ANALISIS EFEK TAPAK LOKAL DARI GEOLOGI TANAH DI BADUNG SELATAN DAN KOTA DENPASAR DENGAN SURVEI MIKROTREMOR (STUDI KASUS GEMPABUMI NUSADUA 13 OKTOBER 2011)
on
1
ANALISIS EFEK TAPAK LOKAL DARI GEOLOGI TANAH
DI BADUNG SELATAN DAN KOTA DENPASAR DENGAN SURVEI MIKROTREMOR (STUDI KASUS GEMPABUMI NUSADUA 13 OKTOBER 2011)
Adityo Mursitantyo1, Komang Ngurah Suarbawa 1, Ardhianto Septiadhi 2
Besarnya goncangan gempabumi di suatu daerah dipengaruhi oleh 3 faktor yakni magnitudo, jarak dan kedalaman gempabumi, serta karakteristik tanah (Irsyam, 2010). Karakteristik tanah meliputi keadaan geologi secara lokal serta kondisi tanah itu sendiri. Karakteristik tanah mempunyai peranan yang sangat penting dalam memperbesar atau meredam getaran saat terjadi gempabumi. Efek tapak lokal merupakan respon dari karakteristik tanah terhadap getaran saat terjadi gempabumi. Untuk mengetahui efek tapak lokal dari suatu keadaan geologi maka perlu dilakukan survei Mikrotremor.
Berdasarkan data geologi, sebagian Badung Selatan meliputi Kecamatan Kuta merupakan tanah aluvial yang terdiri dari endapan material flovio vulkanik sedangkan endapan vulkanik Gunung Buyan, Bratan dan Batur menutupi hampir 70% daerah Kota Denpasar. Beberapa gempabumi merusak di dunia menunjukkan bahwa kerusakan lebih parah terjadi pada dataran aluvial dibandingkan dengan daerah perbukitan (Nakamura, 2000).
Variasi karakteristik tanah pada daerah Badung Selatan dan Kota Denpasar mengindikasikan akan adanya efek tapak lokal. Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian mengenai efek tapak lokal pada daerah Badung Selatan dan Kota Denpasar. II. TINJAUAN PUSTAKA
Kota Denpasar dan Badung Selatan terdiri dari 3 (tiga) formasi batuan yakni:
-
• Formasi Selatan
Formasi ini tersingkap di semenanjung Bali bagian selatan dan Nusa Penida. Karakteristik lahan pegunungan kapur selatan yakni terdiri atas koral dan marl, dimana kapur koral berkembang menjadi topografi berbukit.
-
• Dataran Aluvial
Dataran aluvial merupakan daerah penimbunan (sedimentasi) dan pada dasarnya terbentuk oleh proses fluvial (bentukan lahan terjadi akibat proses air mengalir baik yang memusat (sungai) maupun oleh aliran permukaan bebas (Suprapto Dibyosaputro, 1997). Wilayah ini meliputi Kuta dan Denpasar Selatan. Tofografi wilayah aluvial ini landai hingga datar dan terdiri dari endapan material flovio vulkanik. Karakteristik tanah banyak dipengaruhi oleh tumpukan material vulkanis yang mengalami pelapukan
dan endapan luapan air sungai yang membawa sedimen saat banjir sehingga struktur endapan pada dataran aluvial berlapis horizontal pada elevasi yang rendah.
-
• Tufa dan Endapan Vulkanik Gunung Buyan, Bratan dan Batur
Endapan vulkanik ini menutupi hampir 70 % wilayah Kota Denpasar, berupa batuan gunung api hasil dari yang terdiri dari tufa dan breksi, lahar, kerikil, pasir.
Pengaruh efek lokal terhadap gempabumi menunjukkan bahwa kerusakan struktur bangunan akibat gempabumi dan intensitas goncangan tanah selama gempa secara signifikan dipengaruhi oleh kondisi geologi, kondisi tanah setempat (Seed ,1972). Batuan sedimen yang lunak diketahui memperkuat gerakan tanah selama gempa dan karena itu rata-rata kerusakan yang diakibatkan lebih parah dari pada lapisan keras (Tuladhar, 2002). Artinya batuan sedimen merupakan faktor amplifikasi amplitudo gelombang gempabumi. Kota modern yang dibangun di atas sedimen lunak akan mudah mengalami kerusakan akibat amplifikasi gelombang gempabumi.
Faktor penting yang digunakan untuk mengestimasi efek lokal yang diakibatkan oleh gempa bumi adalah hubungan antara periode dominan dengan
Mikrotremor adalah getaran lemah pada permukaan bumi yang bersumber dari aktivitas manusia dan alam, seperti lalu lintas, pabrik, interaksi antara bangunan dan pohon yang tertiup angin serta gelombang laut. Mikrotremor sangat bermanfaat untuk mengenali sifat dinamis tanah.(Daryono dkk, 2009).
Metode HVSR adalah metode untuk mengestimasi frekuensi alamiah dan penguatan geologi setempat dari data mikrotremor. Metode HVSR merupakan metode yang efektif, murah dan ramah lingkungan yang dapat digunakan pada wilayah pemukiman. Metode HVSR digunakan pada seismik pasif (mikrotremor) tiga komponen. Parameter penting yang dihasilkan dari metode HVSR adalah frekuensi alamiah dan penguatan. HVSR yang terukur pada tanah yang bertujuan untuk karakterisasi geologi setempat, frekuensi alamiah dan penguatan yang berkaitan dengan parameter fisik bawah permukaan (Herak, 2008). Dalam pengamatan di lapangan ada dua komponen horisontal yang diukur yaitu komponen utara – selatan dan komponen
barat- timur, sehingga komponen horisontal yang digunakan adalah resultan dari kedua komponen.
√f (e w)2+ f (nsy f (Y)
(2.1)
Dimana:
f0 = frekuensi dominan (Hz)
fNS = frekuensi mikrotremor komponen horisontal utara – selatan (Hz).
fWE = frekuensi mikrotremor komponen barat – timur (Hz).
fV = frekuensi mikrotremor komponen vertikal di permukaan (Hz).
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menghitung nilai dan kontur periode dominan adalah sebagai berikut:
-
1. Mendesain konsep akuisisi lapangan pada daerah Badung Selatan dan Kota Denpasar, sehingga didapatkan gambaran rinci terkait dengan akuisisi yang akan dilakukan. Faktor yang ditinjau yakni kondisi geografi dan geologi daerah Badung Selatan dan Kota Denpasar
-
2. Menggunakan teknik pencuplikan secara proporsional dan pencuplikan berdasarkan tujuan untuk menentukan lokasi pengukuran dan jumlah lokasi pengukuran
-
3. Mengakuisisi data dengan seperangkat alat pengukur mikrotremor berupa seismometer periode pendek tipe TDS-303 (3 komponen) dengan frekuensi
sampling 100 Hz, dilengkapi dengan digitizer, kabel data, panel surya, GPS, UPS, dan laptop akuisisi data.
-
4. Mengolah data dengan perangkat lunak GEOPSY. Adapun perangkat lunak GEOPSY menggunakan teknik HVSR dan menghasilkan data berupa rata – rata spektrum mikrotremor. Informasi yang didapatkan dari spektrum yakni nilai frekuensi predominan (f0) dan nilai puncak spektrum mikrotremor (A) di lokasi pengukuran. Adapun diagram alir perangkat lunak Geopsy
-
5. Mengubah data frekuensi predominan (f0) dari lokasi pengukuran menjadi periode dominan (T) dengan menggunakan hubungan antara frekuensi dan periode.
T0 = 1/f0 (3.1)
-
6. Mengolah dan mengkontur nilai periode dominan per titik pengukuran dengan perangkat lunak ARC GIS dan menggunakan metode interpolasi natural neighbour sehingga didapatkan peta kontur periode dominan daerah penelitian.
-
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang digunakan dalam analisis periode dominan hasil pengolahan dari data
mikrotremor oleh perangkat lunak Geopsy disajikan dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data hasil pengukuran yang digunakan dalam analisis periode dominan
Kode |
Lokasi |
f0(Hz) |
T0 (detik) |
9 |
Poltek UNUD Bukit |
48.16 |
0.02 |
10 |
Lap. Belakang KFC Jimbaran |
14.26 |
0.07 |
19 |
Poltabes Denpasar |
9.74 |
0.1 |
3 |
Lap. Pemkab Badung/Gatsu |
9.37 |
0.11 |
6 |
Monang-maning |
9.49 |
0.11 |
12 |
Padang Sambian |
8.21 |
0.12 |
13 |
Balai Besar MKG III |
6.43 |
0.16 |
14 |
Mess Jl. Mapanget |
6.02 |
0.17 |
15 |
Sanur/Lap.Padang Galak |
5.87 |
0.17 |
22 |
Jl. Tukad Baru |
5.04 |
0.2 |
5 |
Kedonganan |
3.88 |
0.26 |
34 |
Pantai Matahari Terbit |
3.78 |
0.26 |
38 |
Gangsa Private Villa |
3.72 |
0.27 |
32 |
Balai Besar Veteriner |
3.48 |
0.29 |
25 |
Jl. By Pass Ngurah Rai |
3.31 |
0.3 |
16 |
Lap.Letda Made Pica Sanur |
3.02 |
0.33 |
36 |
Jl. Tukad Balian |
3.00 |
0.33 |
1 |
Nusadua/Tanjung Benoa |
2.83 |
0.35 |
33 |
Jl. Pesanggrahan, Pedungan |
2.82 |
0.35 |
40 |
Jl. Danau Tondano |
2.89 |
0.35 |
23 |
Kepaon Pemogan |
2.68 |
0.37 |
8 |
Sindhu Sanur |
2.64 |
0.38 |
35 |
Lapangan Fortuna Sidakarya |
2.18 |
0.46 |
4 |
Sunset Road |
2.11 |
0.47 |
7 |
PetitTenget |
2.14 |
0.47 |
11 |
Mangrove (Blk. Mal Galeria) |
1.78 |
0.56 |
2 |
Stasiun Geofisika Sanglah |
1.71 |
0.58 |
18 |
Yamaha Bisma Imam Bonjol |
1.65 |
0.61 |
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai frekuensi dominan yang didapatkan dari hasil pengolahan data mikrotremor pada daerah Badung Selatan dan Kota Denpasar menunjukkan distribusi nilai frekuensi dominan dalam rentang 1.65 – 48.16 Hz. Adapun nilai periode dominan yang didapatkan yakni dalam rentang 0.02 – 0.61 detik.
Data dari tiap titik pengukuran mikrotremor diidentifikasi kondisi geologi berdasarkan informasi pada Peta Geologi Bali. Identifikasi geologi pada lokasi titik pengukuran berdasarkan Peta Geologi disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Data identifikasi geologi daerah pengukuran
Kode Lokasi Identifikasi Geologi |
T dom (detik) |
|
0.35 0.26 0.56 0.16 0.17 0.30 0.27 0.58 0.11 0.47 0.11 0.47 0.38 0.12 0.17 0.33 0.61 0.10 0.20 0.37 0.29 0.35 0.26 0.46 0.33 0.35 0.02 0.07 |
Berdasarkan Tabel 4.2 didapatkan bahwa pada endapan aluvial rentang periode dominan yang terukur yakni 0.16 – 0.56 detik, endapan vulkanik Buyan – Bratan dan Batur dengan rentang periode dominan yang terukur yakni 0.10 – 0.61 detik, dan Formasi Selatan dengan rentang periode dominan yang terukur yakni 0.02 – 0.07 detik.
Berdasarkan parameter periode dominan tanah yang telah dibuatkan distribusi spasialnya, selanjutnya dilakukan analisis untuk menentukan klasifikasi jenis tanah permukaan dari nilai periode dominan menurut S. Omote dan Nakajima (1966).
Selanjutnya dilakukan analisis secara spasial dengan perhitungan raster menggunakan perangkat lunak ARCGIS yang disajikan dalam Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Peta nilai Periode Dominan Badung Selatan dan Kota Denpasar berdasarkan klasifikasi tanah permukaan.
Berdasarkan Gambar 4.1 dan Tabel 4.2 didapatkan informasi bahwa tanah permukaan jenis A terdapat pada sebagian besar daerah Peguyangan, Pemecutan Kaja, Jimbaran, Uluwatu dan Ungasan dengan rentang periode dominan antara 0.02 – 0.20 detik. Tanah permukaan jenis B diindikasikan pada daerah penelitian Canggu, Kerobokan, Kota Denpasar, Kesiman, Sanur, Sesetan, Sebagian Kuta, Nusadua dan Tanjung Benoa berupa batuan aluvial dengan rentang periode dominan tanah antara 0.26 – 0.38 detik. Sedangkan pada daerah Seminyak, daerah sebelah utara Sesetan dan pesisir Sanur diindikasikan terdapat tanah permukaan jenis C yang merupakan batuan aluvial dengan rentang periode dominan tanah antara 0.46 – 0.61 detik.
-
4.2.2 Analisis periode dominan tanah terhadap sebaran kerusakan akibat gempabumi Nusadua 13 Oktober 2011
Pengkajian sebaran kerusakan berdasarkan pendekatan faktor geologi pernah dilakukan oleh Midorikawa (2002) menggunakan data gempabumi Kanto, Jepang 1923. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya hubungan antara sebaran kerusakan rumah dengan faktor geologi.
Data yang telah dikumpulkan melalui data laporan masyarakat maupun oleh PUSDALOPS PB Kota Denpasar dan data survei tim lapangan BMKG Bali kemudian ditentukan koordinat titik kerusakan dan dipetakan dengan perangkat lunak ARCGIS.
Gambar 4.3. Peta Kepadatan Penduduk Perkecamatan Provinsi Bali
Adapun rincian sebaran kerusakan akibat gempabumi Nusadua 13 Oktober 2011
pada daerah penelitian disajikan dalam Tabel 4.3.
No |
Lintang |
Bujur |
Jenis Tanah |
Keterangan Kerusakan |
1 |
-8.65314 |
115.22219 |
A |
Kantor Depkominfo Denpasar Jl. Melati |
2 |
-8.64982 |
115.23456 |
A |
Genteng Puskesmas Dentim II runtuh |
3 |
-8.76792 |
115.17858 |
A |
Genteng SMAN 2 Kuta runtuh |
4 |
-8.63680 |
115.19781 |
A |
Plafon Nissan Gatsu rubuh |
5 |
-8.63722 |
115.18484 |
A |
Atap KFC Kebo Iwa runtuh |
6 |
-8.66566 |
115.19910 |
A |
Genteng runtuh di SMPN 7 Denpasar (genteng runtuh dan mengenai kaki siswa) |
7 |
-8.65408 |
115.23320 |
B |
Dinding bangunan SMAN 3 Denpasar retak ( Lab bahasa retak) |
8 |
-8.65389 |
115.23544 |
B |
Pura di Jln. Nusa Indah runtuh |
9 |
-8.65574 |
115.22215 |
B |
Gapura DPRD Bali retak |
10 |
-8.65658 |
115.22204 |
B |
Gapura dan gedung Kesbangpolinmas Prov. Bali retak |
11 |
-8.67754 |
115.19976 |
B |
Genteng Rumah di Batan Nyuh Imam Bonjol runtuh |
12 |
-8.70627 |
115.25952 |
B |
Tembok rumah di Sanur Kauh roboh |
13 |
-8.67130 |
115.23920 |
B |
SD Saraswati 3 Dps genteng runtuh dan pemubug pecah (sudah diperbaiki) |
14 |
-8.70350 |
115.22910 |
B |
SMK 2 Denpasar Jln Pendidikan (pihak sekolah masih rapat) |
15 |
-8.66722 |
115.22608 |
B |
Genteng di Bappeda Prov. Bali runtuh |
16 |
-8.65632 |
115.22173 |
B |
Genteng di Dinas Sosial Prov.Bali runtuh |
17 |
-8.66238 |
115.21301 |
B |
Genteng Pustu Dauh Puri Pekambingan runtuh |
18 |
-8.72666 |
115.17081 |
B |
SMA 1 Kuta Utara |
19 |
-8.67726 |
115.20963 |
C |
Tembok kantor BMKG retak |
20 |
-8.67743 |
115.20559 |
C |
Genteng Rumah Sakit Kasih Ibu runtuh |
21 |
-8.71289 |
115.18673 |
C |
Tembok bagian depan dan genteng Carefure runtuh |
22 |
-8.72149 |
115.18341 |
C |
Genteng Abascus runtuh (info Bali TV) |
23 |
-8.71460 |
115.18571 |
C |
Plafon XL Center Sunset Road rubuh |
Data periode dominan yang diklasifikasikan menjadi data jenis tanah permukaan memberikan gambaran bahwa kerusakan akibat gempabumi Nusadua 13 Oktober 2011 lebih banyak terjadi pada endapan yang tidak kompak pada tanah jenis B dan C. Sebanyak 17 titik laporan kerusakan merupakan gabungan tanah jenis B dan C dari 23 titik laporan kerusakan yang telah dikumpulkan.
Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa daerah dengan tanah jenis permukaan A merupakan daerah yang tidak mengalami amplifikasi saat terjadi gempabumi. Penentuan daerah kurang rentan ini berdasarkan hasil penelitian: (1) Nilai periode dominan tanah sangat rendah yakni kurang dari 0.25 detik, (2) Daerah Formasi Selatan tersusun atas material kompak dengan umur batuan tua (Tersier). Sedangkan pada sebagian besar daerah Peguyangan dan Pemecutan Kaja memiliki endapan vulkanik yang lebih tua dibandingkan daerah selatan dan (3) Rendahnya laporan dan tinjauan kerusakan pada daerah dengan tanah jenis permukaan A.
Daerah lebih rentan secara seismik saat terjadi gempabumi Nusadua 13 Oktober 2013 yakni daerah dengan tanah permukaan jenis B dan C. Penentuan daerah rentan secara seismik ini berdasarkan hasil penelitian : (1) Nilai periode dominan tanah tinggi yakni lebih dari 0.25 detik, (2) Daerah endapan aluvial dan endapan vulkanik Gunung Buyan – Bratan tersusun atas material yang tersusun atas material lepas dan memiliki umur batuan yang lebih muda (Kuarter) sehingga berpotensi menimbulkan resonansi gelombang seismik saat terjadi kejadian gempabumi dan (3) Tingginya laporan dan tinjauan kerusakan pada daerah dengan tanah permukaan jenis B dan C.
Dalam studi ini, nilai periode dominan didapatkan dari hasil pengukuran mikrotremor pada daerah Badung Selatan dan Kota Denpasar. Periode dominan didapatkan dengan menggunakan metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR). Pada pengukuran mikrotremor pada daerah Badung Selatan dan Kota Denpasar didapatkan daerah endapan aluvial memiliki rentang periode dominan yang terukur yakni 0.16 - 0.56 detik, endapan vulkanik Buyan - Bratan dan Batur dengan rentang periode dominan yang terukur yakni 0.10 - 0.61 detik, dan Formasi Selatan dengan rentang periode dominan yang terukur yakni 0.02 - 0.07 detik.
Tanah permukaan jenis A pada daerah Peguyangan, Pemecutan Kaja, Jimbaran, Uluwatu dan Jimbaran dengan rentang periode dominan 0.02 – 0.20 detik. Tanah
permukaan jenis B didapatkan pada daerah Canggu, Kerobokan, Kota Denpasar, Kesiman, Sanur, Sesetan, Kuta, Nusadua dan Tanjung Benoa dengan rentang periode dominan tanah 0.26 – 0.38 detik. Tanah permukaan jenis C didapatkan pada daerah Seminyak, daerah sebelah utara Sesetan dan pesisir Sanur dengan rentang periode dominan tanah 0.46 – 0.61 detik. Daerah dengan tanah permukaan jenis B dan C lebih rentan mengalami amplifikasi pada saat terjadi gempabumi dibandingkan daerah dengan tanah jenis permukaan A.
-
1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan nilai Vs (Kecepatan gelombang S) yang digunakan untuk mendapatkan nilai kedalaman sedimen daerah Badung Selatan dan Kota Denpasar.
-
2. Pemerintah Provinsi Bali dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai data dukung dalam perencanaan tata ruang daerah perkotaan.
-
3. Pemerintah Provinsi Bali dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai salah satu komponen mikrozonasi daerah Badung Selatan dan Kota Denpasar.
DAFTAR PUSTAKA
Daryono, Sutikno, J. Sartohadi, Dulbahri, K. S. Brotopuspito, 2009, Efek Tapak Lokal (Local Site Effect) di Graben Bantul Berdasarkan Pengukuran Mikrotremor, International Conference Earth Science and Technology, Yogyakarta
Irsyam, M., 2010, Peta Hazard Gempa Indonesia 2010, Kementerian Pekerjaan Umum
Herak, M. 2008, ModelHVSR: a Matlab tool to model horizontalto-vertical spectral ratio of ambient noise. Computers and Geosciences 34, 1514–1526.
Kanai, K. And Tanaka, T., 1961. On Microtremors VIII, Bull Eq.Res.Inst., Tokyo Univercity, Vol.39 , Pt.l ,p.97
Nakamura, Y., 1989, A method for dynamic characteristic estimation of subsurface using microtremor on the ground surface. Q.R of R.T.I. 30-1, pp. 25-33
Oliviera C.S., A. Roca, X. Goula, 2006, Assessing and Managing Earthquake Risk, Geotechnical, Geological And Earthquake Engineering,Vol. 2
Suprapto Dibyosaputro, Drs. M. Sc., (1997). Geomorfologi Dasar, Yogyakarta, Fakultas Geografi UGM
Discussion and feedback