Community of Publishing in Nursing (COPING), ISSN: 2303-1298

PENGARUH TELENURSING TERHADAP MANAJEMEN NUTRISI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT KRONIS YANG PERNAH DIRAWAT DI RUANG MAWAR DAN RUANG RATNA RSUP SANGLAH DENPASAR

Ida Bagus Gde Mustika1, Ni Ketut Guru Prapti2, Made Oka Ari Kamayani3 1,2,3Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana email : [email protected]

ABSTRAK

Manajemen nutrisi adalah proses perencanaan, pengorganisasian, serta mengendalikan nutrisi yang adekuat untuk mengurangi gejala penyakit dan meningkatkan kualitas hidup klien. Manajemen nutrisi dalam pengontrolan penyakit kronis membutuhkan tekhnologi keperawatan misalnya mengaplikasikan telenursing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Telenursing Terhadap Manajemen Nutrisi pada Pasien dengan Penyakit Kronis Setelah Keluar dari Ruang Mawar dan Ruang Ratna RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian dilakukan dari tanggal 18 September – 09 November 2015. Jenis penelitian ini adalah quasi experimental dengan rancangan pre-test and posttest control group design. Jumlah sampel pada masing-masing kelompok adalah 30 orang. Intervensi telenursing diberikan ketika responden sudah dirumah yaitu selama tiga minggu. Data penelitian diuji normalitas menggunakan uji saphiro wilk dan analisis menggunakan uji non parametrik wilcoxon sign rank test dan mann whitney u-test. Hasil analisis uji wilcoxon sign rank test terdapat perbedaan yang signifikan manajemen nutrisi sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan dengan p value = 0,000 (p<0,05), sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada manajemen nutrisi sebelum dan sesudah dengan p value = 0,284 (p>0,05). Hasil analisis uji mann whitney u-test menunjukan ada perbedaan yang signifikan pada perubahan manajemen nutrisi diantara kedua kelompok dengan p value = 0,000 (p<0,05) sehingga disimpulkan ada pengaruh telenursing terhadap manajemen nutrisi pada pasien dengan penyakit kronis di ruang Mawar dan ruang Ratna RSUP Sanglah Denpasar.

Kata kunci: Manajemen Nutrisi, Penyakit Kronis, Telenursing

ABSTRACT

Nutrition management is a process of planning, organizing, and controlling the adequacy of nutritions to reduce symptoms and improve quality of life of clients. It was controlled chronic diseases requiring nursing technology such as applying Telenursing. This study aim to determine the Effect of Telenursing Against Nutrition Management in Patients with Chronic Disease After Treatment in the Mawar Room and Ratna Room RSUP Sanglah Denpasar. Research was conducted from 18 September – 9 November 2015. This research is a quasi-experimental design with pre-test and post-test control group design. The number of samples in each group is 30 people. Telenursing interventions given when respondents are already at home during three weeks. The research data were tested for normality using the Shapiro-Wilk test and test analysis using non-parametric Wilcoxon signed rank test and the Mann Whitney U-test. The results of Wilcoxon signed rank test there are significant differences Nutrition management pretest and posttest in the experiment group with p value = 0.000 (p <0.05), in the control group there was not significant difference nutrition management pretest and posttest with p value = 0.284 (p> 0.05). The results of Mann Whitney U-test showed significant differences in nutrition management changes between two groups with p value was 0.000 (p <0.05). It can be concluded that there telenursing influence on nutritional management in patients with chronic diseases in the Mawar room and Ratna room Sanglah Hospital Denpasar.

Key Word: Chronic Disease, Telenursing, Nutrition Management

PENDAHULUAN

Penyakit kronis secara bertahap menyebar ke seluruh penjuru dunia. Menurut WHO (2009) yang termasuk penyakit kronik adalah penyakit jantung, stroke, Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK), kanker, hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit ginjal. Penyakit kronis tersebut merupakan penyebab 38 juta kematian pada tahun 2009, lebih dari 62% dari semua kematian di seluruh dunia. Angka kematian akibat penyakit kronik di Indonesia meningkat dari 41,7% pada 1995 menjadi 49,9 % pada 2001 dan 59,5 % pada 2007 (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar pada bulan September 2014 menunjukkan bahwa penyakit kronik masih menjadi 10 besar penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan maupun rawat inap.

Penyakit kronis umumnya disertai berbagai kondisi kronis seperti nyeri, ketidakmampuan, keterbatasan fungsi serta masalah nutrisi (Potter & Perry, 2005). Masalah nutrisi yang ditimbulkan pada penyakit kronis ini memiliki dampak jangka panjang pada kualitas sumber daya manusia yang dipengaruhi tingkat kecerdasan, kreativitas, dan produktivitas (Wardhani, 2014). Para dokter sepakat bahwa nutrisi merupakan unsur utama dari

penyakit kronis dimana 90% dari dokter yang disurvei percaya bahwa gizi merupakan peran utama dalam pencegahan, dan 95% mengatakan gizi merupakan peran utama dalam manajemen penyakit kronis (Comp Health Locum Life, 2009). Penyakit kronis memerlukan peran serta aktif pasien untuk melakukan pengontrolan dan manajemen pemenuhan nutrisi dalam meningkatkan kualitas hidupnya (Dewi, 2014).

Manajemen nutrisi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup dengan melibatkan peran aktif pasien dalam pengontrolan dan manajemen penyakit melalui pengaturan pemenuhan nutrisi yang sesuai kebutuhan pasien (Aziz, et al, 2008). Manajemen nutrisi dapat membantu individu dengan penyakit kronik untuk meningkatkan kemandirian pasien dalam mengoptimalkan status nutrisi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Dengan manajemen nutrisi pasien dengan penyakit kronis dapat terhindar dari resiko kekambuhan penyakit, peningkatan biaya perawatan, penurunan status kesehatan, dan penurunan kemandirian pasien dalam mengatur asupan nutrisinya (Dewi, 2014).

Pelayanan keperawatan dalam penanganan penyakit kronis akan sangat berkembang seiring perkembangan

teknologi dan informasi. Hal ini penting dalam penanganan pasien dengan penyakit kronik sangat penting untuk membantu pasien melakukan pengontrolan terhadap penyakitnya melalui manajemen nutrisi, misalnya mengaplikasikan Telenursing (Rawlins, William, & Beck, 1993 dalam Potter & Perry, 2005).

Telenursing merupakan salah satu model perawatan pada penderita penyakit kronis melalui teknologi komunikasi dan informasi jarak jauh. Pemberian informasi dan motivasi kesehatan merupakan salah satu intervensi yang diberikan dalam pelaksanaan Telenursing (Mozaffarian et al, 2011). Penelitian Fernando, Smith dan Ruston (2012) menyatakan bahwa telenursing memiliki potensi untuk merevolusi penyediaan pelayanan kesehatan dengan meningkatkan akses bagi pasien dengan penyakit kronis, mengurangi biaya perawatan kesehatan, dan meningkatkan efisiensi. Telenursing memiliki keunggulan dalam mengintervensi pasien dengan penyakit kronis yaitu menjadikan komunikasi antar pasien dengan tenaga kesehatan lebih efisien, dan telenursing lebih mudah diterima dalam mengintervensi pasien dengan penyakit kronis dirumah secara rutin(Inada et al, 2009; Blake, 2008).

Mengingat pentingnya manfaat yang diberikan Telenursing dalam penanganan

penyakit kronis melalui manajemen nutrisi, peneliti ingin mengaktualisasi manfaat tersebut melalui pendekatan penelitian. Selain itu metode Telenursing belum dikembangkan di RSUP Sanglah, sehingga peneliti ingin mengaktualisasikan melalui penelitian berjudul “Pengaruh Telenursing terhadap manajemen nutrisi pada pasien dengan penyakit kronis di RSUP Sanglah Denpasar”

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan sebelum dan sesudah dengan kelompok kontrol.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh pasien dengan penyakit kronis di ruang Mawar dan Ruang Ratna RSUP Sanglah Denpasar dengan jumlah sample 60. Peneliti juga mengantisipasi adanya sampel dropout dengan menambah jumlah sampel 10% sehingga jumlah sampel menjadi 66, dimana 33 kelompok perlakuan dan 33 kelompok kontrol (Sastroasmoro, & Ismael, 2011). Pengambilan sample dengan purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini akan diambil sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yaitu sebagai berikut.

  • a)    Kriteria

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

  • 1)    Pasien dengan umur 18 - 60 Tahun

  • 2)    Pasien yang kooperatif dan bersedia mengikuti penelitian ini dengan menandatangani informed consent

  • 3)    Pasien yang memiliki skor pada kuesioner nutrisi yaitu lebih dari 30

  • 4)    Pasien mampu berkomunikasi dengan baik dan berbahasa Indonesia atau bahasa Bali

  • 5)    Mempunyai    dan    mampu

menggunakan alat komunikasi jarak jauh berupa hanpdphone atau telephone.

  • b)    Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah pasien yang menderita gangguan pendengaran dan penglihatan.

  • c)    Kriteria Drop Out

Kriteria drop out dalam penelitian ini adalah :

  • 1)    Pasien penderita penyakit kronis yang karena suatu alasan tertentu tidak dapat melanjutkan penelitian

  • 2)    Pasien dengan penyakit kronis yang tidak memberikan jawaban sebanyak dua kali telepon dari peneliti dan tidak memberikan jawaban pada empat pesan (SMS atau media sosial) yang dikirimkan peneliti

Instrumen Penelitian

Kuesioner nutrisi yang telah diuji validitas (paling rendah r = 0,536) dan reliabilitas (cronbach alpha = 0,767) dengan r tabel=0,444. Kuesinoer berupa pertanyaan tertutup dengan 23 pertanyaan.

Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data

Setelah dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol maka seluruh sample yang berjumlah 60 orang diberikan pendidikan kesehatan dan dikaji terlebih dahulu kebutuhan manajemen nutrisi penyakit kronis. Pretest juga dilakukan saat pasien masih di ruang rawat inap menggunakan kuesioner nutrisi.

Pada saat pasien pulang dari rumah sakit, kelompok perlakuan diberikan intervensi Telenursing tiga kali tiap seminggu selama tiga minggu melalui sms atau telepon (sesuai keinginan pasien). Pada kelompok kontrol tidak diberikan intervensi Telenursing setalah pasien sudah dirumah. Setelah tiga minggu dilakukan posttest melalui telepon pada kedua kelompok. Posttest dinilai menggunakan kuesioner nutrisi yang dibacakan oleh peneliti saat ditelpon.

Dua sample berpasangan dengan data yang tidak terdistribusi normal digunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test menggunakan program komputer dengan

tingakt kesalahan ≤ 0,05. Uji Wilcoxon Signed Rank Test dilakukan pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah intervensi dan pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah intervensi. Dua sample yang tidak berpasangan dengan data yang tidak terdistribusi normal diuji dengan Mann Whitney U Test menggunakan program komputer dengan tingkat kesalahan ≤0,05. Uji Mann Whitney U Test dilakukan pada kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.

HASIL PENELITIAN

Sebelum diberikan intervensi Telenursing melalui telepon dan sms manajemen nutrisi pada kelompok perlakuan, rata-rata berada pada kategori buruk, sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata berada pada kategori sedang. Setelah diberikan intervensi Telenursing malalui telepon dan sms manajemen nutrisi pada kelompok perlakuan dan kontrol, rata-rata berada pada kategori sedang.

Tabel 1 hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test

Kelompok

Parameter

Z

Sig.(2 Tailed)

Perlakuan

Pretest

-4,785

0,000

Posttest

Kontrol

Pretest

-1,072

0,284

Posttest

Hasil Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan nilai signifikan 0,000 sehingga H0 ditolak. Pada kelompok kontrol didiperoleh nilai signifikan 0,284 sehingga

H0 gagal ditolak (tabel 1). Hasil ini menunjukan nilai sebelum dan sesudah memiliki perubahan yang signifikan.Pada uji beda dua sampel yang tidak berpasangan menggunakan Mann Whitney U Test memiliki nilai signifikan 0,000 sehingga H0 ditolak (tabel 2).

Tabel 2 Uji Mann Whitney U Test

Parameter

Kelompok

N

Mann-

Sig.(2

Tailed )

Mean

Whitney U Test

Z

Selisih

Perlakuan

30

11,5

1,000

-6,736

0,000

Kontrol

30

0,2

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukan adanya pengaruh intervensi Telenursing terhadap manajemen nutrisi pada pasien penyakit kronis di ruang Mawar dan ruang Ratna RSUP Sanglah Denpasar (p value = 0,000).

Penelitian ini didukung oleh penelitian Ferrante et al (2010) yang mengatakan bahwa adanya peningkatan kemampuan pemenuhan asupan nutrisi sehari-hari, manajemen berat badan, edema pada tubuh berkurang, peningkatan rutinitas latihan fisik pada pasien dengan penyakit gagal jantung kronis. Penelitian yang dilakukan oleh Kavanagh dan Cassimatis (2012) yang mendapatkan hasil bahwa adanya perbaikan kepatuhan terhadap diet yang dianjurkan.

Telenursing merupakan suatu metode dengan pemberian, manajemen

dan koordinasi informasi pelayanan kesehatan melalui teknologi informasi dan telekomunikasi. Teknologi yang dapat digunakan dalam Telenursing sangat bervariasi, meliputi: telepon (land line dan telepon seluler), personal digital assistants (PDAs), mesin faksimili, internet, video dan audio conferencing, dan teleradiologi.

Dalam pelaksanaan Telenursing ada beberapa prinsip yang harus diterapkan yaitu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mengurangi pemberian layanan kesehatan yang tidak perlu, melindungi kerahasiaan/privasi informasi klien (Scotia, 2008). Metode Telenursing memberikan informasi kesehatan dan memonitor perkembangan status kesehatan klien secara berlanjut. Penderita penyakit kronis membutuhkan informasi kesehatan terkait kondisinya secara berlanjut dalam perawatan penyakitnya (Aliha et al, 2013). Dengan meningkatnya pengetahuan yang dimiliki klien maka dapat meningkatkan kepatuhan dalam diet yang dianjurkan dalam usaha meningkatkan status kesehatan (Kusumawati, 2014).

Hasil penelitian ini juga di dukung oleh penelitian Buchwald et al (2010) mengatakan bahwa para penderita kanker tertarik dengan metode telehealth. Ketertarikan mereka terutama pada

pemberian informasi terkait nutrisi seperti persiapan makanan, dan infromasi makanan yang baik selama pengobatan kanker. Hal ini senada dengan penelitian oleh Bimbaum et al (2015) dimana diperoleh hasil, dengan metode telehelath dan manajemen perawatan kesehatan dirumah dapat meningkatkan status kesehatan pada pasien dengan PPOK. Status kesehatan dapat dilihat dari kecukupan asupan nutrisi sehari-harinya. Dalam meningkatkan asupan nutrisi agar sesuai dengan kebutuhan dibutuhkannya peran aktif dalam mengatur pola asupan nutrisi sehari-hari (Fitriyana, 2008). Telenursing dalam pelaksanannya melibatkan peran aktif pasien serta keluarga pasien dalam perawatan, khususnya dalam perawatan penyakit kronis (Scotia, 2008). Hal ini didukung oleh penelitian dari Blake (2008) yang mendapatkan hasil bahwa dengan metode telepon selular selain meingkatkan pelayanan kesehatan, metode ini juga merupakan metode komunikasi kesehatan yang efisien. Hal ini penelitian Inada et al (2009) yang mengatakan bahwa perawatan dirumah melalui telepon genggam lebih mudah diterima.

Pada penelitian ini manajemen nutrisi dengan telenursing lebih mudah diterima dan efisien waktu dan tempat. Dengan telenursing lebih memudahkan

tenaga kesehatan menjangkau pasien dalam mengedukasi terkait manajemen nutrisi pada penyakit kronis. Hal ini ditunjukan dari metodenya yang menggunakan komunikasi jarak jauh melalui telepon, sms, dan sosial media. Pasien juga dimudahkan memperoleh informasi terkait manajemen nutrisi melalui telenursing. Mudahnya menjangkau pasien dengan telenursing sehingga metode ini dapat dilakukan dengan rutin sehingga dapat meningkatkan kepatuhan dan kemandirian pasien.

SIMPULAN DAN SARAN

Pelayanan keperawatan dirumah dengan Telenursing dapat meningkatkan manajemen nutrisi pasien dengan penyakit kronis. Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yaitu peneliti tidak dapat mengendalikan faktor internal dari responden yaitu seperti faktor penggunaan obat-obatan yang dimiliki oleh responden. Selain itu penelitian ini menggunakan penyakit kronis secara umum atau tidak mengkhusus, sehingga tidak dapa memberikan intervensi secara spesifik sesuai penyakit kronis.

Jika dilakukan penelitian lagi faktor-faktor perancu yaitu penggunaan obat harus dikontrol karena mempengaruhi hasil penelitian. Selain itu dianjurkan untuk menggunakan salah satu penyakit

kronis supaya intervensi yang berikan lebih sesuai

DAFTAR PUSTAKA

Aliha, J.M., Asgari, M., Khayeri, F., Ramazani, M., Farajzadegan, Z., Javaheri, J. (2013). Group education and nurse‑telephone follow‑up effects on blood glucose control and adherence to treatment in type 2 diabetes patients. International Jurnal of Preventive Medicine            2013;4:797-802.

http://media.proquest.com/.     Diakses

pada tanggal 28 Desember 2015

Aziz, F. M., Witjaksono, J., & Rasjidi, I, H. (2008).  Panduan  Pelayanan Medik:

Model Interdisiplin Penatalaksanaan Kanker  Serviks  Dengan Gangguan

Ginjal. Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran                   ECG.

https://books.google.co.id/.     Diakses

pada tanggal 15 Juni 2015

Bimbaum, G. H., Desai, S. U., Jarvis, L. J., Macaulay, S. D., Au, H. D.(2015). Impact of a Telehealth and Care Management Program for Patients with Chronic    Obstructive    Pulmonary

Disease.                 AnnalsATS.

http://media.proquest.com/.     Diakses

pada tanggal 25 Februari 2016

Blake H. (2008). Mobile Phone Technology in Chronic Disease Management. Nursing Standar.23,12,43-46.

http://media.proquest.com/.     Diakses

pada tanggal 02 Februari

Buchwald, D., Revels, L., Towle, C., Haozous, E., Eaton, H. L., Doorenbos, Z. A. (2010). Satisfaction With Telehealth for Cancer Support Groups in Rural American Indian and Alaska Native Communities. Clinical Journal of Oncology Nursing; Volume 14, Number 6. http://media.proquest.com. Diakses pada tanggal 31 Januari 2016

Comp Health Locum Life. Emphasize Nutrition To Manage Chronic Disease, Physicians Say. (2009). Comp Health

Locum Life. http://media.proquest.com/. Diakses pada tanggal 01 Mei 2015

Dewi, R. S. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Deepublish

Durrani, H., & Khoja. (2009). A systematic review of the use of telehealth in Asia countries. Journal of Telemedicine and Telecare. 2009;    15:    175-181.

www.proquest.com Diakses pada tanggal 29 April 2015.

Fernando, B., Smith, A., & Ruston, A. (2012). Chronic Illness, Self-Management, And Technology: Type 1 Diabetes Patients’ Views Of The Use Of Technology To Communicate      With      Health

Professionals About Their Disease. Patient Intelegent 2012:4 71–78

Ferrante, D., Varini, S., Macchia, A., Soifer, S., Badra, R., Nul, D., Grancelli, H., Doval, H. (2010). Long-term results after a telephone intervention in chronic heart failure: DIAL (randomized trial of phone intervention in chronic heart failure) follow-up. J Am Coll Cardiol;56:372–378.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2 0650358. Diakses pada tanggal 15

Januari 2016

Fitriyani Y. (2008). Kondisi  lingkungan,

perilaku hidup sehat dan status kesehatan wanita pemetik teh di PTPN VIII Pengalengan, Bandung Jabar. Bogor:          Faperta          IPB.

http://repository.ipb.ac.id/. Diakses pada Tanggal 21 Januari 2016

Inada, H., Takemoto, K., Shindo, A., Matsuda, A., Marukami, T., Tani, S. (2009). Development of a Health Management Support System for Patients with Diabetes Mellitus at Home. Jurnal Medical       System,       34:223–

228.http://media.proquest.com. Diakses pada Tanggal 12 Januari 2016

Kavanagh, J. D., Cassimatis, M. (2012). Effects Of Type 2 Diabetes Behavioural Telehealth Interventions On Glycaemic Control And Adherence: a systematic review. Journal of Telemedicine and Telecare;         18:         447-450.

http://content.ebscohost.com/ContentSer ver. Diakses pada Tanggal 11 Januari 2016

Kementrian Kesehatan Rakyat Indonesia. (2014). Pedoman Gizi Seimbang. Departemen Kesehatan :   Jakarta.

http://manjilala.info/wp-content/uploads/2014/12/PGS-Ok.pdf. Diakses pada tanggal 01 Januari 2016

Scotia. (2008). Telenursing Practice Guideline. College of Registered Nurses of Nova Scotia. www.proquest.com. Diakses pada tanggal 27 Mei 2015.

Mozaffarian, D., Appel, L.J ., & Van Horn, L. (2011).     Components     of     a

cardioprotective diet: new insights. Circulation 123, 2870–2891

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan:   Konsep,

Proses, dan Praktek. Jakarta: EGC

Riset Kesehatan Dasar. (2008). Jakarta : Badan Penelitian    Dan    Pengembangan

Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Republik Indonesia

Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-4. Jakarta : Sagung Seto

Wardhani, K. T. (2014). Metode Penanganan Masalah Gizi Buruk Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Anak (Studi Kasus Di Rumah Pemulihan     Gizi     Yogyakarta).

http://digilib.uin-

suka.ac.id/12855/1/BAB%20I,%20IV,% 20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf.

Diakses pada tanggal 19 Mei 2015

World Health Organization. (2009). World Health Statistics, 2009. Geneva, Switzerland.

http://www.who.int/topics/chronic_dise ases/en/. Diakses pada tanggal 27 April 2015

Volume 5, Nomor 1, April 2017

33