Volume 9 No. 2: 171-177

Agustus 2017

DOI: 10.21531/bulvet.2017.9.2.171

Buletin Veteriner Udayana

pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712

Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet

Efek Pemberian Viusid© Pet Terhadap Aktivitas Dan Kapasitas Makrofag Pada Mencit

(THE EFFECT OF VIUSID© PET TO ACTIVITY AND CAPASITY OF MACROPHAGES

IN MICE)

Yoga Pratama Nuradi1*, I Nyoman Suartha2, Ida Bagus Komang Ardana3

1Praktisi Dokter Hewan di Jawa Barat, 2Laboratorium Penyakit Dalam Veteriner 3Laboratorium Patologi Klinik Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar, Bali Telp. 0361-223791 Faks (0361) 223791

*E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Asam glycyrrhizic yang merupakan bahan aktif dari Viusid© Pet sudah lazim digunakan untuk meningkatkan respon imun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Viusid© Pet terhadap aktivitas dan kapasitas makrofag. Tiga puluh enam ekor mencit galur BALB/c dibagi dalam 3 kelompok. Kelompok pertama sebagai kontrol diberikan aquades, kelompok kedua diberikan dosis Viusid© Pet sebanyak 0,1 ml, dan kelompok ketiga diberikan dosis Viusid© Pet sebanyak 0,2 ml. Semua kelompok diberikan perlakuan sejak hari pertama sampai hari ketujuh. Pada hari kedelapan, masing masing mencit diinjeksikan bakteri Staphylococcus aureus secara intraperitoneal. Aktivitas dan kapasitas sel makrofag dihitung dari sediaan apus cairan peritoneum dengan menghitung persentase fagosit yang melakukan fagositosis dalam 100 sel. Kapasitas fagositosis ditetapkan berdasarkan jumlah bakteri Staphylococcus aureus yang difagositosis oleh 50 sel fagosit aktif. Aktivitas fagositosis meningkat seiring dengan peningkatan dosis Viusid© Pet. Disimpulkan bahwa aktivitas dan kapasitas makrofag tertinggi dicapai pada kelompok perlakuan dengan pemberian dosis Viusid© Pet 0,2 ml (825,33±291,73). Sedangkan aktivitas dan kapasitas fagositosis terendah kelompok kontrol negatif (578,08±186,94) diikuti oleh kelompok dosis 0,1 ml (654,83±266,09).

Kata Kunci : makrofag; mencit; Viusid© Pet

ABSTRACT

Glycyrrhizic acid, which is the active ingredient of Viusid© Pet, is commonly used to enhance the immune response. This study was conducted to determine the effect of Viusid© Pet on macrophage activity and capacity. Thirty-six BALB/c mice were divided into 3 groups. The first group as control was given aquades, the second group was given a dose of Viusid© Pet 0.1 ml, and the third group was given a dose of Viusid© Pet 0.2 ml. All groups were given treatment from the first day until the seventh day. On the eighth day, each mouse was injected intraperitoneally by Staphylococcus aureus bacteria. The activity and capacity of macrophage cells were calculated from the peritoneal fluid smear by calculating the percentage of phagocytes performing phagocytosis in 100 macrophage cells. The phagocytic capacity was determined by the amount of Staphylococcus aureus bacteria that is phagocytosed by 50 active phagocyte cells. The activity of phagocytosis increases with increasing doses of Viusid © Pet. It was concluded that the highest macrophage activity and capacity was achieved in the treatment group with the dosage of Viusid © Pet 0.2 ml (825.33 ± 291,73). While the activity and the lowest phagocytic capacity of the negative control group (578.08 ± 186.94) was followed by the dose group of 0.1 ml (654.83 ± 266.09).

Keywords: macrophage; mice; Viusid© Pet

PENDAHULUAN

Makrofag adalah salah satu sel yang melakukan beberapa kegiatan penting dalam sistem kekebalan tubuh. Meskipun fungsi makrofag dianggap untuk mendorong kekebalan bawaan non-

spesifik, makrofag juga membantu untuk memulai proses pertahanan spesifik. Sel-sel ini sangat penting untuk respon inflamasi, dan dapat didorong untuk mengejar target tunggal, seperti sel-sel tumor (Karlsson et al., 2003).

Makrofag merupakan salah satu sel yang berperan penting dalam respon imun, baik berperan fungsional dalam fagositosis maupun perannya sebagai antigen presenting cells (APC). Makrofag juga berperan pada reaksi imunologis tubuh, dengan menelan, memproses, menyimpan antigen dan menyampaikan informasi kepada sel-sel berdekatan secara imunologis kompeten (limfosit dan sel plasma) (Besung, 2009). Makrofag mempunyai reseptor yang mengikat antibodi dan makrofag juga sanggup mencari dan menghancurkan antigen yang khas terhadap antibodi itu. Selama proses infeksi, limfosit T yang terangsang menghasilkan sejumlah limfokin yang menarik makrofag ketempat yang membutuhkannya dan terus mengaktifkannya. Untuk meningkatkan daya aktivitas dan kapasitas makrofag dapat dilakukan dengan cara pemberian imunomodulator atau imunostimulator (Kusmardi et al., 2007).

Beragam jenis tanaman herbal digunakan untuk pengobatan, tetapi ada beberapa tanaman obat yang masih sedikit dukungan data ilmiah mengenai khasiatnya (Merdana, 2010). Beberapa peneliti telah mencoba melihat kemampuan fagositosis makrofag dengan menggunakan bahan herbal. Kusmardi et al. (2007) menemukan bahwa aktivitas fagosit makrofag meningkat secara bermakna (p<0,05) setelah pemberian ekstrak daun ketepeng cina (Cassia alata). Jayathirtha dan Mishra, 2004, juga menemukan adanya peningkatan fagositosis makrofag setelah diberikan pegagan. Namun pada kedua penelitian ini, aktivitas fagosit diukur berdasarkan indeks fagosit terhadap non bakterial dan tidak menggunakan kuman spesifik sebagai indikator fagositosis. Pada penelitian ini terbukti bahwa pegagan mampu meningkatkan kapasitas fagosit makrofag peritoneum terhadap S. typhi (Besung, 2011).

Salah satu bahan immunomodulator untuk meningkatkan aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag adalah

Viusid© Pet. Viusid© Pet merupakan suplemen gizi yang mengandung beberapa molekul seperti arginin, glisin, kalsium pantotenat, piridoksin, ekstrak akar liquorice, asam askorbat, zinc, dan asam glycyrrhizic yang telah terbukti sebagai antioksidan dan memiliki sifat immunomodulator (Gomez et al., 2011).

Asam Glycyrrhizic yang merupakan bahan aktif dari Viusid© Pet memiliki berbagai kekebalan modulasi dan memiliki aktivitas respon pengubah biologis. Zat ini memiliki sifat anti-inflamasi yang berbeda, misalnya meningkatkan efek antiapoptosis, proliferasi hepatosit dan stabilitas membran sel hati (Gomez et al., 2011). Asam askorbat yang terkandung dalam Viusid© Pet juga telah terbukti sebagai antimalaria (Tjahjadi et al., 2009).

Penggunaan Viusid© Pet sebagai imunomodulator sendiri masih jarang diaplikasikan pada hewan tetapi lebih banyak digunakan untuk manusia, misalnya untuk pengobatan penyakit Hepatitis C (Gomez et al., 2011), penyakit nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD) (Gomez et al., 2009), kerusakan hati akut (Lee et al., 2007), dan juga kutil (Gomez et al., 2012). Diharapkan penggunaan Viusid© Pet pada hewan dapat memberi hasil yang sama dengan efek samping yang lebih kecil terutama pada aktivitas dan kapasitas makrofag terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

METODE PENELITIAN

Materi

Penelitian ini menggunakan mencit jantan galur BALB/c umur ± 2 bulan dengan berat 20-40 gram sebanyak 36 ekor. Bahan-bahan yang digunakan antara lain : Viusid© Pet produksi Catalysis, aquades, alkohol 70%, betadin, kapas dan tisu, Spuit 1 ml dan 3 ml, gelas objek, Pewarna Giemsa. Peralatan yang digunakan antara lain enam buah kandang berukuran 30x20x10 cm dengan masing-masing kandang berisi 6 mencit. Mikroskop dan peralatan bedah.

Buletin Veteriner Udayana

pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712

Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet

Metode

Mencit dikelompokkan menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 12 ekor mencit. Pada kelompok satu, sebagai kontrol negatif diberikan aquades secara peroral. Kelompok dua diberikan Viusid© Pet sebanyak 0,1 ml secara peroral. Kelompok ketiga diberi Viusid© Pet sebanyak 0,2 ml secara peroral. Perlakuan diberikan selama tujuh hari berturut-turut terhadap ketiga kelompok tersebut. Pada hari kedelapan, bakteri Staphylococcus aureus diinduksi secara intra peritoneal sebanyak 0,1 ml. Pemanenan makrofag dilakukan melalui cairan intraperitoneal pada menit ke-15, ke-30,  ke-45, dan ke-60 post infeksi

dengan masing masing waktu sebanyak 3 mencit. Setiap mencit dibuat preparat ulas sebanyak tiga buah dan diwarnai dengan pewarnaan Giemsa. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan di bawah mikroskop dan dihitung kapasitas dan aktivitas makrofag.

Analisis

Data hasil penelitian diuji dengan Analisis of Varian (ANOVA) yang dilanjutkan dengan uji Least Significant Difference (LSD). Semua data dianalisis dengan program SPSS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil pengamatan makrofag dengan mikroskop pembesaran 1.000 kali terlihat sebagai bentukan yang tidak teratur, adanya tonjolan sitoplasma, inti tunggal berbentuk ladam kuda terletak eksentris.

Secara morfologis makrofag pada mencit yang tidak diberi Viusid© Pet nampak lebih kecil dibandingkan dengan mencit yang diberi Viusid© Pet. Tepi sel makrofag pada mencit yang tidak diberi Viusid© Pet nampak jelas dibandingkan dengan yang diberi Viusid© Pet.

• #

a

b

Gambar 1. Sel makrofag peritoneum mencit tanpa Viusid© Pet (a) dan Makrofag dengan Viusid© Pet (b) pada pewarnaan Giemsa pembesaran 1000x

Kapasitas Fagositosis Sel Makrofag

Data hasil pengamatan kapasitas sel makrofag pada ke 36 mencit yang diberikan Viusid© Pet dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 2.

Tabel 1. Interaksi aktivitas makrofag terhadap dosis Viusid© Pet dan interval

Interval

Kontrol

0,1 ml

0,2 ml

Xi

15

23.33±2.08Aa

35.00±3.00Ab

43.00±2.00Ac

33.78±8.81

30

32.00±2.65Ba

42.67±3.05Bb

54.00±2.65Bc

42.89±9.83

45

46.33±2.52Ca

55.00±4.00Cb

66.00±4.36Cc

55.78±9.12

60

53.67±3.51Da

65.00±2.65Db

88.00±2.65Dc

68.89±15.37

Xx

38.83±12.61

49.42±12.30

62.75±17.63

Keterangan: Nilai dengan huruf yang berbeda kearah kolom (huruf kecil) maupun huruf yang berbeda ke arah baris (huruf besar) menunjukkan berbeda sangat nyata (p>0,01).

Xx : Rata-rata aktivitas fagositosis pada masing-masing perlakuan

Xi : Rata-rata aktivitas fagositosis pada masing-masing interval

Semakin lama interval aktivitas


fagositosis sel makrofag semakin meningkat. Peningkatan yang sangat pesat terlihat berdasarkan pada Tabel 1 terjadi pada menit ke 60 (88,00±15,37).

Gambar 2 Grafik aktivitas sel makrofag terhadap lama interval dan dosis Viusid© Pet


Lama interval berpengaruh sangat nyata terhadap aktivitas sel makrofag. Terlihat pada Gambar 2 bahwa peningkatan terjadi pada menit ke 15, 30, 45 dan peningkatan yang sangat pesat terjadi pada menit ke 60 dengan dosis 0,2 ml. Perlakuan pada kontrol, dosis Viusid© Pet 0,1 ml dan dosis Viusid© Pet 0,2 ml juga mempengaruhi peningkatan aktivitas sel makrofag, Peningkatan signifikan terlihat pada pemberian dosis 0,2 ml.

Kapasitas Fagositosis Sel Makrofag

Data hasil pengamatan kapasitas sel makrofag pada ke 36 mencit yang diberikan Viusid© Pet dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 3.

Semakin lama interval kapasitas fagositosis sel makrofag semakin meningkat. Peningkatan yang sangat pesat terlihat pada Tabel 2 terjadi pada menit ke 60 (1258.33±25.97).

Tabel 2. Interaksi kapasitas makrofag terhadap dosis Viusid© Pet dan interval

Interval

Kontrol

0,1 ml

0,2 ml

Xi

15

387.00±33.15Aa

377.33±13.20Ab

514.67±14.29Ac

426.33±69.11

30

472.00±42.79Ba

486.00±7.93Bb

664.33±4.04Bc

540.78±95.40

45

601.00±42.14Ca

713.33±7.64Cb

864.00±8.00Cc

726.11±116.34

60

852.33±47.37Da

1042.67±10.41Db

1258.33±25.97Dc

1051.11±178.05

Xx

578.08±186.94

654.83±266.09

825.33±291.73

Keterangan: Nilai dengan huruf yang berbeda kearah kolom (huruf kecil) maupun huruf yang berbeda ke arah baris (huruf besar) menunjukkan berbeda sangat nyata (p>0,01).

Xx : Rata-rata kapasitas fagositosis pada masing-masing perlakuan

Xi : Rata-rata kapasitas fagositosis pada masing-masing interval

⅛j

Interval TantanganBaftteri

Gambar 3. Grafik kapasitas sel makrofag terhadap lama interval dan dosis Viusid© Pet

Lama interval berpengaruh sangat nyata terhadap Kapasitas sel makrofag. Terlihat pada grafik bahwa peningkatan terjadi pada menit ke 15, 30, 45 peningkatan yang sangat pesat terjadi pada menit ke 60. Dosis juga mempengaruhi peningkatan kapasitas sel makrofag, Peningkatan pesat terlihat pada pemberian Viusid© Pet dengan dosis 0,2 ml.

Pembahasan

Kapasitas fagosit makrofag menunjukkan kemampuan makrofag melakukan fagositosis terhadap benda asing yang masuk ke dalam tubuh dalam 50 sel fagosit. Hasil penelitian ini

Buletin Veteriner Udayana

pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712

Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet menunjukkan bahwa, Viusid© Pet mampu meningkatkan kemampuan kapasitas fagosit terhadap Staphylococcus aureus dengan sangat nyata (p < 0,01). Kapasitas terendah terlihat pada mencit kontrol sebanyak 578,1±186,9 per 50 sel Makrofag dan kapasitas tertinggi terlihat pada mencit yang diberikan Viusid© Pet dengan dosis 0,2 ml 825,33±291,73 per 50 sel. Sedangkan pada dosis 0,1 ml adalah 657,5±263,04 per 50 sel makrofag. Dari hasil ini terlihat bahwa Viusid© Pet mampu meningkatkan kapasitas fagosit makrofag terhadap Staphylococcus aureus. Peningkatan dosis Viusid© Pet diiringi juga dengan meningkatnya kemampuan kapasitas fagositosis secara bermakna (p < 0,01).

Hasil penelitian fagositosis aktivitas sel makrofag menunjukan bahwa, Viusid© Pet mampu meningkatkan aktivitas fagosit terhadap Staphylococcus aureus dengan sangat nyata (p<0.01). Aktivitas makrofag terendah terlihat pada mencit kontrol sebanyak 38,83±12,61 per 100 sel makrofag dan aktivitas tertinggi terlihat pada mencit yang diberikan Viusid© Pet dengan dosis 0,2 ml sebanyak 62,75±17,63 per 100 sel. Aktivitas makrofag pada Viusid© Pet dengan dosis 0,1 ml sebanyak 49,42±12,30 per 100 sel makrofag. Hasil ini membuktikan bahwa Viusid© Pet mampu meningkatkan aktivitas fagosit makrofag terhadap Staphylococcus aureus dan kemampuan aktivitas fagositnya meningkat secara sangat nyata (p < 0,01) seiring dengan meningkatnya dosis Viusid© Pet.

Peningkatan aktivitas fagosit ini disebabkan karena kandungan Viusid© Pet seperti Asam glycyrrhizic, asam askorbat, dan zinc mampu berperan sebagai imunostimulan, sehingga meningkatkan aktivitas metabolisme di dalam sel makrofag. Meningkatnya metabolisme di dalam sel akan meningkatkan enzim-enzim dan bahan lain yang berperan dalam fagositosis,     sehingga    kemampuan

fagositosis makin meningkat (Gomez et al., 2011).

Setelah dikonsumsi secara oral, glycyrrhizin dihidrolisis menjadi asam 18β-glycyrrhetinic oleh bakteri usus. Setelah penyerapan dari usus, asam β-glycyrrhetinic dimetabolisme menjadi asam          3B-monoglucuronyl-18β-

glycyrrhetinic di hati. Metabolit ini kemudian beredar dalam aliran darah. Akibatnya bioavailabilitas oral rendah. Sebagian besar dari zat ini dihilangkan oleh empedu dan hanya sebagian kecil (0,31-0,67%) dikeluarkan melalui urin. Setelah konsumsi oral 600 mg glycyrrhizin, metabolit muncul di urin setelah 1,5 sampai 14 jam. Konsentrasi maksimal (0,49-2,69 mg /l) dicapai setelah 1,5-39 jam dan metabolit dapat dideteksi dalam urin setelah 2 sampai 4 hari (Lee et al., 2007).

Aktivasi makrofag dapat terjadi melalui dua cara, yaitu melalui produk limfosit T yang disebut aktivasi secara spesifik atau imunologik, atau melalui senyawa lain yang bekerja langsung pada membran makrofag seperti endotoksin, mitogen, atau imunomodulator, yang disebut aktivasi nonspesifik atau non imunologik (Bratawidjaja, 2002; Abbas et al., 2000). Aktivasi dapat terjadi dalam beberapa menit sampai 72 jam bahkan lebih (Beer et al., 1982; Hoffman et al., 1992; Greenberg et al.,  1993). Sitokin

yang diproduksi sel T yaitu IFN-γ merupakan mediator sentral dari aktivasi makrofag. IFN-γ bekerja sinergis dengan TNF-α dalam mengaktivasi makrofag.

Pemberian asam glycyrrhizic berpengaruh terhadap meningkatnya aktivitas dan kapasitas fagositosis pada makrofag peritoneum mencit dikarenakan asam glyzyrrhizic mampu menjadi induktor untuk peningkatan produksi IL-12. IL-12 berfungsi penting dalam inisiasi dan regulasi respon imun seluler. Interleukin-12 ini diproduksi oleh makrofag dan sel dendritik yang diaktifkan. Efek biologis dari IL-12 antara lain mampu menstimulasi sel Natural Killer (NK) dan sel T mensekresi Interferon (IFN). IL-12 disebut juga

sebagai faktor stimulan sel T, karena berperan dalam diferensiasi sel T CD4 menjadi sel TH0 yang kemudian berkembang menjadi sel TH1 (Abbas et al., 2010).

Dalam perannya terhadap aktivasi makrofag, sel TH1 akan mensekresikan IFN-γ yang dapat merangsang ekspresi MHC-I dan MHC-II dan kostimulator APC. IFN bekerja terhadap sel B dalam pengalihan subkelas IgG yang mengaktifkan Fcy-R pada fagosit dan mengaktifkan komplemen. Kedua proses ini mampu meningkatkan fagositosis mikroba yang diopsonisasi. Fungsi utama IFN dalam hubungannya dengan fungsi makrofag adalah sebagai aktivator poten untuk fagosit mononuklear. (Surati, 2012; Queiroz-Junior et al., 2010; Brocker et al., 2010; Dai et al., 2001)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian Viusid© Pet dapat meningkatkan aktivitas dan kapasitas fagositosis sel makrofag. Dosis 0,2ml terbukti secara nyata meningkatkan aktivitas dan kapasitas fagositosis sel makrofag.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek pemberian Viusid© Pet pada mencit serta ambang toksisitas dan ambang aktivitas yang aman untuk pemberian Viusid© Pet.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen, pegawai dan staf Laboratorium Mikrobiologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas AK, Lichtman AH. 2000. Cellular and Molecular Immunology. 4th ed. WB Saunders Company Saunders, Philadelphia. Pp: 19-347.

Abbas AK, Litchman AH. 2010. Basic Immunology.   Update 3rd Ed.

Philadelphia:     WB     Saunders

Company.

Beer DJ, Charles AD., Lanny JR, Ross ER, 1982. Human Monocyte-derived Soluble Product(s) Has an Accessory Function in the Generation of Histamine- and Concanavalin A-induced Suppressor T cells. J Clin Invest 70: 393-400.

Besung, INK. 2009. Pegagan (Centella Asiatica)     sebagai     Alternatif

Pencegahan Penyakit Infeksi pada Ternak. Bulletin Veteriner Udayana 1(2): 61-67.

Besung, INK. 2011. Pengaruh Ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dalam Meningkatkan Kapasitas Fagosit Makrofag Peritoneum Mencit terhadap Salmonella Typhi. Bulletin Veteriner Udayana 3(2): 71-78.

Bratawidjaja, K. 2002. Imunologi Dasar. Ed. IV. Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta.

Brocker, C, Thompson D, Matsumoto A, Nebert, DW, Vasiliou, V. 2010. Evolutionary divergence and functions of the human interleukin (IL) gene family. Hum Genomics 5(1): 30-55.

Dai JH, Yasumasa I, Takaomi I, Hiroshi T, Hirotake K, Yoichiro I, Hiromi F. M. I. 2001. Glycyrrhizin enhances interleukin-12     production     in

peritoneal macrophages. Immunology 103: 235-243.

Gomez, EV, Rodriguez MA, Gra OB, Arus SE, Llanio NR, Caldazzila BL, Yassels GA, Del Rosario AVM. 2009. Clinical trial: a nutritional supplement Viusid© , in combination with diet and exercise, in patients with nonalcoholic fatty liver disease. Alimentary Pharmacology & Therapeutics 30:999-1009.

Gomez, EV, Yoan SR, Ana TG, Luiz CB, Enrique AS, Yadina MP, Ali YG, Maria dRAV. 2011. Viusid© , a nutritional supplement, increases

Buletin Veteriner Udayana

pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712

Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet survival and reduces disease progression     in     HCV-related

decompensated     cirrhosis:     a

randomized and controlled trial. BMJ Open 1:1-11.

Gomez, JD, Ramon DS, Alfredo AD and Hana Z. 2012. Clinical Study Effectiveness of Glycyrrhizinic Acid (Glizigen) and an Immunostimulant (Viusid© ) to Treat Anogenital Warts. ISRN Dermatology 2012: 1-6.

Greenberg S, Peter C, Samuel CS. 1993.

Tyrosine     Phosphorylation     Is

Required for Fc Receptor-mediated Phagocytosis      in      Mouse

Macrophages. J Exp Med 177: 529534.

Hoffman, T, Young LL, Elaine FL, Anil KT, Ezio B, Joseph P. 1992. Differential turnover of enzymes involved in human monocyte eicosanoid metabolism:  Selective

inhibition of cyclooxygenase product formation by cycloheximide in the absence of effects on 5-lipoxygenase or phospholipase A2. Biochemical Pharmacology 44(5): 955–963.

Karlsson F, Carl AKB, Nina N, Ann-Christin MH. 2003. The Mechanism of Bacterial Infection by Filamentous Phages     Involves     Molecular

Interactions between TolA and Phage

Protein 3 Domains. J Bacteriol 185: 2628–2634.

Kusmardi, Shirly K, Enif ET. 2007. Efek Imunomodulator Ekstrak Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.) Terhadap Aktivitas Dan Kapasitas Fagositosis Makrofag. Makara 11: 50-53.

Lee, CH, Sang WP, Yeong SK, Sam SK, Jeong AK, Seung HL, Sun ML. 2007. Protective Mechanism of Glycyrrhizin on Acute Liver Injury Induced by Carbon Tetrachloride in Mice. Biol Pharm Bull 30: 1898

1904.

Merdana, IM. 2010. Uji Bioaktivitas Antibakteri     Tanaman     Obat

Tradisional. Bulletin Veteriner Udayana 2(1): 51-56.

Queiroz-Junior, CM, Marcelo JBS, Joice DC, Mila FMM, Thiago PG, Gustavo PG, Fernando QC, Mauro MT, Tarcılia AS. 2010. A Controversial Role for IL-12 in Immune Response and Bone Resorption at Apical Periodontal Sites. Clin and DevelopImmunol 2010: 1-8.

Tjahjadi, S, Tri HA, Muchtan S, Ridad A, Din S. 2008. Asam L askorbat meningkatkan aktivitas antimalaria artemisinin bergantung konsetrasi. Majalah Kedokteran Bandung 40: 176-180.

177