BULETIN

EKONOMI


STUDI


BULETIN STUDI EKONOMI

Available online at https://ojs.unud.ac.id/index.php/bse/index

Vol. 28 No. 02, Agustus 2023, pages: 168-176

ISSN : 1410-4628

e-ISSN: 2580-5312



PENGARUH GDP JEPANG, KURS YEN, DAN IMPLEMENTASI IJEPA TERHADAP NILAI EKSPOR KARET INDONESIA KE JEPANG


Anak Agung Sagung Diah Suta Narawinda1 Anak Agung Ketut Ayuningsasi2


Abstract


Keywords:

Export;

Rubber;

Exchange Rate;

IJEPA;

ECM)


Indonesia is a country that is supported by the availability of excellent and diverse natural resource potential. Rubber is one of the natural products that contribute the highest foreign exchange in Indonesia. Rubber opens up great opportunities for Indonesia to export to developed countries such as Japan which is known for its sophisticated technology. Therefore, this study aims to determine the effect of Japan's GDP, the Yen exchange rate, and the implementation of the IJEPA cooperation on the value of Indonesian rubber exports to Japan within 24 years. The data used is secondary data obtained through UN Comtrade, World Bank, and Bank Indonesia with the type of data used being time series. The method used in this study is the Error Correction Model. The results showed that Japan's GDP and IJEPA implementation had a positive and significant effect on the value of Indonesian rubber exports to Japan, while the Yen exchange rate had a negative and insignificant effect on the value of Indonesian rubber exports to Japan.


Kata Kunci:


Abstrak


Ekspor;

Karet;

Kurs;

IJEPA; ECM.


Koresponding:

Fakulas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bali, Indonesia

Email:

[email protected]


Indonesia merupakan negara yang didukung oleh ketersediaan potensi sumber daya alam yang sangat baik dan beragam. Karet menjadi salah satu hasil alam penyumbang devisa tertinggi di Indonesia. Karet membuka peluang besar bagi Indonesia untuk melakukan ekspor ke negara-negara maju seperti negara Jepang yang terkenal akan teknologinya yang canggih. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh GDP Jepang, kurs Yen, dan implementasi kerjasama IJEPA terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke Jepang dalam kurun waktu 24 tahun. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh melalui UN Comtrade, World Bank, dan Bank Indonesia dengan jenis data yang digunakan yaitu time series. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Error Correction Model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa GDP Jepang dan implementasi IJEPA berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke Jepang, sedangkan kurs Yen berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke Jepang.


Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana, Bali, Indonesia [email protected]


PENDAHULUAN

Sebagai akibat dari globalisasi, perekonomian berbagai negara di dunia menjadi semakin terintegrasi, sehingga memudahkan perpindahan teknologi, informasi, barang, dan jasa. Inilah sebabnya perdagangan internasional memainkan peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi negara-negara di seluruh dunia, salah satunya adalah Indonesia. Perdagangan internasional memberikan banyak keuntungan bagi suatu negara dan pasar yang luas dengan menghasilkan produk-produk dengan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh negara tersebut. Namun, perdagangan internasional juga berdampak negatif pada pasar domestik, karena produk yang lebih murah dan berkualitas tinggi dapat diimpor dari luar negeri. Menurut Adam Smith, suatu negara akan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut bisa menghasilkan barang dengan biaya yang secara mutlak lebih murah daripada negara lain, yaitu karena memliki keunggulan mutlak. Adanya keunggulan mutlak menurut Adam Smith merupakan kemampuan suatu negara untuk menghasilkan suatu barang dan jasa per unit dengan mengggunakan sumber daya yang lebih sedikit dibandingkan kemampuan negara-negara lain. Teori lainnya oleh David Ricardo menyatakan bahwa meskipun suatu negara kurang efisien (tidak memiliki keunggulan absolut terhadap suatu negara) dari suatu negara yang berbeda dalam memproduksi dua jenis komoditas yang sama, negara tersebut masih dapat menikmati keuntungan dalam perdagangan karena yang menentukan bukanlah absolute cost dalam produksi, melainkan opportunity cost (Soelistyo, 2013).

Ekspor merupakan salah satu faktor utama bagi negara berkembang untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan ekspor dan investasi yang dilakukan oleh negara berkembang dapat mendorong output dan pertumbuhan ekonomi (Ginting, 2017). Negara memiliki strategi untuk menekankan persaingan antar negara dalam rangka mempertahankan atau meningkatkan daya saing produknya di pasar internasional. Dalam hal ini, pemerintah Indonesia semakin mengejar kebijakan diplomatik dan perdagangan bebas bilateral dan multilateral. Menurut Nopirin (1995:3), para pihak dalam perjanjian dapat meningkatkan pendapatan nasional dan memperluas pasar, serta negara-negara yang bekerja sama pasti akan dipengaruhi oleh mitra dagang.

Perjanjian kerjasama yang ditandatangani dengan mitra dagang membawa manfaat bagi negara-negara yang terlibat dalam perdagangan. Salah satu bentuk kerjasama perdagangan bilateral Indonesia adalah Japan-Indonesia Economic Partnership Agreement (IJEPA). IJEPA merupakan perjanjian perdagangan bebas bilateral pertama tentang kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Jepang (Direktorat Jenderal PPI, 2021). Menurunnya pangsa pasar ekspor Indonesia ke Jepang dari tahun 2000 hingga 2008 menjadi salah satu faktor yang mendorong lahirnya perjanjian IJEPA. Untuk meningkatkan hubungan bilateral antara Indonesia dan Jepang, kesepakatan ini dilakukan untuk memperkuat dan memperluas kerjasama di bidang ekonomi.

Peningkatan ekspor Indonesia ke Jepang dengan adanya perjanjian IJEPA akan berdampak pada peningkatan pendapatan nasional Indonesia dan akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Negosiasi yang dibentuk berdasarkan perjanjian perdagangan antara Indonesia dan Jepang adalah perdagangan barang, aturan asal barang, kepabeanan, perdagangan jasa, investasi, perpindahan individu, pengadaan pemerintah, hak kekayaan intelektual, kebijakan persaingan, energi dan sumber daya mineral dan kerjasama (Direktorat Jenderal PPI, 2021). Dalam perdagangan komoditas terdapat kelonggaran berupa penghapusan atau pengurangan tarif impor. Ini adalah penggunaan prosedur cepat, prosedur normal dan pengecualian, keadaan darurat dan perlindungan yang ditujukan untuk mencegah potensi efek buruk pada industri dalam negeri. Perjanjian IJEPA telah berlaku selama kurang lebih 14 tahun, sehingga perlu dilakukan analisis nilai perdagangan Indonesia dan evaluasi dampak penerapan IJEPA. Penilaian dampak implementasi IJEPA bertujuan untuk menentukan tercapainya tujuan perdagangan.

Salah satu indikator utama yang dapat digunakan untuk menilai dampak penerapan IJEPA adalah nilai ekspor. Dalam kegiatan perdagangan internasional, nilai ekspor merupakan indikator dampak kawasan perdagangan bebas terhadap suatu negara. Tercatat bahwa nilai ekspor Indonesia hingga April 2022 mencapai US$ 67,38 miliar, naik sebesar 24,96 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Peningkatan kinerja ekspor tersebut dipicu oleh peningkatan nilai ekspor produk migas sebesar 27,14 persen dan produk non migas sebesar 24,84 persen (Badan Pusat Statistik, 2022).

Komoditas ekspor unggulan Indonesia ke negara pengimpor meliputi bahan bakar mineral dengan urutan paling atas yaitu sebesar 50.343,7 ton, kemudian lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 32.580,3 ton, dan disusul dengan karet dan barang turunannya sebesar 25.488,6 ton. Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang diandalkan Indonesia untuk memberikan kontribusi lebih kepada pendapatan devisa Indonesia. Indonesia merupakan pengekspor karet terbesar di samping Malaysia dan Thailand, tetap saja mutu produk karet harus senantiasa ditingkatkan. Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara pengekspor karet alam terbesar di ASEAN selain Malaysia dan Thailand. Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Thailand, kemudian disusul dengan Malaysia. Rata-rata pangsa ekspor karet alam Indonesia terhadap total ekspor karet alam dunia adalah sebesar 26,67 persen pertahun. Rata-rata pangsa ekspor karet alam Malaysia terhadap total ekspor karet alam dunia adalah sebesar 16,63 persen pertahun. Rata-rata pangsa ekspor karet alam Thailand terhadap total ekspor karet alam dunia adalah sebesar 34,33 persen pertahun (Apriansyah & Gama, 2019).

Jumlah ekspor karet Indonesia terbesar ditujukan kepada Amerika Serikat dan Jepang. Dari segi pasar, produksi karet Indonesia terutama ditujukan untuk meningkatkan ekspor serta memenuhi kebutuhan dalam negeri. Keunggulan Indonesia dalam peningkatan produksi karet untuk yang masa akan datang adalah masih tersedianya lahan tropis yang cukup besar yang sesuai untuk penanaman pohon karet. Di sisi lain, negara produsen karet lainnya yaitu Malaysia dan Thailand, produksinya terus mengalami penurunan karena kebijakan pemerintah yang kurang mendukung, sehingga karet sangat potensial untuk dikembangkan menjadi komoditi ekspor Indonesia (Ramdani, 2020).

Perkembangan ekspor karet Indonesia ke Jepang setelah diimplementasikannya perjanjian IJEPA relatif berfluktuasi. Dimana pada tahun 2008 nilai ekspor karet Indonesia ke Jepang mencapai 61.283 US$. Pada tahun 2011 hingga 2015 terjadi penurunan nilai ekspor karet, hal ini disebabkan oleh adanya kelesuan pasar Jepang sebesar 1,61 persen pada tahun 2014 (Hafidyah, 2021). Meski demikian, pada tahun 2016, kontribusi ekspor karet Indonesia ke Jepang sebesar 797.179 US$. Pasca implementasi IJEPA, nilai perdagangan ekspor maupun impor terlihat semakin besar dibandingkan pada saat sebelum adanya IJEPA dengan rata-rata ekspor karet sebesar 583.158 US$.

Makolle (2019) berpendapat bahwa fluktuasi yang terjadi pada tingkat ekspor dapat terjadi karena beberapa faktor yang terkait mengenai ekspor antara lain pendapatan, harga barang, investasi, perjanjian kerja sama, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat untuk usaha yang terkait. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dimana negara Indonesia banyak melakukan pembangunan di segala bidang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu sumber pendanaan penting yang digunakan Indonesia untuk melaksanakan pembangunan nasional adalah devisa. Cadangan devisa dapat menjadi suatu indikator yang penting untuk melihat sejauh mana negara dapat melakukan perdagangan internasional dan untuk menunjukkan kuat lemahnya fundamental perekonomian suatu negara (Reny, 2014).

Dalam teori ekonomi dijelaskan bahwa peningkatan pendapatan dan besarnya jumlah cadangan devisa adalah faktor penting penentu permintaan atas barang dan jasa. Faktor lain yang cukup berpengaruh terhadap impor barang modal adalah Produk Domestik Bruto. Barang modal adalah bentuk aset yang dimanfaatkan dalam menciptakan produk penghasil barang atau jasa untuk digunakan konsumen. Karet adalah contoh barang modal yang berasal dari perkebunan getah karet mentah yang

171 e-ISSN: 2580-5312 kemudian di ekspor ke negara pengimpor dan nantinya akan diproduksi menjadi berbagai produk siap pakai. Beberapa produk jadi yang terbuat dari karet adalah ban motor, karet gelang, dan lain sebagainya.

Perubahan pada tingkat pendapatan suatu negara akan membawa perubahan pada tingkat impor. Impor dapat terjadi dikarenakan pendapatan dalam negeri meningkat sehingga kemampuan penduduk untuk membeli barang-barang impor pun meningkat sehingga menguntungkan negara pengekspor (Sukirno, 2013). Kenaikan pendapatan nasional (GDP) juga akan meningkatkan daya beli (purchasing power) masyarakat untuk melakukan impor di satu sisi, di sisi lain kenaikan pendapatan nasional juga akan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk melakukan proses produksi yang pada akhirnya bisa untuk di ekspor ke negara lain. Bagi negara-negara sedang berkembang, kenaikan impor apalagi sampai melebihi kenaikan ekspor akan membuat kelesuan perekonomian dalam negeri (Dewi, 2018). Adanya penurunan GDP negara Jepang pada tahun 2013. Penurunan GDP tersebut disebabkan oleh adanya penerapan pajak penjualan yang meningkat dari 5 persen menjadi 8 persen oleh pemerintahan Perdana Menteri Abe mulai April 2013 (Hafidyah, 2021). Adanya peningkatan ataupun penurunan GDP Jepang ini dapat berpengaruh terhadap nilai ekspor Indonesia ke Jepang. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Risma, dkk., 2018), diperoleh hasil bahwa GDP berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap ekspor.

Gross Domestic Product (GDP) menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap aliran barang dan jasa antar negara. Apabila GDP negara pengimpor mengalami peningkatan, maka kebutuhan masyarakat juga akan meningkat dan kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri, maka akan terjadi permintaan barang impor oleh negara lain (Andriantoni, N., dkk., 2020). Selain GDP, nilai tukar juga turut mempengaruhi kegiatan ekspor ataupun impor. Nilai tukar merupakan nilai mata uang negara dalam negeri yang dinyatakan dalam nilai mata uang luar negeri (Noviana, 2018). Penentuan nilai tukar merupakan hal yang penting untuk kelancaran suatu negara, sebab nilai tukar berperan penting dalam kelancaran kegiatan transaksi ekonomi antar negara. Kenaikan nilai tukar (kurs) mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas mata uang (mata uang asing lebih murah, hal ini berarti nilai mata uang asing dalam negeri meningkat). Penurunan nilai tukar (kurs) disebut depresiasi mata uang dalam negeri (mata uang asing menjadi lebih mahal, yang berarti mata uang dalam negeri menjadi merosot) (Dona Agus & Ayuningsasi, 2016). Apabila nilai tukar suatu negara mengalami depresiasi, maka ekspornya akan menurun sedangkan bila kursnya mengalami apresiasi maka ekspornya juga akan meningkat (Silitonga & Ishak, Z., 2017). Kurs berpengaruh positif terhadap ekspor komoditas unggulan di Indonesia terutama ekspor karet karena komoditas karet di Indonesia memiliki keunggulan absolut (Taufiq, M. & Aliyah, 2019).

Sebagai salah satu negara mitra dagang terbesar bagi Indonesia yaitu Jepang, maka kestabilan nilai tukar kedua mata uang tersebut sangatlah penting. Dalam perekonomian terbuka, penggunaan mata uang dalam transaksi tidak terbatas hanya dilakukan antar penduduk, tetapi juga dapat digunakan antar penduduk dalam suatu negara dengan negara lain dengan menggunakan mata uang yang telah disepakati. Penggunaan mata uang untuk transaksi penduduk antar negara pada umumnya untuk kegiatan transaksi pembayaran impor barang-barang dan jasa ke penduduk di luar negeri. Nilai kurs tengah Yen Jepang cenderung berfluktuasi dari waktu ke waktu dengan penerapan sistem mengambang bebas (Free Floating Rate). Depresiasi terjadi pada tahun 2008 dari Rp8.386/100 Yen menjadi Rp11.895/100 Yen pada tahun 2009 dan mengalami penurunan sebesar Rp1.849 dari tahun 2009 ke tahun 2010 sehingga nilainya menjadi Rp10.046/100Yen. Pada tahun 2012, Rupiah mengalami penguatan menjadi Rp11.841/100 Yen. Pada tahun 2013 dan 2015 nilai tukar rupiah mengalami fluktuasi yang masih berkisar di angka Rp11.138/100 Yen hingga Rp10.361/100 Yen, hingga pada tahun 2019 mengalami depresiasi yang sangat signifikan yang menyentuh angka Rp13.221,00/100 Yen. Angka ini merupakan angka tertinggi dibanding 10 tahun terakhir untuk nilai tukar Rupiah terhadap Yen yang terus berfluktuasi di angka Rp10.000,00 – Rp11.000,00 /100 Yen (Badan Pusat Statistik, 2022).

Permintaan ekspor Indonesia oleh luar negeri dipengaruhi oleh harga barang ekspor dan pendapatan riil negara-negara yang mengimpor barang tersebut dan nilai tukar mata uang riil Indonesia terhadap mata uang mitra dagangnya. Semakin tinggi pendapatan riil negara-negara pengimpor, maka semakin tinggi jumlah permintaan terhadap barang ekspor Indonesia. Meningkatnya nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara pengimpor, semakin rendah permintaan terhadap barang ekspor Indonesia karena dengan meningkatnya nilai tukar riil rupiah maka harga barang ekspor Indonesia, dinilai dalam mata uang asing akan menjadi lebih mahal. Adanya perjanjian perdagangan bebas dapat memberikan keuntungan secara ekonomi berupa terbukanya akses pasar barang dan jasa dengan adanya penurunan tarif bea masuk dan Non Tarif Measures (NTMs), serta peningkatan investasi (Jesica dan Kurnia, 2019). Dampak dari adanya perjanjian bilateral antara Indonesia dan Jepang (IJEPA) diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi kedua negara terkhusus juga Indonesia. Dengan adanya pembebasan tarif yang dilakukan diharapkan dapat meningkatkan nilai perdagangan dari kedua negara tersebut dan saat ini sudah diterapkan penguatan kerangka kerja sama penyelesaian transaksi dengan mata uang lokal (Local Currency Settlement /LCS) dalam Rupiah-Yen yang dilakukan Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan Jepang. Diharapkan LCS dapat mendorong ekspor impor dan investasi, serta memperkuat stabilitas makroekonomi dengan menggunakan mata uang lokal untuk penyelesaian perdagangan dan investasi langsung antara Indonesia dan Jepang.

METODE PENELITIAN

Adapun variabel yang dihubungkan dalam penelitian ini adalah variabel bebas yaitu GDP Jepang (X1), kurs Yen (X2), dan implementasi IJEPA (X3) terhadap variabel terikat yaitu nilai ekspor karet Indonesia ke Jepang (Y). Lokasi penelitian adalah di Indonesia. Negara Indonesia dipilih sebagai lokasi penelitian, didasarkan pada ekspor karet Indonesia yang memiliki potensi cukup besar untuk terus berkembang dan tren permintaan ini selalu meningkat terlebih lagi dengan adanya penerapan IJEPA yang memberlakukan penghapusan dan penurunan tarif bea masuk untuk beberapa pos tarif yang telah disepakati bersama oleh Indonesia dan Jepang di awal kesepakatan. Jumlah pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 24 tahun yaitu data pada tahun 1997-2020 terkait GDP Jepang, Kurs Yen, implementasi IJEPA, dan nilai ekspor karet Indonesia ke Jepang. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berdasarkan runtut waktu (time series) tahunan yaitu dari tahun 1997 sampai dengan 2020, yang diperoleh dari beberapa instansi atau lembaga terkait. Data sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini antara lain UN Comtrade untuk mencari nilai ekspor karet Styrene-Butadiene Rubber (SBR) Indonesia, World Bank mencari perkembangan GDP Jepang (Triliun US$), dan Bank Indonesia mencari data Kurs Tengah Yen (100) ke Rupiah. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data secara observasi non partisipan dimana observasi non partisipan adalah pengamatan yang dilakukan oleh observer tanpa terjun langsung ke dalam anggota kelompok yang akan diobservasi sehingga observer hanya sebagai pengamat melalui buku, jurnal ilmiah, artikel, dan memperoleh data melalui Badan Pusat Statistik (BPS), UN Comtrade, Bank Indonesia, dan World Bank.

Model regresi ECM yang digunakan dalam penelitian dapat ditulis sebagai :

Persamaan Jangka Panjang:

^ = «0 + a1X1t + a2X2t + a3X3t + Ut........................................................................(1)

Persamaan Jangka Pendek:

^^ = βo + β1X1t + β2X2t + β3X3t + t-1+ Ut(2)

Keterangan:

Y            = Nilai Ekspor Karet Indonesia ke Jepang (Juta US$)

X1           = GDP Jepang (Triliun US$)

X2           = Kurs Yen (Rupiah)

X3           = Implementasi IJEPA (0 = sebelum dan 1 = sesudah IJEPA)

ut             = Nilai Residual

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji t dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian mengenai pengaruh dari masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.

Tabel 1.

Hasil Uji Hipotesis Uji Parsial (Uji t)

Model Jangka Panjang

Model ECM (Jangka Pendek)

Variabel

Coefficient

Prob

Variabel

Coefficient

Prob

GDP

0,038930

0,0162

D(GDP)

0,021543

0,0479

KURS

-19,80549

0,6123

D(KURS)

-26,86622

0,4082

IJEPA

394211,9

0,0485

IJEPA

7673,138

0,0338

ECT(-1)

-0,517190

C

-1152317.

0,0691

C

28597,05

R-squared

0,645393

R-squared

0,566572

Adjusted R-squared

0,592202

Adjusted R-squared

0,592477

Sumber: Data Diolah, 2023

Koefisien determinasi bermakna sebagai sumbangan pengaruh yang diberikan variabel bebas atau variabel independen terhadap variabel terikat atau variabel dependen. Besarnya nilai Adjusted R-Squared sebesar 0,592202 mengindikasikan bahwa seluruh variabel independen yang digunakan yaitu GDP Jepang, kurs Yen, dan implementasi IJEPA mampu menjelaskan perilaku dari variabel dependen yaitu nilai ekspor karet Indonesia ke Jepang sebesar 59,2 persen, sedangkan sisanya sebesar 40,8 persen perilaku dari variabel dependen dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak digunakan di dalam model. Dalam model ECM, dapat dilihat nilai R2 dengan rata-rata dibawah 60 persen. Hal ini dikarenakan dalam jangka pendek variasi variabel terikat dalam hal ekspor Indonesia ke Jepang sangat dimungkinkan dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya yang bersifat non-ekonomi. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Noviana dan Sudarti (2018) mengenai ekspor komoditi karet dimana dijelaskan bahwa jumlah produksi berpengaruh secara signifikan, hal ini menunjukan bahwa jumlah produksi juga turut berkontribusi dalam hal ekspor.

Variabel total GDP Jepang secara parsial berpengaruh positif terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke Jepang. Dari tabel hasil analisis uji kointegrasi ditemukan bahwa koefisien regresi variabel GDP Jepang adalah sebesar 0,038930 dengan probabilitas sebesar 0,0162. Dimana nilai probabilitasnya kurang dari taraf signifikansi (0,0162 < 0,05). Hal ini berarti dalam jangka panjang, GDP Jepang mempunyai pengaruh positif terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke Jepang. Nilai koefisien positif menunjukkan bahwa dalam jangka panjang meningkatnya GDP Jepang 1 Triliun US$ akan diikuti oleh kenaikan nilai ekspor karet Indonesia ke Jepang sebesar 0,038930 US$.

Berdasarkan hasil analisis regresi dengan metode ECM ditemukan bahwa koefisien regresi variabel GDP Jepang adalah 0,021543 dengan probabilitas sebesar 0,0479. Nilai probabilitas kurang

dari taraf signifikansi (0,0479 < 0,05). Hal ini dapat diartikan variabel GDP Jepang dalam jangka pendek mempunyai pengaruh positif terhadap ekspor karet Indonesia ke Jepang. Nilai koefesien positif menunjukkan bahwa dalam jangka pendek meningkatnya GDP Jepang 1 Triliun US$ akan diikuti oleh kenaikan nilai ekspor karet Indonesia ke Jepang sebesar 0,021543 US$.

Hasil probabilitas dari GDP Jepang pada jangka pendek dan jangka panjang berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor Indonesia, hal ini dapat diartikan bahwa ketika GDP Jepang mengalami kenaikan akan menaikkan nilai ekspor karet dari Indonesia ke Jepang. Sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Harahap, I.K., & Esther (2015) bahwa GDP Jepang berpengaruh positif terhadap total ekspor Indonesia ke Jepang. Sesuai dengan publikasi dari Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, bahwa Jepang dengan perekonomian maju yang mengandalkan ekspor sebagai sektor utama untuk menopang perekonomiannya. Sebagian industri Jepang mengandalkan impor barang mentah, diproduksi menjadi barang jadi, dan dijual kembali melalui ekspor.

Semenjak Indonesia menjadi pengekspor barang mentah ke Jepang, maka secara tidak langsung hasil ekspor Indonesia akan menjadi penopang komoditi barang yang akan diekspor Jepang. Hal ini akan menjadikan GDP Jepang mengalami kenaikan dalam jangka panjang maupun jangka pendek karena barang yang akan diekspor oleh Jepang akan sangat bergantung pada barang mentah yang didapat dari membeli dari luar negeri termasuk Indonesia.

Variabel total kurs Yen berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke Jepang. Dari hasil analisis uji kointegrasi ditemukan bahwa koefisien regresi variabel kurs Yen adalah sebesar -19,80549 dengan probabilitas sebesar 0,6123. Nilai probabilitasnya lebih dari taraf signifikansi (0,6123 0,05). Hal ini berarti dalam jangka panjang, kurs Yen Jepang mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke Jepang.

Berdasarkan hasil analisis regresi dengan metode ECM ditemukan bahwa koefisien regresi variabel kurs Yen adalah -26,86622 dengan probabilitas sebesar 0,4082. Nilai probabilitas lebih dari taraf signifikansi (0,4082 0,05). Hal ini dapat diartikan variabel kurs Yen dalam jangka pendek mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ekspor karet Indonesia ke Jepang.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Harahap, I.K., & Esther (2015) bahwa kurs Yen tidak berpengaruh terhadap ekspor Indonesia ke Jepang. Nilai tukar Yen terhadap rupiah cenderung lebih murah, maka penawarannya akan lebih sedikit, sehingga harga yang harus dibayarkan ketika Jepang ingin mengimpor tidaklah terlalu mahal dan berakibat pada tidak adanya pengaruh antara nilai tukar dengan nilai ekspor Indonesia.

Variabel implementasi IJEPA berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke Jepang. Dari tabel hasil analisis uji kointegrasi ditemukan bahwa koefisien regresi variabel IJEPA adalah sebesar 39,42119 dengan probabilitas sebesar 0,0485. Nilai probabilitasnya kurang dari taraf signifikansi (0,0482 < 0.05). Hal ini berarti dalam jangka panjang, implementsasi IJEPA mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke Jepang. Nilai koefisien positif menunjukkan bahwa dalam jangka panjang nilai ekspor karet Indonesia ke Jepang meningkat sebesar 39,42 US$ setelah IJEPA diimplementasikan dibandingkan dengan sebelumnya.

Berdasarkan hasil analisis regresi dengan metode ECM ditemukan bahwa koefisien regresi variabel IJEPA adalah 7673,138 dengan probabilitas sebesar 0.0338. Nilai probabilitas kurang dari taraf signifikansi (0,0338 < 0,05). Hal ini dapat diartikan variabel IJEPA dalam jangka pendek mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor karet Indonesia ke Jepang. Nilai koefisien positif menunjukkan bahwa dalam jangka panjang nilai ekspor karet Indonesia ke Jepang meningkat 7,67 US$ setelah IJEPA diimplementasikan dibandingkan dengan sebelumnya.

Sejalan dengan teori comparative advantage, penurunan tarif dan pembukaan pasar dalam IJEPA akan menyebabkan realokasi sumber daya di antara sektor-sektor sehingga lebih efisien dan terjadi peningkatan produktivitas. Kedua hal tersebut akan mendorong spesialisasi Indonesia dan Jepang

untuk memproduksi dan mengekspor produk yang memiliki keunggulan tertinggi dan mengimpor produk yang memiliki keunggulan terendah. IJEPA dapat memberikan manfaat lebih bagi Indonesia dari sisi pembentukan modal melalui penanaman modal langsung mengingat cakupannya yang menyeluruh termasuk di sektor barang, jasa, dan investasi. Sifat complementarity produk ekspor Indonesia yang lebih baik dengan Jepang dibandingkan dengan negara-negara mitra Indonesia lainnya memberikan peluang perolehan manfaat IJEPA yang besar bagi Indonesia. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jesica & Kurnia (2019) dimana menyatakan bahwa IJEPA memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai ekspor Indonesia.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, GDP Jepang, kurs Yen, dan implementasi IJEPA berpengaruh secara simultan terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke Jepang. GDP Jepang dan implementasi IJEPA berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke Jepang, sedangkan kurs Yen berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai ekspor karet Indonesia ke Jepang.

Dapat disarankan untuk pihak-pihak yang terkait dan penelitian selanjutnya sebagai berikut. Variabel Gross Domestic Bruto (GDP) Jepang berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai ekspor Indonesia ke Jepang dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Adanya kestabilan perekonomian di Jepang merupakan upaya pemerintah Jepang untuk meningkatkan pembangunan di negaranya, salah satu upayanya dengan melakukan impor bahan mentah dari Indonesia untuk menunjang kegiatan produksi di Jepang. Dalam hal ini, pemerintah disarankan untuk meningkatkan kerjasamanya melalui IJEPA dalam perdagangan, agar perekonomian Indonesia turut meningkat akibat adanya kegiatan ekspor ke Jepang. Bagi perekonomian Indonesia, implementasi IJEPA secara umum masih perlu untuk ditingkatkan pemanfaatannya agar mendapat keuntungan yang lebih bagi Indonesia. Indonesia perlu mendorong produksi produk yang memiliki keunggulan relatif tinggi untuk dapat diekspor keluar negeri, selain bahan mentah. Untuk meningkatkan pemanfaatan dari IJEPA, sebaiknya penghapusan tarif impor diberlakukan untuk seluruh kategori barang dan pemerintah Indonesia sebaiknya melakukan bilateral monitoring scheme yang dilakukan oleh kedua negara dengan cara mengajukan permintaan data utilisasi yang akurat secara periodik kepada pemerintah Jepang untuk mengetahui sejauh mana tingkat optimalisasi pemanfaatan IJEPA sehingga kedua negara bisa mengetahui hambatan-hambatan yang ada dan bisa segera dibuat kebijakan untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan kesepakatan dua negara.

REFERENSI

Andriantoni, N., Hidayat, W., dan Arifin, Z. (2020). Pengaruh GDP dan Nilai Tukar Negara Mitra Dagang Terhadap Ekspor Karet Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang, 4(4), 762– 776.

Apriansyah, B. dan Gama, P. D. . (2019). Analisis Daya Saing Karet Alam Indonesia dan Variabel-variabel yang Mempengaruhinya. Jurnal Politeknik Statistika STIS, 7(2), 147–156.

Badan Pusat Statistik. (2022). Jumlah Ekspor Komoditi Non Migas Indonesia ke Negara Pengimpor Dunia (Ton). Badan Pusat Statistik. (2022). Laporan Ekspor Impor Indonesia Jepang. https://www.bps.go.id/subject/8/ekspor-impor.html

Dewi, N. A. (2018). Pengaruh GDP, Inflasi, dan Exchange Rate Terhadap Ekspor dan Impor di Indonesia. Jurnal Ekonomi Muhammadiyah, 3(14), 45–46.

Dona Agus, I. M., & Ayuningsasi, A. A. K. (2016). Pengaruh Kurs, Harga, dan PDB Terhadap Impor Sapi Australia ke Indonesia. E-Jurnal EP Unud, 5(7), 754–777.

Ginting, A. M. (2017). An Analysis of Export Effect on the Economic Growth of Indonesia. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, 11(1), 1–20.

Hafidyah, P. (2021). Implementasi IJEPA Terhadap Ekspor Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Islam Indonesia, 3(12), 19–30.

Harahap, I.K., & Esther, A. . (2015). Dampak Penerapan Indonesia Japan Economic Partnership Agreement Terhadap Ekspor Indonesia ke Jepang. Jurnal Media Ekonomi, 3(1), 43–65.

Jesica dan Kurnia, A. . (2019). Dampak Penerapan Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) Terhadap Nilai Ekspor Impor Indonesia. Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan, 2(3), 19–30.

Makolle, N. &. (2019). Challenges of The Export in The ASEAN Market. Journal IOP Conferences Series:

Materials Science and Engineering, 3(12), 134–157.

Nopirin. (1995). Ekonomi Internasional Edisi Ketiga. BPFE Yogyakarta.

Noviana, T. N. & S. (2018). Analisis Pengaruh Inflasi, Kurs Tukar, dan Jumlah Produksi Terhadap Ekspor

Komoditi Karet di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah, 2(3), 390–398.

PP, D. J. (2021). Japan-Indonesia Economic Partnership Agreement.

Ramdani, D. (2020). Analisis Pengaruh Kurs Rupiah Terhadap Ekspor karet Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Sriwijaya, 6(13), 21–37.

Reny, A. &. (2014). Pengaruh Ekspor, Impor, Nilai Tukar Rupiah, dan Tingkat Inflasi Terhadap Cadangan Devisa Indonesia. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil, 4(2), 61–70.

Risma, O. R., Zulham, T., dan Dawood, T. . (2018). Pengaruh Suku Bunga, Produk Domestik Bruto dan Nilai Tukar Terhadap Ekspor Di Indonesia. Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam, 4(2), 300–317.

Silitonga, R. B. R., Ishak, Z., dan M. (2017). Pengaruh Ekspor, Impor, dan Inflasi Terhadap Nilai Tukar Rupiah di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15(1), 53–59.

Soelistyo. (2013). Ekonomi Internasional (Buku II Teori Perdagangan Internasionai).:. Liberty.

Sukirno, S. (2013). Pengantar Teori Makro Ekonomi (PT. Raja Grafindo Persada (ed.)).

Taufiq, M. & Aliyah, N. (2019). Analisis Nilai Tukar Terhadap Ekspor Komoditas Unggulan di Indonesia. Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan, 2(1), 29–43.

Pengaruh GDP Jepang, Kurs Yen, dan Implementasi Ijepa Terhadap Nilai Ekspor Karet Indonesia ke Jepang,

Anak Agung Sagung Diah Suta Narawinda dan Anak Agung Ketut Ayuningsasi