Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

WAKTU PULIH PASCAHEMODIALISIS

Gusti Ayu Ary Antari*1, Ni Luh Putu Shinta Devi1, Devia Putri Lenggogeni2 1Program Studi Sarjana Keperawatan dan Pendidikan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

*korespondensi penulis, e-mail: aryantari@unud.ac.id

ABSTRAK

Waktu pulih pascahemodialisis merupakan salah satu parameter penting yang dapat digunakan untuk memprediksikan kualitas hidup pasien hemodialisis. Meskipun waktu pulih sering dikaitkan dengan risiko rawat inap dan mortalitas, konsep waktu pulih belum diketahui secara jelas. Studi ini bertujuan untuk menyediakan sebuah state of the science mengenai waktu pulih pascahemodialisis. Desain yang digunakan adalah systematic literature review yang pencarian literaturnya dilakukan melalui beberapa database seperti PubMed, Science Direct, ProQuest, dan CINAHL. Sebanyak 11 artikel yang memenuhi kriteria digunakan dalam studi ini. Hasil analisis menunjukkan rata-rata waktu pulih pascahemodialisis berada pada rentang 2-6 jam. Usia tua, jenis kelamin perempuan dan ras kulit hitam didapatkan lebih berisiko mengalami pemanjangan waktu pulih. Selain itu, pemanjangan waktu pulih juga lebih berisiko terjadi pada pasien dengan gangguan psikiatri seperti depresi, memiliki komorbid, indeks massa tubuh yang berlebih, mengalami penurunan napsu makan, dan mengalami komplikasi hemodialisis. Faktor biokimia darah dan regimen hemodialisis juga ditemukan memiliki kaitan erat dengan waktu pulih. Terdapat beberapa faktor yang dapat memperpanjang waktu pulih pascahemodialisis. Waktu pulih dapat digunakan sebagai indikator subjektif yang menjelaskan kondisi pasien pasca menjalani satu sesi hemodialisis sehingga waktu pulih perlu dikaji secara rutin di ruang hemodialisis.

Kata kunci: hemodialisis, kualitas hidup, waktu pulih pascahemodialisis

ABSTRACT

Hemodialysis recovery time is important parameter that can be used to predict the quality of life of hemodialysis patients. Although recovery time is often associated with the risk of hospitalization and mortality, the concept of recovery time is not clearly understood. This study aims to provide a state of the science regarding hemodialysis recovery time. A systematic literature review was used in this study, where the literature search is carried out through several databases such as PubMed, Science direct, ProQuest, and CINAHL. A total of 11 articles that met the criteria were used in this study. The results of this study showed the average hemodialysis recovery time was in the range of 2-6 hours. Older age, female and black race were found to be more at risk of experiencing a prolonged recovery time. In addition, prolonged recovery time is also at risk for patients with psychiatric disorders such as depression, patient with comorbidities, excess body mass index, decreased appetite and hemodialysis complications. Biochemical factors and hemodialysis regimen were also found to be closely related to recovery time. There are several factors that can prolong recovery time after hemodialysis. Recovery time can be used as a subjective indicator that describes the condition of the patient after undergoing a hemodialysis session so that recovery time needs to be reviewed regularly in the hemodialysis unit.

Keywords: hemodialysis, hemodialysis recovery time, quality of life

PENDAHULUAN

Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan salah satu penyakit kronis yang prevalensinya terus meningkat secara global (Lv & Zhang, 2019). CKD diketahui memiliki dampak terhadap beban kesehatan global, baik karena dapat meningkatkan risiko morbiditas, mortalitas, maupun meningkatkan risiko komplikasi kardiovaskuler. Sekitar 13,4% populasi di seluruh dunia terkena CKD dan jutaan orang meninggal akibat minimnya akses terhadap pengobatan CKD (Bikbov et al., 2020). Menurut data Centre for Disease Control and Prevention (2023), sekitar 35,5 juta orang di United States mengalami CKD dan sebanyak 9 dari 10 orang dewasa dengan CKD tidak mengetahui statusnya. Selain itu, jumlah pasien End Stage Renal Disease (ESRD) yang memerlukan terapi pengganti fungsi ginjal juga dilaporkan terus meningkat (Lv & Zhang, 2019). Pada tahun 2010, jumlah pasien yang memerlukan dialisis dilaporkan mencapai 2 juta orang di seluruh dunia dan angka tersebut diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2030 (Chan et al., 2019).

Peningkatan CKD di seluruh dunia, utamanya disebabkan oleh peningkatan prevalensi penyakit diabetes mellitus, hipertensi, obesitas, dan penuaan. Meski demikian, di beberapa negara, infeksi dan nefrotoksin masih menjadi faktor risiko berkembangnya CKD (Kazancioǧlu, 2013; Tuttle et al., 2019). Perburukan kondisi CKD dapat menyebabkan pasien membutuhkan terapi pengganti fungsi ginjal. Hemodialisis merupakan jenis terapi pengganti fungsi ginjal yang paling sering digunakan oleh pasien (Gaipov et al., 2020; Himmelfarb, Vanholder, Mehrotra, & Tonelli, 2020). Sekitar 90% pasien menggunakan modalitas berupa hemodialisis. Hemodialisis diketahui memberikan efek terapeutik seperti memperpanjang harapan hidup pasien gagal ginjal (Lin & Zuo, 2015).

Berbagai literatur menjelaskan bahwa selain memberikan efek terapeutik, hemodialisis juga dapat menimbulkan efek

samping yang tidak menyenangkan bagi pasien. Hemodialisis diketahui sebagai prosedur yang kompleks disertai dengan penarikan cairan tubuh secara agresif dan adanya pemberian obat antikoagulan (misalnya heparin) yang berpotensi membahayakan pasien. Selama hemodialisis, terjadi perubahan konsentrasi cairan tubuh, pH, zat terlarut, dan elektrolit. Pergeseran cairan dan komposisi plasma yang cepat memicu terjadinya komplikasi intradialisis. Selain itu, pasien hemodialisis seringkali disertai dengan komorbid tertentu yang meningkatkan risiko munculnya komplikasi (Holley, 2006; Raja & Seyoum, 2020). Komplikasi intradialisis yang sering dirasakan oleh pasien, antara lain hipotensi intradialisis, hipertensi intradialisis, mual muntah, kram otot, sakit kepala, fatigue, pruritus, dan nyeri dada (Agrawal, Khakurel, Hada, Shrestha, & Baral, 2012; Alvarez et al., 2020; Raja & Seyoum, 2020). Adanya komplikasi intradialisis dapat meningkatkan beban penyakit pasien, menurunkan kualitas hidup, meningkatkan risiko mortalitas dan memperpanjang waktu pulih pascahemodialisis (Ali et al., 2021; Alvarez et al., 2020).

Waktu pulih pascahemodialisis merupakan sebuah konsep tentang lama waktu yang diperlukan oleh pasien untuk pulih dan mampu melakukan aktivitas setelah menjalani satu sesi hemodialisis. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Lindsay, Heidenheim, Nesrallah, Garg, & Suri (2006) dimana waktu pulih digunakan untuk memprediksikan kualitas hidup pasien hemodialisis. Pengukuran waktu pulih menggunakan pertanyaan yang sederhana, valid dan reliabel yakni “How long does it take you to recover from a dialysis session?”. Literatur yang telah ada membahas tentang dampak dari pemanjangan waktu pulih diantaranya dapat meningkatkan risiko hospitalisasi, menurunkan kualitas hidup dan meningkatkan risiko mortalitas (Rayner et al., 2014). Oleh karenanya sangat diperlukan adanya pemahaman mengenai

waktu pemulihan pascahemodialisis sehingga dapat dikembangkan manajemen yang sesuai. Studi ini bertujuan untuk menyediakan sebuah state of the science mengenai waktu pulih pascahemodialisis yang meliputi konsep waktu pulih, lamanya waktu yang diperlukan pasien untuk pulih

METODE PENELITIAN

Studi ini merupakan jenis penelitian literature review yang pencarian literaturnya dilakukan melalui beberapa database seperti PubMed, Science Direct, ProQuest, dan CINAHL. Prosedur yang digunakan dalam studi ini adalah Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta Analyses (PRISMA). PRISMA membantu peneliti dalam memastikan laporan systematic review telah transparan dan lengkap (Selcuk, 2019).

Hasil pencarian menemukan beberapa literatur yang terkait dengan topik bahasan. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian literatur seperti posthemodialysis recovery time, hemodialysis, dialysis recovery time dan time to recovery after hemodialysis. Pencarian terbatas pada artikel yang merupakan penelitian utama, melibatkan sampel yang merupakan pasien yang menjalani hemodialisis rutin,

pascahemodialisis dan faktor-faktor yang berkorelasi dengan waktu pulih. Selanjutnya tinjauan literatur ini juga dapat memberikan kesimpulan terkait implikasinya dalam praktik klinik dan saran untuk penelitian selanjutnya.

berbahasa Inggris yang diterbitkan pada tahun 2006 atau setelahnya dan difokuskan pada artikel yang membahas mengenai waktu pulih pascahemodialisis, faktor yang berkaitan dengan waktu pulih serta intervensi yang dapat dilakukan untuk mencegah pemanjangan waktu pulih. Hanya artikel yang memiliki temuan eksplisit terkait waktu pulih yang dimasukkan dalam studi ini. Temuan berupa pasien yang menjalani dialisis peritoneal dan transplantasi ginjal dikeluarkan dari studi ini.

Sebanyak 433 artikel ditemukan berdasarkan kata kunci yang telah ditetapkan. Artikel yang ditemukan tersebut kemudian disaring menurut kriteria inklusi dan eksklusi serta selanjutnya dianalisis sehingga ditemukan 11 artikel yang diikutkan dalam literature review ini.

Gambar 1. Proses Pencarian dan Seleksi Literatur menggunakan Prosedur PRISMA


HASIL PENELITIAN

Waktu Pulih Pascahemodialisis

Waktu pulih pascahemodialisis adalah waktu yang diperlukan oleh pasien untuk kembali mampu melakukan aktivitas normal setelah selesai menjalani satu sesi hemodialisis. Waktu pulih telah digunakan untuk mengkaji bagaimana perasaan pasien setelah hemodialisis dan bagaimana pasien mentolerasi hal tersebut (Lindsay et al., 2006). Studi-studi yang ada telah membuktikan bahwa waktu pulih merupakan indikator yang reliabel untuk menilai kualitas hidup pasien hemodialisis (Garg et al., 2017; Lindsay et al., 2006; Lopes et al., 2014; Rayner et al., 2014). Sebagian besar studi melaporkan bahwa pasien hemodialisis membutuhkan waktu pemulihan 2 jam setelah menjalani satu sesi hemodialisis (Davenport et al., 2018; Rayner et al., 2014). Pemanjangan waktu pulih seringkali dikorelasikan dengan peningkatan risiko rawat inap, penurunan kesejahteraan fisik dan psikologis, peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas pasien (Bossola & Tazza, 2013; Davenport et al., 2018; Rayner et al., 2014).

Kualitas hidup merupakan tujuan penting yang ingin dicapai dalam perawatan pasien hemodialisis (Moore, Carter, Mitra, Skevington, & Wearden, 2020; Zazzeroni, Pasquinelli, Nanni, Cremonini, & Rubbi, 2017). Untuk mengevaluasi kualitas hidup ini seringkali pasien harus mengisi kuesioner yang panjang dan membutuhkan waktu cukup lama. Akibatnya, kualitas hidup seringkali tidak terevaluasi secara kontinyu. Oleh karenanya, pertanyaan mengenai waktu pulih menjadi sangat penting di ruang hemodialisis (Lindsay et al., 2006). Pertanyaan tersebut sederhana, mudah dipahami dan dijawab oleh pasien. Pasien dengan mudah melaporkan keluhannya dan pemulihan yang dirasakan pascahemodialisis. Selain itu, waktu pulih ini sangat relevan dengan kehidupan pasien dan dapat sebagai pemicu untuk mengkaji kondisi pasien secara lebih mendalam. Oleh karenanya, klinisi akan memiliki gambaran lebih lengkap dan sesuai apa yang dirasakan oleh pasien mengenai dampak hemodialisis.

Saat ini, pemahaman mengenai patofisiologi waktu pulih belum cukup memadai (Rayner et al., 2014). Hemodialisis merupakan serangkaian proses penarikan cairan yang terjadi secara cepat, menyebabkan perpindahan cairan dan zat terlarut dari kompartemen darah ke cairan dialisat. Perpindahan yang cepat ini dapat memicu terjadinya ketidakseimbangan osmotik antara cairan intraseluler dan ekstraseluler. Perubahan osmolaritas selama dialisis dapat mengakibatkan penurunan konsentrasi serum urea dan sodium yang kemudian diasosiasikan dengan kompleks gejala seperti nyeri kepala, restlessness, mual, kram, dan fatigue (Bossola, Stasio, Antocicco, Silvestri, & Tazza, 2013). Kondisi ini mungkin berkaitan dengan pemulihan pascahemodialisis.

Selain itu, pasien hemodialisis dapat mengalami berbagai gejala baik akibat dari efek kumulatif gagal ginjal maupun proses hemodialisis itu sendiri. Ketidakmampuan pasien menahan stres akibat gejala tersebut mungkin dapat berkaitan dengan pemanjangan waktu pulih. Studi lainnya menunjukkan bahwa penurunan kognitif selama sesi hemodialisis dapat berkorelasi dengan waktu pulih (Murray et al., 2006). Namun, masih diperlukan penelitian lanjutan untuk memvalidasi efek dari perubahan fungsi kognitif tersebut.

Faktor yang Berhubungan dengan Waktu Pulih Pascahemodialisis

Analisis terhadap beberapa jurnal dalam studi ini menunjukkan bahwa waktu pulih pascahemodialisis dapat bervariasi dengan secara umum berada pada rentang 2-6 jam. Meski demikian, terdapat pasien yang dapat segera pulih, membutuhkan istirahat kurang dari satu jam ataupun justru lebih dari 12 jam. Hasil yang berbeda-beda ini sangat berkaitan dengan kondisi responden penelitian.

Banyak peneliti telah menilai tentang waktu pulih dan faktor yang mungkin mempengaruhinya. Namun, belum ada yang mampu secara konsisten

mengidentifikasi faktor yang dapat memprediksi waktu pulih pascahemodialisis. Hasil penelitian menunjukkan temuan yang berbeda-beda. Tabel 1 menjelaskan mengenai beberapa faktor yang telah ditemukan berkorelasi dengan waktu pulih. Beberapa faktor tersebut seperti karakteristik demografi, faktor psikologis, faktor fisiologis, faktor biokimia, dan faktor terkait hemodialisis.

  • a.    Karakteristik demografi

Terdapat dua studi yang menemukan adanya korelasi bermakna antara karakteristik demografi dengan waktu pulih pascahemodialisis (Rayner et al., 2014). Rayner et al., (2014) menemukan adanya korelasi antara usia dengan pemanjangan waktu pulih (adjusted OR [AOR] 1,03 per 5 tahun), pasien laki-laki dan pekerja waktu penuh memiliki waktu pulih yang lebih pendek (AOR masing-masing adalah 0,86 dan 0,73). Hasil serupa juga ditemukan Hussein et al (2017) yaitu perempuan memiliki waktu pulih lebih lama (OR 1,21; p = 0,01). Ras non-hitam juga dilaporkan mengalami pemanjangan waktu pulih pascahemodialisis (OR 1,35; p = 0,001).

  • b.    Faktor psikologis

Studi yang telah ada menemukan bahwa gangguan psikiatri dapat mempengaruhi waktu pulih (AOR 1,39) (Rayner et al., 2014). Selain itu depresi juga diketahui memiliki hubungan yang signifikan dengan waktu pulih (p = <0,05) (Antari, Sukmarini, & Adam, 2019)

  • c.    Faktor fisiologis

Faktor fisiologis yang dapat mempengaruhi waktu pulih pascahemodialisis diantaranya napsu makan, adanya penyakit penyerta baik ditinjau dari jumlah maupun jenisnya (seperti diabetes), IMT, dan adanya gejala akut intradialisis (Bossola et al., 2013; Hussein, Arramreddy, Sun, Reiterman, & Schiller, 2017; Rayner et al., 2014; Yoowannakul, Tangvoraphonkchai, & Davenport, 2019). Bossola et al (2013) menemukan adanya hubungan yang

bermakna antara napsu makan dengan waktu pulih (p < 0,0001). Semakin baik napsu makan pasien maka waktu pulihnya semakin cepat. Selain itu, IMT juga diketahui memiliki korelasi dengan waktu pulih pascahemodialisis. Pasien dengan berat badan berlebih dapat memiliki waktu pulih yang lebih lama. Pasien hemodialisis dengan komorbid diabetes diketahui memiliki waktu pulih yang lebih lama (AOR 1,14) (Rayner et al., 2014). Sementara itu, Hussein et al (2017) menemukan CHF dan penyakit serebrovaskuler meningkatkan risiko pemanjangan waktu pulih pascahemodialisis dengan OR berturut-turut 1,32 (95% CI = 1,11-1,57; p = 0,002) dan 1,39 (95% CI = 1,04 – 1,85; p = 0,03). Hussein et al (2017) juga menemukan risiko pemanjangan waktu pulih terjadi pada pasien yang memiliki tekanan darah sistolik predialisis yang lebih tinggi. Selanjutnya, adanya komplikasi atau gejala akut intradialisis juga dapat memperpanjang waktu pulih. Hipotensi intradialisis ditemukan sebagai prediktor penting pemanjangan waktu pulih pascahemodialisis (Guedes et al., 2020; Hussein et al., 2017; Yoowannakul et al., 2019). Yoowannakul et al (2019) menjelaskan bahwa pasien yang mengalami gejala intradialisis dapat melaporkan waktu pulih yang lebih lama (OR 1,61; 95% CI 1,33-1,95). Semakin banyak jumlah gejala yang dialami oleh pasien maka semakin lama waktu pulihnya (Antari dkk, 2019).

  • d.    Faktor biokimia

Terdapat beberapa studi yang menemukan bahwa kadar serum albumin dapat mempengaruhi waktu pulih pascahemodialisis (Hussein et al., 2017; Rayner et al., 2014). Parameter biokimia lain yang juga dapat mempengaruhi waktu pulih adalah kadar ureum serum (r = -0,309; p = 0,003), kadar hemoglobin (r = -0,412; p = 0,0001) dan PCR (r = -0,241; p = 0,017) (Smokovska, Grozdanovski, & Spasovski, 2015). Lebih lanjut, hemoglobin ditemukan sebagai prediktor dominan terhadap waktu pulih pascahemodialisis.

  • e.    Faktor regimen hemodialisis

Berdasarkan hasil analisis terhadap 11 jurnal yang ditemukan terdapat beberapa faktor terkait regimen hemodialisis yang dapat memperpanjang waktu pulih seperti lama hemodialisis, kadar sodium dialisat, durasi hemodialisis dalam satu sesi, IDWL (Rayner et al., 2014), IDWG (Smokovska et al., 2015), laju ultrafiltrasi (Bossola et al., 2013; Hussein et al., 2017), tidak hadir pada satu sesi hemodialisis, volume ultrafiltrasi (Hussein et al., 2017), temperatur cairan dialisat (Bossola et al., 2013), jadwal shift hemodialisis dan nilai Kt/V (Guedes et al.,

  • 2020). Studi yang dilakukan oleh Jaber et al (2010) menunjukkan bahwa pasien yang menjalani daily hemodialysis mengalami penurunan waktu pulih yang signifikan pada pengamatan bulan keempat dan dua belas (p<0,001). Jumlah pasien yang mengalami pemanjangan waktu pulih (60 menit) juga dilaporkan berkurang dari 81% menjadi 35% pada pengamatan bulan kedua belas.

Tabel 1. Analisis Literatur

Waktu Pulih Pascahemodialisis

Penulis

Pertama

Faktor yang Diteliti

Kriteria Sampel

Desain Penelitian

Jumlah Sampel

Hasil Penelitian

Jaber, B. L. (2010)

Daily hemodialysis

Sampel   pada

penelitian merupakan orang  dewasa

(berusia   lebih

dari18   tahun)

dengan penyakit ginjal stadium  akhir

yang membutuhkan dialisis     dan

memulai daily hemodialysis (6 kali/minggu).

Kohort prospektif

239

Rata-rata lama waktu pulih pada saat baseline adalah 476 menit. Waktu pulih semakin memendek setelah pasien menjalani daily hemodialysis dengan berubah menjadi 62 menit pada pengamatan bulan keempat dan 63 menit pada pengamatan satu tahun. Daily hemodialysis secara signifikan menurunkan waktu pulih pascahemodialisis pada empat bulan dan 12 bulan terapi. Dalam studi kohort ini didapatkan persentase pasien yang mengalami pemanjangan waktu pemulihan pascadialisis (60 menit) ditemukan menurun secara signifikan dari 81% menjadi 35% setelah 12 bulan.

Awuah, K. T. (2013)

  •    Usia

  •    Jenis kelamin

  •    Lama        menjalani

hemodialisis (bulan)

  •    Komorbiditas (jumlah)

  •    Durasi     hemodialisis

dalam satu sesi (menit)

  •    Jumlah   cairan   yang

dikeluarkan dalam satu sesi        hemodialisis

(volume ultrafiltrasi)

Pasien    yang

telah menjalani hemodialisis selama minimal tiga      bulan,

mampu berbahasa

Inggris,    dan

mampu berespon terhadap pertanyaan

Kohort

267

Rata-rata waktu pulih adalah 246 menit (SD = 451). Tidak ada hubungan yang signifikan antara usia, jenis kelamin, lama menjalani hemodialisis (bulan), jumlah komorbiditas, durasi hemodialisis dalam satu sesi (menit), jumlah cairan yang dikeluarkan

Penulis

Pertama

Faktor yang Diteliti

Kriteria Sampel

Desain Penelitian

Jumlah Sampel

Hasil Penelitian

Adanya       hipotensi

intradialisis

mengenai waktu pulih.

dalam satu sesi hemodialisis, dan ada atau tidaknya hipotensi intradialisis dengan waktu pulih.

Bossola, M. (2013)

Nafsu makan

Kriteria inklusi adalah  semua

pasien dengan gagal     ginjal

stadium  akhir

yang menjalani hemodialisis tiga         kali

seminggu selama minimal enam bulan di Unit Hemodialisis Universitas Katolik Roma,

Italia     antara

Bulan  Januari

2010   hingga

Juni      2012.

Kriteria

Crosssectional

106

Rata-rata lamanya waktu pulih pada pasien hemodialisis yang memiliki napsu makan sangat baik atau baik adalah 100,1 menit (SD = 119,2), napsu makan cukup adalah 184,1 menit (SD = 181,5) dan napsu makan buruk atau sangat buruk adalah 458,7 menit (SD = 218,7). Nafsu makan memiliki korelasi yang signifikan dengan waktu pulih pascahemodialisis. Nafsu makan yang buruk berhubungan dengan waktu pulih yang lebih panjang.

eksklusi yang ditetapkan yaitu lama dialisis <6 bulan, terdiagnosis demensia, memiliki riwayat penyalahgunaan alkohol atau zat, terdiagnosis gangguan psikotik, dan mengalami ketidakstabilan klinis     yang

memerlukan rawat inap di rumah sakit.

Rayner, H. C. (2014)

  •    Ras                     Penelitian   ini    Kohort      6040   Sebanyak 32% pasien

  •    Usia                    melibatkan       prospektif            melaporkan mengalami

  •    Jenis kelamin             tujuh    negara                          lama waktu pemulihan

  • •  14 jenis komorbiditas  yang memiliki                          <2 jam; 41% selama 2-6

(penyakit        jantung  populasi pasien                          jam; 17% selama 7-12

koroner, gagal jantung  dialisis    yang                          jam dan 10% selama >12

kongestif,      penyakit  besar    seperti                          jam. Waktu pulih yang

jantung lainnya, penyakit Perancis,                                   lebih            pendek

serebrovaskular,  kanker  Jerman,  Italia,                          berhubungan    dengan

selain    kanker    kulit, Jepang,                                       jenis kelamin laki-laki,

diabetes,     perdarahan Spanyol, Inggris                          bekerja penuh waktu,

gastrointestinal dalam 12 dan   Amerika                          dan    kadar    serum

bulan   terakhir,   HIV, Serikat. Teknik                          albumin   yang   lebih

Penulis

Pertama

Faktor yang Diteliti

Kriteria Sampel

Desain Penelitian

Jumlah Sampel

Hasil Penelitian

hipertensi, penyakit paru,

sampling yang

tinggi.       Sebaliknya,

gangguan         saraf,

digunakan

waktu pulih yang lebih

gangguan    pembuluh

adalah stratified

panjang   berhubungan

darah   tepi,   penyakit

random

dengan usia tua, lama

psikiatrik dan selulitis

sampling untuk

hemodialisis, IMT yang

atau   gangren   yang

memilih ruang

lebih besar, diabetes, dan

berulang)

hemodialisis

penyakit      psikiatrik.

Bekerja penuh waktu

yang digunakan

Waktu pulih yang lebih

Lama hemodialisis dalam

dalam

panjang          juga

tahun

penelitian.

berhubungan   dengan

Indeks  Massa  Tubuh

Ruang

IDWL yang lebih besar,

(IMT)

hemodialisis

waktu dialisis yang lebih

Penggunaan     kateter

yang      tidak

panjang dalam satu sesi,

hemodialisis

diikutkan dalam

dan konsentrasi sodium

Serum albumin

penelitian    ini

dialisat   yang    lebih

Kadar hemoglobin

adalah      jika

rendah.

Hemodiafiltrasi

merawat kurang dari 20 pasien (khusus ruang hemodialisis di

Intradialytic Weight Loss (IDWL)

Konsentrasi     sodium

Amerika

dialisat

Serikat)     dan

Perubahan tekanan darah

kurang dari 25

sistolik (sebelum - setelah

pasien    untuk

dialisis)

non-Amerika

Lama dialisis dalam satu

(negara

sesi

lainnya). Pasien

Single-pool Kt/V

yang dilibatkan

Laju ultrafiltrasi

dalam penelitian

Quick of Blood (QB)

ini berusia lebih dari 17 tahun.

Smokovska,

Usia

Pasien    yang

Cross-

78

Rata-rata waktu pulih

N.

Lama hemodialisis

menjalani

sectional

pasien adalah 364,62

(2015)

Durasi hemodialisis per-

hemodialisis

menit (SD = 339,24).

sesi

selama tiga kali

Waktu          pulih

IMT

seminggu    di

pascahemodialisis

Serum albumin

Rumah   Sakit

memiliki       korelasi

Serum kreatinin

Khusus

dengan kadar albumin

Kadar ureum serum

Nefrologi   dan

serum,  kadar  uream

eKt/V

Hemodialisis-

serum, IDWG, protein

Diamed,

catabolic rate, indeks

Kadar trigliserida

Skopje,      R.

massa tubuh dan kadar

Kadar kolesterol

Makedonia

hemoglobin.     Rerata

Kadar kalsium serum

digunakan

waktu pulih yang lebih

Kadar fosfor serum

dalam penelitian

panjang dialami oleh

Kadar hemoglobin

ini      dengan

pasien dengan hipertensi

Interdialytic Weight Gain

kriteria eksklusi

dan glomerulonefritis

Protein Catabolic Rate

yaitu

sebagai penyebab utama

Charlson’s Comorbidity

terdiagnosis

ESRD.     Sedangkan

Score

demensia,

waktu pulih yang lebih

memiliki

pendek  dialami  oleh

gangguan

pasien dengan penyakit

intelektual,

ginjal polikistik. Pada

lama menjalani

analisis      multivariat

dialisis kurang

ditemukan bahwa kadar

dari satu tahun,

hemoglobin merupakan

dan

prediktor         yang

ketidakstabilan

signifikan waktu pulih

klinis     yang

pascahemodialisis.

Penulis

Pertama

Faktor yang Diteliti

Kriteria Sampel

Desain Penelitian

Jumlah Sampel

Hasil Penelitian

memerlukan rawat inap.

Hussein, W. F.

(2017)

Usia

Jenis kelamin

Ras

Lama        menjalani

hemodialisis

Riwayat    transplantasi

ginjal

Penyebab gagal ginjal Komorbiditas

Absen  dalam  jadwal

hemodialisis

Hospitalisasi

Volume urin

Hasil      pemeriksaan

laboratorium   (kreatinin

serum, albumin serum, hemoglobin,      fosfat

serum, natrium serum) IMT

BB pascahemodialisis IDWG

Lama hemodialisis per-sesi

Target          volume

ultrafiltrasi

Kejadian      hipotensi

intradialisis

Tekanan darah sistolik predialisis

Akses  central venous

catheter

Blood flow rate URR

Kadar natrium dialisat

Pasien    yang

terlibat   dalam

studi ini adalah

semua  pasien

dewasa, mengalami penyakit ginjal kronis, mendapat terapi dialisis tiga kali seminggu    di

pusat hemodialisis konvensional dan     pasien

harus   dirawat

setidaknya selama 60 hari sebelum mereka menjawab pertanyaan survei.   Pasien

dikeluarkan apabila menerima segala  bentuk

terapi penggantian fungsi    ginjal

selain hemodialisis selama periode paparan 30 hari (seperti peritoneal dialisis, nokturnal, atau hemodialisis di rumah),   lama

sesi      dialisis

yang   kurang

dari 150 menit atau lebih lama dari 270 menit, menerima kurang dari 6 sesi atau lebih dari   16   sesi

dialisis selama periode paparan 30 hari, atau dirawat      di

rumah    sakit

dalam 14 hari sebelum tanggal respon.  Selain

itu, pasien juga

Crosssectional

2689

Sebanyak 27% pasien dilaporkan  mengalami

waktu  pulih  dengan

segera, sebanyak 28% selama   >0–   ≤   2,

sebanyak 17% selama >2– ≤ 6, sebanyak 9% selama >6– ≤ 12, dan sebanyak 20% selama >12     jam.     Laju

ultrafiltrasi lebih dari 13 ml/kg/jam lebih berisiko mengalami pemanjangan    waktu

pulih pascahemodialisis. Pemanjangan    waktu

pulih pascahemodialisis juga      berhubungan

dengan jenis kelamin perempuan,  ras  kulit

putih, berat badan yang lebih  besar,  albumin

serum rendah, memiliki gagal jantung kronis, penyakit serebrovaskuler,  absen

dalam sesi hemodialisis, tekanan darah sistolik predialisis yang tinggi, dan volume ultrafiltrasi yang besar. Selain itu, kejadian      hipotensi

intradialisis yang lebih sering    juga    lebih

berisiko    mengalami

pemanjangan    waktu

pulih pascahemodialisis.

Penulis

Pertama

Faktor yang Diteliti

Kriteria Sampel

Desain Penelitian

Jumlah Sampel

Hasil Penelitian

dikeluarkan jika memiliki rata-rata    IDWG

selama 30 hari kurang dari 0 kg dan     pasien

dengan rata-rata tekanan  darah

sistolik pradialisis   30

hari kurang dari 100 mmHg.

Bossola, M. (2019)

Usia

Jenis kelamin

Lama        menjalani

hemodialisis

IMT

Akses vaskuler

Charlson’s comorbidity index

Systolic heart failure

Insomnia

Restless legs syndrome

Ketidakmampuan dalam

ADL

Ketidakmampuan dalam

IADL

Kadar hemoglobin

Serum kreatinin

Serum albumin

Kt/V

IDWG

Durasi hemodialisis

Temperatur       cairan

dialisat

Kadar sodium dialisat

Laju ultrafiltrasi

Kejadian      hipotensi

intradialisis

Berat badan pre-dialisis

Body surface area

Pasien    gagal

ginjal     yang

menjalani hemodialisis di lima       unit

hemodialisis di Italia   Tengah

dengan kriteria eksklusi   yaitu

lama menjalani hemodialisis < 1 tahun, terdiagnosis demensia berdasarkan kriteria Diagnostic and Statistical Manual     of

Mental Disorders (DSM), memiliki penyakit menular  akut,

dan kanker aktif atau pengobatan kanker aktif.

Tidak disebutkan secara eksplisit

210

Nilai  median  waktu

pulih pasien adalah 180 menit (rentang waktu pulih 60-420 menit) dan sebanyak  95  pasien

(45%) memiliki waktu pulih nilai median. Pasien yang memiliki waktu pulih yang lebih pendek       memiliki

ketidakmampuan dalam IADL yang lebih rendah, memiliki           laju

ultrafiltrasi yang lebih tinggi,  dan  memiliki

suhu dialisat yang lebih rendah   dibandingkan

dengan pasien dengan waktu pulih yang lebih panjang.   Peningkatan

laju           ultrafiltrasi

dikaitkan       dengan

peningkatan probabilitas waktu pulih di bawah nilai median.

Waktu  pulih  secara

signifikan lebih rendah pada pasien dengan laju ultrafiltrasi     >     13

mL/kg/jam dibandingkan   dengan

laju ultrafiltrasi 10-13 mL/kg/jam  atau <10

mL/kg/jam.

Antari, G. A. A.

(2019)

Usia

Jenis kelamin

Lingkar lengan atas

Lama        menjalani

hemodialisis

Intradialytic weight loss

Jumlah           gejala

intradialisis

Depresi

Jadwal hemodialisis

Kt/V

Kadar sodium dialisat

Pasien    gagal

ginjal     yang

telah menjalani hemodialisis rutin    jangka

panjang dua kali seminggu, berusia   lebih

dari 18 tahun, mampu membaca  dan

menulis,   serta

Crosssectional

185

Rata-rata lama waktu pulih   pasien   adalah

578,41  menit (SD =

402,27 menit). Waktu pulih pascahemodialisis ditemukan       secara

signifikan berhubungan dengan         jadwal

hemodialisis, komorbiditas,   jumlah

gejala intradialisis, dan depresi. Hasil analisis

Penulis

Pertama

Kriteria       Desain    Jumlah

Faktor yang Diteliti                                                   Hasil Penelitian

Sampel      Penelitian   Sampel

  •    Laju ultrafiltrasi           berada   dalam                           multivariat

  •    Komorbiditas            tingkat                                 menunjukkan   bahwa

kesadaran                                jumlah           gejala

compos mentis                          intradialisis merupakan

digunakan                               faktor   yang   paling

dalam                                dominan  berhubungan

penelitian   ini.                            dengan           waktu

Sedangkan                             pemulihan.

pasien    yang

menjalani hemodialisis dengan  durasi

<5 jam atau >5 jam dikeluarkan dalam penelitian ini.

Yoowannakul Skor gejala Intra-dialytic Semua pasien     Tidak       623    Sebanyak 49,6% pasien

(2019)

rawat     jalan   disebutkan             melaporkan telah pulih

dialisis       di     secara                dalam     satu     jam

rumah     sakit    eksplisit               pascahemodialisis.

universitas                               Pasien yang memiliki

digunakan                                 skor gejala intradialisis

dalam                                   yang tinggi memiliki

penelitian ini.                              waktu             pulih

pascahemodialisis yang lebih panjang. Pasien yang   lebih   muda

memiliki waktu pulih yang lebih lama.

Duggal, V. (2019)

Penurunan blood flow Sampel         Randomized    102    Penurunan blood flow

rate                      merupakan        controlled             rate tidak memperbaiki

pasien    yang      trial                waktu            pulih

mendapatkan                             pascadialisis

terapi   dialisis                            dibandingkan   dengan

dengan kriteria                           perawatan biasa.

memiliki waktu pemulihan pascadialisis 6 jam atau lebih pada saat survei awal,    pasien

berusia   18-89

tahun,      dan

mampu menjawab pertanyaan survei   dalam

Bahasa Inggris atau   Spanyol.

Kriteria eksklusi penelitian   ini

yaitu     Kt/V

kurang dari 1,3 untuk    yang

melakukan dialisis tiga kali per    minggu,

Penulis

Pertama

Kriteria       Desain    Jumlah

Faktor yang Diteliti                                                   Hasil Penelitian

Sampel      Penelitian   Sampel

atau Std Kt/V kurang dari 2,1 untuk    yang

melakukan dialisis   empat

kali per minggu.

Kriteria

eksklusi lainnya adalah     jika

pasien   hamil,

menyusui, atau merencanakan kehamilan.

Guedes, M.   

Usia

Sampel

Kohort

98,616

Single pool Kt/V yang

(2020)

Gagal jantung kongestif

diperoleh  dari

lebih tinggi pada periode

Diabetes

data      yang

insiden memiliki 13,5%

Penyakit jantung iskemik

sebelumnya

risiko yang lebih rendah

Jumlah komorbiditas

dikumpulkan

mengalami  perubahan

Kt/V

dari     pasien

terhadap  pemanjangan

Kejadian      hipotensi

intradialisis dalam satu

gagal     ginjal

yang menjalani

waktu           pulih

pascahemodialisis pada

bulan

perawatan

periode tahun pertama.

hemodialisis di

Kejadian      hipotensi

organisasi

intradialisis        pada

dialisis besar di

periode insiden memiliki

Amerika Utara

peluang  0,8%  lebih

selama  Bulan

besar       mengalami

Januari   2014

pemanjangan    waktu

hingga   Bulan

pulih di tahun pertama

Desember 2017.

dan   kedua.   Secara

Sampel

konsisten, peningkatan

merupakan

kejadian      hipotensi

orang  dewasa

intradialisis    perbulan

(usia 18 tahun

dikaitkan       dengan

pada   tanggal

perubahan waktu pulih

pertama

yang lebih panjang dari

dialisis)     dan

menyelesaikan satu      survei

dalam 180 hari pertama   HD.

Pasien    yang

berusia kurang dari 18 tahun dan     wanita

hamil dieksklusi dalam penelitian ini.

waktu ke waktu.

PEMBAHASAN

Waktu pulih merupakan salah satu isu penting dalam perawatan pasien hemodialisis (Guedes et al., 2020). Kebutuhan layanan hemodialisis saat ini dilaporkan terus meningkat pada pasien CKD. Kondisi ini menyebabkan

pemanjangan harapan hidup, pemenuhan kebutuhan pasien hemodialisis dan menajemen gejala menjadi aspek sentral yang harus diperhatikan dalam perawatan pasien hemodialisis (USRDS, 2020). Beban gejala selama hemodialisis seperti fatigue

telah dilaporkan berkorelasi dengan waktu pulih. Semakin banyak gejala yang dialami oleh pasien, maka semakin panjang waktu pulihnya (Bossola et al., 2013; Bossola & Tazza, 2016; Davenport et al., 2018). Waktu pulih ini kemudian diketahui bertindak sebagai prediktor terhadap hospitalisasi dan mortalitas (Rayner et al., 2014).

Hasil analisis terhadap literatur yang telah ditemukan menunjukkan bahwa rata-rata waktu pulih pasien berkisar antara dua sampai enam jam. Beberapa pasien dapat mengalami waktu pulih hingga lebih dari 12 jam (Rayner et al., 2014). Kondisi ini terus terjadi selama minimal dua kali seminggu dalam setiap sesi hemodialisis. Tentu hal tersebut akan sangat berdampak terhadap kondisi fisik, psikologis, dan sosial pasien. Secara keseluruhan studi yang ada sepakat bahwa pemanjangan waktu pulih dapat berdampak buruk bagi pasien.

Studi-studi yang ada sebelumnya menemukan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi waktu pulih baik faktor dari pasien sendiri (demografi, kondisi psikologis, dan fisiologis), faktor biokimia darah maupun faktor regimen hemodialisis. Semakin banyak faktor risiko yang dimiliki oleh pasien, maka semakin tinggi pula potensi pemanjangan waktu pulih pascahemodialisisnya. Kadar sodium dialisat, laju ultrafiltrasi, gejala intradialisis, dan kadar hemoglobin merupakan faktor-faktor yang paling sering ditemukan sebagai prediktor kuat terhadap waktu pulih pascahemodialisis (Awuah et al., 2013; Bossola et al., 2013; Hussein et al., 2017; Rayner et al., 2014; Smokovska et al., 2015). Namun hal ini tetap perlu diteliti lebih lanjut. Bossola et al (2019) menemukan waktu pulih dapat lebih cepat

SIMPULAN

Waktu pulih merupakan indikator sederhana yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi pasien pasca menjalani satu sesi hemodialisis. Waktu pulih ini diketahui berkorelasi dengan kualitas hidup, hospitalisasi, dan mortalitas.

pada pasien dengan laju ultrafiltrasi >13 ml/kg/jam. Sementara, Hussein et al (2017) justru menemukan hasil yang sebaliknya. Rayner et al (2014) menemukan bahwa kadar sodium dialisat yang rendah dapat memperpanjang waktu pulih. Namun, pemberian sodium yang terlalu tinggi dalam cairan dialisat dapat meningkatkan risiko hipertensi pascahemodialisis. Untuk itu, penelitian lebih lanjut sangat diperlukan.

Beberapa studi mempertimbangkan upaya tertentu bagi pasien yang mengalami pemanjangan waktu pemulihan. Studi oleh Rayner et al (2014) merekomendasikan dua hal, yaitu meningkatkan frekuensi hemodialisis menjadi 5-7 kali perminggu dan mengganti modalitas terapi menjadi peritoneal dialysis. Kedua hal tersebut diyakini dapat mempercepat waktu pulih pasien hemodialisis. Peningkatan frekuensi hemodialisis ditemukan dapat mempercepat waktu pulih, menurunkan depresi, dan meningkatkan kualitas hidup pasien (Jaber et al., 2010).

Hasil studi ini memiliki implikasi dalam praktik di ruang hemodialisis maupun penelitian lanjutan. Pemahaman yang menyeluruh mengenai waktu pulih berperan penting dalam meningkatkan kualitas layanan dan memberikan arahan bagi praktisi di ruang hemodialisis dalam pengaturan regimen hemodialisis. Pengaturan kadar sodium dialisat, IDWL, frekuensi, dan durasi hemodialisis dalam satu sesi perlu ditinjau lebih lanjut dalam studi lanjutan dengan metode yang lebih tinggi. Waktu pulih dapat menjadi pencetus awal untuk menggali informasi secara lebih mendalam mengenai perasaan pasien setelah menjalani satu sesi hemodialisis. Hal ini akan membantu memberikan gambaran mengenai kondisi pasien secara lebih komprehensif.

Untuk itu, evaluasi mengenai waktu pulih sangat perlu dilakukan secara rutin untuk memberikan gambaran pemulihan pasien secara subjektif sesuai perasaan pasien, selain menggunakan parameter biokimia. Oleh karena pentingnya waktu pulih ini

maka perlu pemahaman yang memadai mengenai fenomena tersebut. Studi-studi lanjutan sangat diperlukan khususnya

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, R. K., Khakurel, S., Hada, R., Shrestha, D., & Baral, A. (2012). Acute intradialytic complications in end stage renal disease on maintenance hemodialysis. NMA; Journal of the Nepal Medical Association, 52(187), 118– 121.            Retrieved            from

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23591170/

Ali, M., Ejaz, A., Iram, H., Solangi, S. A., Junejo, A. M., & Solangi, S. A. (2021). Frequency of Intradialytic Complications in Patients of EndStage Renal Disease on Maintenance Hemodialysis.         Cureus,         13(1).

https://doi.org/10.7759/CUREUS.12641

Alvarez, L., Brown, D., Hu, D., Chertow, G. M., Vassalotti, J. A., & Prichard, S. (2020). Intradialytic Symptoms and Recovery Time in Patients   on Thrice-Weekly In-Center

Hemodialysis:  A Cross-sectional Online

Survey. Kidney Medicine, 2(2), 125–130.

https://doi.org/10.1016/J.XKME.2019.10.010

Antari, G. A. A., Sukmarini, L., & Adam, M. (2019). Associated factors of post-hemodialysis recovery time in kidney failure patients. Enfermería    Clínica,    29,    247–251.

https://doi.org/10.1016/J.ENFCLI.2019.04.13 9

Awuah, K. T., Afolalu, B. A., Hussein, U. T., Raducu, R. R., Bekui, A. M., & Finkelstein, F. O. (2013). Time to recovery after a hemodialysis session: impact of selected variables. Clinical Kidney Journal, 6(6), 595. https://doi.org/10.1093/CKJ/SFT120

Bikbov, B., Purcell, C. A., Levey, A. S., Smith, M., Abdoli, A., Abebe, M., … Murray, C. J. L. (2020). Global, regional, and national burden of chronic kidney disease, 1990–2017: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2017. The Lancet, 395(10225), 709–733.     https://doi.org/10.1016/S0140-

6736(20)30045-3

Bossola, M., Di Stasio, E., Monteburini, T., Parodi, E., Ippoliti, F., Cenerelli, S., … Laudisio, A. (2019). Recovery Time after Hemodialysis Is Inversely Associated with the Ultrafiltration Rate. Blood Purification, 47(1–3), 45–51.

https://doi.org/10.1159/000492919

Bossola, Stasio, D., Antocicco, Silvestri, & Tazza. (2013). Variables associated with time of recovery after  hemodialysis.  Journal of

Nephrology,        26(4),        787–792.

https://doi.org/10.5301/JN.5000198

Bossola, & Tazza. (2013). Appetite is associated with the time of recovery after the dialytic session in patients on chronic hemodialysis. Nephron. Clinical Practice, 123(1–2), 129– 133. https://doi.org/10.1159/000353219

terkait intervensi yang dapat diterapkan di ruang hemodialisis untuk mempercepat waktu pulih pasien.

Bossola, & Tazza. (2016). Postdialysis Fatigue: A Frequent and Debilitating Symptom. Seminars in      Dialysis,      29(3),      222–227.

https://doi.org/10.1111/SDI.12468

Centre for Disease Control and Prevention. (2023). Chronic Kidney Disease in the United States, 2023. Retrieved October 28, 2023, from

https://www.cdc.gov/kidneydisease/publicati ons-resources/ckd-national-facts.html

Chan, C. T., Blankestijn, P. J., Dember, L. M., Gallieni, M., Harris, D. C. H., Lok, C. E., … Zakharova, E. (2019). Dialysis initiation, modality choice, access, and prescription: conclusions from a Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO) Controversies      Conference.      Kidney

International,         96(1),         37–47.

https://doi.org/10.1016/J.KINT.2019.01.017

Davenport, A., Guirguis, A., Almond, M., Day, C., Chilcot, J., Gane, M. D. S., … Farrington, K. (2018). Postdialysis recovery time is extended in patients with greater self-reported depression screening questionnaire scores. Hemodialysis International, 22(3), 369–376. https://doi.org/10.1111/HDI.12642

Gaipov, A., Issanov, A., Kadyrzhanuly, K., Galiyeva, D., Khvan, M., Aljofan, M., …

Kovesdy, C. P. (2020). Epidemiology of dialysis-treated end-stage renal disease patients in Kazakhstan: data from nationwide large-scale registry 2014-2018. BMC Nephrology,                           21(1).

https://doi.org/10.1186/S12882-020-02047-6

Garg, A. X., Suri, R. S., Eggers, P., Finkelstein, F. O., Greene, T., Kimmel, P. L., … Chertow, G. M. (2017). Patients receiving frequent hemodialysis have better health-related quality of life compared to patients receiving conventional                   hemodialysis.

https://doi.org/10.1016/j.kint.2016.10.033

Guedes, M., Pecoits-Filho, R., Leme, J. E. G., Jiao, Y., Raimann, J. G., Wang, Y., … Larkin, J. W. (2020). Impacts of dialysis adequacy and intradialytic hypotension on changes in dialysis recovery time. BMC Nephrology, 21(1), 1–10. https://doi.org/10.1186/S12882-020-02187-9/TABLES/4

Himmelfarb, J., Vanholder, R., Mehrotra, R., & Tonelli, M. (2020). The current and future landscape of dialysis. Nature Reviews. Nephrology,        16(10),        573–585.

https://doi.org/10.1038/S41581-020-0315-4

Holley. (2006). A descriptive report of errors and adverse events in chronic hemodialysis units. Nephrology News & Issues, 20(12). Retrieved from

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17125098/ Hussein, W. F., Arramreddy, R., Sun, S. J.,

Reiterman, M., & Schiller, B. (2017). Higher Ultrafiltration Rate Is Associated with Longer Dialysis Recovery Time in Patients Undergoing Conventional Hemodialysis. American Journal of Nephrology, 46(1), 3–10. https://doi.org/10.1159/000476076

Jaber, B. L., Lee, Y., Collins, A. J., Hull, A. R., Kraus, M. A., McCarthy, J., … Finkelstein, F. O. (2010). Effect of Daily Hemodialysis on Depressive Symptoms and Postdialysis Recovery Time: Interim Report From the FREEDOM (Following Rehabilitation, Economics and Everyday-Dialysis Outcome Measurements) Study. American Journal of Kidney Diseases,    56(3),    531–539.

https://doi.org/10.1053/J.AJKD.2010.04.019

Kazancioǧlu, R. (2013). Risk factors for chronic kidney disease:   an update. Kidney

International Supplements, 3(4), 368–371.

https://doi.org/10.1038/KISUP.2013.79

Lin, Z.-H., & Zuo, L. (2015). When to initiate renal replacement therapy: The trend of dialysis initiation. World Journal of Nephrology, 4(5), 521. https://doi.org/10.5527/WJN.V4.I5.521

Lindsay, R. M., Heidenheim, P. A., Nesrallah, G., Garg, A. X., & Suri, R. (2006). Minutes to Recovery after a Hemodialysis Session: A Simple Health-Related Quality of Life Question That Is Reliable, Valid, and Sensitive to Change. Clinical Journal of the American Society of  Nephrology,  1(5),  952–959.

https://doi.org/10.2215/CJN.00040106

Lopes, Silva, Pinto, Catto, Martins, Dutra, & Lopes. (2014). Patient’s response to a simple question on recovery after hemodialysis session strongly associated with scores of comprehensive tools for quality of life and depression symptoms. Quality of Life Research: An International Journal of Quality of Life Aspects of Treatment, Care and Rehabilitation,      23(8),      2247–2256.

https://doi.org/10.1007/S11136-014-0666-Z

Lv, J. C., & Zhang, L. X. (2019). Prevalence and disease burden of chronic kidney disease. Advances in Experimental Medicine and Biology,             1165,             3–15.

https://doi.org/10.1007/978-981-13-8871-2_1

Moore, C., Carter, L. A., Mitra, S., Skevington, S., & Wearden, A. (2020). Quality of life improved for patients after starting dialysis but is impaired, initially, for their partners: A multi-centre, longitudinal study. BMC Nephrology,          21(1),           1–18.

https://doi.org/10.1186/S12882-020-01819-4/FIGURES/10

Murray, A. M., Tupper, D. E., Knopman, D. S.,

Gilbertson, D. T., Pederson, S. L., Li, S., … Kane, R. L. (2006). Cognitive impairment in hemodialysis patients is common. Neurology, 67(2),                            216–223.

https://doi.org/10.1212/01.WNL.0000225182. 15532.40

Raja, S. M., & Seyoum, Y. (2020). Intradialytic complications among patients on twice-weekly maintenance hemodialysis:   an

experience from a hemodialysis center in Eritrea.    BMC Nephrology,    21(1).

https://doi.org/10.1186/S12882-020-01806-9

Rayner, H. C., Zepel, L., Fuller, D. S., Morgenstern, H., Karaboyas, A., Culleton, B. F.,  …

Robinson, B. M. (2014). Recovery Time, Quality of Life, and Mortality in Hemodialysis Patients: The Dialysis Outcomes and Practice Patterns Study (DOPPS). American Journal of Kidney Diseases: The Official Journal of the National Kidney Foundation,  64(1),  86.

https://doi.org/10.1053/J.AJKD.2014.01.014

Selcuk, A. A. (2019). A Guide for Systematic Reviews:  PRISMA. Turkish Archives of

Otorhinolaryngology,     57(1),     57–58.

https://doi.org/10.5152/TAO.2019.4058

Smokovska, N., Grozdanovski, R., & Spasovski, G. (2015). Impact of different variables on recovery time in patients receiving hemodialysis. BANTAO Journal, 13(1), 20– 24. https://doi.org/10.1515/BJ-2015-0005

Tuttle, K. R., Alicic, R. Z., Duru, O. K., Jones, C. R., Daratha, K. B., Nicholas, S. B., … Norris, K. C. (2019). Clinical Characteristics of and Risk Factors for Chronic Kidney Disease Among Adults and Children: An Analysis of the CURE-CKD Registry. JAMA Network Open, 2(12),                e1918169–e1918169.

https://doi.org/10.1001/JAMANETWORKOP EN.2019.18169

USRDS. (2020). Annual Data Report | USRDS. Retrieved                           from

https://adr.usrds.org/2020/end-stage-renal-disease/1-incidence-prevalence-patient-characteristics-and-treatment-modalities

Yoowannakul, S., Tangvoraphonkchai, K.,  &

Davenport, A. (2019). Patient-reported intradialytic symptoms and post-dialysis recovery times are influenced by psychological distress rather than dialysis prescription. Renal Replacement        Therapy,        5(14).

https://doi.org/10.1186/s41100-019-0211-1

Zazzeroni, L., Pasquinelli, G., Nanni, E., Cremonini, V., & Rubbi, I. (2017). Comparison of Quality of Life in Patients Undergoing Hemodialysis and Peritoneal Dialysis: a Systematic Review and Meta-Analysis. Kidney & Blood Pressure Research,         42(4),         717–727.

https://doi.org/10.1159/000484115

Volume 11, Nomor 4, Agustus 2023

265