Community of Publishing in Nursing (COPING), ISSN: 2303-1298

PENGARUH KONSELING TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DALAM MENGIKUTI PREVENTION OF MOTHERTO

CHILD TRANSMISSION PRONG I

Simson Melkior Yulius Djami La1, Made Rini Damayanti2, Sagung Mirah Lismawati3

  • 1Puskesmas Rewarangga, Ende, Nusa Tenggara Timur

  • 2Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

3Puskesmas IV Denpasar Selatan

Email: [email protected]

ABSTRAK

Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)terus meningkat, mengancaman keselamatan jiwa ibu dan mempengaruhi anak yang dikandungnya. Virus HIV dapat ditularkan dari ibu HIV kepada anaknya selama masa kehamilan,persalinan dan menyusui. Kasus HIV-AIDS di Kabupaten Ende sebanyak 151 kasus dan pada anak berjumlah tujuh orang, serta pada perempuan usia produktif berjumlah 50 orang. Prevention Of Mother To Child Transmission (PMTCT)bertujuan untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak. Kegiatan PMTCT belum pernah dilaksanakan. Konseling merupakan salah satu bentuk pendidikan kesehatan, sebagai proses komunikasi antara individu (konselor) dan orang lain. Pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang HIV-AIDS serta PMTCT sangat penting dalam upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konseling terhadap perubahan tingkat pengetahuan dan sikap ibu hamil dalam mengikuti program PMTCT Prong I. Penelitian ini adalah pre-eksperimental design dengan rancangan one group pretestposttestdesign. Sampel berjumlah 46 orang yang dipilih dengan teknik purposivesampling. Data diperoleh dengan cara mengisi kuesioner sebelum dan sesudah konseling pada kelompok yang sama. Berdasarkan uji wilcoxon diperoleh nilai p value 0,010 (p< 0,05) untuk pengetahuan dan sikap diperoleh hasil p value 0,000 (p< 0,05) oleh karena itu dinyatakan ada pengaruh konseling terhadap perubahan tingkat pengetahuan dan sikap ibu hamil dalam mengikuti program Prevention Of Mother To Child Transmission (PMTCT) Prong I. Berdasarkan hasil diatas maka konseling dapat digunakan bagi ibu hamil dalam mengikuti program PMTCT.

Kata kunci: konseling, pengetahuan, sikap, PMTCT

ABSTRACT

The number of women infected by Human Immunodeficiency Virus(HIV) is still increasing, putting the mothers’ life safety at risk and influencing their children. The HIV can be transmitted from infected mothers to their children during pregnancy, child birth and breast feeding. The HIV-AIDS cases in Ende were 151 cases and 7 cases in children, and in women of child bearing age was 50 people. Prevention Of Mother To Child Transmission (PMTCT) aims to prevent the transmission of HIV from mother to child, however it has not been implemented. Counseling is oneof health education, as aprocess of communication between individuals (counselor) and the others. Knowledge and attitudes of pregnant women about HIV-AIDS and PMTCT is very important in the prevention ofHIV transmission from mother to child. The purpose of this research is to determine the effect of counseling to change the level of knowledge and attitudes of pregnant women in PMTCT Program Prong I. This research was a preexperimental study using one group pretest-posttest design with 46 samples which were selected by purposive sampling. The data were collected by filling questionnaire given before and after the counseling. Based on the obtained Wilcoxon test p value 0,010 (p <0.05) for the knowledge and p value of 0.000 (p <0.05) for attitude, the results indicated that there was an influence of counseling to the changes the knowledge and attitudes of pregnant women in Prevention of MotherTo Child Transmission (PMTCT) Program Prong I. Based on the result above the counseling can be used for pregnant women in PMTCTprogram.

Keywords: counseling, knowledge, attitude, PMTCT

PENDAHULUAN

Jumlah perempuan yang terinfeksi

Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari

tahun ke tahun semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan hubungan seksual tidak aman,

yang akan menularkan HIV pada pasangan seksualnya. Pada ibu hamil, HIV bukan hanya merupakan ancaman bagi keselamatan jiwa ibu, tetapi juga mempengaruhi anak yang dikandungnya karena penularan yang terjadi dari ibu ke bayinya. Lebih dari 90% kasus anak HIV, mendapatkan infeksi dengan cara penularan dari ibu ke anak (MotherToChild Transmission/MTCT) (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

Laporan EpidemiHIVGlobal (United Nations Programme on HIV-AIDS/UNAIDS) 2012) menunjukkan bahwa terdapat 34 juta orang dengan HIVdi seluruh dunia. Sebanyak 50% diantaranya adalah perempuan dan 2,1 juta anak berusia kurang dari 15 tahun. Laporan HIV-Acquired Immunodeficiency Syndrome World Health Organization (AIDS WHO) South-East Asia Regional Office (SEARO)(2011)menunjukkan sekitar 1,3 juta orang (37%) perempuan telah terinfeksi HIV (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

Data HIV-AIDS secara nasional menunjukkan peningkatan yang signifikan dari 6.043 kasus HIV-AIDS di tahun 2005 meningkat menjadi 17.234 kasus HIV-AIDS di tahun 2014 (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Kasus HIV-AIDS Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) cukup tinggi, terhitung Agustus 2014 tercatat 3.041 kasus dengan 138 kasus HIV pada anak-anak usia 0-14 tahun (Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi NTT, 2014).

Virus HIV dapat ditularkan dari ibu HIV kepada anaknya selama masa kehamilan, pada saat persalinan atau pada saat menyusui sehingga perlunya upayaPencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak (PPIA). Rendahnya pengetahuan dan informasi tentang penularan dari ibu ke anak bisa dilihat dari hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 yang menunjukkan bahwa persentase penduduk yang mengetahui bahwa HIV-AIDS dapat

ditularkan dari ibu ke anak selama hamil, saat

persalinan, dan saat menyusuiadalah masing-masing 38,1%, 39,0%, dan 37,4% (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

Salah satu metode pendidikan kesehatan yang diterapkan pada penanggulangan HIV-AIDS adalah konseling. Konseling digunakan pada layanan Voluntary Counseling and Testing(VCT), perawatan, pengobatan dan dukungan pada ODHA serta PMTCT. Konseling (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Bukti keberhasilan konseling dan tes HIV dalam program penanggulanganHIV-AIDS di Indonesia adalah studi yang dilakukan pada program penilaian cepat layanan konseling dan tes HIV oleh Kementrian Kesehatan pada tahun 2009-2010 menunjukkan bahwa konseling dan tes HIV khususnya Konseling Tes Sukarela (KTS)/VCT dapat membantu orang merubah perilaku seksual untuk pencegahan penularan HIV. Lebih lanjut, konseling dan tes HIV merupakan intervensi yang murah dan efektif untuk mencegah penularan HIV melalui hubungan seksual (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Konseling yang diberikan pada ibu hamil akan membantu merubah perilaku yang maladaptif ke adaptif, mengembangkan perilaku positif dan memelihara perilaku positif atau perilaku sehat. Perilaku seseorang sangat kompleks dan mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup tiga domain antara lain pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan tindakan (practise). Hal ini dipertegas oleh WHO dalam menganalisis alasan yang mendasari seseorang berperilaku yang dipengaruhi oleh pemikiran dan perasaan (pengetahuan, persepsi dan sikap), kepercayaan serta penilaian seseorang terhadap objek (Notoadmojo, 2014).

Pengetahuan ibu hamil tentang HIV-AIDS serta PMTCT sangat penting dalam

upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak. Pengetahuan yang rendah tentang PMTCT akan mempengaruhi ibu hamil dalam memanfaatkan layanan PMTCT, ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Asmauryanah, Amiruddin, & Ansar tahun 2014 di Makasar. Penelitian Mujayanah, Mifbakhuddin, & Kusumawati di tahun 2012 juga mengatakan bahwa pengetahuan sangat berpengaruh terhadap sikap ibu hamil untuk mengikuti program PMTCT.

Oleh karena itu layanan VCT, perawatan, pengobatan dan dukungan sangat besar pengaruhnya pada kelangsungan hidup seorang perempuan dengan HIV. Hairston, Bobrow, & Pitter(2012) dalam penelitiannya mengatakan bahwa PMTCT memegang peranan yang penting dalam mengeliminasi penularan HIV pada anak serta meningkatkan kesehatan ibu termasuk seksual dan reproduksi.

Hasil pengamatan di Kabupaten Ende menggambarkan bahwa kasus HIV-AIDS sejak 2007 tercatat lima kasus sampai dengan Oktober 2014 meningkat menjadi 151 kasus. Kasus HIV-AIDS anak sampai dengan bulan Oktober 2014 berjumlah tujuh orang, sedangkan kasus bumil belum tercatat dengan baik sehingga tidak bisa menggambarkan berapa banyak ibu hamil yang terinfeksi HIV. Kasus HIV-AIDS pada wanita usia reproduksi (15-49 tahun) berjumlah 50 kasus pada bulan Oktober 2014.Kasus AIDS lebih banyak dari kasus HIV (AIDS 113 kasus dan HIV38 kasus)(Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Ende, 2014).

Tahun 2012 ibu hamil yang memanfaatkan layanan PMTCT sebanyak 25 ibu hamil dari 4.544 ibu hamil (0,55%) yang Ante Natal Care (ANC) (Dinas Kesehatan Kabupaten Ende, 2013), tahun 2013 menurun menjadi 23 ibu hamil dari 5.016 ibu hamil (0,45%) yang ANC (Dinas Kesehatan Kabupaten Ende, 2014), sedangkan sampai dengan Agustus 2014 belum ada ibu hamil

yang mengaskses layanan ini(Dinas Kesehatan Kabupaten Ende, 2014).

Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kesehatan Kecamatan Ende Timur berperan penting untuk mencegah penularan HIV dari ibu hamil kepada bayi yang dikandungnya. SosialisasiHIV-AIDS telah dilakukan pada masyarakat secara umum tetapi belum mencakupprogram PMTCT bagi ibu hamil. Sejak 2009 pelayanan ANC menjadi kompehensif dengan HIV-AIDS bagi ibu hamil, tetapi di UPTD Kesehatan Kecamatan Ende Timur belum berjalan. Ibu hamil hanya mendapat pelayanan ANC rutin tanpa mendapat pengetahuan tentang HIV-AIDS serta PMTCT (UPTD Kesehatan Kecamatan Ende Timur, 2014).

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik ingin mengetahui pengaruh konseling terhadap perubahan tingkat pengetahuan dan sikap ibu hamil dalam mengikuti program Prevention Of Mother To Child Transmission (PMTCT) Prong I di UPTD Kesehatan Kecamatan Ende Timur, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan pre-eksperimental design dengan rancangan one group pretest-posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah 85 orang ibu hamil yang ANC di Poli KIA UPTD Kesehatan Kecamatan Ende Timur. Peneliti mengambil sampel sebanyak 46 orang ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan sampel disini dilakukan dengan cara Non Probability Samplingdengan teknik purposive sampling.

Pengumpulan data dilakukan dengan caramengisi kuesioner pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah dilakukan konseling. Setelah menetapkan sampel yang terpilih, sampel selanjutnya dijelaskan tentang tujuan dan prosedur penelitian. Selanjutnya sampel menandatangani informed consent sebagai responden. Peneliti selanjutnya membagikan

kuesioner kepada respondenuntuk diisi sesuai pertanyaan dan pernyataan yang tersedia pada kuesioner pre-test. Setelah semua kuesioner diisi, peneliti mengumpulkan kembali seluruh kuesioner. Selanjutnya melakukan konseling HIV-AIDS dan PMTCT. Konseling di lakukan oleh peneliti sendiri. Setelah selesai konseling peneliti membagikan kembali kuesioner post-tetskepada responden untuk diisi sesuai pertanyaan dan pernyataan yang tersedia. Setelah semua kuesioner diisi, peneliti mengumpulkan kembali seluruh kuesioner.

Setelah data terkumpul semua, selanjutnya peneliti melakukan editing, coding, entry dan cleaning. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji statistic wilcoxon untuk melihat perbedaan sebelum dan sesudah konseling dengan menggunakan taraf signifikansi p< 0,05.

HASIL PENELITIAN

Sebagian besar responden berumur 2529 tahun yaitu 20 responden (43,5%). Responden terbanyak bertempat tinggal di daerah pedesaan sebanyak 29 orang (63%). Sebagian besar responden beragama katolik yaitu 38 orang (82,6%). Responden dalam penelitian ini terbanyak berpendidikan SMA sebanyak 18 orang (39,1%). Responden terbanyak bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 31 orang (67,4%).

Hasil identifikasi pengetahuan responden sebelum dikonseling yaitu 25 responden (54,4%) memiliki pengetahuan yang baik akan PMTCT Prong I sedangkan pengetahuan kurang ada 10 responden (21,7%) dan 11 responden (23,9%) memiliki pengetahuan cukup.

Berdasarkan hasil identifikasi sikap responden sebelum dikonseling menunjukkan sikap negatif akan Program PMTCT Prong I sebanyak 25 responden (54,3%) sedangkan sikap positif sebanyak 21 responden (45,7%).

Berdasarkan hasil identifikasi pengetahuan ibu setelah dikonseling dapat

dilihat bahwa 36 responden (78,2%) memiliki pengetahuan yang baik akan PMTCT Prong I sedangkan pengetahuan kurang dan cukup memiliki nilai yang sama yaitu masing-masing lima responden (10,9%).

Berdasarkan hasil identifikasi sikap responden setelah dikonseling menunjukkansebagian besar responden memiliki sikap positif akan Program PMTCT Prong I yaitu 44 responden (95,7) sedangkan yang bersikap negatif ada dua responden (4,3%).

Hasil analisis pengaruh konseling terhadap perubahan tingkat pengetahuan menggambarkan bahwa 28 responden menunjukkan tidak adanya perubahan tingkat pengetahuan dimana nilai pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan konseling tetap sama. Ada tiga responden yang menunjukkan penurunan pengetahuan setelah diberikan konseling dimana nilai post-test lebih rendah dari nilai pre-test. Terdapat 15 responden menunjukkan peningkatan pengetahuannya tentang program PMTCT Prong I setelah diberikan konseling dimana nilai post-test lebih tinggi dari nilai pre-test.

Hasil uji statistik Wilcoxon matched pair test diperoleh nilaip value 0,010 dimana nilai signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi 5% (0,010<0,05). Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh konseling terhadap peningkatan pengetahuan ibu hamil dalam mengikuti program PMTCT Prong I di UPTD Kesehatan Kecamatan Ende Timur Kabupaten Ende.

Berdasarkan hasil analisis pengaruh konseling terhadap perubahan sikap menggambarkan bahwa 23 responden tidak menunjukkan adanya perubahan sikap dimana nilai sikap sebelum dan sesudah diberikankonseling tetap sama dimana nilai pre dan post hasilnya sama. Terdapat 23 responden menunjukkan perubahan sikapke arah positif tentang program PMTCT Prong I setelah diberikan konseling dimana nilai posttest lebih tinggi dari nilai pre-test.

Hasil uji statistik Wilcoxon matched pair test diperoleh nilai p value 0,000 dimana nilai signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi 5% (0,000<0,05). Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh positif konseling terhadap perubahan sikap ibu hamil dalam mengikuti program PMTCT Prong I di UPTD Kesehatan Kecamatan Ende Timur Kabupaten Ende.

PEMBAHASAN

  • 1.    Pengaruh    Konseling    Terhadap

Perubahan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Dalam Mengikuti Program PMTCT Prong I

Hasil analisa Wilcoxon menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari konseling yang diberikan untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil dalam mengikuti program PMTCT Prong I dengan nilai p value 0,010.Notoatmodjo (2012) mendefinisikan pengetahuansebagai hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya dimana sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui indera pendengaran dan penglihatan.Tingkatan pengetahuan seseorang terdiri dari tahu, memahami dan menginterpretasikan dengan benar, mengaplikasikan secara riil, menganalisis, mensintesis dengan formula yang baru, dan evaluasi atau penilaian akhir sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan (Kholid, 2012).

Analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh konseling dalam perubahan tingkat pengetahuan ibu hamil dalam mengikuti PMTCT Prong I. Berdasarkan sebaran kuesioner pada 46 ibu hamil yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 10 orang (21,7%) menurun menjadi lima orang (10,9%), pengetahuan cukup sebanyak 11 orang (23,9%) menurun menjadi lima orang (10,9%) dan pengetahuan baik sebanyak 25 orang (54,4%) meningkat menjadi 36 orang (78,2%). Hal ini

menunjukkan bahwa konseling memiliki pengaruh yang besar untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil dalam mengikuti Program PMTCT Prong I.

Perilaku kesehatan yang dilakukan ibu hamil berkaitan dengan tingkat pengetahuan tentang masalah kesehatan yang diketahuinya. Pengetahuan merupakan dasar dari perubahan perilaku ibu hamil untuk mengikuti Program PMTCT Prong I. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2014) yang menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dan menjadi dasar pertimbangan untuk melakukan suatu tindakan.Oleh sebab itu perubahan perilaku dapat terjadi secara berencana dan menetap melalui kerangka perubahan dimensi secara bertahap yaitu mulai dari perubahan pengetahuan, upaya mengubah sikap dan upaya mengubah tindakan. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih lama dimanfaatkan daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Perubahan perilaku bisa secara alamiah, terencana dan kesediaan untuk berubah.

Kegiatan PMTCT di Kabupaten Ende belum berjalan dengan baik seperti kurang adanya sosialisasi dari UPTD Kesehatan Kecamatan Ende Timur terkait program PMTCT, kurang adanya dukungan dari pemerintah kecamatan dan desa dalam penggerakan sasaran ibu hamil untuk memanfaatkan layanan PMTCT yang ada di fasiltas kesehatan, tidak adanya monitoring dan evaluasi program PMTCT dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ende sehingga VCT dan PMTCT di UPTD tidak berjalan maksimal, dan layanan konseling ada tetapi tidak dilanjutkan dengan tes karena reagen yang tidak lengkap dan tenaga konselor yang terbatas.

Semua ibu hamil belum pernah mendapat konseling terkait dengan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak. Konseling HIV/PMTCT merupakan strategi komunikasi

perubahan perilaku yang bersifat rahasia dan saling percaya antara klien dan konselor dengan harapan akan meningkatkan kemampuan klien menghadapi tekanan dan pengambilan keputusan terkait dengan HIV-AIDS, penyediaan dukungan psikologis, pencegahan penularan HIV serta memastikan efektifitas rujukan (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Hal ini sejalan dengan penelitian Kementrian Kesehatan (2009-2010) yang menyatakan bahwa konseling dan tes HIV (KTS/VCT) dapat membantu orang mengubah perilaku seksual untuk mencegah penularan HIV. Penelitian lain dari Kementrian Kesehatan (2011) menyatakan bahwa konseling dan tes HIV juga terbukti efektif untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak di Puskesmas Gambir Jakarta. Penelitian Kementrian Kesehatan (20072009) juga menjelaskan bahwa pelayanan konseling dan tes HIV serta peningkatan akses terapi dan perawatan ODHA sehingga dapat menurunkan morbiditas ODHA di Jakarta.

Konseling merupakan strategi komunikasi perubahan perilaku yang bersifat rahasia dan saling percaya antara klien dan konselor. Konseling merupakan metode yang efektif digunakan dalam pendidikan kesehatan terkait HIV dan AIDS karena masalah ini sangat sensitif di masyarakat dan konseling dapat lebih menjamin kerahasiaan. Prinsip dasar konseling dalam strategi komunikasi perubahan perilaku yaitu:sesuai dengan kebutuhan klien, adanya proses timbal-balik, berfokus pada klien, membangun tanggung jawab dan otonomi klien, memperhatikan situasi interpersonal, kesiapan untuk berubah, menyediakan informasi terkini, mengembangkan rencana perubahan perilaku dan rencana aksi (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

  • 2.    Pengaruh    Konseling    Terhadap

Perubahan Sikap Ibu Hamil Dalam Mengikuti Program PMTCT Prong I

Hasil analisa Wilcoxon menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari konseling yang diberikan untuk perubahan sikapibu hamil dalam mengikuti program PMTCT Prong I dengan nilai p value             0,000.Notoatmodjo(2014)

mendefinisikan sikap sebagai respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain.Sikap belum merupakan tindakan, tetapi merupakan salah satu faktor mempermudahterjadinya          tindakan

(predisposisi). Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sesuai penghayatan terhadap objek, dimana dasar dari sikap adalah pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2012).

Hasil analisis penelitian ini menunjukkan ada pengaruh konseling terhadap perubahan sikap ibu hamil dalam mengikuti PMTCT Prong I. Sebelum diberikan konseling ibu hamil dengan sikap negatif akan Program PMTCT Prong I berjumlah 25 (54,3%) responden dan sikap positif 21 (45,7%) responden. Setelah diberi konseling, perubahan sikap negatif menjadi positif meningkat menjadi 44  (95,7%)

responden dan sikap negatif tinggal dua (4,3%) responden. Pepinsky dalam Shertzer dan Stone (1974) mengemukakan bahwa konseling merupakan interaksi yang terjadi antara dua orang individu (konselor dan klien) dalam suasana yang profesional dilakukan dan dijaga sebagai alat untuk memudahkan perubahan-perubahan dalam tingkah laku klien. Konseling berkaitan dengan sikap dan tingkah laku individu yang terbentuk dari berbagai aspek kepribadian yang kompleks(Sulistyarini & Jauhar, 2014).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mujanah, Mifbakhuddin, dan Kusumawati (2013) yang menyatakan bahwa sikap ibu

hamil dalam program PMTCT dipengaruhi oleh pengetahuan yang diperoleh baik melalui media informasi, penyuluhan, konseling dan lain-lain. Hal ini juga didukung oleh penelitian Aswar, Seweng, dan Thaha (2012) yang menyatakan bahwa pelayanan Voluntary Counseling and Test (VCT) yang diberikan erat keterkaitananya dengan pengetahuan VCT dan HIV-AIDS, sikap, stigma, dan diskriminasi.

SIMPULAN DAN SARAN

Ada pengaruh konseling terhadap perubahan tingkat pengetahuanibu hamil dalam mengikuti program PMTCT Prong I di UPTD Kesehatan Kecamatan Ende Timur dengan diperoleh nilai signifikansi 0,010 (p< 0,05) dimana terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna antara sebelum dengan sesudah diberikan konseling. Hal ini membuktikan bahwa konseling efektif untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil dalam mengikuti program PMTCT dan bisa digunakan selanjutnya dalam pelaksanaan program PMTCT di UPTD Kesehatan.

Ada pengaruh konseling terhadap sikap ibu hamil dalam mengikuti program PMTCT Prong I di UPTD Kesehatan Kecamatan Ende Timur dengan diperoleh nilai signifikansi 0,000 (p< 0,05) dimana terdapat perbedaan sikap yang bermakna antara sebelum dengan sesudah diberikan konseling. Hal ini membuktikan bahwa konseling yang diberikan sangat efektif untuk merubah sikap ibu hamil akan program PMTCT dari sikap negatif menjadi positif.

Peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: (1) Meningkatkan pelayanan PMTCT bagi semua ibu hamil yang mengakses layanan KIA di Poli KIA UPTD Kesehatan Kecamatan Ende Timur, melakukan penyuluhan dan promosi kesehatan secara berkala, meningkatkan kerjasama dengan lintas sektor, tokoh masyarakat, tokoh agama dan kader kesehatan agar dapat memotivasi dan

mengajak ibu hamil ANC secara teratur, tes HIV secara sukarela, ikut PMTCT di fasilitas kesehatan terdekat. (2) Merencanakan dan menyediakan reagen tes HIV sesuai kebutuhan, melakukan pelatihan PMTCT bagi bidan dan perawat serta monitoring dan evaluasi secara berkala program PMTCT di UPTD Kesehatan Kecamatan. (3)Bagi Lintas Sektor (Pemerintah Kecamatan dan Desa atau Kelurahan) dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan terdekat serta berperan aktif dalam semua kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat seperti PMTCT bagi wanita usia reproduksi dan ibu hamil. (4)Bagi Peneliti Selanjutnyadengan menggunakan peneliti pembantu yang paham akan bahasa daerah sehingga hasil yang diharapkan akan menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTRAKA

Anggarini, I.G.A.A. (2014). Faktor-Faktor Yang    Mempengaruhi    Perilaku

Pemeriksaan VCT Pada ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas II Melaya Kabupaten Jembrana Provinsi Bali. Jurnal           Kebidaanan,(Online),

(http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/d ocuments/3690.pdf, diakses 5 Januari 2015).

Asmauryanah, Amiruddin, & Ansar.(2014). Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Bayi Di Puskesmas Jumpandang Baru  Makassar.  Jurnal Repository

Unhas,                       (Online),

(http://repository.unhas.ac.id/handle/12 3456789/10582, diakses 2 November 2014).

Azwar, S. (2013). Sikap Manusia: Teori Dan Pengukurannya. Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, Seweng, & Thaha. (2012). Determinan Penggunaan Pelayanan

Voluntary Counseling And Testing (VCT) Oleh Ibu Rumah Tangga Beresiko Tinggi HIV Positif Di Kabupaten biak Numfor Papua. Sophian Aswar, Poltekes Kemenkes Jayapura.

Dahlan, M. S. (2011). Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). PMTCT: Modul Pelatihan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Dinas Kesehatan Kabupaten Ende. (2013). Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Ende Tahun 2012. Ende:  Dinas

Kesehatan.

Dinas Kesehatan Kabupaten Ende. (2014). Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Ende Tahun 2013. Ende:  Dinas

Kesehatan.

Dinas Kesehatan Kabupaten Ende. (2014). Laporan Semester I Dinas Kesehatan Kabupaten Ende Tahun 2014. Ende: Dinas Kesehatan.

Hairston, Bobrow, & Pitter.(2012). Towards The Elimination Of Pediatric HIV: Enhancing Maternal, Sexual, And Reproductive     Health     Services.

International Journal of MCH and AIDS, (Online), Volume 1, Issue 1, Pages                           6-16,

(http://mchandaids.org/beta/wp-content/themes/IJMA/past_issues_docs/ Html/2-Commentary-Towards/2-Commentary-Towards.html, diakses 30 Oktober 2014).

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Pelatihan Konseling Dan Tes HIV. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak (PPIA). Edisi 2. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Rencana Aksi Nasional Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak (PPIA) Indonesia 2013-2017. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Laporan Perkembangan HIV Dan AIDS Triwulan II Tahun 2014. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.

Kholid, A. (2012). Promosi Kesehatan: Dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media Dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.

Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi NTT. 2014. Rekapan Laporan Bulanan 2014. Kupang: KPAP NTT.

Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Ende. 2014. Rekapan Laporan Bulanan 2014. Ende: KPAK Ende.

Legiati, Shaluhiyah, & Suryoputro.(2012). Perilaku Ibu Hamil Untuk Tes HIV Di Kelurahan Bandarharjo Dan Tanjung Mas Kota Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia (ISSN 19072937), (Online), Volume 7,  No.2,

(http://www.ejournal.undip.ac.id/index. php/jpki/article/view/5560, diakses 1 November 2014).

Mujayanah,       Mifbakhuddin,       &

Kusumawati.(2014). Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Hamil Pada Program Antenatal Care Integrasi Terhadap Prevention Of Mother To Child Hiv Transmission (PMTCT) Di Puskesmas Halmahera

Kota Semarang. Jurnal Kebidanan, (Online), (https://analisd4.unimus.ac.id/ojsunimu s/index.php/jur_bid/article/view/1086/1 135, diakses 31 Oktober 2014).

Notoatmodjo, S.   (2010)a.   Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010)b. Promosi Kesehatan: Teori & Aplikasi. Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo,S.(2012).Promosi   Kesehatan

Dan Perilaku   Kesehatan.Jakarta:

RinekaCipta.

Notoatmodjo,S.        (2014).        Ilmu

PerilakuKesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nuraeni, Indrawati, & Rahmawati.(2013). Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang HIV/AIDS Dan VCT Dengan Sikap Terhadap Konseling Dan Tes HIV/AIDS Secara Sukarela Di Puskesmas Karangdoro  Semarang.

Jurnal Unimus, (Online), No.1, (https://pramuka.unimus.ac.id/ojsunimu s/index.php/jur_bid/article/view/819, diakses 1 November 2014).

Nurfurqoni, F.A. (2013). Komunikasi Interpersonal     Dan     Konseling

Kebidanan. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2013). Konsep Dan Penerapan Metodologi      Penelitian      Ilmu

Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis Dan       Instrumen       Penelitian

Keperawatan.Edisi Ketiga, Jakarta: Salemba Medika.

Padila. (2014). Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Prapti, Runiari, Suratiah, & Astuti.(2010). Keperawatan Maternitas: Skill Lab Guide. Denpasar: PSIK FK UNUD.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Konsep, Proses, Dan Praktik. Jakarta: EGC.

Riwidikdo, H. (2012). Statistik Kesehatan. Cetakan Keempat, Yogyakarta: Mitra Cendikia Pres.

Safarina. (2013). Pengalaman Hidup Perempuan Yang Terinfeksi HIV Dalam Menjalani Kehamilan. Jurnal Unpad, (Online), (http://pustaka.unpad.ac.id/archives/111 231/, diakses 1 November 2014).

Siswanto, Susila & Suyanto. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan Dan Kedokteran. Yogyakarta: Bursa Ilmu.

Staf Medis Fungsional Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin FK UNAIR. (2007). Atlas Penyakit Kulit Dan Kelamin. Surabaya: Airlangga University Press.

Sugiyono.   (2010).   Metode   Penelitian

Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono.   (2012).   Metode   Penelitian

Kombinasi. Bandung: Alfabeta.

Sulistyarini & Jauhar. (2014). Dasar-Dasar Konseling). Jakarta: Prestasi Pustaka.

Sunaryo.       (2004). Psikologi Untuk

Keperawatan. Edisi Pertama, Jakarta: EGC.

Sunaryo.       (2013). Psikologi Untuk

Keperawatan. Edisi Kedua, Jakarta: EGC.

Sunyoto, D. (2012). Validitas Dan Reabilitas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Susilo, R. (2011). Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Syarifudin, B. (2010). Panduan TA Keperawatan Dan Kebidanan dengan SPSS. Yogyakarta: Grafindo Litera Media.

Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kecamatan Ende Timur. (2013). “Profil UPTD Kesehatan Kecamatan Ende Timur Tahun 2013”. Ende: UPTD Kesehatan Kecamatan Ende Timur.

Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kecamatan Ende Timur. (2014). “Laporan Semester I UPTD Kesehatan Kecamatan Ende Timur Tahun 2014”. Ende: UPTD Kesehatan Kecamatan Ende Timur.

Volume 5, Nomor 2, Agustus 2017

106