TOTAL PLATE NUMBER OF BACTERIA AND NON-COLIFORM BACTERIA NUMBER IN HEALTHY DOG AND DIARRHEA
on
Volume 15 No. 3: 430-436
Juni 2023
DOI: 10.24843/bulvet.2023.v15.i03.p11
Buletin Veteriner Udayana
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet
Terakreditasi Nasional Sinta 4, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi No. 158/E/KPT/2021
Angka Lempeng Total Bakteri dan Jumlah Bakteri Non-Coliform pada Anjing Sehat dan Diare
(TOTAL PLATE NUMBER OF BACTERIA AND NON-COLIFORM BACTERIA NUMBER IN HEALTHY DOG AND DIARRHEA)
I Putu Indra Manik Pradipta1*, I Gusti Ketut Suarjana2, Ketut Tono Pasek Gelgel2
-
1Mahasiswa Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman Denpasar Bali, Indonesia, 80234;
-
2Laboratorium Bakteriologi dan Mikologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman Denpasar Bali, Indonesia, 80234.
*Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka lempeng total bakteri dan jumlah bakteri noncoliform pada anjing sehat dan diare diisolasi dari feses anjing yang berada di klinik hewan Denpasar dan Badung. Sampel yang digunakan adalah feses segar dari anjing sehat dan diare dengan total keseluruhan 20 sampel (10 sehat dan 10 diare). Metode dari penelitian ini dilakukan dengan mengisolasi bakteri pada media Nutrient Agar menggunakan metode tuang untuk Angka Lempeng Total Bakteri (ALTB) dan media Eosin Methylene Blue Agar menggunakan metode sebar untuk bakteri non-coliform data yang diperoleh di uji dengan menggunakan Uji T Independent. Hasil penelitian menunjukan angka pada anjing sehat sebanyak 3,7 x 107 (CFU/g) untuk ALTB dan 1,5 x 107 (CFU/g) untuk bakteri non-coliform sedangkan pada anjing diare sebanyak 1,5 x 109 (CFU/g) untuk ALTB dan 7,3 x 107 (CFU/g) untuk bakteri non-coliform. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan ALTB dan jumlah bakteri non-coliform memiliki perbedaan signifikan antara anjing sehat dan diare yang dimana anjing sehat memiliki jumlah koloni bakteri lebih sedikit dibandingkan dengan anjing diare yang memiliki jumlah koloni bakteri lebih banyak (P<0,05). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan pengaruh bakteri non-coliform dari anjing terhadap lingkungan sekitar.
Kata kunci: ALTB; anjing; diare; non-coliform.
Abstract
This study aims to determine the total bacterial plate count and the number of non-coliform bacteria in healthy and diarrheal dogs isolated from dog feces at the Denpasar and Badung veterinary clinics. The samples used were fresh feces from healthy dogs and diarrhea with a total of 20 samples (10 healthy and 10 diarrheal). The method of this study was carried out by isolating bacteria on Nutrient Agar media using the pour method for total plate number of bacteria and Eosin Methylene Blue Agar media using the scatter method for non-coliform bacteria. The data obtained were tested using the Independent T Test. The results showed the number in healthy dogs was 3.7 x 107 (CFU/g) for ALTB and 1.5 x 107 (CFU/g) for non-coliform bacteria, while in diarrhea dogs it was 1.5 x 109 (CFU/g) for ALTB and 7.3 x 107 (CFU/g) for non-coliform bacteria. From the results of the study, it was concluded that ALTB and the number of non-coliform bacteria had a significant difference between healthy dogs and diarrhea in which healthy dogs had fewer bacterial colonies than diarrhea dogs which had more bacterial colonies (P<0,05). Further research is needed regarding the effect of non-coliform bacteria from dogs on the surrounding environment.
Keywords: Diarrhea; dogs; non-coliform; total plate number of bacteria
PENDAHULUAN
Anjing merupakan hewan yang biasa kita jumpai dan memiliki keunikan dalam hubungan antar spesies. Keunikan ini ditandai dengan banyaknya peran anjing terhadap manusia, diantaranya sebagai pekerja, penggembala, pelacak, penuntun tuna netra, pelayan, bahkan ada olahraga anjing yang memamerkan kemampuan alami mereka seperti berburu. Anjing merupakan salah satu hewan yang bisa dilatih, tinggal bersama, dan dapat diajak bersosialisasi dengan manusia dan anjing lainnya. Oleh karena itu, anjing dijadikan salah satu hewan kesayangan manusia (Akhira et al., 2013)
Dalam pemeliharaan anjing, banyak kendala yang sering dihadapi oleh owner (pemilik anjing), salah satu dari kendala tersebut adalah penyakit saluran pencernaan seperti diare. Diare adalah gejala penyakit berupa perubahan konsistensi feses, frekuensi defekasi, dan gerak peristaltik usus. Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses berbentuk cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu, disebut sebagai diare akut. Apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih, digolongkan pada diare kronik. Feses dapat dengan atau tanpa lendir, darah, atau pus. Gejala penyerta dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas, tenesmus, demam, dan tanda-tanda dehidrasi (Amin., 2015). Diare pada anjing merupakan salah satu gejala penyakit yang sangat sering muncul dengan berbagai factor penyebab. Diare yang tidak segera ditangani dengan baik dapat menimbulkan dampak fatal pada hewan penderita. (Hubbard, 2007).
Menurut Dewandaru et al., (2019) diare dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satu contohnya adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri adalah kelompok organisme mikroskopis bersel tunggal dan tidak memiliki membran inti sel. Pada umumnya organisme ini memiliki dinding sel namun tidak
berklorofil. walaupun berukuran kecil bakteri berperan penting dalam kehidupan sehari-hari, beberapa kelompok bakteri dikenal bermanfaat untuk kehidupan, antara lain bakteri telah digunakan dalam sektor industri pangan. namun ada juga bakteri yang merugikan, seperti bakteri yang membusukkan bahan-bahan makanan dan bahkan menyebabkan infeksi dan penyakit bagi manusia (Febriza, et al., 2021).
Bakteri non-coliform contohnya dari family enterobacteriaceae adalah salah satu golongan bakteri yang tidak mampu memfermentasi laktosa. Golongan bakteri ini juga bersifat zoonosis karena dapat menginfeksi hewan dan manusia (Chlebicz et al., 2018). Menurut Kusumaningsih, (2010) golongan bakteri Non-Coliform family enterobacteriaceae contohnya Salmonella typhi dan S. paratyphi menyebabkan demam tifoid, yang lebih dikenal dengan penyakit tifus. Adapun Salmonella non-tifoid yang disebabkan oleh Salmonella lain, seperti S. enteritidis, S. typhimurium dan S. heidenber juga berpotensi menyebabkan foodborne disease pada manusia. Salmonellosis dapat ditularkan melalui berbagai jenis pangan asal ternak seperti daging sapi, daging unggas dan telurnya, susu dengan hasil produknya,, serta makanan lain yang tercemar bakteri, dan dimasak setengah matang. Adapun contoh bakteri noncoliform pada family enterobacteriaceae antara lain Salmonella sp., Proteus sp., dan Shigella sp. Penularan bakteri ini bisa melalui oral, hidung, udara, dan kontak langsung. Penularan melalui konsumsi air minum yang tidak higienis juga menjadi faktor dalam penularan bakteri coliform dan non-coliform (Wiliantari et al., 2018). Hal ini juga didukung dengan penelitian pada sapi bali yang sudah dilakukan Sulaksana et al., (2017) menyatakan bahwa sapi bali yang mengkonsumsi limbah di TPA suwung memiliki bakteri non-coliform lebih tinggi dibandingkan dengan sapi bali yang berada di Sobangan dengan hasil berupa angka
12.100.000±4.922.000 CFU/gr untuk sapi bali dewasa di TPA Suwung dan 7.250.000±1.258.000 CFU/gr untuk sapi bali dewasa di Sobangan
Dalam menghitung jumlah bakteri pada anjing sehat dan diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri, dapat menggunakan penghitungan Angka Lempeng Total Bakteri (ALTB). Angka Lempeng total merupakan metode kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada dalam suatu sampel. Angka Lempeng Total aerob mesofil atau anaerob mesofil menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual berupa angka koloni per ml. Prinsip pengujian angka kuman yang pertumbuhan bakteri aerob mesofil setelah sampel diinokulasi pada suhu yang sesuai. Pada perhitungan koloni, berdasarkan data dari setiap sampel hanya dihitung pengenceran dengan jumlah koloni antara 30-300. Hal ini bertujuan untuk memperkecil kemungkinan kesalahan dalam perhitungan (Rahayu dan Gumilar, 2017). Pada umumnya penghitungan angka lempeng total bakteri digunakan untuk mengidentifikasi jumlah mikroba pada daging, contohnya pada daging sapi di Indonesia memiliki standar nasional 1 x 106, menurut penelitian yang dilakukan oleh Rabiulfa et al., (2021) yang mendapatkan hasil rataan jumlah tertinggi 42,76 x 103 (CFU/g) pada perusahaan A dan nilai terendah 7,9 x 103 (CFU/g) pada perusahaan B. nantinya data tersebut akan dijadikan acuan dalam materi dan metode pada penelitian angka lempeng total bakteri dan jumlah bakteri non-coliform pada anjing sehat dan diare.
Penelitian ini dilakukan bermaksud untuk mengumpulkan data primer dari ALTB dan jumlah bakteri non-coliform pada anjing sehat dan diare karena belum banyak terlapor, yang nantinya penelitian diharapkan bisa digunakan sebagai acuan untuk mencegah kontaminasi terhadap lingkungan sekitar hewan yang bisa saja menimbulkan penyakit pada hewan
tersebut, dilihat juga dari bahayanya bakteri non-coliform yang bersifat zoonosis, oleh karena itu penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan.
METODE PENELITIAN
Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah feses segar dari anjing yang sehat dan diare. Sampel berupa feses anjing yang diambil seberat 1Gr sebanyak 20 sampel yang berasal dari kabupaten Badung dan kota Denpasar.
Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian observasional secara cross sectional study. Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah variable bebas, variable terikat dan variable control. Variable bebas dari penelitian ini adalah anjing diare dan sehat Variabel terikat dari penelitian ini adalah total bakteri dan bakteri non coliform. Variable kontrol dari penelitian ini adalah cara pengambilan sampel feses anjing yang diletakkan pada tempat feses, waktu pengambilan, waktu penanaman, durasi inkubasi dan media pertumbuhan bakteri
Prosedur Penelitian
Alat yang digunakan dalam pengambilan sampel ini antara lain yaitu tabung eppendorf dan glove. Sampel yang diambil adalah feses anjing yang diare dan tidak diare kemudia dimasukkan dalam tempat feses yang sudah disediakan atau bisa menggunakan urine container. Selanjutnya letakkan dalam coolbox dan dibawa ke Laboratorium Bakteriologi dan Mikologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dipersiapkan terlebih dahulu. media yang digunakan seperti media isolasi, dan media untuk uji identifikasi bakteri. Dipersiapkan dan ditimbang sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya dilarutkan kedalam tabung Erlenmeyer yang sudah berisi aquades dan diaduk dengan magnetik stirrer kemudian dipanaskan di
atas hot plate sampai homogen. Setelah homogen, tabung Erlenmeyer yang berisi media Nutrient Agar (NA) ditutup dengan aluminium foil kemudian dimasukkan kedalam autoclave. Selanjutnya alat dan bahan di sterilisasi dengan suhu 121 0C selama 20 menit. Setelah selesai sterilisasi media NA tunggu sampai hangat, yang nantinya penanaman bakteri dilakukan dengan metode tuang.
Pembuatan media EMBA juga sama dengan pembuatan media Nutrient Agar (NA) hanya saja takarannya yang berbeda sesuai dengan anjuran yang sudah diberikan. Setelah media EMBA disterilisasi, tunggu sampai memadat. Berikut merupakan takaran masing-masing media yaitu Nutrient Agar (NA) sebanyak 20g dalam 1 Liter Air dan Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) yaitu sebanyak 36g dalam 1 Liter Air.
Pengenceran Sampel
Persiapkan tabung reaksi sebanyak 6 tabung yang diisi aquadesh sebanyak 9 mL. Sampel feses ditimbang 1 Gram pada timbangan gram, kemudian masukkan kedalam tabung reaksi dan homogenkan. Sampel feses yang sudah dihomogenkan diambil sebanyak 1 mL dengan menggunakan pipet mikro, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi berikutnya dan homogenkan. Pengenceran dilakukan sampai dengan 10-6
Menghitung Angka Lempeng Total Bakteri dan Bakteri Non-Coliform
Menghitung Angka Lempeng Total Baketi menggunakan metode Fardiaz 1992. Sampel yang telah diencerkan 10-6 diambil 1 mL selanjutnya dituangkan merata pada cawan petri steril. Media NA steril dituangkan sebanyak 18-20 mL kedalam cawan petri tersebut kemdian cawan petri diputar kekanan dan kekiri sebanyak 5 kali agar sampel merata kedalam media NA. Biakan diinkubasikan pada suhu 37oC selama 24 jam. Amati pertumbuhan koloni bakteri dann catat jumlah bakteri yang tumbuh pada media tersebut.
Menghitung Bakteri Non-Coliform menggunakan metode Fardiaz 1992. Sampel yang telah diencerkan 10-6 diambil 0,1 mL selanjutnya tuangkan pada media EMBA. Media EMBA yang sudah berisi sampel disebar secara merata pada permukaan media menggunakan batang pengaduk L. Biakan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Amati pertumbuhan koloni bakteri dan catat jumlah bakteri yang tumbuh pada media tersebut.
Analisis Data
Data tentang angka lempeng total bakteri yang tumbuh pada Nutrient Agar (NA) dan jumlah bakteri non-coliform yang tumbuh pada Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) diisolasi serta diidentifikasi pada feses segar anjing sehat dan diare dianalisis secara deskriptif.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan di klinik yang berada di kabupaten Badung dan kota Denpasar. Penelitian ini dilakukan di laboratorium bakteriologi dan mikologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Denpasar Bali. Penelitian ini dilakukan pada Mei hingga Juni 2022.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penghitungan angka lempeng total bakteri dan jumlah bakteri non-coliform dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jumlah total bakteri yang ada pada anjing sehat dan diare terdapat di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Berdasarkan penelitian yang sudah dikerjakan peneliti yang bertempat di Labiratorium Bakteriologi dan Mikologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Denpasarn terhadap feses anjing sehat dan diare dari Mei-Juni 2022, diperoleh keseluruhan hasil ditunjukkan pada tabel 1. Dari hasil uji T Independet (Tabel 1), didapatkan rata-rata jumlah angka lempeng total bakteri pada anjing sehat yaitu 37.200.000 koloni (3,7 x 107 CFU/g) sedangkan pada anjing diare
1.473.000.000 koloni (1,5 x 109 CFU/g).
Dari hasil Uji T Independet (Tabel 2), didapatkan rata-rata jumlah bakteri Noncoliform pada anjing sehat yaitu berjumlah 15.400.000 koloni (1,5 x 107 CFU/g) sedangkan pada anjing diare berjumlah 73.000.000 koloni (7,3 x 107 CFU/g). Penelitian diatas bahwa jumlah angka lempeng total bakteri dan jumlah bakteri non-coliform memiliki perbedaan yang signifikan antara anjing sehat dan diare. Perbedaan ini dinyatakan bermakna setelah diolah dengan menggunakan uji statistika. Hal ini juga didukung dengan penjelasan Kurniati (2016) yang menyatakan bahwa gangguan keseimbangan mikrobiota saluran pencernaan dapat menyebabkan berbagai penyakit, mekanismenya meliputi pembentukan lesi mukosa usus, dan inflamasi usus yang menyebabkan penurunan keragaman bakteri protektif dan peningkatan jumlah bakteri pathogen.
Pembahasan
Keberadaan bakteri saluran pencernaan tidak selalu menyebabkan atau menimbulkan penyakit diare, karena ada juga bakteri yang disebut dengan flora normal yang artinya mikroorganisme yang bertempat pada suatu wilayah tanpa menyebabkan penyakit pada inang yang ditempati. Pada saat lahir, saluran cerna yang pada awalnya masih steril, selanjutnya dapat terkontaminasi oleh bakteri, diawali dengan berkembangnya bakteri Bifidobacteria, Clostridia, dan Cocci Gram positif yang berada di vagina dan saluran cerna induk. Bakteri Lactobacillus merupakan salah satu flora normal pada saluran pencernaan yang berfungsi sebagai agen probiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab infeksi seperti diare (Rusli et al., 2018). Mikrobia prokariotik dan eukariotik dapat ditemukan pada anak anjing yang bertempat di saluran cerna, Sebagian besar spesies bakteri anaerob sebanyak 97%, sedangkan 3% adalah bakteri aerob (fakultatif anaerob).
Ketika anjing beranjak dewasa pastinya pakan anjing lebih beragam baik itu
diberikan oleh owner (pemilik) atau anjing yang mencari pakan sendirinya, pakan yang dikonsumsi oleh anjing tidak luput dari cemaran bakteri, baik pathogen ataupun tidak, tentunya bakteri yang terdapat pada pakan tersebut lebih banyak dan beragam jenisnya, cemaran pada pakan juga dapat mempengaruhi jumlah bakteri pada saluran pencernaan hewan (Bambang dan Fatimawali, 2014). Adapun koloni microbiota yang paling umum dalam konsentrasi pada saluran pencernaan yakni bacteroides, Bifidobacterium, Eubacterium, Fusobacterium, clostridium dan Lactobacilus Koloni microbiota aerob adalah bakteri Gram negative enteric (Escherichia coli dan Salmonella spp.) dan bakteri Gram positif cocci (Enterococcus, Staphylococcus dan Streptococcus).
Terkadang bakteri yang ada pada saluran pencernaan (intestinal) dapat menyebabkan masalah penyakit contohnya diare. Adapun bakteri yang dapat menyebabkan penyakit diare salah satunya yaitu salmonella sp. dan Shigella sp dari kelompok bakteri Non-coliform (Tresna et al., 2020). Salmonella sp dan Shigella sp. merupakan bakteri zoonosis, penularan pada manusia terjadi ketika seseorang mengkonsumsi makanan yang sudah tercemar bakteri tersebut. Selain dari makanan juga bisa melalui hewan seperti kotoran reptile, ayam, dan bebek yang mengkontaminasi makanan maupun air, kemudian makanan dan air tersebut dikonsumsi oleh manusia (Yuswananda, 2015). Bakteri Non-coliform pada penelitian ini ditanam menggunakan media EMBA dengan tujuan pengamatan, belum dapat dipastikan bakteri golongan noncoliform yang tumbuh pada EMBA, karena tidak dilakukan uji lebih penegasan lebih lanjut pada sampel.
Penyakit diare erat kaitannya dengan jumlah bakteri yang mengkontaminasi tubuh, untuk itu ada metode penghitungan ALTB untuk melihat jumlah bakteri yang ada pada sampel yang diteliti. ALTB dapat dilihat jumlahnya pada media yang peneliti
gunakan saat melakukan penelititan, yaitu Nutrient Agar. Media NA merupakan media dasar yang mengandung zat-zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri (Luthfia dan Nawfa 2011). Selain untuk menghitung total bakteri, media ini juga bisa digunakan untuk
merawat/menyimpan/reservasi mikroorganisme, membuat subkultur maupun meguji kemurnian isolat yang ditumbuhkan didalam laboratorium.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Angka lempeng total bakteri dari anjing sehat berjumlah (1,5 x 107 CFU/g) pada anjing diare berjumlah (7,3 x 107 CFU/g), untuk bakteri non-coliform pada anjing sehat berjumlah (1,5 x 107 CFU/g) pada anjing diare berjumlah (7,3 x 107 CFU/g). dari data tersebut menunjukan perbedaan yang signifikan antara anjing sehat dan anjing diare (P=<0,05).
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan pengaruh bakteri noncoliform dari anjing terhadap lingkungan sekitar.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terima kasih kepada Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana dan Kepala Laboraotirum Bakteriologi dan Mikologi FKH UNUD Denpasar atas izin dan bantuannya selama pelaksanaan penelitian serta semua pihak yang telah terlibat membantu selama penelitian berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Akhira D, Fahrima Y, Hasan M. 2013. Identifikasi parasit nematoda saluran pencernaan anjing pemburu (canis familiaris) di Kecamatan Lareh Sago Halaban Provinsi Sumatera Barat. J. Med. Vet. 7(1): 42-45.
Amin LZ. 2015. Tatalaksana diare akut. Count. Med. Edu. 42(7): 504-508.
Bambang A, Fatimawali KN. 2014. Analisis cemaran bakteri coliform dan identifikasi Escherichia coli pada air isi ulang dari depot di Kota Manado. J. Ilm. Farm. 3(3): 325-334.
Chlebicz A, Zewska KS. 2018. Campylobacteriosis, salmonellosis,
yersiniosis, and listeriosis as zoonotic foodborne diseases: a review. Int. J. Enviro. Res Pub.Health. 15(5): 863.
Dewandaru RA, Indarjulianto S, Yanuartono, Nururrozi A,
Purnamaningsih H, Hayati R. 2019. Diare disebabkan infeksi escherichia colipada anjing. J. Trop. Anim. Vet. Sci. 9(2): 38-43.
Febriza MA, Adrian QJ, Sucipto A. 2021. Penerapan ar dalam media pembelajaran klasifikasi bakteri. J. Bio. Edu. UIN. 11(1): 10-18.
Hubbard KS. 2007. Risk of vomiting and dhiarrhoea in dogs. Vet. Rec. 161(22): 755-757.
Kurniati AM. 2016. Mikrobiota saluran cerna. Tinjauan dari Aspek Pemilihan Asupan Makanan. JK Unila. 1(2): 380384.
Kusumaningsih A. 2010. Beberapa bakteri patogenik penyebab foodborne disease pada bahan pangan asal ternak.
Wartazoa. 104.
Luthfia B, Nawfa R. 2011. Pengaruh permeabilisasi sel zymomonas mobilis dan konsentrasi substrat untuk pembentukan etanol secara enzimatik, Pp.1-7.
Rabiulfa P, Rudyanto MD, Sudarmini MW. 2021. Angka lempeng total
bakteri pada daging sapi yang dipasarkan keluar Bali. Indon. Med. Vet. 10(1): 12-20.
Rahayu SA, Gumilar MH. 2017. Uji cemaran air minum masyarakat sekitar Margahayu Raya Bandung dengan identifikasi bakteri Escherichia Coli. IJPST. 4(2): 50-56.
Rusli, Amalia F, Dwyana Z. 2018. Potensi bakteri lactobacillus acidophilus sebagai antidiare dan imunomodulator. BIOMA: J. Biol. Makassar. 3(2): 25-30
Sulaksana KA, Suarjana IGT, Besung INK. 2017. Perbandingan jumlah bakteri non-coliform pada feses sapi bali berdasarkan tingkat kedewasaan dan tipe pemeliharan. Bul. Vet. Udayana. 9(2): 139-142.
Tresna S, Rejeki IPS, Wardhani P. 2020. Description of fecal culture result in diarrhea patients due to antibiotic use. Indon. J. Clin. Pathol. Med. Lab. 26(2): 193–197.
Wiliantari PP, Besung IN, Pg KT. 2018. Bakteri coliform dan non coliform yang diisolasi dari saluran pernapasan sapi Bali. Bul. Vet. Udayana. 10(1): 40-41.
Yuswananda NP. 2015. Identifikasi bakteri salmonella sp. pada makanan jajanan di Masjid Fathullah Ciputat. Program Studi Pendidikan Dokter dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Tabel 1. angka lempeng total bakteri pada anjing sehat dan diare
ALTB |
Jumlah |
Rata-rata |
Sig. (2-tailed) | |
Sehat |
10 |
37.200.000 |
0,00 | |
Kelompok |
Diare |
10 |
1.473.000.000 | |
Tabel 2. Hasil jumlah bakteri non |
-coliform pada anjing sehat dan diare | |||
Non-Coliform |
Jumlah |
Rata-rata |
Sig. (2-tailed) | |
Sehat |
10 |
15.400.000 |
0,00 | |
Kelompok |
Diare |
10 |
73.000.000 | |
436
Discussion and feedback