Community of Publishing in Nursing (COPING), ISSN: 2303-1298

GAMBARAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DENGAN METODE MENGGAMBAR

Siti Munawaroh*, Andriyani Mustika Nurwijayanti, Novi Indrayati

Program Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal *Email: [email protected]

ABSTRAK

Ditemukan beberapa hambatan dalam perkembangan keterampilan motorik halus anak usia 5-6 tahun di TK Mardi Putra Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal. Ada 4 dari 7 anak yang masih dibimbing untuk menggenggam crayon. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perkembangan motorik halus pada anak usia prasekolah dengan metode menggambar. Metode : Penelitian ini menggunakan desain survey deskritif dengan menggunakan sampel sebanyak 34 responden. Instrumen penelitian menggunakan bagian dari lembar KPSP. Analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar anak berusia 72 bulan yaitu sebanyak (52,9%), dan sebagian kecil berusia 66 bulan sebanyak (47,1%). Jenis kelamin anak sebagian besar laki-laki sebanyak (52,9%), dan perempuan sebanyak (47,1%). Perkembangan motorik halus pada anak usia prasekolah sebagian besar normal sebanyak (88,2%) dan penyimpangan sebanyak (11,8%). Metode menggambar memberi dampak yang signifikan untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak usia prasekolah.

Kata kunci: motorik halus, usia prasekolah, metode menggambar

ABSTRACT

Found some obstacles in the development of fine motoric skills of children aged 5-6 years in Mardi Putra Kindergarten Ngampel District Kendal Regency. There were 4 of 7 children who were still guided to hold crayons. The aim of this research was to know the description of fine motoric development in preschool children by drawing method. This research used descriptive design with survey approach conducted on 34 respondents. The research instrument used part of the KPSP sheet. Data analysis using univariate analysis. The result of this study was the age of the children is mostly 72 months old as many as 18 respondents (52.9%), and 66 months(47.1%). Characteristics of respondents by sex are mostly male(52.9%), female gender (47.1%). Fine motoric development in preschool children is mostly normal as many as 30 respondents (88.2%) and deviation of(11.8%). The drawing methode has a significant impact on improving children’s fine motor development.

Keywords: fine motoric, preschool age, drawing method

PENDAHULUAN

Pertumbuhan dan perkembangan pada anak prasekolah tidak lepas dari motorik kasar dan motorik halus. Kemampuan motorik kasar pada anak pra sekolah antara lain anak sudah bisa meloncat dengan dua kaki, naik turun tangga, berlari, menaiki sepeda, sedangkan untuk motorik halusnya anak mampu mengambil benda ukuran kecil dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk, menggunting dan memegang pensil dengan benar, menggambar, menulis, mewarnai (Soetjiningsih, 2015).

Penilaian perkembangan motorik halus menggunakan Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP). KPSP digunakan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan (Adriana, 2017). Gangguan dalam perkembangan

motorik halus menyebabkan hambatan dalam proses belajar di sekolah, yang menimbulkan berbagai macam tingkah laku yaitu malas menulis, minat belajar berkurang, kepribadian anak ikut terpengaruhi misalnya anak merasa rendah diri,peragu dan sering was-was menghadapi lingkungan (Nurlita, 2010).

Perkembangan motorik halus yang terlambat berarti perkembangan motorik halus yang berada di bawah normal umur anak. Akibatnya, pada umur tertentu anak belum bisa melakukan tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok umurnya. Bahayanya penyebab terlambatnya perkembangan motorik, sebagian dapat dikendalikan dan sebagian lagi tidak. Keterlambatan tersebut sering disebabkan oleh kurangnya kesempatan anak untuk mempelajari ketrampilan

motorik, perlindungan orang tua yang berlebihan atau kurangnya motivasi anak untuk mempelajarinya dan kurangnya stimulasi (Hurlock, 2010).

Perkembangan motorik halus anak prasekolah akan berkembang setelah perkembangan motorik kasar anak berkembang terlebih dahulu, ketika usia-usia awal yaitu usia satu atau usia dua tahun kemampuan motorik kasar yang berkembang dengan pesat. Mulai usia 3 tahun barulah kemampuan motorik halus anak akan berkembang dengan pesat, anak mulai tertarik untuk memegang pensil walaupun posisi jari-jarinya masih dekat dengan mata pensil selain itu anak juga masih kaku dalam melakukan gerakan tangan untuk menulis (Fadhilah, 2014).

Kegiatan menggambar merupakan salah satu yang dapat meningkatkan motorik halus anak. Anak melalui kegiatan menggambar mampu mengekspresikan diri dan berkreasi dengan berbagai gagasan, imajinasi, dan menggunakan berbagai media/bahan menjadi suatu karya seni. Kegiatan menggambar pada anak usia dini merupakan sarana pengekspresian ide, gagasan dan pengalaman–pengalaman yang telah dialami anak. Aktivitas menggambar memiliki peranan yang sangat penting mengingat kosa kata anak yang masih terbatas (Yulindrasari, 2011).

Anak melalui kegiatan menggambar diharapkan dapat menggambar sederhana dengan berbagai media seperti arang, kapur, crayon, pensil warna, dan lain-lain. Motorik halus anak dapat ditingkatkan dengan metode menggambar. Sesuai dengan pendapat Indarti (2005) dalam Anggriyani (2014) yang menyatakan bahwa dengan menggambar anak bisa mengeluarkan ekpresi dan imajinasinya tanpa batas. Proses inilah anak dapat mengembangkan gagasan, menyalurkan emosinya, menumbuhkan minat seni dan kreativitasnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Anggriyani (2014) menyatakan bahwa kegiatan menggambar dapat meningkatkan motorik halus anak. Penelitian Indriana

(2015) menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara kegiatan menggambar dengan perkembangan motorik halus pada anak usia dini. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsri (2013) menyatakan bahwa Peningkatan kemampuan pada motorik halus terjadi pada kemampuan menggambar lingkaran, meletakkan kubus, menunjukkan gambar garis yang lebih panjang atau pendek, menggambar bentuk garis silang, menggambar orang dengan bagian-bagian tubuh, dan menggambar segi empat.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di TK Mardi Putra Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal ditemukan beberapa hambatan dalam perkembangan keterampilan motorik halus anak usia 5-6 tahun di antaranya: perkembangan keterampilan motorik halus meliputi kemampuan pergerakan jari-jemari tangan, kemampuan pergelangan tangan, dan kemampuan koordinasi mata dengan tangan. Hal ini dapat dilihat pada saat kegiatan menggambar anak-anak lebih banyak mengalami kesulitan. Ketika menggambar seharusnya hanya ibu jari, telunjuk, dan jari tengah (oposisi) sedangkan jari lainnya untuk stabilisasi tetapi masih ada anak yang belum tepat dalam prakteknya. Ada 4 dari 7 anak yang masih dibimbing untuk menggenggam crayon. Hasil wawancara dengan guru di TK Mardi Putra Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal mengatakan bahwa terdapat 2 anak usia 5 tahun yang masih kesulitan menggambar garis silang, bahkan juga ditemukan 1 anak usia 6 tahun yang kesulitan menggambar kotak. Guru telah berupaya untuk melakukan stimulasi dengan melatih anak untuk menggambar bahkan dilakukan hampir setiap hari.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian tentang “Gambaran Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia Prasekolah Dengan Metode Menggambar di TK Mardi Putra Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal” perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui gambaran perkembangan motorik halus pada anak usia prasekolah dengan metode menggambar di TK Mardi Putra Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain survey deskritif dengan menggunakan sampel sebanyak 34 responden. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan total sampling.

Instrumen penelitian menggunakan bagian dari lembar KPSP. Analisis data menggunakan analisis univariat.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1 menggambarkan usia anak yang termuda adalah 66 bulan dan usia tertua adalah 72 bulan, sedangkan untuk rata-rata usia anak 69,5 bulan, dan mayoritas usia anak 72 bulan di TK Mardi Putra dengan standar deviasi 2,067

Tabel 1.

Usia Anak (n=34)

Variabel

Minimum

Maksimum Median

Mode

Standar Deviasi

Usia

66

72          69,5

72

2,067

Tabel 2.

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin anak (n=34)

Jenis Kelamin

f

%

Laki-laki

18

52,9

Perempuan

16

47,1

Tabel 2 mengambarkan karakteristik

laki-laki sebanyak yaitu 18 responden (

responden berdasarkan jenis kelamin di TK

52,9%), jenis kelamin perempuan

Mardi Putra mayoritas berjenis kelamin

sebanyak 16 responden (47,1%).

Tabel 3.

Perkembangan motorik halus pada anak usia prasekolah (n=34)

Perkembangan Motorik Halus

f

%

Penyimpangan

4

11,8

Normal

30

88,2

Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar perkembangan motorik halus pada anak usia prasekolah normal yaitu sebanyak 30 responden (88,2%) dan penyimpangan sebanyak 4 responden (11,8%).

PEMBAHASAN

Karakteristik Responden Usia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan usia sebagian besar berusia 72 bulan yaitu sebanyak 7 responden (20,6%), dan sebagian kecil 66 bulan sebanyak 3 responden (8,8%). Hal ini menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini didominasi anak usia prasekolah yang

berusia 72 bulan. Hasil penelitian terdapat 4 anak usia prasekolah yang mengalami penyimpangan perkembangan motorik halus yaitu berusia 66, 69, 70, dan 72 bulan.

Sesuai dengan teori menurut Whalley & Wong, (2010).bahwa perkembangan masing-masing anak berbeda, ada yang cepat dan ada yang lambat, tergantung faktor bakat, lingkungan (gizi dan cara perawatan), dan konvergensi (perpaduan antara bakat dan lingkungan). Terdapat banyak faktor yang dapat berpengaruh terhadap proses perkembangan anak, dimana ada sebagian anak yang tidak selamanya tahapan perkembangannya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang tua (Riyadi & Sukirman, 2009).

Adapun kemampuan motorik halus anak prasekolah menurut Adriana, (2017) adalah sebagai berikut :

Usia 3 tahun

Pada usia 3 tahun, kemampuan motorik halus anak yaitu anak mampu mencoret-coret kertas tanpa bantuan atau petunjuk, anak dapat meletakan empat buah kubus satu persatu diatas kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus ukuran 2,5-5 cm, anak mampu membuat garis lurus kebawah sepanjang sekurang- kurangnya 2,5 cm, anak mampu menggambar meniru lingkaran, silang, dan lingkaran dengan gambar wajah, anak mampu meletakan delapan buah kubus satu persatu diatas lain tanpa menjatuhkan kubus tersebut, ukuran 2,5-5 cm

Usia 4 tahun

Perkembangan motorik halus anak usia 4 tahun diantaranya anak mampu menggambar lingkaran, anak mampu meletakan delapan buah kubus satu persatu diatas yang lain tanpa menjatuhkan kubus tersebut, ukuran 2,5-5 cm, anak mampu menunjukan garis yang lebih panjang, anak mampu membuat gambar menyalin kotak, garis silang, atau segitiga, anak dapat memasang sepatu tetapi tidak mampu mengikat talinya dan anak mampu menggunakan gunting denngan baik untuk memotong gambar mengikuti garis.

Usia 5 tahun

Perkembangan motorik halus anak usia 5 tahun yaitu anak mampu menunjukan garis yang lebih panjang, anak mampu membuat gambar seperti contoh + (plus), anak mampu menunjukan segi empat (merah, biru, kuning, hijau) anak dapat melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa berpegangan, apakah anak dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki, anak mampu menggambar orang sedikitnya 3 bagian tubuh, anak mampu mengatakan kalimat-kalimat yang belum selesai (jika kuda besar maka tikus kecil, jika api panas maka es dingin, jika ibu seorang wanita maka ayah seorang laki-laki) dan anak dapat mengikat tali sepatu.

Usia 6 tahun

Perkembangan motorik halus anak usia 6 tahun yaitu anak mampu melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa berpegangan, dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki, anak mampu menggambar bentuk orang dengan sedikitnya 3 bagian tubuh, anak mampu mengatakan kalimat-kalimat yang belum selesai (jika kuda besar maka tikus kecil, jika api panas maka es dingin, jika ibu seorang wanita maka ayah seorang laki-laki dan anak mampu menggambarsepertti contoh persegi empat.

Terdapat 4 anak yang mengalami penyimpangan perkembangan motorik halus. Penyimpangan motorik halus terjadi karena adanya keterlambatan perkembangan. Keterlambatan tersebut sering disebabkan oleh kurangnya kesempatan anak untuk mempelajari ketrampilan motorik, perlindungan orang tua yang berlebihan atau kurangnya motivasi anak untuk mempelajarinya dan kurangnya stimulasi (Hurlock, 2010).

Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Saleh (2012) yang menyatakan bahwa sebagian besar anak usia prasekolah di TK Mawar Kabupaten Gowa berusia 72 bulan dengan hasil (50%) yaitu peningkatan kemampuan motorik halus dengan menggambar bentuk segi empat, menggambar bentuk orang 3 bagian. Penelitian yang dilakukan oleh Yenny (2017) menyatakan bahwa sebagian besar anak usia prasekolah yang menjadi responden adalah usia 6 tahun (72 bulan).

Hasil penelitian berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakuka oleh Martha (2013) yang menyatakan bahwa anak usia sekolah yang menjadi responden adalah usia 48 bulan. Penelitian yang dilakukan oleh M fathir (2015) yang menyatakan bahwa sebagian besar anak usia prasekolah yang menjadi responden adalah 4 tahun (48 bulan).

Jenis Kelamin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 18 responden (52,9%), jenis

kelamin perempuan sebanyak 16 responden (47,1%). Hal ini menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini mayoritas anak laki-laki, hal ini karena kebetulan yang menjadi sampel dalam penelitian sebagian besar berjenis kelamin laki-laki. Hasil penelitian terdapat 2 anak yang mengalami penyimpangan perkembangan motorik halus yang berjenis kelamin laki-laki dan 2 anak yang mengalami penyimpangan perkembangan motorik halus yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa penyimpangan perkembangan motorik halus dapat terjadi baik pada jenis kelamin laki-laki maupun perempuan.

Sesuai dengan teori menurut Garai, dan Scheinfeld (1968) dalam Hurlock (2010) yang menyatakan bahwa dalam perkembangan motorik, pada anak laki-laki dan perempuan yang diberikan dorongan, perlengkapan, dan kesempatan yang sama untuk berlatih selama tahun-tahun di awal usia, tidak ditemukan adanya perbedaan jenis kelamin yang berarti.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus adalah jenis kelamin. Dalam hal ini jenis kelamin memiliki pengaruh yang sangat besar. Berbeda dengan teori yang menyatakan bahwa anak perempuan lebih cepat mengalami perkembangan motorik halus dibandingkan dengan anak laki-laki (Supariasa, 2013). Jenis kelamin di tentukan sejak awal dalam kandungan (fase konsepsi) dan setelah lahir, anak laki-laki pada usia 3-5 tahun cenderung lebih suka terhadap kreatifitas yang menggunakan kemampuan secara fisik dibandingkan dengan anak perempuan.

Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yenny (2017) menyatakan bahwa sebagian besar anak usia prasekolah yang menjadi responden adalah laki-laki sebanyak 10 anak (55,5%). Penelitian yang dilakukan oleh Aquarisnawati (2011) menyatakan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 55,1 % (16 anak). Penelitian yang dilakukan oleh M fathir (2015)

menyatakan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 19 anak (59,4 %).

Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia Prasekolah

Hasil penelitian dari 34 anak usia prasekolah menunjukkan bahwa perkembangan motorik halus pada anak usia prasekolah sebagian besar normal sebanyak 30 responden (88,2%) namun demikian masih didapatkan juga anak dengan perkembangan motorik halus pada kategori penyimpangan sebanyak 4 responden (11,8%). Hasil penelitian yang paling besar adalah anak prasekolah yang memiliki perkembangan motorik halus dalam kategori normal. Perkembangan motorik halus pada anak usia prasekolah berbeda pada setiap individu, usia anak prasekolah 66 bulan sampai 72 bulan dimana perkembangan motorik halusnya ada yang mengalami penyimpangan sebanyak 4 anak (11,8%).

Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Syaraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinyu secara rutin. Aktivitas ini termasuk memegang benda kecil, seperti manik-manik, butiran kalung, memegang sendok, memegang pensil dengan benar, menggunting, melipat kertas, mengikat tali sepatu, mengancing, dan menarik ritsleting. Aktivitas tersebut terlihat mudah, namun ternyata memerlukan latihan dan bimbingan agar anak dapat melakukannya secara baik dan benar. (Sujiono,2008)

Hirmaningsih (2010) menyatakan bahwa kemampuan motorik halus anak adalah kemampuan seorang anak melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian gerak dan kemampuan memusatkan perhatian. Kegiatan motorik halus merupakan komponen yang mendukung pengembangan kognitif, sosial, dan emosi anak. Pengembangan

kemampuan motorik yang benar dan bertahap akan mengembangkan kemampuan kognitif anak sehingga dapat berbentuk kemampuan kognitif yang optimal.

Sebanyak 4 responden yang mengalami penyimpangan perkembangan motorik halus, 2 responden diantaranya tidak mampu menggambar seperti yang di contohkan dan 2 responden lainnya tidak mampu menggambar bagian tubuh orang. Kegiatan menggambar merupakan salah satu yang dapat meningkatkan motorik halus anak. Anak melalui kegiatan menggambar mampu mengekspresikan diri dan berkreasi dengan berbagai gagasan, imajinasi, dan menggunakan berbagai media atau bahan menjadi suatu karya seni. Kegiatan menggambar pada anak usia dini merupakan sarana pengekspresian ide, gagasan dan pengalaman–pengalaman yang telah dialami anak. Aktivitas menggambar memiliki peranan yang sangat penting mengingat kosa kata anak yang masih terbatas (Yulindrasari, 2011).

Anak melalui kegiatan menggambar diharapkan dapat menggambar sederhana dengan berbagai media seperti arang, kapur, crayon, pensil warna, dan lain-lain. Motorik halus anak dapat ditingkatkan dengan metode menggambar. Sesuai dengan pendapat Indarti (2005) dalam Anggriyani (2014) yang menyatakan bahwa dengan menggambar anak bisa mengeluarkan ekpresi dan imajinasinya tanpa batas. Proses inilah anak dapat mengembangkan gagasan, menyalurkan emosinya, menumbuhkan minat seni dan kreativitasnya.

Hasil penelitian terdapat 4 anak yang mengalami penyimpangan keterlambatan perkembangan motorik halus. Penyimpangan perkembangan motorik halus dapat dipengaruhi karena kurangnya stimulus yang diberikan pada anak. Hal ini sesuai dengan penelitian Trihadi (2010) bahwa stimulus orang tua yang dilakukan terhadap anak secara rutin akan mampu meningkatkan kemampuan anak untuk memenuhi kebutuhannya secara mandiri

seperti memilih baju sendiri dan memakai baju sendiri. Peneliti memiliki pandangan yang sejalan dengan hasil penelitian Trihadi (2010) bahwa rangsangan stimulus yang dilakukan terus menerus akan mampu meningkatkan ketrampilan motorik halus pada anak.

Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggriyani (2014) menyatakan bahwa kegiatan menggambar dapat meningkatkan motorik halus anak. Penelitian yang diakukan Indriana (2015) menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara kegiatan menggambar dengan perkembangan motorik halus pada anak usia dini terjadi pada menggambar sesuai gagasannya, meniru bentuk, melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan, menggunakan alat tulis dengan benar, menggunting sesuai dengan pola, menempel gambar dengan tepat mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsri (2013) menyatakan bahwa Peningkatan kemampuan pada motorik halus terjadi pada kemampuan menggambar lingkaran, meletakkan kubus, menunjukkan gambar garis yang lebih panjang atau pendek, menggambar bentuk garis silang, menggambar orang dengan bagian-bagian tubuh, dan menggambar segi empat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan PH, Armitasari, dan Susanti (2018) bahwa stimulasi motorik seperti menggambar dapat meningkatkan tahap perkembangan psikososial anak usia prasekolah pada kelompok intervensi dibandingkan ke;ompok kontrol Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Madiyantiningtias (2015) yang meneliti tentang “Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia 3-5 tahun di Puskesmas Miri – Sragen diperoleh hasil sebagian besar perkembangan motorik halus anak usia 3-5 tahun adalah normal sebanyak 56 anak (90,3%), namun demikian masih didapatkan juga anak

dengan perkembangan motorik halus pada kategori keterlambatan sebanyak 3 responden (4,8%).

SIMPULAN

Karakteristik responden berdasarkan usia anak di TK Mardi Putra sebagian besar berusia 72 bulan sebanyak 18 responden ( 52,9%), dan sebagian kecil berusia 16 bulan sebanyak 16 responden (47,1%). Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di TK Mardi Putra sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 18 responden (52,9%), jenis kelamin perempuan sebanyak 16 responden (47,1%). Perkembangan motorik halus pada anak usia prasekolah di TK Mardi Putra sebagian besar normal sebanyak 30 responden (88,2%) dan penyimpangan sebanyak 4 responden (11,8%).

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D, (2017). Tumbuh Kembang dan

Terapy Bermain pada anak.Jakarta: Salemba Medika.

Anggriyani, A. (2014). Peranan Kegiatan Menggambar dalam Meningkatkan Motorik Halus Pada Anak di Kelompok B TK Bungamputi DWP Untad Palu. Jurnal Penelitian. Universitas Tadulako

Aquarisnawati (2011). Motorik Halus Pada Anak Usia Prasekolah Ditinjau Dari Bender Gestalt. Jurnal Insan Vol. 13 No. 03, Desember 2011

Fadhilah, Nurul, (2014). Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Mewarnai di Kelompok B Tk KKLKMD Sedyo Rukun Bambanglipuro             Bantul.

Skripsi.Universitas Negeri Yogyakarta

Hirmaningsih (2010) . Teori-teori Psikologi Perkembangan. Pekanbaru : Psikologi Press

Hurlock, E, (2010), Perkembangan Anak, Jakarta : Erlangga

Indriana, U (2015). Hubungan Antara Kegiatan Menggambar dengan Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia Dini Di PAUD Aisyah Desa Karang Peranti Kecamatan Pajarakan Kabubaten Probolinggo. Artikel Ilmiah Mahasiswa 2015, I (1): 1-4

Livana, P. H., Armitasari, D., & Susanti, Y. Pengaruh Stimulasi Motorik Halus Terhadap Tahap Perkembangan Psikososial Anak Usia Pra Sekolah. JURNAL PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA, 4(1), 30-41.

Madiyantiningtias (2015). Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia 3-5 tahun di Puskesmas Miri – Sragen. Skripsi. Stikes Kusuma Husada Surakarta

Riyadi & Sukirman, (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Saleh, M. (2012). Pengaruh Bermain Aktif Terhadap Perkembangan Sosial Dan Motorik Halusanak Usia Pra Sekolah di TK Mawar Kabupaten Gowa. Skripsi. Universitas Islam Negeri Makassar

Soetjiningsih, (2015). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Supariasa, (2013). Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC

Wahyuningsri, (2012). Pengembangan Kemampuan Motorik Anak Usia Prasekolah Melalui Aktivitas Bermain Model Skill Play. Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 19, Nomor 2, Desember 2013, hlm. 236-243

Whalley dan Wong (2010). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Ed. 6. Jakarta : EGC.

Yenny (2017). Gambaran Perkembangan Motorik Anak Usia 5-6 Tahun Yang Bermain Games Gadget. Prosiding

Temu Ilmiah X Perkembangan

Ikatan Psikologi

Indonesia. 22-24

Agustus 2017, Hotel Grasia, Semarang

Yulindrasari, H. (2011). Current Issues in Early Childood Program Studi PG PAUD UPI

Volume 7, Nomor 1, April 2019

58