Community of Publishing in Nursing (COPING), ISSN: 2303-1298

PENGARUH BREASTFEEDING PEER SUPPORT TERHADAP PERILAKU IBU DALAM MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN

Ni Putu Intan Mertaningsih 1, Ni Ketut Guru Prapti 2, Meril Valentine Manangkot 3

1Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

2, 3 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Email: [email protected]

ABSTRAK

Program ASI eksklusif yang dicanangkan pemerintah hingga saat ini belum mencapai target yang telah ditetapkan. Salah satu penyebab masalah tersebut karena pengetahuan dan tindakan menyusui ibu yang keliru dalam memberikan ASI eksklusif. Hal ini terjadi pula pada Puskesmas IV Denpasar Selatan yang memiliki nilai cakupan ASI di bawah 80% meskipun telah memiliki program ASI eksklusif. Mengatasi hal tersebut WHO merekomendasikan untuk membentuk kesehatan berbasis masyarakat salah satunya dengan Breastfeeding Peer Support (BPS) untuk mendukung dan memotivasi ibu dalam menyusui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh BPS terhadap perilaku ibu dalam menyusui di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan. Jenis penelitian adalah eksperimen semu dengan rancangan studi pretest and posttest group design. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji beda statistik non-parametrik Wilcoxon dan Mann-Whitney. Sampel penelitian adalah ibu menyusui yang memiliki anak usia 0-2 tahun. Jumlah sampel sebanyak 24 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara non- probability sampling yaitu dengan purposive sampling. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan dari 1 Maret hingga 31 Maret 2016. Hasil penelitian menunjukkan nilai p value pada domain pengetahuan sikap, dan tindakan kurang dari 0.05 yang berarti ada pengaruh BPS terhadap perilaku ibu dalam menyusui. Adanya perubahan perilaku ibu menyusui disebabkan oleh dukungan dan motivasi yang diberikan BPS, dimana hal ini juga dipengaruhi oleh dukungan budaya sekitar ibu dan pengalaman ibu dalam menyusui.

Kata Kunci : ASI, Breastfeeding Peer Support (BPS), Menyusui

ABSTRACT

Exclusive breastfeeding program launched by the government to date has not reached the set target. One cause of these problems because the knowledge and breast-feeding mothers who err in exclusive breastfeeding. It occurs also in South Denpasar IV health centers that have a value of exclusive breastfeeding coverage below 80% although it has had exclusive breastfeeding program. Overcoming the WHO recommended to establish a community-based health one of them with a Breastfeeding Peer Support (BPS) to support and motivate mothers to breastfeed. This study aims to determine the effects of BPS on the behavior of mothers to breastfeed in Puskesmas IV South Denpasar. This type of research is a quasiexperimental study design with pre-test and post-test group design. Analysis of the data in this study using a different test statistic of non-parametric Wilcoxon and Mann-Whitney. Samples are mothers who have children aged 0-2 years. The total sample of 24 people. Sampling was done by means of non-probability sampling is by purposive sampling. This research was conducted during the month of March 1 to March 31, 2016. The results showed the p value domain knowledge attitudes and actions of less than 0.05 which means there is a BPS influence the behavior of the mother in breastfeeding. Their behavior changes caused by the nursing mothers the support and motivation given BPS, where it is also influenced by the surrounding culture support mothers and mothers with breastfeeding experience.

Keywords: Breastfeeding, Breastfeeding Peer Support (BPS), Exclusive Breastfeeding (EBF)

PENDAHULUAN

Angka kematian bayi di dunia diperkirakan mencapai empat juta per seribu kelahiran hidup tiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena adanya infeksi penyakit yang menyerang sistem imun bayi yang belum matur. Penyakit tersebut antara lain: diare, demam, dan ISPA (infeksi saluran pernafasan akut) (Morhason-Bello, Adedokun & Ojengbede, 2009). Penelitian World Health Organization (WHO) di enam negara berkembang menunjukkan bahwa resiko kematian bayi meningkat 48% pada bayi di bawah usia dua bulan yang tidak mendapat ASI pada 24 jam kelahiran (Roesli, 2008). Mengatasi hal tersebut, WHO merekomendasikan program ASI seperti: inisiasi menyusui dini (IMD), pemberian ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan (ASI eksklusif), dan melanjutkan pemberian ASI hingga dua tahun dengan makanan pendamping (MP-ASI). Program ini bertujuan untuk menurunkan angka kematian neonatal yang cendrung meningkat tiap tahunnya (Morhason-Bello et al., 2009).

Program ASI yang direkomendasikan WHO akan berhasil dilaksanakan dengan perilaku ibu yang positif dalam menyusui. Meskipun menyusui merupakan proses alamiah pemberian nutrisi, namun tidak semua

ibu dapat melakukannya dengan benar. Penelitian Ernawati (2013) menyebutkan bahwa sekitar 85% ibu-ibu di dunia tidak memberikan ASI secara optimal. Hal ini didukung data dari Riskesdas (2010) dalam Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, (2014) yang menyebutkan bahwa terjadi peningkatan pemberian makanan prelaktal berupa susu formula tiap tahunnya sebesar 71,3%. Data hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 20022003 mencatat bahwa jumlah bayi di bawah 6 bulan yang diberi susu formula dari 16,7% meningkat menjadi 27,9% di tahun 2007 (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Perilaku ibu yang kurang optimal dalam menyusui disebabkan oleh adanya hambatan dalam memberikan ASI. Faktor-faktor penghambat tersebut antara lain: kesehatan bayi, kesehatan ibu, pengetahuan ibu, pekerjaan ibu, estetika payudara, petugas kesehatan, iklan, dan faktor budaya (Roesli, 2007 & Roesli, 2008). Faktor pengetahuan merupakan salah satu faktor pembentuk perilaku ibu dalam menyusui. Dimana pengetahuan yang diperoleh ibu baik dari tenaga kesehatan, iklan media, dan

dukungan budaya sekitar akan mempengaruhi perilaku ibu dalam menyusui.

Mengatasi hambatan yang ada dalam menyusui WHO merekomendasikan pelayanan kesehatan berbasis masyarakat, salah satunya dengan membentuk kelompok pendukung ASI atau Breastfeeding Peer Support (BPS). Kelompok ini dibentuk dengan tujuan untuk menyebarkan informasi terkait ASI eksklusif, IMD, dan mendukung ibu dalam menyusui (WHO, 2014). Breastfeeding Peer Support (BPS) adalah kumpulan ibu dari segala usia yang sedang atau telah selesai menyusui dan memiliki keinginan untuk memberikan dukungan kepada ibu menyusui lainnya. Anggota dari kelompok ini terbentuk dari masyarakat awam yang bersedia membantu petugas kesehatan dalam mensukseskan program ASI eksklusif (Grant & Ogden, 2012). Dukungan yang diberikan melalui sharing secara individu ataupun kelompok serta melakukan kunjungan rumah atau konsultasi via telepon ketika ibu memerlukan bantuan. Pemberian materi dilakukan melalui seminar ataupun diskusi kelompok (La Leche League Canada, 2010). Pemberian dukungan

oleh kelompok sebaya diketahui dapat meningkatkan pengetahuan ibu dalam menyusui serta mempengaruhi sikap positif ibu dalam menyusui (Thomson, Balaam, & Hymers, 2015).

Puskesmas IV Denpasar Selatan dipilih karena nilai cakupan ASI di wilayah kerja tersebut belum mencapai target dan masih dijumpai perilaku menyusui ibu yang keliru. Serta adanya upaya puskesmas melalui program 10 LMKM (Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui) dan menyediakan seorang konselor ASI. Hal ini menyebabkan perlunya dibentuk BPS guna membantu program Puskesmas dalam meningkatkan nilai cakupan ASI. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh Breastfeeding Peer Support (BPS) terhadap perilaku ibu dalam menyusui di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis eksperimen semu (quasy experiment) dengan rancangan pre test and post test group design untuk mengetahui perbedaan pengaruh BPS terhadap perilaku ibu dalam menyusui antara

kelompok perlakuan dan kontrol di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan tahun 2016.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah semua ibu menyusui yang memiliki anak usia 0 sampai 2 tahun di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yaitu: memiliki anak usia 0-2 tahun, warga yang tinggal menetap di wilayah kerja puskesmas, dan bersedia mengikuti penelitian. Kriteria eksklusi yaitu: ibu yang memiliki masalah kesehatan payudara seperti kanker payudara, tumor atau sedang menjalani kemoterapi, bayi yang mengalami masalah kesehatan seperti galaktosemia, bibir sumbing, dan celah palatum. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 24 ibu dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Instrumen Penelitian

Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan observasi mengenai perilaku ibu dalam menyusui. Pada penelitian ini kuesioner yang digunakan dari kuesioner penelitian

Henny (dalam Nursalam, 2014). Pada kuesioner tersebut didapatkan hasil uji reliabilitas dengan alpha hitung > alpha minimal (0,978 > 0,7) yang artinya 31 butir pertanyaan dinyatakan reliabel. Uji Validitas instrument menggunakan nilai Corrected Item-Total Correlation pada masing-masing pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner perilaku. Item pertanyaan yang mencapai nilai korelasi minimal 0,3 yang dianggap memuaskan atau valid (Azwar, 2003). Kuesioner berupa check list menggunakan skala Guttman dengan 13 pertanyaan pada domain pengetahuan, 12 pertanyaan pada domain sikap, dan 6 pernyataan pada domain tindakan.

Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data

Seluruh sampel yang berjumlah 24 orang akan dibagi menjadi dua, yaitu kelompok perlakuan dan kontrol. Pada kelompok perlakuan akan diberikan kunjungan rumah sebanyak dua kali pertemuan, dan enam kali dukungan via telepon

Pada hari sebelum diberikan intervensi oleh BPS dilakukan pengukuran perilaku ibu menyusui pada kedua kelompok. Pada minggu keempat akan dilakukan pengukuran perilaku ibu menyusui setelah adanya

BPS menggunakan kuesioner yang sama. Pada domain pengetahuan jawaban benar diberikan skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Domain sikap memiliki dua jenis pernyataan. Pada pernyataan favorable skor 1 untuk jawaban tidak pernah (TP), skor 2 untuk jawaban kadang-kadang (K), skor 3 untuk jawaban sering (S) dan skor 4 untuk jawaban selalu (SS). Pada pernyataan unfavorable nilai berbanding terbalik dari skor pernyataan favorable Domain tindakan terdapat 6 item pernyataan dimana skor 1 diberikan untuk pernyataan dilakukan dan skor 0 untuk pernyataan tidak dilakukan.

HASIL PENELITIAN

Sebelum diberikan informasi dan dukungan menyusui oleh BPS didapatkan hasil pengukuran domain perilaku responden. Pada domain pengetahuan sebagian besar responden kelompok perlakuan dan kontrol berada dalam kategori baik yaitu 75% dan 83,3% atau 9 dan 10 orang. Pada domain sikap kedua kelompok menunjukkan sebagian besar responden dalam kategori cukup yaitu 66,7% (8 orang) pada kelompok perlakuan dan 58,3% (7 orang) pada kelompok

kontrol. Selanjutnya pada domain tindakan sebagian besar responden kelompok perlakuan dan kontrol berada dalam kategori cukup, yaitu 66,7% (8 orang) dan 83,3% (10 orang).

Informasi dan dukungan yang dilakukan BPS menunjukkan adanya perubahan skor perilaku pada kedua kelompok. Hasil skor domain pengetahuan pada kedua kelompok menunjukkan peningkatan kategori baik menjadi 100% (12 orang). Domain sikap pada kelompok perlakuan menunjukkan sebagian besar responden berada dalam kategori baik yakni 75% (9 orang), sedangkan kelompok kontrol sebagian besar dalam kategori cukup yaitu 66,7% (8 orang). Pada domain tindakan kategori baik pada kelompok perlakuan meningkat menjadi 50% (6 orang), sedangkan pada kelompok kontrol kategori cukup meningkat menjadi 91,7% (11 orang).

Hasil uji beda dua sampel berpasangan menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test dengan tingkat kepercayaan 95% (α ≤0,05) didapatkan hasil bahwa pada ketiga domain perilaku memiliki nilai p value 0,003 (kurang dari α=0,05), jadi Ho ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan pengaruh BPS terhadap perilaku ibu dalam

menyusui di wilayah kerja Puskesmas

pendidikan pada kelompok tersebut

IV Denpasar Selatan tahun 2016.

yang memiliki jumlah sarjana lebih banyak dibanding kelompok perlakuan.

Tabel 1. Hasil Uji Statistik Mann Whitney Test pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol

Hal ini sesuai penelitian Widiyanto

Parameter   Kelompok Mann-     Z

Whitney

U Test

Sig.(2( 2012) yang menunjukkan bahwa ada a e h)u bungan bermakna antara pendidikan

ibu dan pengetahuan ibu tentang ASI


Pengetahuan

Sikap

Perlakuan

Kontrol

Perlakuan

Kontrol

24.500

42.000

-2.790

-

3.719

eksklusif  dengan  pemberian  ASI

eksklusif.   Selanjutnya yaitu domain

0.000sikap  dan  tindakan  pada  kedua

Tindakan

Perlakuan

42.000

-

0.000kelompok yang menunjukkan sebagian

Kontrol

3.749

besar kelompok berada dalam kategori


Berdasarkan tabel 1 didapatkan nilai p value pada domain pengetahuan yaitu 0,005; domain sikap dan tindakan sebesar 0,000. Adanya nilai p value <0,05. Hal ini berarti BPS mempengaruhi perbedaan yang signifikan pada domain pengetahuan, sikap, dan tindakan responden yang mempengaruhi perilakunya dalam menyusui.

PEMBAHASAN

Perilaku ibu menyusui sebelum adanya dukungan BPS dilihat dari tiga domain yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Pada domain pengetahuan kedua kelompok sebagian besar berada dalam kategori baik yaitu 75% dan 83,3%. Adanya perbedaan nilai tersebut disebabkan oleh jumlah tingkat

cukup. Karakteristik sikap dan tindakan responden yang berada dalam kategori cukup menunjukkan bahwa responden tidak mampu menerapkan informasi manajemen laktasi yang ia peroleh dari petugas kesehatan ataupun media informasi ini ditunjukkan dengan banyaknya responden yang mengatakan jarang mencuci tangan sebelum menyusui dan mengoleskan ASI pada payudara setelah menyusui.

Meningkatkan perilaku ibu menyusui diperlukan dukungan dan dorongan oleh rekan sebaya agar mampu menerapkan informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Adanya BPS yang meningkatkan sikap dan tindakan pada responden, hal ini ditunjukkan dengan jumlah kategori baik domain sikap 75% (9 orang) dan

domain tindakan meningkat menjadi 50% (6 orang). Hal ini sesuai dengan penelitian Handayani (2014) yang menyebutkan bahwa adanya program kelompok pendukung ibu sebagai instrument dalam meningkatkan dukungan sosial, pengetahuan, sikap, tindakan dan self-efficacy sehingga memperluas dasar potensi dukungan untuk ibu dalam menyusui. Penelitian lainnya menyebutkan bahwa dengan adanya BPS mampu menurunkan pemberian makanan prelaktal bayi pada tiga kota di Afrika yaitu pada daerah Bukina Faso dan Uganda sebesar 36% dan 44%. Ini menunjukkan pemahaman yang diberikan BPS mampu mempengaruhi sikap ibu dan tindakan ibu untuk mengurangi pemberian makanan prelaktal dan lebih meningkatkan pemberian ASI secara eksklusif (Engebretsen, Nankabirwa, Doherty, Diallo, Nankunda, Fadnes, & Tumwine, 2014). Dukungan dan motivasi yang dilakukan BPS dalam mempengaruhi perilaku ibu menyusui di dukung oleh penelitian Utari, Rosita, dan Damanik (2013) yang menyebutkan bahwa adanya dukungan yang diberikan dengan anggota kelompok pendukung ASI akan memberikan dukungan positif

kepada ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif.

Hasil penelitian mengenai perbedaan pengaruh BPS pada kelompok perlakuan dan kontrol menunjukkan nilai p value kurang dari 0,05 pada ketiga domain tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan dan motivasi BPS memberikan pengaruh positif terhadap perilaku ibu dalam menyusui.

Keberhasilan BPS dalam mempengaruhi perilaku ibu menyusui dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya dukungan dari budaya setempat dan jumlah anak yang dimiliki responden. Budaya setempat turut mempengaruhi sikap ibu dalam menyusui, hal ini ditunjukkan dari jumlah responden kelompok perlakuan yang lebih banyak mendapat dukungan budaya disbanding kelompok kontrol. Adanya hubungan budaya dengan perilaku ibu menyusui didukung dengan penelitian Mazbow (2013) (dalam Kohariningsih & Ngadiyono, 2015) yang menyebutkan bahwa keluarga di lingkungan sekitar ibu khususnya suami merupakan orang yang mampu dipercaya ibu untuk memberikan dukungan menyusui. Melalui dukungan yang diberikan lingkungan sekitar ibu

akan lebih memudahkan program yang dilaksanakan BPS, dimana keberlanjutan dukungan yang dilakukan BPS akan lebih memotivasi ibu untuk melakukan teknik menyusui dengan baik, bila lingkungan sekitar juga mendukung.

Selain faktor dukungan budaya, faktor lainnya yang turut mempengaruhi perilaku ibu dalam menyusui adalah pengalaman ibu dalam menyusui, yang dikaitkan dengan jumlah anak responden. Berdasarkan data karakteristik responden didapatkan bahwa jumlah responden yang memiliki anak lebih memiliki perilaku menyusui lebih baik. Hal ini seperti penelitian kualitatif Smith (2012) yang menyebutkan pengalaman menyusui turut mempengaruhi perilaku ibu dalam menyusui. Ibu menyusui yang memiliki pengalaman menyusui keliru pada anak sebelumnya akan berusaha memperbaiki perilaku tersebut dengan informasi dan dukungan yang dilakukan oleh BPS.

Berbagai penelitian yang menyebutkan manfaat BPS dalam meningkatkan perilaku ibu menyusui menunjukkan bahwa pentingnya dibentuk BPS dalam mensukseskan program ASI yang dicanangkan

pemerintah. Melalui informasi, dukungan, motivasi serta penyelesaian masalah menyusui yang dilakukan BPS akan meningkatkan pemahaman ibu mengenai pentingnya melaksanakan informasi yang didapat. Rasa kurang percaya diri serta tidak mampu menyelesaikan permasalahan selama menyusui menjadi landasan penting pembentukan BPS dalam membantu permasalahan ibu menyusui. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa melalui dukungan dan motivasi yang diberikan BPS mampu mempengaruhi perilaku ibu dalam menyusui.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dukungan dan motivasi yang dilakukan BPS mampu meningkatkan sikap dan tindakan responden berada dalam kategori baik. Berdasarkan hasil analisis nilai post-test dan pre-test pada kelompok perlakuan dan kontrol didapatkan hasil, bahwa kelompok perlakuan memiliki nilai p value 0,003 (<0,05) pada domain pengetahuan, sikap, dan tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak yang berarti ada pengaruh dukungan dan motivasi yang diberikan BPS terhadap perubahan perilaku ibu dalam menyusui.

Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menyamakan karakteristik BPS untuk menyemakan persepsi dalam memberikan informasi menyusui. Selanjutnya juga diharapkan peneliti melakukan penelitian terkait kerjasama BPS dengan orang disekitar ibu yang mempengaruhi budaya menyusui dan mencari standar baku dalam mengkaji perilaku menyusui.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2003). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi ke-1. Cetakan VII. Pustaka Pelajar Offset. Yogyakarta

Engebretsen, I. M. S., Nankabirwa, V., Doherty, T., Diallo, A. H., Nankunda, J., Fadnes, L. T., ... & Tumwine, J. K. et al. (2014). Early infant feeding practices in three African countries: the PROMISE-EBF trial promoting exclusive breastfeeding by peer counsellors. International breastfeeding journal, 9(1), 1-11

Ernawati, A. (2013). Pembangunan Pati. Seri Bunga Rampai. Pati: CV.Surya Grafika.163-184

Grant, M. & Ogden, M. (2012). Best Practice for Breastfeeding Peer Support A practical guide for those purchasing breastfeeding support services. NHS Devon Council

Handayani, L. Kosnin, A.M. & Jiar, Y.K. (2014). Breastfeeding Education in Term of Knowledge and Attitude through Mother Support Group. Journal of Education and Learning. 6 (1) : 65-72.

Kohariningsih, Y. D., & Ngadiyono, N.

(2015). Hubungan Antara Sikap dan Dukungan Suami dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu tidak Bekerja yang mempunyai Bayi 7-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak SImongan Kecamatan. Jurnal Kebidanan, 2(4), 43-50.

La Leche League Canada. (2010). Breastfeeding Mothers. Retrieved from:  www.lllc.ca/get-help diakses

pada 2 Agustus 2015

Morhason-Bello, I. O., Adedokun, B. O., & Ojengbede, O. A. (2009). Social support during childbirth as a catalyst for early breastfeeding initiation for first-time                    Nigerian

mothers. International breastfeeding journal, 4(16), 4358-16.

Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. (2014). Dalam pekan ASI Internasional 1-7 Agustus 2014

Roesli, U. (2007). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya

Roesli, U. (2008). Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif .Jakarta : Pustaka Bunda

Smith, P.H. et al. (2012). Early Breastfeeding    Experiences    of

Adolescent Mothers: a Qualitative Prospective Study. International Breastfeeding Journal, 7:13.

Thomson, G., Balaam, M. C., & Hymers, K. (2015). Building social capital through breastfeeding peer support: insights from an evaluation of a voluntary breastfeeding peer support service       in       North-West

England. International breastfeeding journal, 10(1), 15

Utari, A. P., Roosita, K., & Damanik, M. R. M. (2013). Pengetahuan gizi, keluhan kesehatan, kondisi psikologis, dan pola    pemberian    ASI    ibu

postpartum. Jurnal     Gizi     dan

Pangan, 8(3).

Widiyanto, S. Avianti, D. & Tyas, M. (2012). Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Dengan Sikap Pemberian

Asi Eksklusif. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah, 1 (1).

World Health Organization (WHO). (2014). Breastfeeding. Retrieved from: http://www.who.int/features/factfiles/ breastfeeding/en/ diakses pada 2 Agustus 2015

Volume 5, Nomor 1, April 2017

43