Community of Publishing in Nursing (COPING), ISSN: 2303-1298

GAMBARAN PERILAKU KELUARGA DAERAH RURAL DAN URBAN DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI DAERAH ENDEMIS DEMAM BERDARAH

Anik Fiatur Rohmaniah1, Yulia Susanti2, Livana PH2

1Rumah Sakit Baiturrahman Kendal

2Program Studi Ners, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal Email: [email protected]

ABSTRAK

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderita dan penyebarannya cenderung meningkat. Jumlah kasus DBD tercatat 49,868 kasus, dengan angka kematian sebesar 0,80%. Kejadian DBD pada daerah rural ditunjukkan dengan adanya perilaku  penyebab DBD diantaranya terdapat tumpukan sampah,

menggantung pakaian di dalam kamar, tidak menyingkirkan barang-barang bekas. Perilaku daerah

urban adanya saluran limbah  yang tidak dibersihkan, lahan  kosong yang tidak dibersihkan dan

banyak persawahan. Tujuan. Penelitian bertujuan mengetahui gambaran perilaku keluarga daerah rural dan urban dalam pencegahan kejadian demam berdarah di daerah endemis. Metoda. Metode penelitian ini menggunakan survey deskriptif kuantitatif dan alat ukur menggunakan kuesioner  yang  terdiri  68  pernyataan.  Sampel penelitian daerah rural 309 orang dan daerah

urban 371 orang.  Hasil penelitian ini didapatkan bahwa perilaku keluarga di daerah rural baik

(51,5%), pengetahuan  baik  (59,2%),  sikap  kurang   baik  (50,8%),  dan tindakan kurang  baik

(51,8%), Perilaku keluarga di daerah urban  kurang baik (53,4%), pengetahuan baik (81,4%), sikap

kurang baik (54,2%) dan tindakan baik (52,3%). Hasil. Hasil penelitian ini direkomendasikan kepada masyarakat agar lebih bertanggung jawab dalam berperilaku sebagai upaya pencegahan DBD dengan selalu menerapkan 3M (Mengubur, Menguras dan   Menutup), menggunakan  obat

anti nyamuk dan pengelolaan sampah secara mandiri.

Kata kunci: perilaku, DBD, rural dan urban

ABSTRACT

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a public health problem in Indonesia that the number of sufferers and their distribution tends to increase. Number of dengue cases recorded 49.868 cases, with a mortality rate of 0.80%. Incidence of dengue in rural areas indicated by the behavior causes dengue which there are piles of garbage, hanging clothes in the room, did not get rid of second-hand goods. While the behavior of their urban area sewer is not cleaned, vacant land that had not been cleaned and the many rice fields. The study aims to find a picture of the behavior of rural and urban families in preventing the incidence of dengue in endemic areas. This research  method  using  descriptive  quantitative   survey  and measurement tools using a

questionnaire comprising 68 statemen. The research sample was 309 rural and 371 urban areas. The results of this study found that the behavior of families in both rural areas (51.5%), good knowledge (59.2%), a lack of good (50.8%), and the action is not good (51.8%), family Behavior in poor urban  areas (53.4%), good  knowledge (81.4%), a lack of good  (54.2%) and  action

(52.3%). The results of this study recommended to people to behave more responsibly in the effort

to prevent dengue by always applying 3M (Bury, draining and Closing), using anti-mosquito chemical and waste management independently.          :

Keywords : behavior, DHF, rural and urban

PENDAHULUAN

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ditemukan hampir di seluruh belahan dunia terutama di negara-negara tropik dan subtropik, baik sebagai penyakit endemik maupun epidemik. Hasil studi

epidemiologik menunjukkan bahwa DBD menyerang kelompok umur balita sampai umur 15 tahun (Djunaedi, 2006). Peningkatan kasus DBD di dunia dalam 5 tahun terakhir mencapai 30 kali lipat, dengan perkiraan 100 juta kasus demam dengue, 500.000 kasus

demam berdarah dengue, dan 25 kasus yang dinyatakan meninggal dunia (Sivanathan, 2006). Laporan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011 kasus DBD tercatat 49,868 kasus, dengan angka kematian sebesar 0,80% (Kementrian Kesehatan, 2012). Jawa Tengah tahun 2014 tercatat 11,45% (Dinkes, Prov. Jateng, 2014). Kasus DBD di Kabupaten Kendal tahun 2015 tercatat 568 kasus (Dinas Kesehatan. Kab. Kendal, 2015). Penyebaran penyakit DBD yang cukup luas di Indonesia dikarenakan oleh virus dengue. Oleh karena itu, upaya - upaya pencegahan DBD dan penanggulangan telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kendal. Progam pencegahan yang dilakukan seperti menjaga kebersihan lingkungan serta mencegah perkembangbiakan nyamuk dan pemberantasan sarang nyamuk dengan progam 3M Mengubur, Menguras dan Menutup (Hermawan, 2015). Menurut penelitian yang dikemukakan oleh Angraeni (2010) Pencegahan DBD dapat dilakukan dengan beberapa tehnik, antara lain kimia, biologi, dan fisika.

Pencegahan DBD diantaranya dengan cara kimia. Pengendalian secara kimia meliputi pengasapan dan abatisasi. Pencegahan dengan cara biologi, yaitu pencegahan atau pengendalian biologis yang dilakukan dengan cara memelihara jenis ikan pemakan jentik seperti ikan nila merah, ikan guppy, dan ikan cupang. cara pencegahan atau pengendalian secara fisik dengan cara melakukan 3M plus (Soedarto, 2012). Hasil penelitian, menunjukan pencegahan penyakit demam berdarah dilakukan dengan partisipasi atau keterlibatan, bersama-sama dengan instansi lain termasuk swasta dan sektor publik. Pencegahan DBD sangat erat hubunganya

dengan perilaku keluarga (Mudin, 2015).

Hasil penelitian Mahardika (2009) mengatakan perilaku kesehatan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD), yaitu membersihkan tempat penampuangan air, menutup tempat penampungan air, menguras tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas, membuang sampah pada tempatnya dan membakarnya, menggantung pakaian dan memakai lotion anti nyamuk. Perilaku keluarga terhadap pencegahan DBD dipengaruhi oleh faktor informasi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa seluruh responden yang mendapatkan informasi tentang DBD dan sebagian besar mendapatkan sumber informasi dari petugas kesehatan (Ratnawati, Maryati & Hardika, 2013).

Hasil penelitian menunjukkan gambaran perilaku pemberantasan sarang nyamuk di desa grogol kecamatan grogol Kabupaten Sukoharjo yaitu tempat penampungan air tidak ditutup, menggantung pakaian di dalam kamar, tidak menyingkirkan barang-barang bekas. Karena partisipasi masyarakat yang kurang dalam pencegahan sarang nyamuk menyebabkan terjadinya DBD (Purnama, 2012).

Kejadian DBD di perkotaan kecamatan Gambir Jakarta Pusat disebabkan kepadatan penduduk karena kasus, insiden dan CFR setiap tahun meningkat (Afira, 2013). Hasil penelitian menunjukkan wilayah perkotaan di Kota Makasar Tahun 2013 terdapat densitas larva yang tinggi, rumah yang padat hunian, ventilasi rumah tidak berkasa, dan rumah yang lembab merupakan penyebab kejadian DBD (Maria, Ishak & Selomo, 2013). Hasil Penelitian Kabupaten Banjarnegara menunjukan Aedes aegypty dan Aedes Albopictus

merupakan vektor DBD. Aedes aegypti lebih banyak ditemukan di perkotaan pada areal permukiman dimana keberadaan tanaman lebih dominan. Aedes albopictus lebih banyak ditemukan di pedesaan pada areal permukiman yang dikelilingi kebun dimana keberadaan tanaman pekarangan lebih dominan (Pramestuti & Djati, 2013). Hasil penelitian menunjukkan perilaku masyarakat dalam pencegahan DBD adalah membersihkan rumah dan lingkungan sekitarnya dan pemakaian obat anti nyamuk (Sitorus, 2009).

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang   digunakan

adalah survey deskiriptif kuantitaif. Penelitan ini dilaksanakan di Kelurahan Langenharjo dan Desa Jenarsari pada bulan September 2015-Maret 2016. Tehnik pengambilan sampel sampel secara acak     stratifikasi (Stratified

Simple Random Sampling). Sampel penelitian daerah rural 309 orang dan daerah urban 371 orang. Alat ukur menggunakan kuesioner yang terdiri 68 pernyataan.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian disajikan pada table berikut.

Tabel 1.

Karakteristik respoonden rural (n=309) dan urban (n=371)

Karakteristik

Rural

Urban

f

%

f

%

Usia

>25-60

208

67,3

217

58,5

18-25

101

32,7

154

41,6

Jenis kelamin

Perempuan

214

69,3

199

53,6

Laki-laki

95

30,7

172

46,4

Pendidikan

SD

231

74,8

38

10,2

SLTP

41

13,3

102

27,5

SLTA

24

7,8

179

48,2

PT

13

4,2

52

14

Pekerjaan

Tidak bekerja

175

56,6

97

26,1

Bekerja

134

43,4

274

73,9

Tipe keluarga

Keluarga inti

199

64,4

280

75,5

Keluarga besar

110

35,6

91

24,5

Kejadian DBDF

Tidak pernah

259

83,8

309

83,3

Pernah

50

16,2

62

16,7

Tabel 2.

Perilaku keluarga dalam pencegahan kejadian DBD di daerah rural (n=309) dan

urban (n=371)

Variabel

Rural

Urban

f

%

f

%

Perilaku keluarga dalan pencegahan DBD

Baik

159

51,5

173

46,6

Kurang baik

150

48,5

198

53,4

Pengetahuan

Baik

183

59,2

302

81,4

Kurang baik

126

40,8

69

18,6

Sikap

Baik

152

49,2

170

45,8

Kurang baik

157

50,8

201

54,2

Tindakan

Baik

149

48,2

194

52,3

Kurang baik

160

51,8

177

47,7

PEMBAHASAN

Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas karakteristik responden daerah rural dan urban berusia >25-60 tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Padila (2013) menyatakan bahwa usia dewasa akhir akibat perubahan fisik yang menua maka perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkungan. Teori Hurlock (2010), menyatakan bahwa seseorang dengan usia dewasa biasanya lebih dekat dengan keluarganya atau memikirkan keluarganya. Hasil penelitian ini jika dikaitkan dengan penelitian Susanti (2014) menunjukkan bahwa tentang dukungan keluarga sebagian besar berusia dewasa akhir. Hal tersebut berarti usia dewasa akhir sangat penting bagi keluarga dalam perannya sebagai pemberi asuhan untuk kesehatan keluargannnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden daerah rural dan urban sebagian besar berjenis kelamin perempuan. Hal tersebut menggambarkan bahwa responden di dominasi oleh perempuan. Hasil penelitian ini dikaitkan dengan teori Skillebeck dan

Pane (2007) menyatakan bahwa perempuan di dalam keluarga lebih telaten terhadap menjaga kesehatan keluarga dibandingkan dengan pria.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan responden daerah rural sebagian besar tidak bekerja, sedangkan daerah urban sebagian besar bekerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa seseorang dengan bekerja akan mendapat penghasilan, seseorang tersebut akan mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup termasuk melakukan pencegahan terhadap kejadian DBD. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Sigarki (2009) menyatakan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 88,1%. responden yang yang tidak bekerja mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk waktu dan perannya dalam keluarga, sehingga dapat menghindari kejadian DBD dibandingkan dengan yang bekerja tidak mempunyai waktu dan perannya dalam keluarga karena setelah bekerja memilih beristirahat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan responden daerah rural mayoritas SD sedangkan

daerah urban berpendidikan SMA. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Sigarki (2009) menyatakan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SD sebanyak 66,7%. Responden yang berpendidikan rendah akan memiliki wawasan yang kurang sehingga dalam pencegahan kejadian DBD belum bisa berkurang. Berdasarkan teori Wawan (2010) menunjukkan bahwa pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap, serta berperan dalam pembangunan. pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Hasil penelitian lain oleh Ratnawati, Maryati dan Mahardika (2013) menyatakan bahwa sebagian besar responden berpendidikan Menengah (SMA). Responden yang berpendidikan SMA akan mempengaruhi perilaku keluarga terhadap pencegahan DBD yang sebagian besar akan melakukan pencegahannya. Hal ini dikarenakan responden memiliki wawasan yang cukup sehingga kejadian DBD bisa berkurang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden daerah rural dan daerah urban sebagian besar keluarga inti. Hal tersebut menggambarkan bahwa tipe keluarga masyarakat daerah rural dan urban sama rata-rata adalah keluarga kecil atau inti. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Friedman (2010) menyatakan bahwa tipe keluarga meliputi keluarga inti yaitu keluarga yang terbentuk karena pernikahan dan memiliki peran sebagai orang tua yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak baik biologis, adopsi atau keduanya yaitu biologis dan adopsi. Sedangkan keluarga besar yaitu keluarga inti dan individu yang mempunyai hubungan darah yang biasanya merupakan anggota

keluarga asal dari salah satu pasangan keluarga inti. Keluarga tersebut mencakup kakek atau nenek, paman atau bibi, sepupu, keponakan, dan sebagainya. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa tipe keluarga sebagian besar keluarga inti sebanyak 75,9%, dimana terdiri ayah ibu dan anak. (Susanti, 2014).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian DBD daerah rural sebagian besar pernah menderita DBD sebanyak 16,2%. Sedangkan kejadian DBD daerah urban sebagian besar tidak pernah menderita DBD dan yang menderita DBD sebanyak 16,7%. Hal ini didukung oleh penelitian Zulkarni, Siregar dan Dameria (2009), menunjukkan bahwa kejadian demam berdarah disebabkan karena kondisi lingkungan yang kurang baik, yaitu terdapat tempat penampungan air yang tidak terkontrol, barang- barang bekas, kondisi lingkungan yang kurang baik ini menyebabkan tempat perkembangbiakan nyamuk. Hasil penelitian daerah rural jika dikaitkan dengan penelitian Maria, Ishak dan Selomo (2013) menyatakan bahwa densitas larva yang tinggi, rumah yang padat hunian, ventilasi rumah tidak berkasa, dan rumah yang lembab merupakan penyebab kejadian DBD. Hasil penelitian daerah rural jika dikaitkan dengan penelitian Adyatma, Ishak dan Ibrahim (2010) menyatakan bahwa keadaan lingkungan masyarakat tidak memenuhi syarat, tidak melakukan pengolahan sampah, tidak melakukan pengolahan barang bekas. Pencegahan DBD yang tidak dilakukan sangat beresiko terjadinya demam berdarah.

Hasil penelitian daerah rural menunjukkan sebagian besar 51,5% perilaku keluarga dalam pencegahan kejadian DBD dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa

masyarakat daerah rural melakukan pencegahan DBD yaitu melakukan 3M, menggunakan obat anti nyamuk, dan tingakat pengetahuan baik. Dilihat dari karakteristik responden sebagian besar tidak bekerja, sehingga untuk waktu rawat dengan keluarga lebih banyak dibandingkan dengan responden yang sibuk bekerja. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Padungge (2013), menyatakan bahwa perilaku pencegahan DBD di Desa Luhu kategori baik, dalam hal ini keluarga selalu menggunakan obat anti nyamuk, menutup tempat penampungan air dan mengubur barang-barang bekas.Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar perilaku keluarga daerah rural dalam pencegahan kejadian DBD (48,5%) dengan kategori kurang baik. Peneliti berasumsi sesuai observasi saat penelitian hal tersebut dikarenakan masyarakat kurang peduli dan kurang aktif terhadap kebersihan lingkungan sehingga banyak terdapat genangan air, kebun yang tidak dibersihkan dan menggantungkan pakaian di dalam kamar.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Purnomo, Astuti dan Darnoto (2012), menyatakan bahwa Desa Grogol terdapat 60% responden dengan bak mandi positif jentik, 50% responden tidak menutup tempat penampungan air dan 10% terdapat jentik pada tempat penampungan air, 60% tidak menyingkirkan barang-barang bekas dan 70% responden menggantung pakaian di dalam kamar.

Hasil penelitian daerah rural menunjukkan sebagian besar masyarakat mempunyai pengetahuan baik sebanyak 59,2%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat mengetahui informasi dari media seperti televisi, radio dan petugas kesehatan, biarpun mereka mempunyai pendidikan rendah tetapi

mereka memiliki pengetahuan yang baik. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Cindi, Paendong dan Nursalam (2015), menyatakkan bahwa pengetahuan keluarga di Desa Tresono dengan kategori baik. Hal ini dipengaruhi oleh pendidikan kesehatan dari petugas kesehatan. Hasil penelitian daerah urban sebagian besar 81,4% dengan kategori baik. Hasil penelitian lain menunjukkan perilaku masyarakat sebagian besar didasarkan pada pengetahuan baik tentang pemberantasan penyakit demam berdarah (Pangemanan & Nelwan, 2010).

Hasil penelitian daerah rural menunjukkan sebagian besar masyarakat mempunyai sikap kurang baik sebanyak 50,8%. Hal ini sesuai dengan pernyataan kuesioner menunjukkan bahwa masyarakat kurang menyikapi tentang penggunaan fogging, bubuk abate, pengelolaan sampah padat, mengganti air dalam wadah, masih menyimpan barang- barang bekas, membuang sampah pada tempatnya tidak termasuk dalam pencegahan DBD sehingga kurang menyikapi. Hasil penelitian didukung oleh Padungge (2013) menyatakan bahwa sikap keluarga tentang pencegahan DBD dikategorikan kurang baik sebesar 76% disebabkan karena keluarga kurang menyikapi tentang pencegahan DBD diantaranya fogging, membuang sampah pada tempatnya dan menggunakan kelambu.

Hasil penelitian daerah urban sebanyak 54,2% dengan kategori kurang baik. Hasil penelitian jika dikaitkan dengan penelitian Abdullah (2014) menyatakan bahwa sikap responden tentang pencegahan DBD masih kurang baik, dilihat dari sikap masyarakat dalam membuang sampah atau barang bekas yang tidak digunakan dibuang

ke sungai, hal ini dapat berdampak besar pada perkembangbiakan nyamuk. Hasil penelitian daerah rural menunjukkan sebagian besar masyarakat mempunyai tindakan kurang baik sebanyak 51,8%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat kurang melakukan tindakan pencegahan DBD. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Abdullah (2014) menyatakan bahwa tindakan responden tentang pencegahan DBD kurang baik. Hal ini disebabkan karena kurangnya penyuluhan dari dinas kesehatan atau pihak terkait tentang bahaya DBD. Hasil penelitian daerah urban menunjukkan sebagian besar masyarakat mempunyai tindakan baik sebanyak 52,3%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat selalu menggunakan obat anti nyamuk, membersihkan lingkungan, membuang sampah pada tempatnya, melakukan 3M. Hasil penelitian ini didukung oleh Pangemanan dan Nelwan (2010) menyatakan bahwa tindakan responden dalam pemberantasan DBD ditemukan 62,61% dengan kategori baik, karena disediakan oleh pemerintah kendaraan pengangkutan sampah.

SIMPULAN DAN SARAN

Karakteristik keluarga Daerah Rural sebagian besar berusia >25-60 tahun, berjenis kelamin perempuan, tidak bekerja, pendidikan terakhir SD, keluarga inti, tidak pernah menderita DBD. Karakteristik keluarga Daerah Urban sebagian besar berusia >25-60 tahun, berjenis kelamin perempuan, bekerja, pendidikan SMA, keluarga inti, tidak pernah menderita DBD.

Perilaku keluarga dalam pencegahan DBD daerah Rural sebagian besar dalam kategori baik. Pengetahuan keluarga dalam

pencegahan    DBD daerah Rural

sebagian besar dalam kategori baik. Sikap   keluarga dalam pencegahan

DBD daerah Rural sebagian besar dalam kategori kurang baik. Tindakan keluarga dalam pencegahan DBD daerah Rural sebagian besar dalam kategori kurang baik.

Perilaku       keluarga    dalam

pencegahan kejadian DBD   daerah

Urban    sebagian   besar   dalam

kategori kurang   baik. Pengetahuan

keluarga     dalam     pencegahan

kejadian    DBD daerah    Urban

sebagian besar dalam kategori baik. Sikap keluarga dalam pencegahan kejadian DBD daerah Urban sebagian besar dalam kategori kurang baik. Tindakan       keluarga       dalam

pencegahan kejadian DBD daerah Urban sebagian besar dalam kategori baik.

Hasil penelitian ini diharapkan Masyarakat    bertanggung jawab

dalam melakukan perilaku   yang

baik kepada anggota keluarga dalam upaya      pencegahan    demam

berdarah. Caranya yaitu melakukan 3M,   menggunakan   obat     anti

nyamuk    dan pengelolaan sampah

secara mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. (2014). Gambaran Perilaku Masyarakat   Dalam   Pencegahan

DBD Di Desa Labanu Kecamatan Tibawa   Kabupaten   Gorontalo.

Jurusan Ilmu Keperawatan. FKII UNG.

Adyatma, Ishak &  Ibrahim. (2010).

Hubungan Anatara Lingkungan Fisik Rumah, Temapt Penampungan Air Dan    Sanitasi   Lingkungan

Dengan   Kejadian   DBD      Di

Kelurahan   Tidung   Kecamatan

Rappocini Kota Makassar.FKM: Universitas Hasanudin. Tidak dipublikasi.

Cindi, Paendong & Nursalam. (2015). Hubungan Pengetahuan  Dan Sikap

Masyarakat  Dengan  Pencegahan

Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Taratara Kecamatan    Tomohon    Barat.

Fakultas           keperawatan.

Universitas  Sariputra  Indonesia

Tomohon. Tidak Dipublikasikan.

Kementrian  kesehatan  RI.  (2012).

Jumlah Kasus DBD Di Indonesia. http://repository.upi.edu/operator /. Diakses 30/09/2015.

Mahardika. (2009). Hubungan Antara Perilaku     Kesehatan     Dengan

Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Wilayah Kerja   Puskesmas

Cepiring    Kecamatan    Cepiring

Kabupaten    Kendal.     [Skripsi].

Fakultas   Ilmu   Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang.

Maria, Ishak & Selomo. (2013). Faktor Risiko Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kota   Makasar   .

Fakultas              Kesehatan

Masyarakat: UNHAS.

Mudin. (2015). Dengue Inciden and the Prevention and Control Program in Malaysia. Head of Vektor Born Disease Sector: Ministry of Heart Malaysia.

Padila.  (2013). Buku Ajar Keperawatan

Gerontik.    Yogyakarta:    Nuha

Medika.  Padungge.      (2013).

Gambaran    Perilaku    Keluarga

Tentang   Upaya Penecgahan DBD

Program       Studi       Ilmu

Keperawatn.  Universitas  Negeri

Gorontalo.

Pangemanan  & Nelwan. (2010).

Perilaku   Masyarakat     Tentang

Program Pemberantasan  Penyakit

DBD Di  Kabupaten  Minahasa.

Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas    Sam    Ratulangi.

Manado

Purnama, Astuti & Darnoto.   (2012).

Gambaran Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk di Desa Grogol Kecamatan   Grogol   Kabupaten

Sukoharjo.     FIK:     Universitas

Muhammadiyah      Surakarta.

Publikasi.

Ratnawati,   Maryati    &    Hardika

(2013).      Gambaran    Perilaku

Keluarga Terhadap    Pencegahan

Demam Berdarah Dengue (DBD). Progam Studi D3 Keperawatan: STIKES Pemkab Jombang.

Sigarki.       (2009).         Karakteristik,

Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap    Penyakit    Demam

Berdarah Dengue. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kedokteran Universitas   Kristen   Indonesia

Jakarta.

Sivanathan .M.M. (2006). The ecology and biologi of Aedes aegypti and aedes          albopictus (skute)

(diptera:culicidae)      and      the

resistance status      of   Aedes

albopictus (Field   strain)   againt

organophosphates in   Penang,

Malaysia. Penang: Universiti Sains Malaysia. Di Publikasi

Soedarto. (2012).   Demam Berdarah

Dengue . Jakarta: Sagung Seto.

Susanti.      (2014).        Hubungan

Dukungan     Keluarga     Dalam

Pencegahan   Dengan   Kejadian

Demam Berdarah Pada  Anggota

Keluarga Di Kel. Langenharjo Kab. Kendal.   Depok:      Universitas

Indonesia. Prossding.

Zulkarni,    Siregar     &     Dameria.

(2009).      Hubungan    Kondisi

Sanitasi Lingkungan Rumah Tangga dengan Keberadaan Jentik Vektor Dengue.  Program  Studi   Ilmu

Lingkungan:    Universitas  Riau.

Tidak Dipublikasikan.

Volume 5, Nomor 2, Agustus 2017

114