PEMANFAATAN CABANG DENGAN KULIT KAYU SENGON (PARASERIANTHES FALCATARIA L. NIELSEN) SEBAGAI BAHAN BAKU PULP DALAM UPAYA MENGURANGI KERUSAKAN HUTAN
on
I.B. Suaskara, dkk. : Kebradaan Jenis-jenis Burung di Kawasan Padang Pecatu Kabupaten Badung
PEMANFAATAN CABANG DENGAN KULIT KAYU SENGON
(Paraserianthes falcataria l. nielsen) SEBAGAI BAHAN BAKU PULP DALAM UPAYA MENGURANGI KERUSAKAN HUTAN
RidwanYahya
Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
Jl. RayaKandangLimun, Bengkulu 38371. e-mail: ridwanyahya@yahoo.com
Abstract
Based on preliminary researches, stem and branchwood cf Paraserianthes falcataria L. Nielsen were suitable as raw material for pulp and paper manufacture. For the whole tree the highest proportion of bark was found in branches and the top of the tree with a value ranging 20 — 35%. Up to now, the pulp industries have spent money to remove bark of P falcataria branch before pulping. The oljective of this study was to know the suitability of branches including bark as raw material for pulp and paper manufacture. Samples were determined for fiber dimension and its derivation. Screened chips were cooked with the Kraft process. Liquor-to-wood-ratio was 4 : 1. Chemical charge was 13.3% NaOH and 6.7% Na2S. The temperature was raised from room temperature to 170 0C for 90 min and kept at this temperature for 90 min. Pulp was washed; then kappa number, screened and rejected pulp, residual of black liquor were determined. Research results showed that pulp branchwood with bark has the values of screened pulp yield, alkali consumption, and kappa number 46.91%; 9,57; and 25.63, respectively. It paper product has the values of breaking length, burst factor, stretch, tensile strength, and opacity 9.94; 83.80; 3.57%; 1,733.34; 6.33 kN∕m, and 92.85%, respectively. Based on those results, paper from branchwood with bark meets requirement for book, mimeograph, and photocopy papers.
Keys words: branch with bark, paraserianthes falcataria, pulp, paper
Industri pulp dan kertas Indonesia pada umumnya berproduksi dibawah kapasitas terpasang disebabkan oleh rendahnya pasokan bahan baku. Karena itu pemerintah tidak mengizinkan penambahan kapasitas terpasang atau pendirian industri baru. Solusinya pemerintah mendorong pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) pulp dan kertas dengan daur yang pendek dan hutan rakyat untuk memenuhi kebutuhan bahan baku tersebut. Namun demikian hingga Januari 2003, dari lima HTI milik industri pulp dan kertas yang tergolong besar di Indonesia yaitu PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), PT. Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP), PT. Kiani Kertas (KK), PT. Toba Pulp Lestari (TPL) dan PT. Kertas Kraft Aceh (KKA), hanya mampu memenuhi sebesar 13. 823.118 m3 per tahun (61.63%),
sedangkan kapasitas terpasang kelima industri tersebut adalah 22.430.340 m3 per tahun. Secara keseluruhan kelima industri tersebut mengalami kekurangan bahan baku 8.607.222 m3 kayu per tahun (Direktur Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan. 2003. Pada tahun 2003 Departemen Kehutanan hanya mengeluarkan jatah tebangan hutan alam sebesar 6,8 juta m3 (Syumanda, 2008). Kondisi inilah yang disinyalir oleh Barr (2000) dalam FWI/GFW (2001) bahwa sebagian besar bahan baku industri pulp dan kertas berasal dari hasil curian atau kegiatan penebangan liar. Berdasarkan pengamatan lansung di lapangan dan hasil diskusi dengan para praktisi industri pulp pada akhir tahun 2008, pasokan bahan baku belum seperti yang diharapkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa hingga saat ini kebutuhan material untuk memenuhi
kapasitas terpasang mesin industri pulpjauh melebihi jumlah bahan baku kayu yang tersedia.
Uraian tersebut di atas menggambarkan betapa pentingnya tambahan bahan baku untuk memenuhi kapasitas industri pulp kertas yang ada. Bahkan untuk mengantisipasi penambahan kapasitas terpasang untuk mengenjot ekspor sesuai strategi yang menjadikan pulp dan kertas sebagai sepuluh komoditas andalan ekspor. Usaha serius Departemen Kehutanan adalah mengintruksikan kepada semua perusahaan pulp dan kertas untuk menandatangai perjanjian kesanggupan membangun HTI dihadapan notaris. Perjanjiantersebutberbunyijikapenanaman tidak sesuai perjanjian, maka industri pulp dan kertas tersebut diajukan ke pengadilan baik secara perdata maupun pidana.
Upaya lain yang tak kalah pentingnya dilakukan adalah optimalisasi pemanfaatan kayu hasil dari hutan tanaman (WosterandVintje, 1968; Keays and Hotton, 1971; Walgreen and Ellis, 1978; Haygreen and Bowyer, 1996, and Ibnusantoso, 1998). Pengamatan lapangan pada dua pemasok kayu untuk industri pulp dan kertas menunjukkan pemandangan yang sangat “ganjil” dengan kondisi kekurangan bahan baku yang kita alami. HTI PT. Arara Abadi yang memasok kayu ke PT. IKPP dan HTI PT. Musi Hutan Persada sebagai pemasok kayu ke industri PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper (TEL), keduanya meninggalkan kayu hasil berdiameter kecil dari 8 cm ditempat penebangan. Kedua industri penerimanya hanya menerima dan membeli kayu yang berdiameter lebih dari 8 cm. PT. TEL setiap harinya menerima kayu dari PT. MHP sebesar 8000 m3 (Ryan, 2000). Supriadi (2002) melaporkan bahwa kayu yang berdiameter 4-8 cm yang tertinggal di lokasi tebangan PT. MHP adalah 10,43% atau 30.456,26 m3 per tahun.
Riset pendahuluan pemanfaatan cabang kayu sengon (Paraserianthes falcataria, L. Nielsen) sebagai bahan baku pulp kertas telah dilakukan. Pulp dan kertas cabang kayu sengon memenuhi kriteria sebagai kertas buku, mimiograph dan fotocopy (Yahya, 2003b). Kualitas pulp dan kertas cabang ini tidak berbeda nyata dengan penelitian sebelumnya terhadap kualitas pulp kertas dari batang kayu yang sama (Yahya, 2003a).
Fenomena lain yang menarik dari penelitian tersebut adalah ditemukannya porsi kulit yang tinggi pada cabang kayu sengon. Pengamatan ini diperkuat
oleh Fengel dan Wegener (1989) yang mengatakan bahwa proporsi kulit tertinggi ditemukan pada cabang dan bagian ujung pohon yaitu berkisar 20 -35%. Porsi kulit yang tinggi pada kayu daun lebar tentunya merupakan sumber potential penghasil serat (Haygreen dan Bowyer, 1996). Kegiatan pengulitan pada kayu yang berukuran kecil, akan lebih sulit dan memerlukan biaya “extra”. Olehkarena itu dirasa perlu melakukan penelitian pembuatan pulp kertas cabang tanpa dikuliti dari kayu sengon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rendemen, konsumsi alkali dan kappa number pulp cabang tanpa dikuliti dari kayu sengon, mengetahui sifat-sifat kertas dari cabang kayu sengon tanpa dikuliti, dan untuk mengamati kesesuain sifat pulp dan kertas dari cabang kayu sengon tanpa dikuliti sebagai kertas buku, mimiograph dan,fotocopy.
Bahan yang diteliti adalah cabang kayu sengon tanpa mengalami pengulitan. Pohon sengon ini berasal dari the Jambore Site, Makiling Forest, College, Laguna Philippines. Penelitian ini dilakukan di Department of Forest Product and Paper Science, College of Natural and Forestry Resources, University of the Philippines Los Banos (UPLB) dan Department of Research and Development Institute (FPRDI), Department of Science and Technology, Laguna, Philippines.
Pengukuran variabel-variabel dalam penelitian ini menggunakan metode-metode standar sebagaimana yangjuga digunakan oleh Misra (1972) dalam menyusun Lampiran 1.
Pengukuran Dimensi Serat
Terlebih dahulu disiapkan sampel yang mewakili kulit cabang kayu sengon. Sample tersebut selanjutnya dipotong-potong hingga berukuran seperti korek api (2 x 2 x 25) mm dan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi cairan pemasak (30% hydrogen peroxida dan 60% asam asetat glacial). Tabung reaksi ditempatkan pada waterbath yang berisi air mendidih hingga sampelnya berubah warna menyerupai kapas. Sisa cairan pemasak selanjutnya dibuang dan sampel
dicuci dengan air hingga bebas dari aroma asam. Sampel yang masih dalam tabung selanjutnya diberikan satranin dan diukur dimensi sel-nya.
Dimensi yang diukur adalah panjang, tebal dinding dan diameter serat serta diameter rongga serat. Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai turunan dimensi serat yang meliputi bilangan runkel (runkel ratio), bilangan muhltstep (muhltstep ratio), daya tenun (felting power), koefisien kekakuan (Coeficient cfregidity) dan nilai flexibility (flexibility ratio). Formula yang digunakan untuk menghitung nilai-nilai turunan serat tersebut adalah:
Runkel Ratio (RR) Coefficient of rigidity (RC)
Muhlsteph ratio (MR) Flexibility ratio(FR)
MR =FR =
Felting power (Fp)
L
Fp =
D
di mana:
W = tebal dinding serat
l = diameter rongga serat
L = panjang serat
D = diameter serat
Penentuan Kerapatan Kayu
Kerapatan kayu kering tanur ditentukan berdasarkan rumus Smith (1954) yang dikutip oleh Saguing (1991):
Gg
Kerapatan kayu kering tanur = ----------
1-0.27 Gg
1
Ggdihitungdenganrumus: Gg =-------------
Gw-odw + 1
odw 1.53
Density odw = Kerapatan kayu berdasarkan berat dan volume kering tanur (solid material density based on oven dry weight and oven dry volume)
Gg = berat jenis kayu basah (green
specific gravity)
Gw = berat basah (green weight)
odw = berat kayu kering tanur (oven dry
weigth)
0.27 and 1.53 = konstanta
Pembuatan Pulp Dan Handsheet Kertas
Cabang dengan kulit kayu sengon terlebih dahulu dibuat chips sebelum dimasak menjadi pulp. Pembuatan chips dilakukan menggunakan Commercial six-knife Summer Chip. Chips yang dihasilkan selanjutnya disaring untuk menghilangkan mata kayu dan chips yang berukuran terlalu besar atau terlalu kecil. Chips yang diterima adalah chips yang tertinggal pada saringan berukuran 5/8 dan 3/8 inch. Kemudian chips tersaring dimasak (pulping) dengan kondisi kraft sebagai berikut:
Bahan kimia dan konsentrasinya:
Waktu pemasakan:
- Waktu dari temperatur kamar ke temperatur
Perbandingan bahan kimia dan kayu, liter/kg ... 4:1
Diakhir periode pulping (pemasakan), representatif sample dari bekas cairan pemasak (spent/black liquor) dianalisa untuk mengetahui residu aktif alkali.
Pulp yang dihasilkan kemudian dicuci, dipisah-pisahkan (disintegrating) untuk menghindari bongkahan serat (fiber bundles), seterusnya disaring dan dipress. Pulp tersebut kemudian dihitung rendemen dan reject-nya serta ditentukan kappa number-nya berdasarkan Tappi 236 dan SCAN-C 1:59. Pulp ini selanjutnya digiling (beaten), dibuat handsheet dan ditest.
Analisa data
Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabulasi, rerata dan deskripsi. Untuk memprediksi kualitasnya sebagai bahan baku pulp dan kertas maka data yang diperoleh dibandingkan dengan
klassifikasi kualitas kayu berdaun lebar sebagai bahan baku untuk industri pulp dan kertas (Lampiran 1), serta data kerapatan kayu, rendemen, kappa number, alkali komsumsi serta sifat fisik pulp batang dan cabang sengon hasil penelitian sebelumnya.
Dimensi serat kulit kayu sengon dan hasil perhitungan nilai turunannya disajikan pada Tabell.
Menurut Panshin (1980) bast fiber adalah serat dari secondary phloem. Bast fiber memiliki ciri oblong dan dinding sel tebal (Fengel dan Wegener, 1989). Haygreen dan Bowyer (1996) berpendapat bahwa, serat kulit kayu daun lebar merupakan bagian penyusun paling potensial dari kulit.
Kerapatan cabang tanpa dikuliti dari kayu sengon adalah 405 kg∕m3. Nilai kerapatan ini lebih tinggi dari nilai kerapatan cabang tanpa kulit maupun
Tabel 1. Dimensi serat dan turunannya dari dari kulit kayu sengon
No |
Dimensi serat |
Kulit |
Batang* |
Cabang** |
1 |
Panjang serat (millimeter) |
1,373 |
1,172 |
0,888 |
2 |
Diameter serat (millimeter) |
0,0160 |
0,0265 |
0,0211 |
3 |
Diameter rongga/lumen (millimeter) |
0,0092 |
0,0178 |
0,0178 |
4 |
Tebal dinding sel (millimeter) |
0,00337 |
0,00435 |
0,0324 |
5 |
Runkel ratio |
0,733 |
0.487 |
0,444 |
6 |
Felting power/slenderness ratio/ daya tenun |
88,58 |
44.23 |
42,09 |
7 |
Flexibility ratio/fiber ratio/kelemasan |
0,594 |
0.672 |
0,692 |
8 |
Coeficient of rigidity |
0,2197 |
0.1634 |
0,1536 |
9 |
Muhsteph ratio |
66,93 |
54.88 |
52,12 |
10 |
Fiber density |
0,421 |
0,328 |
0,307 |
* Hasil penelitian Yahya (2003a) pada jenis kayu yang sama.
** Hasil penelitian Yahya (2003b) pada jenis kayu yang sama.
Kulit kayu cabang memiliki nilai panjang serat dan daya tenun serat (felting power) yang lebih tinggi daripada cabang maupun batangnya. Hasil ini sejalan yang ditemukan oleh Roxas (1996) pada Hibiscus teleaceus dimana kulit species tersebut memiliki serat yang lebih panjang daripada batangnya. Menurutnya ini disebabkan karena ditemukannya bast fiber pada kulit species tersebut.
batangnya. Nilai kerapatan cabang tanpa kulit kayu sengon adalah 378 kg∕m3 (Yahya, 2003b), sedangkan untuk batangnya adalah 373 kg∕m3 (Yahya, 2003a). Fenomena ini diperkuat oleh Haygreen dan Bowyer (1996) bahwa berat jenis atau kerapatan batang kualitas kayu berdaun lebar pada beberapa jenis adalah lebih rendah daripada cabang dan kulitnya.
Berdasarkan kelas kualitas kayu sebagai bahan
Tabel 2. Rendemen, kappa number dan Komsumsi alkali cabang dengan kulit kayu sengon.
Sifat-sifat |
Cabang dengan kulit |
Batang* |
Cabang** |
Rendemen | |||
- Tersaring (screened yield) % |
46,91 |
49,98 |
49,32 |
- Rejected (%) |
0,11 |
0 |
0,09 |
Kappa number |
25,63 |
26,59 |
22,33 |
Komsumsi alkali |
9,57 |
10,43 |
9,70 |
* Hasil penelitian Yahya (2003a) pada bagian sampel dan jenis kayu yang sama.
** Hasil penelitian Yahya (2003b) pada bagian sampel dan jenis kayu yang sama.
baku untuk industri pulp dan kertas oleh Misra (1972) (Lampiran 1), kerapatan cabang kayu sengon tanpa dikuliti dapat dikategorikan kelas kualitas I.
Hasil penilaian nilai rendemen, kappa number, dan komsumsi alkali cabang dengan kulit kayu sengon hasil penelitan disajikan pada Tabel 2.
Nilai rendemen, kappa number dan komsumsi alkali cabang dengan dan tanpa kulit serta batang kayu sengon dapat dikatakan relatif sama (Tabel 2). Pada Tabel tersebut juga terlihat adanya kecenderungan meningkatnya reject pada cabang dengan kulit, diduga sebagai akibat terikutnya kulit pada pembuatan pulp.
Berdasarkan nilai rendeman, kappa number dana komsumsi alkali, pulp cabang dengan kulit kayu sengon dapat dikategorikan dalam kelas kualitas I sebagai bahan baku industri pulp dan kertas (Lampiranl). Hal in berarti sama dengan kualitas cabang tanpa kulit dan batang dari kayu yang sama. Kelas kualitas cabang tanpa kulit kayu sengon adalah I (Yahya, 2003b), demikian halnya dengan batangnya (Yahya, 2003a).
-
b. Sifat HandsheetKertas
Hasil pengujian sifat-sifat handsheet/lembaran kertas cabang dengan kulit kayu sengon disajikan pada Tabel 3.
Berdasarkan persyaratan untuk kertas buku grade B type I dan II, mimiograph danfotocapy (plain papers copier) pada Lampiran 2, maka dapat
dikatakan bahwa nilai tensile strength (CD dan MD) dan opacity cabang dengan kulit kayu sengon telah memenuhi persyaratan ketigajenis kertas tersebut.
Table 3juga menunjukkan bahwa nilai kekuatan sobek, tensile strength, daya regang dan panjang putus cabang dengan kulit kayu sengon lebih tinggi daripada cabang tanpa kulitnya, bahkan nilai kekuatan lipatnya lebih tinggi daripada batangnya. Hal ini diduga karena kulit cabang kayu sengon mengandung bast fiber. MenurutCasey (1980) bast fiber memiliki serat yang lebih panjang daripada type sel atau serat yang lain. Serat yang panjang akan menghasilkan tensile strength, kekuatan pecah dan kekuatan lipat yang tinggi (Casey, 1980 dan Ona et al, 2001), demikianjuga dengan nilai kekuatan sobek (Casey, 1980; El-Hosseiny dan Anderson, 1999 dan Onaetal, 2001).
Jika didasarkan pada kelas kualitas kayu sebagai bahan industri pulp dan kertas (Lampiran 1) nilai burst factor, daya regang, panjang putus dan kekuatan lipat kertas cabang dengan kulit kayu sengon dapat dikategorikan kualitas I.
-
1) Kulit cabang kayu sengon memiliki nilai panjang
serat dan daya tenun/felting power yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan beberapa kekuatan lebih tinggi daripada kekuatan fisik kertas cabang yang dikuliti maupun batangnya;
-
2) Jika didasarkan pada kelas kualitas kayu sebagai bahan industri pulp dan kertas nilai burst factor, daya regang, panjang putus, dan kekuatan lipat
Tabel 3. Sifat-sifat lembaran kertas cabang dengan kulitnya dari kayu sengon dibandingkan cabang dan batangnya (tanpa kulit)
Sifat-sifat Kertas |
Cabang dengan kulit |
Cabang tanpa kulit* |
Batang (tanpa kulit)** |
Factor pecah/tear factor |
104,36 |
99,15 |
95,56 |
Kekuatan sobek/burst factor |
83,80 |
76,05 |
88,78 |
Tensile strength (kN/m) |
6,33 |
6,00 |
6,44 |
Daya regang/stretch (%) |
3,57 |
3,37 |
3,74 |
Panjang putus/breaking length, km |
9,94 |
9,62 |
10,23 |
Ketahanan lipat/folding endurance |
1.723,43 |
1.584,93 |
1.383,04 |
Opacity, % |
92,85 |
99,03 |
94,20 |
** Hasil penelitian Yahya (2003b) pada jenis kayu yang sama.
* Hasil penelitian Yahya (2003a) pada jenis kayu yang sama.
kertas cabang dengan kulit kayu sengon dapat dikategorikan kualitas I;
-
3) Nilai kekuatan sobek, tensile strength, daya regang dan panjang putus cabang dengan kulit kayu sengon lebih tinggi daripada cabang tanpa kulitnya . Bahkan nilai kekuatan lipatnya lebih tinggi daripada batangnya. Hal ini diduga karena kulit cabang kayu sengon mengandung bast fiber;
-
4) Berdasarkan persyaratan untuk kertas buku grade B type I dan II, mimiograph danfotoccpy (plain papers copier), maka dapat dikatakan bahwa nilai tensile strength (CD dan MD) dan
opacity cabang dengan kulit kayu sengon telah memenuhi persyaratan ketiga jenis kertas tersebut.
-
4.2 Saran
-
1) Penelitian selanjutnya dibutuhkan untuk menentukan distribusi dan sifat bast fiber pada kulit kayu sengon dan pengaruhnya terhadap sifat-sifat pulp dan kertas.
-
2) Dibutuhkan penelitian aspek ekonomi penggunaan cabang dengan kulit kayu sengon untuk mengetahui kelayakan implementasinya di industri pulp kertas.
Daftar Pustaka
Casey, P.J. 1980. Pulp and Paper .Vols. 1, 2 and 3. 3rd ed. JohnWiley and Sons, Ltd. NewYork.
Direktur Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan. 2003. Industri Pulp dan Kertas Kekurangan Bahan Baku. Departemen Kehutanan. Jakarta
El-Hosseiny F. and D. Anderson. 1999. Iffect of Fiber Length and Coarseness on the Burst Strength of Paper. Tappi. Vol. 82.No.1:202-203.
Fengel, D. and G. Wegener. 1989. Wood: Chemistry, Ultrastructure, Reactions. Walter de Gruyter and Co., Berlin.
FWI/GFW. 2001. Potret Keadaan Hutan Indonesia. Bogor, Indonesia: .Forest Watch Indonesia dan Washington D.C.: Global Forest Watch: 40-48
Haygreen, J.G. and J.L. Bowyer. 1996. Forest Products and Wood Science-An Introduction. Third Edition. Iowa University Press, Ames, Iowa.
Ibnusantoso, G. 1998. Issuesfor the Indonesian Pulp and Paper Industry. PaperAsia. January.
Keays, J.L. and J.V. Hatton., 1971. Complete-Tree Utilization Studies I. Yield and Quality of Kraft Pulp from the Components of Tsuga heterophylla. Tappi vol. 54. No. 1.
Misra, N.D. 1972. A Methodfor Grading TropicalHardwood. Pulp and Paper International. Berita Selulosa x (4).
Ona T, T. Sonoda, K.Ito, M.Shibata, Y. Tamai, Y. Kojima, J.Ohshima, S.Yokota and N.Yoshizawa. 2001. Investigation OfRelationship Between CellAnd Pulp Properties InEucalyptus By Examination Of Within-TreePropertyVariations. Wood Science and Technology Vol 35No.3: 363-375.
Panshin, A. J. 1980. Texbook of Wood Technology. McGraw-Hill, Inc. United States of America.
Philippine National Standard for Book Paper (No. 70), Mimeographing Paper (No. 122), Onion Skin Paper (No. 125), andNewsprint Paper (NO. 126). 1988. BureauofProduct Standard.DepartmentofScience and Technology. Philippines.
Roxas, E.S. III. 1996. The Evaluation of Malubago (Hibiscus tilicius L.)for Pulp and Paper Manufacture. Master’s Thesis. UPLB, College, Laguna. Philippines.
Ryan, B. 2000. Tarjungenim Lestari Pulp and Paper Musi: ABrightFutureforPulp. MillReport, Papermaker. p26-36.
Saguing, T.P. 1991. Wood Quality Evaluation of Acacia mangium Wild. Master’s Thesis. UPLB, College, Laguna. Philippines.
Supriadi, B. 2002. Potensi Kayu Sisa Tebangan Berdiameter 4-8 cm serta Alternatif Pemanfaatannya. Technical Notes Vol. 12, No.3. Research and Development HTI PT. Musi Hutan Persada.
Syumanda, R. 1 Pebruari 2008. Hutan Indonesia di Ambang Kepunahan, (online) (http:// www.iurnalcelebes.org, diakses 1 Pebruari 2010).
Walgreen, H.G. andT.H. Ellis. 1978. PotentialResourceAvailability with Whole-tree Utilization. Tcypi. Vol. 61. No. 11
Worster, H.E. and M.G. Vinje. 1968. Krcft Pulping of Western Hemlock Tree Tops and Branches. Pulp and Paper Magazine of Canada. Technical Paper T308.
Yahya, R. 2003a. Kualitas Pulp Kertas Batang Kayu SengonParaserianthes^falcataria L. Nielsen. Makalah dipresentasikan pada Seminar Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI) VI tanggal 1-2 Agustus 2003 Bukit Tinggi.
Yahya, R. 2003b. Pembuatan Pulp Kertas dari Cabang Kayu Sengon Paraserianthes falcataria L. Nielsen. Makalah dipresentasikan pada Seminar Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI) VI tanggal 1- 2 Agustus 2003 BukitTinggi.
Lampiran
Lampiran 1. Kelas Kualitas Kayu Berdaun Lebar sebagai Bahan Baku Pulp dan Kertas
FEATURES |
CLASS | ||||||||
I |
II |
III |
IV | ||||||
Wood density, kg/m3 |
> 200 |
100 |
200-150 |
50 |
150-120 |
25 |
< |
120 |
12.5 |
Felting power |
> 100 |
100 |
50-100 |
50 |
30-50 |
25 |
< |
30 |
12.5 |
Yield of pulp, (%) |
> 44 |
100 |
40-44 |
50 |
34-40 |
25 |
< |
34 |
12.5 |
Alkali consumption, (%) |
< 18 |
100 |
18-20 |
50 |
20-22 |
25 |
> 22 |
12.5 | |
Permanganate number |
< 18 |
100 |
18-22 |
50 |
22-30 |
25 |
< |
30 |
12.5 |
Breaking length, m |
> 5000 |
25 |
3500-5000 |
12.5 |
2000-3500 |
6.25 |
< |
2000 |
3.125 |
Burst factor |
> 25 |
25 |
20-25 |
12.5 |
15-20 |
6.25 |
< |
15 |
3.125 |
Stretch |
> 2.5 |
25 |
1.5-2.5 |
12.5 |
1.0-1.5 |
6.25 |
< |
1.0 |
3.125 |
Folding endurance |
> 25 |
25 |
20-25 |
12.5 |
15-20 |
6.25 |
< |
15 |
3.125 |
Total value |
600 |
300 |
150 |
75 | |||||
Value interval |
> 600 |
599-300 |
299-150 |
149-75 |
Source : Misra (1972)
Lampiran 2. Philippine National Standard for Book, Mimeographing, Onion, and Newsprint paper.
Feature |
Book paper* |
Mimeographing paper** |
Onion paper*** |
Newsprint paper**** | ||||||||||||
TI |
TII |
T I | ||||||||||||||
A |
B |
A |
B |
A |
B |
A |
B |
A |
B | |||||||
Grammage, g/m2, |
70 |
70 |
55 |
55 |
70 |
60 |
24 |
24 |
28 |
28 |
32 |
32 |
41 |
46 |
49 |
52 |
Thikness, mm, Tensile strength, kN, |
0.095 |
0.095 |
0.075 |
0.075 |
0.1 |
.09 |
.040 |
.040 |
.050 |
.050 |
.055 |
.055 |
.071 |
.076 |
.081 |
.089 |
minimum | ||||||||||||||||
-MD |
3.0 |
2.5 |
2.6 |
2.2 |
2.6 |
2.2 |
1.2 |
0.8 |
1.3 |
1.0 |
1.4 |
1.2 |
1.5 |
1.57 |
1.63 |
1.77 |
-CD |
2.0 |
1.6 |
1.6 |
1.2 |
1.3 |
1.0 |
0.6 |
0.5 |
0.7 |
0.6 |
0.8 |
0.7 |
0.6 |
0.62 |
0.65 |
0.72 |
Brigthness,%, Minimum |
82 |
74 |
82 |
74 |
80 |
80 |
80 |
74 |
80 |
74 |
80 |
74 |
47 |
47 |
47 |
47 |
Opacity,%, Minimum |
88 |
88 |
86 |
86 |
85 |
82 |
87 |
89 |
90 |
91 |
Note: * Philippine National Standard (PNS) 70 :1988
** Philippine National Standard (PNS) 122 :1988
*** Philippine National Standard (PNS) 125 :1988
**** Philippine National Standard (PNS) 126 :1988
T =Type
A,B=Grade
Grammage tolerance + 5% for mimeographing and + 5% for onion paper.
Thickness: tolerance for newsprint + 0.013, minimum for mimeographing, and maximum for onion paper.
81
Discussion and feedback