NEWCASTLE DISEASE ANTIBODY TITER ON BROILER WITH VACCINATED AT DAY 1 AND GIVEN BOOSTER AT DAY 15
on
Volume 14 No. 6: 652-658
Desember 2022
DOI: 10.24843/bulvet.2022.v14.i06.p07
Buletin Veteriner Udayana
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet
Terakreditasi Nasional Sinta 4, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi No. 158/E/KPT/2021
Titer Antibodi Newcastle Disease pada Broiler yang Divaksin Umur Satu hari dan Dibooster Umur 15 hari
(NEWCASTLE DISEASE ANTIBODY TITER ON BROILER WITH VACCINATED AT DAY 1 AND GIVEN BOOSTER AT DAY 15)
Ni Made Suksmadewi Wisnantari1*, Ida Bagus Kade Suardana2, Tjokorda Sari Nindhia3
-
1Mahasiswa Program Sarjana Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman, Denpasar, Bali, Indonesia;
-
2Laboratorium Virologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman, Denpasar, Bali, Indonesia.
-
3Laboratorium Biostatistika Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman, Denpasar, Bali, Indonesia.
*Email: [email protected]
Abstrak
Newcastle Disease merupakan salah satu penyakit penting menular yang seringkali menyerang usaha peternakan broiler. Penelitian ini bertujuan untuk melihat jumlah titer antibodi Newcastle Disease broiler yang divaksinasi umur satu hari di pembibitan dan di booster umur 15 hari. Sampel penelitian sebanyak 20 ekor DOC broiler dibagi menjadi 2 kelompok yang setiap kelompoknya terdapat 10 ekor. Kelompok kontrol (P0) DOC broiler yang tidak divaksinasi dan kelompok (P1) DOC broiler yang divaksinasi di pembibitan pada umur satu hari dan dilakukan vaksinasi ulangan (booster) umur 15 hari. Masing-masing kelompok perlakuan dilakukan pengambilan sampel darah yaitu pada hari ke-7, ke-14, ke-21 dan ke-28. Pemeriksaan titer antibodi Newcastle Disease dilakukan dengan uji serologi Haemagglutination Inhibition. Nilai titer antibodi selanjutnya dianalisis menggunakan sidik ragam dan uji regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vaksinasi booster yang dilakukan pada umur 15 hari menunjukkan titer antibodi yang protektif pada umur 21 hari yaitu 5,8 HI log 2 (≥ 4 HI log 2) dan mengalami peningkatan hingga umur 28 hari yaitu 6,5 HI log 2 (≥ 4 HI log 2). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu titer antibodi Newcastle Disease broiler mengalami peningkatan pasca dilakukan vaksinasi booster pada umur 15 hari. Saran perlu dilakukan vaksinasi booster pada broiler yang divaksinasi umur satu hari.
Kata kunci: broiler; titer antibodi; vaksin newcastle disease
Abstract
Newcastle Disease is one of the major infectious diseases that often attacks broiler farms. The objective of the study was to find out the number of Newcastle Disease antibody titers of broiler vaccinated at the age of a day in nursery and given booster in 15 days. The research sample was 20 broiler DOC divided into 2 groups and each group contained of 10 DOC. The control group (P0) was unvaccinated DOC of broiler and the group (P1) was vaccinated DOC of broiler at the age of a day in nursery and given booster in 15 days age. Blood samplings were conducted on the 7th, 14th, 21st, and 28th days in each group. Newcastle Disease antibody titer examination was done using Haemaglutination Inhibition. The antibody titer value was then analyzed using variance (Anova) and regression test. The results showed that booster vaccination performed at 15 days of age showed a protective antibody titer at 21 days of age, namely 5.8 HI log 2 (≥ 4 HI log 2) and increased up to 28 days of age, namely 6.5 HI log 2 (≥ 4 HI log 2). The conclusion of this study is that the Newcastle Disease broiler antibody titer increased after booster vaccination was performed at 15 days of age. Suggestions need to be given a booster vaccination in broilers vaccinated at day one.
Keywords: antibody titer; broiler; newcastle disease vaccine
PENDAHULUAN
Newcastle Disease (ND) merupakan penyakit yang disebabkan oleh Avian Paramyxovirus serotype-1 (APMV-1) yang berasal dari genus Avulavirus familia Paramyxoviridae. Penyakit Newcastle Disease dapat ditularkan melalui air minum, pakan maupun tempat pakan dan minum yang tercemar oleh virus ND. Penularan penyakit Newcastle Disease juga dapat melalui alat transportasi maupun melalui udara yang tercemar (Kencana et al., 2012). Secara klinis tingkat keparahan penyakit ND bervariasi mulai dari penyakit ringan tanpa gejala klinis sampai infeksi yang parah dengan tingkat kematian sampai 100% (Kencana et al., 2015). Penyakit ND umumnya ditandai dengan kelainan saluran pernafasan, pencernaan dan sistem saraf pusat (Agustin dan Ningtyas, 2021). Berbagai program telah dilakukan pemerintah untuk mencegah munculnya penyakit ND, salah satunya melalui tindakan vaksinasi. Vaksinasi merupakan metode yang paling efektif untuk pencegahan ND. Vaksinasi efektif jika titer antibodi yang terbentuk pada unggas masih protektif pascavaksinasi. Menurut OIE (2012) titer antibodi berada pada nilai ≥ HI log 24 dikatakan protektif terhadap Newcastle Disease.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan vaksinasi adalah antibodi maternal (Widyaningsih et al., 2020). Antibodi maternal merupakan antibodi yang diturunkan dari induk kepada anak. Antibodi maternal efektif mencegah keberhasilan vaksinasi sampai antibodi tersebut habis, yaitu sekitar 10-20 hari setelah ayam menetas. Vaksinasi yang dilakukan pada saat antibodi maternal masih ada dalam sirkulasi darah menyebabkan antibodi yang ditimbulkan tidak maksimal, karena antigen dalam vaksin dinetralisir oleh antibodi maternal. Menurut Al-Zubeedy (2009) titer antibodi pada ayam yang divaksin umur satu hari mengalami penurunan pada minggu kedua, sehingga sangat perlu dilakukan vaksin
lanjutan (booster) untuk meningkatkan kembali titer antibodi ayam.
METODE PENELITIAN
Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan adalah 20 ekor broiler strain CP 707 yang dihasilkan oleh PT. Charoen Pokphand. Sampel broiler diperoleh dari peternakan UD. Bagus di Desa Batuaji, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan.
Perlakuan Sampel
Sebanyak 20 ekor DOC broiler dibagi menjadi 2 kelompok yang setiap kelompoknya terdapat 10 ekor. Kelompok kontrol (P0) DOC broiler yang tidak divaksinasi dan kelompok (P1) DOC broiler yang divaksinasi di pembibitan pada umur satu hari, kemudian dilakukan vaksinasi booster umur 15 hari. Vaksinasi booster pada umur 15 hari menggunakan vaksin ND live dengan strain La Sota secara injeksi intramuskuler dengan dosis 0,2 ml/ekor. Masing-masing kelompok perlakuan dilakukan pengambilan sampel pada hari ke-7, ke-14, ke-21 dan ke-28.
Prosedur Pengambilan Darah
Pengambilan darah dilakukan secara intra vena pada vena brachialis menggunakan spuit 1 ml tanpa antikoagulan. Sebelum diambil darah, pada daerah vena brachialis diusap dengan kapas beralkohol 70% terlebih dahulu untuk mencegah kontaminasi. Kemudian jarum spuit ditusukan pada vena brachialis dan darah diambil sebanyak 0,3-0,6 ml. Setelah darah masuk ke spuit, sisakan ruang kosong pada spuit dan ditempatkan pada posisi datar kemudian didiamkan pada suhu ruangan hingga serum keluar secara sempurna. Serum yang telah terbentuk dipisahkan, lalu dimasukkan pada tabung eppendorf. Serum disimpan pada freezer suhu -18oC sebelum digunakan kembali.
Pembuatan Suspensi Eritrosit 1%
Suspensi sel darah merah ayam disiapkan dari ayam donor yang negatif antibodi virus ND. Darah diambil dari vena
brachialis dan ditampung dalam tabung berisi larutan Alsever's atau EDTA. Darah dicuci 3 kali dengan PBS pH 7,2-7,4 dengan cara disentrifus dengan kecepatan 1.500 rpm selama 10 menit. Setiap pencucian, sel darah putih (buflfy coat) dan cairan Alsever's dibuang. Endapan eritrosit kemudian diukur konsentrasinya dengan cara disentrifugasi menggunakan mikrohematokrit. Eritrosit diukur Packed Cell Volume (PCV) lalu diencerkan dengan PBS sampai menjadi konsentrasi 1% dan siap digunakan untuk uji HI (Kencana et al., 2016).
Uji Hemaglutinasi (HA)
Pada semua lubang plat mikrotiter ditambahkan 25 μl PBS setelah itu dilanjutkan mengisi lubang pertama dengan antigen 25 μl dengan alat micropipet 25 μl. Selanjutnya antigen dan PBS dicampurkan dengan menggunakan multichannel pipet 25 μl pada lubang pertama, kemudian dipindahkan ke lubang 2 demikian seterusnya sampai lubang ke 11, sedangkan lubang ke 12 digunakan untuk kontrol eritrosit (tanpa antigen). Selanjutnya semua lubang ditambahkan 25 μl suspensi sel darah merah ayam 1%. Kemudian plat mikrotiter digoyangkan dan diinkubasi pada suhu kamar (20°C) selama 40 menit atau pada suhu 4°C apabila ambien suhu tinggi, dan diamati adanya hemagglutinasi dibandingkan dengan kontrol sel. Titer antigen dinyatakan sebagai pengenceran tertinggi dari antigen yang masih mampu mengaglutinasi 100% sel darah merah ayam. Uji HA bertujuan untuk mengetahui titer antigen. Interpretasi protektif uji HA pada plat mikrotiter adalah terjadinya hemaglutinasi dan terbentuk agregat-agregat, sedangkan interpretasi negatif uji HA pada plat mikrotiter adalah terbentuknya titik merah sempurna (Kencana et al., 2017).
Uji Hambatan Hemaglutinasi (HI)
Tambahkan PBS 25 μl pada semua lubang plat mikrotiter bentuk U, setelah itu ditambahkan 25 μl serum broiler, selanjutnya dilakukan pengenceran secara
seri kelipatan dua sampai lubang 11, lubang 12 sebagai kontrol sel. Tambahkan 25 μl antigen 4 HA unit pada semua lubang, kecuali deret lubang 12 sebagai kontrol sel. Plat diinkubasi pada suhu kamar (20°C) selama 30 menit atau pada suhu 4°C selama 60 menit. Tambahkan 25 ul suspensi sel darah merah ayam 1% pada semua lubang, sambil diayak dan inkubasi pada suhu kamar (20°C) selama 40 menit. Interpretasi protektif uji HI pada plat mikrotiter adalah terbentuknya titik merah sempurna, sedangkan interpretasi negatif uji HI adalah terjadinya hemaglutinasi dan terbentuk agregat-agregat. Tujuan dari uji HI adalah untuk mengetahui titer antibodi, baik antibodi karena kasus infeksi maupun antibodi hasil vaksinasi (Wibowo et al., 2013).
Analisis data
Data yang telah diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam Anova dan analisis Regresi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan gambar 1. pada kelompok kontrol P0 terjadi penurunan titer antibodi Newcastle Disease broiler yang berbeda nyata (P<0,05) dari umur pengambilan sampel 7 hari sampai dengan umur 14 hari, kemudian mengalami penurunan yang tidak berbeda nyata (P>0,05) dari umur 14 hari sampai dengan umur 28 hari. Pada kelompok perlakuan P1 yaitu DOC broiler yang divaksin umur satu hari dan di booster umur 15 hari terjadi penurunan titer antibodi Newcastle Disease yang berbeda nyata (P<0,05) dari umur pengambilan sampel 7 hari ke umur pengambilan sampel 14 hari, kemudian mengalami peningkatan yang berbeda nyata (P<0,05) dari umur 14 hari sampai dengan umur 21 hari dan mengalami peningkatan yang tidak berbeda nyata (P>0,05) dari umur 21 hari sampai dengan umur 28 hari.
Hasil analisis regresi menunjukkan garis regresi dari persamaan Y= 23,1-3,974X+0.238X2-0,004X3. Terlihat titer
antibodi ND yang divaksin umur satu hari di pembibitan protektif (≥ 4 HI log 2) hanya sampai umur 9 hari. Titer antibodi yang terbentuk pasca vaksinasi booster pada umur 15 hari terlihat protektif (≥ 4 HI log 2) pada umur 18 hari sampai umur 31 hari dan titer antibodi ND terlihat mulai tidak protektif pada umur 32 hari. Dilihat dari nilai R yaitu 0.868 (mendekati 1) yang menandakan bahwa periode pengambilan sampel setiap minggunya memiliki hubungan erat terhadap titer antibodi ND broiler yang divaksin umur satu hari dan di booster umur 15 hari.
Pembahasan
Hasil pemeriksaan rerata titer antibodi ND broiler pada kelompok kontrol yang tidak diberikan vaksinasi menunjukkan bahwa titer antibodi yang protektif hanya terlihat pada umur tujuh hari. Hal ini dapat terjadi karena broiler yang berumur tujuh hari masih memiliki antibodi maternal, dimana antibodi maternal ini akan memberikan perlindungan pada minggu awal setelah ayam menetas. Pada umur 14 hari titer antibodi mengalami penurunan hingga umur 28 hari yang mana titer ini tergolong tidak protektif. Hal ini diakibatkan antibodi maternal yang dimiliki oleh anak ayam tidak akan bertahan dalam jangka waktu yang lama dan antibodi maternal ini akan berkurang (menurun) secara periodik (Sianita et al., 2011). Titer antibodi maternal pada ayam akan habis sekitar 10-20 hari setelah ayam menetas. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Ali dan Hasan, 2018) rata-rata titer antibodi yang diturunkan oleh induk ayam ke anaknya yaitu sekitar 60-70% dari titer yang dimiliki oleh induknya. Dalam penelitiannya (Ali dan Hasan, 2018) juga menunjukkan bahwa umur ayam 7 hari memiliki rata-rata titer antibodi maternal ±50% dan pada umur 14 hari hanya memiliki ±8-10% dari maternal antibodi di umur 0 hari.
Pada broiler umur 7 hari yang divaksinasi di pembibitan umur satu hari memiliki titer antibodi yang protektif yaitu
5,5 HI log 2 (≥ 4 HI log 2) dan pada umur 14 hari rerata titer antibodi yang terbentuk sudah tidak protektif yaitu 2,6 HI log 2 (< 4 HI log 2). Hal ini disebabkan karena pada umur satu hari anak ayam masih memiliki antibodi maternal yang tinggi. Vaksinasi yang dilakukan ketika antibodi maternal masih tinggi dalam tubuh ayam akan dapat menetralisasi antigen vaksin yang berakibat pada berkurangnya respon vaksin yang diberikan sehingga menyebabkan
kegagalan vaksinasi. Titer antibodi yang terbentuk dua minggu pasca dilakukan vaksinasi di pembibitan menandakan bahwa titer tersebut sudah tidak mampu memberikan perlindungan terhadap serangan virus ND.
Penggunaan vaksin live yang diberikan pada hari pertama terjadi netralisasi oleh maternal antibodi sehingga kekebalan yang terbentuk tidak mencapai maksimal (Wibowo et al., 2013). Sedangkan penggunaan vaksin kill akan menghasilkan titer antibodi yang protektif setelah 3-4 minggu pascavaksinasi. Kandungan adjuvant di dalam vaksin kill dapat memperlambat proses pelepasan antigen virus sehingga waktu penghancurannya juga dapat diperlama. Hal inilah yang menyebabkan vaksinasi dengan
menggunakan vaksin kill menimbulkan reaksi pembentukan antibodi yang lebih lambat dibandingkan dengan menggunakan vaksin live. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahman et al. (2017) bahwa ayam yang divaksinasi akan menghasilkan titer antibodi yang lebih tinggi pada hari ke-7 pascavaksinasi, dan akan mengalami penurunan jumlah titer antibodi pada hari ke-14 dan hari ke-21 pascavaksinasi sehingga untuk
meningkatkan kembali titer antibodi ayam perlu dilakukan vaksinasi ulangan (booster).
Vaksinasi booster yang dilakukan pada umur 15 hari menunjukkan titer antibodi yang protektif pada umur 21 hari yaitu 5,8 HI log 2 (≥ 4 HI log 2) dan mengalami peningkatan hingga umur 28 hari yaitu 6,5
HI log 2 (≥ 4 HI log 2). Vaksin booster yang digunakan dalam penelitian ini adalah vaksin ND live dengan strain La Sota. Dasar pemilihan vaksinasi live sebagai booster yaitu respons imun sekunder berkembang lebih cepat, menghasilkan limfosit lebih banyak dan lebih spesifik (Kurnianto et al., 2016). Analisis regresi menunjukkan bahwa titer antibodi Newcastle Disease broiler pasca dilakukan vaksinasi booster pada umur 15 hari terlihat protektif (≥ 4 HI log 2) pada umur 18 hari hingga umur 31 hari. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Apada et al. (2022) bahwa respon imun yang terbentuk setelah dilakukannya vaksinasi ND live yaitu 3-4 hari pascavaksinasi.
Keberhasilan vaksinasi booster dapat dilihat dari titer antibodi protektif yang terbentuk pada periode 1-2 minggu pascavaksinasi. Pada minggu ke-1 hingga minggu ke-2 pascavaksinasi pemberian vaksin ND live dengan strain La Sota mampu menggertak terbentuknya antibodi protektif terhadap ND pada pemberian dosis 0,2 ml/ekor. Jumlah ayam yang memiliki antibodi protektif pascavaksinasi booster pada umur 15 hari yakni sebesar 100% dari total populasi ayam dalam kelompok. Perbedaan tingkat respons imun ayam pascavaksinasi dapat ditinjau dari beberapa aspek, di antaranya aspek vaksin yakni kemungkinan karena adanya perbedaan kemampuan antigenik dan kualitas antigen (Kencana et al., 2015).
Pembentukan titer antibodi pascavaksinasi ulangan (booster) merupakan respon dari imun sekunder (Suardana et al., 2009; Suardana et al., 2022). Respon imun sekunder adalah peristiwa pengenalan kembali terhadap imunogen yang sama, pada peristiwa ini antibodi yang dihasilkan relatif tinggi dan cepat sekali terbentuk, hal ini diakibatkan karena terbentuknya sel memori setelah vaksinasi pertama yang mempercepat respons antibodi pada vaksinasi ulangan (Kencana et al., 2016). Sel T memori segera mengenali antigen yang pernah terpapar sebelumnya dan membantu sel B untuk
berproliferasi dan menghasilkan sel plasma, yang kemudian akan membentuk antibodi (Kencana et al., 2017).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa titer antibodi Newcastle Disease broiler mengalami peningkatan pasca dilakukan vaksinasi booster pada umur 15 hari. Vaksinasi booster yang dilakukan pada umur 15 hari menunjukkan titer antibodi yang protektif pada umur 21 hari yaitu 5,8 HI log 2 (≥ 4 HI log 2) dan mengalami peningkatan hingga umur 28 hari yaitu 6,5 HI log 2 (≥ 4 HI log 2).
Saran
Pada DOC broiler yang divaksinasi di pembibitan umur satu hari, disarankan untuk melakukan vaksinasi ulangan (booster) untuk meningkatkan kembali titer antibodi broiler agar terhindar dari serangan virus Newcastle Disease. Dilihat dari segi ekonomi, peternak dapat
mempertimbangkan untuk membeli DOC broiler yang belum divaksinasi dan memberikan vaksinasi ketika titer antibodi maternal menurun.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin ALD dan Ningtyas NSII. 2021.
Titer Antibodi Newcastle disease pada Ayam Layer di Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat. JMV. 4(1): 98-103.
Ali MZ, Hasan B. 2018. Follow up of maternally derived antibodies titer against economically important viral diseases of chicken. PSJ. 6(2): 149-154.
Al-Zubeedy AZ. 2009. Immune response in day old broiler chicks vaccinated
against Newcastle disease virus. Iraqi J. Vet. Sci. 23(2): 143-146.
Apada AMS, Alifha ARR, Rell F, Syahid TP. 2022. Administration of live-attenuated newcastle disease (ND) vaccines derived from b1 and lasota strain and their effect on broiler antibody titers. JRVI. 6(1): 15-22.
Kencana GAY, Kardena IM, Mahardika IGNK. 2012. Peneguhan diagnosis penyakit Newcastle Disease lapang pada ayam buras di Bali menggunakan teknik RT- PCR. J. Kedokt. Hewan. 6(1): 28-31.
Kencana GAY, Suartha IN, Nainggolan DRB, Tobing ASL. 2017. Respons imun ayam petelur pascavaksinasi newcastle disease dan egg drop syndrome. JSV. 35(1): 81-90.
Kencana GAY, Suartha IN, Paramita NMAS, Handayani AN. 2016. Vaksin kombinasi Newcastle Disease dengan Avian Influenza memicu imunitas protektif pada ayam petelur terhadap penyakit tetelo dan flu burung. J. Vet. 17(2): 257-264.
Kencana GAY, Suartha IN, Simbolon MP, Handayani AN, Ong S, Syamsidar AK. 2015. Respons antibodi terhadap penyakit tetelo pada ayam yang divaksin tetelo dan tetelo-flu burung. J. Vet. 16(2): 283-290.
Kurnianto AB, Kencana GAY, Astawa INM. 2016. Respons antibodi sekunder terhadap penyakit tetelo pada ayam petelur pascavaksinasi ulangan dengan vaksin tetelo aktif. J. Vet. 17(3): 331-
336.
OIE (Office International des Epizooties). 2012. Newcastle disease, in manual of standars for diagnostic tests and vaccines. Paris, 2.
Rahman MM, Sarker RD, Nooruzzaman M. 2017. Evaluation of serum antibody titer level against Newcastle disease virus in vaccinated broiler chickens. Ann. Vet. Anim. Sci. 4: 94-98.
Sianita N, Hasan Z, Kusriningrum R. 2011. Respon antibodi dan protektivitas pada ayam pasca vaksinasi menggunakan vaksin ND aktif LV12. J. Med. Vet. 4(2): 129-134.
Suardana IBK, Dewi NMRK, Mahardika IGNK. 2009. Respon imun itik bali terhadap berbagai dosis vaksin Avian Influenza H5N1. J. Vet. 10(3): 150
155.
Suardana IBK, Widyastuti SK, Pradnyadana IBK, Agustina KK. 2022. Effect of age and presence of maternal antibodies on success of avian influenza and newcastle disease vaccinations in broiler. Int. J. Vet. Sci. 12(1): 101-106.
Wibowo SE, Asmara W, Wibowo MH, Srutrisno B. 2013. Perbandingan tingkat proteksi program vaksinasi Newcastle disease pada broiler. JSV. 31(1): 16-26.
Widyaningsih PO, Sudira IW, Suardana IBK. 2020. Titer antibodi ayam kampung yang diberikan jamu daun ashitaba (Angelica keiskei) menurun pascavaksinasi penyakit tetelo. Indon. Med. Vet. 9(3): 446-455.
Tabel 1. Rataan titer antibodi hasil uji HI Newcastle Disease pada broiler
Perlakuan |
Umur |
Mean |
Broiler yang tidak Divaksinasi |
7 Hari |
6,1 ± 1,370a |
14 Hari |
2,3 ± 0,483b | |
21 Hari |
1,8 ± 0,422b | |
28 hari |
1,4 ± 0,516b | |
Broiler yang Divaksin Umur Satu |
7 Hari |
5,5 ± 0, 527a |
Hari dan di Booster Umur 15 Hari |
14 Hari |
2,6 ± 0,516b |
21 Hari |
5,8 ± 1,135a | |
28 hari |
6,5 ± 1,179a |
Keterangan: huruf superskrip yang sama menandakan tidak berbeda nyata (p>0,05) sedangkan huruf superskrip yang berbeda menandakan berbeda nyata (p<0,05).
Gambar 1. Grafik mean high-low titer antibodi Newcastle Disease pada broiler
Gambar 2. Grafik analisis regresi titer antibodi Newcastle Disease pada broiler yang divaksin umur satu hari dan di booster umur 15 hari
658
Discussion and feedback