkeringat secara berlebihan (misalnya tangan berkeringat), padahal temperatur tidak panas atau tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya, 101 (91,8%) responden takut bahwa saya akan terhambat oleh tugas-tugas sepele yang tidak bisa saya lakukan, 101 (91,8%) responden menemukan diri berada dalam situasi yang membuat saya merasa sangat cemas dan saya akan merasa sangat lega jika semua ini berakhir, sebagian kecil 3 (2,7%) responden Ulkus Diabetes Mellitus merasa takut tanpa alasan yang jelas.

Ansietas adalah suatu perasaan atau emosi yang bersifat subjektif dengan adanya penilaian yang tidak pasti terhadap suatu objek atau keadaan tertentu (Asmadi, 2008). Hasil penelitian dari Kamilatur, PH, Susanti (2017) menunjukkan bahwa jika ansietas pasien tidak di tangani akan

menghambat proses penyembuhan, salah satu terapi untuk mengatasi ansietas yaitu teknik 5 jari. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat, dan putri (2015) bahwa pasien Ulkus Diabetes Mellitus mengatakan rasa cemas atau khawatir berkurang setelah melakukan latihan tarik nafas dalam, namun kondisi ini tidak bertahan lama karena tergantung dengan kondisi pasien saat nyeri.

Penelitian yang lakukan oleh PH, Keliat, dan Putri (2016) bahwa penerapan generalisasi menurunkan respon kognitif, afektif, fisiologi, perilaku dan sosial serta meningkatkan kemampuan pasien dalam mengatasi ansietas. Hal tersebut dapat diketahui dari pertanyaan kuisioner DASS yang telah digunakan dalam penelitian ini, terdapat 94,5 % responden Ulkus Diabetes Mellitus merasa bahwa bibirnya sering kering. Responden Ulkus Diabetes Mellitus sering mengalami polidipsi, hal ini merupakan salah satu respon tubuh dalam memberikan sinyal atau perintah untuk mencukupi kebutuhan cairan atau minum dalam jumlah yang cukup, apabila responden Ulkus Diabetes Mellitus tidak segera mencukupi kebutuhan cairannya saat merasa kehausan, maka bibir akan terasa kering.

Selain itu, terdapat 91,8% responden Ulkus Diabetes Mellitus merasa takut akan terhambat oleh tugas-tugas sepele yang tidak biasa dilakukan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

oleh Suwardianto dan Andynugroho (2016), terdapat 51% responden dalam penelitian tersebut memiliki tingkat kemandirian fungsional yang buruk atau harus bergantung dengan orang lain atau alat-alat tertentu disekitarnya untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, makan, toileting, berpindah dan berpakaian. Responden dalam penelitian tersebut sering merasakan lemas, hal ini mempengaruhi kemampuannya untuk melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga hasil kemandirian fungsionalnya buruk.

Ketakutan yang dialami oleh responden Ulkus Diabetes Mellitus tidak hanya berkaitan dengan keterbatasan atau ketidakmampuan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, seperti yang dikemukakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Kresnasari, Budhiarta, dan Saraswati (2011), responden Ulkus Diabetes Mellitus mengalami rasa takut terhadap terapi insulin yang harus dilakukan antara lain takut dengan jarum suntik, takut dengan sakit atau nyeri yang ditimbulkan, takut gemuk, takut terjadi hipoglikemia, takut harga insulin yang mahal, bingung cara memakai terapi insulin injeksi, takut tanggapan lingkungan yang negatif, dan lain-lainnya yaitu trauma.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dan penelitian-penelitian sebelumnya, penulis menarik kesimpulan bahwa secara psikologis seseorang yang dinyatakan terkena Ulkus Diabetes Mellitus cenderung tidak dapat menerima kenyataan akan penurunan kemampuan dirinya akibat Ulkus Diabetes Mellitus yang diderita, hal ini dapat memungkinan munculnya gangguan psikologis, yang akhirnya berdampak buruk bagi kesehatan, pada saat mereka menghadapi kenyataan bahwa Ulkus Diabetes tidak dapat disembuhkan, responden Ulkus Diabetes Mellitus akan sulit untuk menikmati kehidupan karena mereka harus mengendalikan penyakitnya dengan melakukan berbagai terapi pengelolaan. Pandangan responden Ulkus

Diabetes Mellitus terhadap masa depannya juga akan berubah, kemudian muncul sikap pesimis dan keyakinan diri mereka akan berkurang sehingga menyebabkan timbulnya rasa kekhawatiran dan kecemasan.

SIMPULAN

Karakteristik responden Ulkus Diabetes Mellitus dalam penelitian ini sebagaian besar berusia >60 tahun, berjenis kelamin perempuan, dengan status menikah, sekolah menengah atas, tidak bekerja, memiliki penghasilan kurang dari UMR Kabupaten Kendal, dan lama menderita Ulkus Diabetes Mellitus >5 Tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. (2009). Klien Gangguan

Endokrin. Jakarta: EGC

Fauci, A.S., Kasper, Longo, Braunwald, Hauser, Jameson, et al.(2008) Harrison’s: Principles of internal medicine.

Hidayat, Y, A & Ekaputri, Y, S. (2015).

Penerapan Teknik Nafas Dalam pada pasien Diagnosis keperawatan Ansietas Dengan Ulkus Diabetes Mellitus serta Tubercolosis Paru di ruangan umum RSMM Bogor. Jurnal Keperawatan Jiwa. Volume 3, No 2. November 2015.

Isworo, Sarono. (2010). Hubungan depresi dan dukungan keluaraga terhadap kadar gula drah pasien Diabetes Mellitus tipe 2. The soedirman journal of nursing. 5.237-44.

Izzati, Wisnatul, & Nirmala. (2015).

Hubungan tingkat stres dengan peningkatan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Perkotaan Rasimah Ahmad Bukittinggi. STIKes Yarsi Sumatera Barat Bukittinggi. http://ejournal.stikesyarsi.ac.id.

Livana PH, (2014). Keluarga dengan gangguan jiwa di RSUD Dr H Soewondo Kendal.

PH, Livana., Budi, A, K, & PurtiEka.S.,Y. (2016). Penurunan tingkat ansietas klien penyakit fisik dengan terapi generalisasi tingkat ansietas di rumah sakit umum Bogor. Junal Keperawatan Volume 8 No.2 hal 3138. Sekolah tinggi Ilmu Kesehatan Kendal.

Sudawam, & PH. Livana. (2017). Gambaran tingkat Stres Lansia Dengan Hipertensi. Jurnal Ilmiah Stikes Kendal Volume 7 No 1, Hal 32-38 Apil 2017.

Suwardianto, Heru, & Andynugroho (2016). Kemandirian fungsional lansia diabetes melitus di Kelurahan Bangsal Kota Kediri. http://ejurnal.stikesbaptis.ac.id. Jurnal STIKES Volume 9 Nomor 1.

Utari Wintri, Susanti Yulia, PH Livana. (2015).Hubungan Dukungan Keluarga Dengan tingkat Depresi pada Lansia. Jurnal ilmiah permas: Jurnal Ilmiah Stikes Kendal Volume 5 No, 1 Hal 22-28.

Volume 7, Nomor 1, April 2019

50