Keanekaragaman polen sebagai sumber pakan lebah Trigona sp. di Desa Sukawening Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor
on
JURNAL BIOLOGI UDAYANA
P-ISSN: 1410-5292 E-ISSN: 2599-2856
Volume 27 | Nomor 1 | Juni 2023
DOI: https://doi.org/10.24843/JBIOUNUD.2023.v27.i01.p13
Keanekaragaman polen sebagai sumber pakan lebah Trigona sp. di Desa Sukawening Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor
Pollen diversity as a source of food for Trigona sp. stingless bees at Sukawening village Dramaga sub-district Bogor regency
Ryan Triyadi*, Triastinurmiatiningsih, Moerfiah
Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan Jl. Pakuan, RT.02/RW.06, Tegallega, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat 16129 *Email: [email protected]
Diterima
4 Desember 2022
INTISARI
Disetujui 30 Juni 2023
Lebah tanpa sengat pada umumnya menghasilkan produk madu, selain itu juga terdapat serbuk sari yang dapat dikaji pada ilmu melissopalinologi untuk mengidentifikasi morfologi polen, jenis serta geografis dari tumbuhan. Polen atau serbuk sari juga dapat mengungkap aspek pakan dari lebah tanpa sengat yang berguna untuk keberlangsungan hidupnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi keanekaragaman polen yang digunakan sebagai sumber pakan lebah tanpa sengat Trigona sp. di Desa Sukawening Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Metode penelitian yang digunakan adalah ekstraksi polen dari madu, asetolisis, identifikasi serta perhitungan persentase polen. Hasil penelitian diperoleh 24 jenis polen (4 spesies belum teridentifikasi) yang termasuk ke dalam 19 famili dan sumber polennya dominan berasal dari tumbuhan herba. Persentase jumlah polen yang dikoleksi dari Trigona sp. di Desa Sukawening Kecamatan Dramaga,Kabupaten Bogor didominasi oleh Cocos nucifera yaitu sebesar 11.03% dikategorikan sebagai Important Minor Pollen Type (IMPT) (3-15%).
Kata kunci: Bogor, Lebah, Polen, Trigona sp.
ABSTRACT
Stingless bees generally produce honey products, but there is also pollen that can be studied in melissopalinology to identify pollen morphology, type and geography of plants. Pollen can also reveal the feeding aspects of stingless bees that are useful for their survival. This study was conducted to identify the diversity of pollen used as a food source for stingless bees Trigona sp. in Sukawening Village, Dramaga District, Bogor Regency. The research method used was the extraction of pollen from honey, acetolysis, identification and calculated the percentage of pollen. The results obtained 24 types of pollen (4 species have not been identified) which belong to 19 families and the dominant source of pollen comes from herbaceous plants. The percentage of pollen collected from Trigona sp. in Sukawening Village, Dramaga District, Bogor Regency is dominated by Cocos nucifera which is 11.03% categorized as Important Minor Pollen Type (IMPT) (3-15%).
Keywords: Bee, Bogor, Pollen, Trigona sp.
PENDAHULUAN
Serangga memiliki peran khusus untuk mendukung, melayani dan memenuhi kebutuhan ekosistem. Serangga memiliki kemampuan untuk
menyerbuki bunga, biasanya serangga penyerbuk adalah serangga terbang yang aktif, termasuk lebah yang berperan sebagai penyerbuk (Herlinda, 2021).
Lebah tanpa sengat menghadapi tantangan baru dalam meningkatnya populasi kehidupan manusia, termasuk hilangnya habitat skala besar, meluasnya penggunaan bahan kimia pertanian, dan perubahan iklim yang menekan populasi lebah tanpa sengat (Grüter, 2020). Pakan yang tidak mencukupi dapat menyebabkan koloni melemah, lebah pekerja sedikit, produksi madu rendah, pasokan nektar dan serbuk sari tidak mencukupi, dan penurunan produktivitas ratu lebah (Agussalim et al., 2017). Lebah tanpa sengat mencari tumbuhan pakannya untuk kebutuhan koloninya serta produk-produk yang dihasilkannya sehingga faktor lingkungan berpengaruh nyata terhadap jumlah nektar dan konsentrasi gula yang terkandung di dalamnya (Abrol, 2015). Sehingga keanekaragaman tanaman akan sangat membantu dalam menghasilkan rasa dan aroma madu tertentu. Kualitas madu dapat diketahui dari warna, aroma dan rasa. Jenis tanaman sebagai sumber nektar merupakan pengaruh dominan terhadap kualitas madu (Herlinda, 2021).
Lebah tanpa sengat pada umumnya menghasilkan produk madu yang mengandung glukosa dan fruktosa serta mengandung senyawa bioaktif seperti mineral, vitamin, asam organik, protein serta fitokimia (Siddiqui et al., 2017). Pada madu terdapat polen atau serbuk sari yang dikumpulkan oleh lebah madu (Shubharani et al., 2012). Pada penelitian (Agussalim et al., 2017) lebah Trigona mengoleksi polen dari Amaranthus spp., Musa paradisiaca, Cocos nucifera, Acacia spp., Zea mays, Oryza sativa, Parkia speciosa, Antigonon leptotus, dan Citrus maxima. Ilmu melissopalinologi digunakan untuk menentukan morfologi serbuk sari, asal geografis dan tumbuhan dari madu (Rodopoulou et al., 2017). Morfologi polen dapat dijadikan dasar dalam mengidentifikasi tumbuhan dari tingkat famili hingga spesies (Apriyani & Kriswiyani, 2007) sehingga analisis serbuk sari madu akan membantu dalam identifikasi asal spesies tumbuhan. Polen digunakan untuk mengidentifikasi flora sumber daya yang lebih disukai oleh populasi lebah, karena butir polen (serbuk sari) dapat mengungkapkan aspek perilaku makan mereka dan dengan demikian berkontribusi pada studi ekologi dan konservasi dari serangga (de Souza, 2018).
MATERI DAN METODE
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2022 – April 2022. Pengambilan sampel madu berasal dari peternakan lebah di Desa Sukawening Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Preparasi dan identifikasi polen dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan.
Bahan dan alat
Bahan yang digunakan adalah Sampel madu Trigona sp., akuades, larutan asetolisis yaitu campuranlarutan acetic anhydride (C4H6O3) (M = 102,09 g/mol) dan H2SO4 (M = 98,08 g/mol) dengan perbandingan 9:1, gliserin 30%, pewarna safranin 0,5%, kutek.
Alat yang digunakan adalah mesin separator sentrifugal, mikroskop, tabung reaksi, gelas objek, kaca preparat, kamera mikroskop (Celestron). Polen diidentifikasi melalui membandingkan bank polen dari Australasian Pollen and Spore Atlas dari laman http://apsa.anu.edu.au/ (APSA, 2007), Palynological Database 3.3 (PalDat, 2020), Atlas of the Tropical West African Pollen Flora (Gosling, 2013), Karakteristik Umum Polen dan Spora Serta Aplikasinya
(Nugroho, 2014), Illustrated Pollen Terminology Second Edition (Halbritter, 2018), dan Beekeeping in Malaysia: Pollen Atlas (Kiew & Muid, 1991).
Metode
Ekstraksi polen dari madu
Ekstrasi polen dari madu dilakukan mengikuti prosedur Wener Von Der Ohe (2004) dengan dimodifikasi. Sebanyak 3 mL madu dimasukkan ke dalam tabung gelas, ditambahkan 12 mL air. Campuran diaduk secara manual menggunakan batang pengaduk kaca sampai sampel madu larut dan homogen. Larutan disentrifugasi pada 3500 rpm selama 10 menit, dan supernatan dibuang. Prosedur ini diulang sekali untuk memastikan bahwa komponen gula benar-benar larut dan hilang dari sampel. Pelet diwarnai dengan 1 mL safranin 0,5% dan dibiarkan selama 24 jam pada suhu ruang. Langkah selanjutnya yaitu membilas pewarna dengan menambahkan 3 mL air suling dan disentrifugasi pada 3500 rpm selama 10 menit.
Metode asetolisis
Polen hasil ekstraksi dianalisis dengan metode asetolisis Erdtman (1960). Sampel polen ditambahkan larutan asetolisis sebanyak 1 mL yang terdiri atas campuran larutan acetic anhydride (C4H6O3) dan H2SO4 perbandingan 9:1, campuran ini menghasilkan panas sehingga ditunggu selama 10 menit. Kemudian dipanaskan di dalam waterbath (80 °C selama 5 menit) dengan tutup tabung terbuka. Larutan di dalam tabung disentrifugasi (3500 rpm, 10 menit). Larutan asetolisis dibuang, lalu polen dibilas dengan akuades sebanyak 3 mL, disentrifugasi kembali (3500 rpm selama 10 menit), kemudian dibilas 2–3 kali dengan akuades hingga jernih. Tabung yang sudah dibilas dimasukkan ke dalam oven dengan kondisi tutup tabung terbuka (60 °C selama 24 jam). Setelah itu, polen dikeluarkan dari oven dan ditambahkan larutan gliserin 30 % sebanyak 3– 5 tetes dan diaduk dengan tusuk gigi agar tidak menggumpal. Sampel polen diambil dan diteteskan ke dalam gelas objek dan ditutup dengan gelas penutup. Kutek ditambahkan di setiap sisi gelas penutup sebagai perekat. Lalu amati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400 x dan dibantu dengan kamera mikroskop (Celestron) yang terhubung dengan laptop
Identifikasi polen
Polen diidentifikasi berdasarkan bentuk sumbu polar dan ekuatorial mengacu pada Beekeeping in Malaysia: Pollen Atlas (Kiew & Muid, 1991), Atlas of the Tropical West African Pollen Flora (Gosling, 2013), Karakteristik Umum Polen dan Spora Serta Aplikasinya (Nughroho, 2014), Illustrated Pollen Terminology Second Edition (Halbritter, 2018), database Australasian Pollen And Spore Atlas dari laman http://apsa.anu.edu.au/ (APSA, 2007), Palynological Database 3.3 (Paldat, 2020).
Analisis data
Pengukuran polen dilakukan dari kedua sisi polen yaitu sumbu polar dan ekuatorial dengan menghitung panjang sumbu vertikal dan sumbu horizontal. Polen yang sudah diidentifikasi dihitung persentasenya Analisis kuantitatif dilakukan dengan menghitung 200-300 butir polen dalam satu preparat (pada penelitian ini hanya dilakukan perhitungan dari satu preparat dan tidak ada pengulangan dalam perhitungan butir polen). Perhitungan persentase tipe polen dilakukan dengan membandingkan jumlah polen dari suatu tipe polen dengan jumlah polen dari semua tipe polen yang diperoleh. Dihitung persentasenya
mengikuti (Azmi et al., 2015).yaitu predominant pollen type (PPT) (> 45 %), secondary pollen type (SPT) (16 – 45 %); important minor pollen type (IMPT) (3 – 15 %) dan minor pollen type (MPT) (< 3 %).
jumlah polen perspesies tumbuhan pada madu
Persentase polen = -----:---—-----;---;-----------;-----;------ × 100%
jumlah total polen per sample madu
HASIL
Hasil penelitian memperoleh 24 jenis polen, terdapat 20 jenis polen yang teridentifikasi jenisnya dan termasuk ke dalam 19 famili sedangkan 4 polen belum teridentifikasi. Dua puluh jenis polen berasal dari tumbuhan Acalypha indica, Agerantum conyzoides, Amaranthus retroflexus, Anthriscus sp., Asystasia gangetica, Bidens pilosa, Carica papaya, Cocos nucifera, Cyperus rotundus, Imperata cylindrica, Mangifera indica, Oldenlandia corymbosa, Psidium guajava, Scoparia dulcis, Zea mays, Campanula trachelium, Musa sp., Ocinum sanctum, Sambucus sp., dan Sesbania sesban. Jenis-jenis tersebut termasuk kedalam 19 famili yaitu Acanthaceae, Adoxaceae, Amaranthacea, Anacardiaceae, Apiaceae, Arecacea, Asteraceae, Campanulaceae, Caricaceae, Cyperaceae, Euphorbiacea, Fabaceae, Lamiaceae, Musaceae, Myrtaceae, Plantaginaceae, Poaceae, Rubiaceae, Sapindaceae (Tabel 1).
Pengamatan tipe polen terdiri dari unit polen, ukuran, bentuk polen, aperture dan ornamentasi eksin. Berdasarkan hasil yang didapat pada madu lebah Trigona sp. di Desa Sukawening Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, pada unit polen ditemukan hanya bentuk monad saja. Polen yang diperoleh dari madu lebah Trigona sp. memiliki ukuran polen yang bervariasi dari yang terkecil yaitu 13.6 µm berasal dari tumbuhan Antrischus sp. dan yang terbesar 68.4 µm berasal dari tumbuhan Musa sp. (Tabel 1).
Hasil pengamatan terhadap bentuk polen pada sisi polar yang ditemukan pada madu lebah Trigona sp. di Desa Sukawening Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor yaitu bentuk circular, triangular, dan irregular. Pada sisi ekuatorial terdapat bentuk oblate, oblate-spheroidal, prolate, spheroidal, suboblate. Tipe aperture yang diperoleh terdiri atas inaperture, colpate, colporate, tricolpate, tricolporate, triporate, trimonosulcate, dan stephanocolporate. Ornamentasi eksin yang didapatkan yaitu psilate, echinate, reticulate, scabrate, dan verrucate.
Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase polen pada madu lebah Trigona sp. di Desa Sukawening Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor diperoleh berbagai spesies tumbuhan yang dikategorikan sebagai sumber polen Important Minor Pollen Type dan Minor Pollen Type. Dari 20 jenis terdapat 11 jenis yang dikategorikan sebagai Important Minor Pollen Type yaitu Acalypha indica, Bidens pilosa, Cyperus rotundus, Cocos nucifera, Mangifera indica, Psidium guajava, Zea mays, Anthriscus sp., Musa sp., sp2 dan sp3. Pada kategori Minor Pollen Type terdiri dari Ageratum conyzoides, Amaranthus retroflexus, Asystasia gangetica, Campanula trachelium, Imperata cylindrica, Ocinum sanctum, Oldenlandia corymbosa, Sambucus sp., Scoparia dulcis, Sesbania sesban, sp1 dan sp4. Persentase polen didominasi oleh jenis tumbuhan yaitu Cocos nucifera sebesar 11.03% (Tabel 2) dan dikategorikan sebagai Important Minor Pollen Type karena persentasenya berada pada (3 – 15 %). Ada juga yang memiliki persentase polen terendah yakni pada jenis Asystasia gangetica sebesar 0.67% (Tabel 2) dan dikategorikan sebagai Minor Pollen Type karena persentasenya (< 3%). Polen yang berasal dari madu lebah Trigona sp. di Desa Sukawening didominasi oleh Cocos nucifera (Tabel 2).
Tabel 1. Keanekaragaman Polen yang dikoleksi oleh Trigona sp. di Desa Sukawening Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor
No
Morfologi Sampel
Ekuatorial
Morfologi Rujukan Bentuk
Aperture Tampak
Polar Ekuatorial
Polar
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Polar
Tcpr
Tmsc
Col
Tcpr
Col
Ina
Col, Dic
Col
Tcp
Cir
Cir
-
Cir
Cir
Pse
Cir
Cir
Tri
Bentuk Tampak Ekuatorial
Sph
Obs
Prl
Sph
Prl
-
Obl
Obl
Obl
Ornamen Eksin
Ech
Psi
Ver, Sca
Ech
Psi
Sca
Psi
Psi
Sca, Psi
Ukuran Polen
(µm) Polar / Spesies (Familia)
Ekuatorial
18,2
39,6
32
16,6
15,2
24,6
41,2
29,2
18,8
Bidens pilosa (Asteraceae)
Imperata cylindrica (Poaceae)
Asystasia gangetica (Acanthaceae)
Ageratum conyzoides (Asteraceae)
Acalypha indica (Euphorbiaceae)
Cyperus rotundus (Cyperaceae)
Cocos nucifera (Arecaceae)
Mangifera indica (Anacardiaceae)
Psidium guajava (Myrtaceae)
Sumber
Rujukan
PalDat
APSA
APSA
APSA
APSA
APSA
APSA
APSA
PalDat
Morfologi Sampel |
Morfologi Rujukan |
Bentuk |
Bentuk |
Ornamen Eksin |
Ukuran Polen |
Sumber Rujukan | |||||
No |
Polar |
Ekuatorial |
Polar |
Ekuatorial |
Aperture |
Tampak Polar |
Tampak Ekuatorial |
(µm) Polar / Ekuatorial |
Spesies (Familia) | ||
10 |
Col |
Cir |
Sub |
Sca, Psi |
53,2 |
Zea mays (Poaceae) |
PalDat | ||||
11 |
■ |
CD |
Tcpr |
Cir |
Prl |
Sca |
13,6 / 20,2 |
Anthriscus sp. (Apiaceae) |
APSA | ||
12 |
0 |
Tcpr |
Cir |
Sobl |
Ret |
23,6 |
Carica papaya (Caricaceae) |
Jurnal | |||
13 |
C |
Pan |
Cir |
Prl |
Sca, Ret |
27,4 |
Amaranthus retroflexus (Amaranthaceae) |
APSA | |||
14 |
,' |
Tcpr |
Tri |
Prl |
Psi |
16,6 |
Oldelandia corymbosa (Rubiaceae) |
Jurnal | |||
15 |
Tcpr |
Cir |
Prl |
Ret |
19,2 |
Scoparia dulcis (Plantaginaceae) |
Jurnal | ||||
16 |
ex* |
Tpr |
Cir |
Sph |
Sca, Psi |
24,8 |
Campanula trachelium (Campanulaceae) |
APSA | |||
17 |
Ina |
Cir |
Sobl |
Psi |
68,4 |
Musa sp. (Musaceae) |
PalDat | ||||
18 |
r , ⅛ 50 ∙ |
Stp |
Cir |
Obsp |
Sca |
31,2 |
Ocimum sanctum (Lamiaceae) |
Jurnal | |||
19 |
Tcp |
Cir |
- |
Psi |
17,6 |
Sambucus sp. (Adoxaceae) |
PalDat | ||||
20 |
Tcpr |
Tri |
Prl |
Psi |
22,8 |
Sesbania sesban (Fabaceae) |
Jurnal |
Morfologi Sampel Morfologi Rujukan Bentuk Bentuk No Aperture Tampak Tampak rnamen Polar Ekuatorial Polar Ekuatorial Eksin Polar Ekuatorial |
Ukuran Polen S b (µm) Polar / Spesies (Familia) u e Rujukan Ekuatorial |
21 Col - Prl Ver, Psi |
17,6 Sp. 1 - (Arecaceae) |
22 Tcpr Tri Sobl Psi |
18,8 / 22,6 Sp. 2 - (Sapindaceae) |
23 Col Cir Prl Psi |
27,4 / 29,2 Sp. 3 - (Anacardiaceae) |
24 Tcp Cir - Psi O |
23,4 Sp. 4 - (Euphorbiaceae) |
Keterangan:
Tcpr (Tricolporate); Col (Colpate); Tmsc (Trimonosulcate); Cir (Circular); Sph (Spheroidal); Obs (Oblate-Spheroidal); Prl (Prolate); Ech (Echinate); Psi (Psilate); Ver (Verrucate); Sca (Scabrate); Ina (Inaperture); Dic (Dicolpate); Tcp (Triporate); Obl (Oblate); Tri (Triangular); Sub (Suboblate); Sca (Scabrate).
Tabel 2. Persentase Polen Trigona sp. di Kecamatan Dramaga di Desa Sukawening Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor
No. |
Spesies (Famili) |
Persentase Jumlah Polen (%) / Kategori |
Habitus |
1 |
Acalypha indica (Euphorbiaceae) |
5.01% / IMPT |
Herba |
2 |
Ageratum conyzoides (Asteraceae) |
1.79% / MPT |
Herba |
3 |
Amaranthus retroflexus (Amaranthaceae) |
1.15% / MPT |
Herba |
4 |
Anthriscus sp. (Apiaceae) |
9.82% / IMPT |
Herba |
5 |
Asystasia gangetica (Acanthaceae) |
0.67% / MPT |
Herba |
6 |
Bidens pilosa (Asteraceae) |
5.74% / IMPT |
Herba |
7 |
Campanula trachelium (Campanulaceae) |
1.99% / MPT |
Herba |
8 |
Carica papaya (Caricaceae) |
2.43% / MPT |
Pohon |
9 |
Cocos nucifera (Arecaceae) |
11.03% / IMPT |
Pohon |
10 |
Cyperus rotundus (Cyperaceae) |
7.5% / IMPT |
Herba |
11 |
Imperata cylindrica (Poaceae) |
2.85 / MPT |
Herba |
12 |
Mangifera indica (Anacardiaceae) |
3.27 / IMPT |
Pohon |
13 |
Musa sp. (Musaceae) |
10.25% / IMPT |
Herba |
14 |
Ocinum sanctum (Lamiaceae) |
0.95% / MPT |
Herba |
15 |
Oldenlandia corymbosa (Rubiaceae) |
2.55% / MPT |
Herba |
16 |
Psidium guajava (Myrtaceae) |
7.98% / IMPT |
Pohon |
17 |
Sambucus sp. (Adoxaceae) |
2.49% / MPT |
Herba |
18 |
Scoparia dulcis (Plantaginaceae) |
2.85% / MPT |
Herba |
19 |
Sesbania sesban (Fabaceae) |
1.79% / MPT |
Herba |
20 |
Zea mays (Poaceae) |
7.08% / IMPT |
Herba |
21 |
Sp.1 |
2.18% / MPT |
- |
22 |
Sp.2 |
3.75% / IMPT |
- |
23 |
Sp.3 |
3.27% / IMPT |
- |
24 |
Sp.4 |
1.57% / MPT |
- |
Keterangan : IMPT (Important Minor Pollen Type), MPT (Minor Pollen Type)
Berdasarkan habitus, polen yang ditemukan pada madu lebah Trigona sp. berasal dari tumbuhan herba dan pohon (Gambar 1). Tumbuhan herba terdiri dari Acalypha indica, Ageratum conyzoides, Amaranthus retroflexus, Anthriscus sp., Asystasia gangetica, Bidens pilosa, Campanula trachelium Cyperus rotundus. Imperata cylindrica, Musa sp, Ocinum sanctum, Oldenlandia corymbosa, Sambucus sp., Scoparia dulcis, Sesbania sesban dan Zea mays, sedangkan tumbuhan pohon terdiri dari Carica papaya, Cocos nucifera, Mangifera indica, dan Psidium guajava.
Gambar 1. Habitus tumbuhan hasil identifikasi madu Trigona sp. di Desa Sukawening Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat kesamaan sumber pakan yang dilakukan oleh Hidayati et al. (2020) yaitu pada Famili Amaranthaceae, Anacardiaceae, Apiaceae, Arecaceae, Asteraceae, Euphorbiaceae, Fabaceae, Poaceae dan Rubiaceae. Tumbuhan yang mendominasi yaitu polen Zea mays, Ischaemum rugosum, Amaranthus dubius, dan Chromolaena odorata. Sedangkan pada penelitian Jayadi & Susandarini (2020) yang dilakukan di Pulau Lombok tercatat 57 famili, di Desa Batu Putih diperoleh polen tanaman Solanum lycopersicum, Carica papaya, Capsicum annuum, Datura metel dan beberapa jenis dari famili Myrtaceae. Di Desa Sedau diperoleh polen tanaman Phyllanthus warnockii dan Cocos nucifera. Di Desa Karang Bayan diperoleh 20 famili tanaman yang mendominasi ialah pada jenis Arenga pinnata (Arecaceae).
Selain perbedaan daerah, lokasi ketinggian daerah atau tempat juga menjadi suatu pengaruh tumbuhan tersebut dapat tumbuh. Seperti pada penelitian Agussalim et al. (2017) yang dilakukan di Yogyakarta di Kecamatan Cangkringan ketinggian 500 – 900 dan > 1000 m dpl terdapat tumbuhan kelapa, tebu padi, sengon, cabe merah, cabe rawit, tomat, kacang Panjang, pisang, sawi hijau, jagung, ketimun, melinjo, mahoni, kemiri, durian, turi, cokelat, kersen, terong, ubi jalar, ubi kayu dan akasia. Di Kecamatan Patuk ketinggian 200 – 700 m dpl terdapat tumbuhan cokelat, padi, jagung, ubi kayu, kacang tanah, kedelai, cabe merah, terong, melinjo, jeruk, jambu biji, durian, alpukat, mangga, rambutan, belimbing, sawo, pepaya, pisang, nangka, sukun, lamtoro, sonokeling, akasia, mahoni, ubi jalar, sengon dan kelapa. Beragamnya polen yang dikoleksi lebah dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Sehingga serbuk sari yang dikumpulkan dari ketinggian yang berbeda memiliki tipe serbuk sari yang berbeda (Pratama et al., 2018) karena tumbuhan yang cocok untuk tumbuh dengan ketinggian tertentu berbeda. Hal ini menunjukkan lebah tanpa sengat sangat beranekaragam dalam mencari pakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam koloninya. Gadhiya & Pastagia (2015) menyatakan bahwa T. laeviceps mengunjungi bunga dari berbagai jenis tanaman, termasuk tanaman sayuran, tanaman buah-buahan, tanaman hias, bahkan gulma.
Polen yang berasal dari madu lebah Trigona sp. di Desa Sukawening Kecamatan Dramaga didominasi oleh Cocos nucifera (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa lebah Trigona sp. menyukai tumbuhan tersebut. Kunjungan lebah tanpa sengat untuk menghampiri bunga dipengaruhi oleh karakter morfologi bunga sebagai daya tarik visual. Warna bunga yang terang dan cerah,
beraroma sebagai faktor lebah tanpa sengat menghampiri bunga tersebut (Sari & Putra, 2015). Pada Cocos nucifera memiliki bunga yang berwarna kehijauan atau kekuningan serta ukuran bunga yang kecil selain itu bunga pada famili Arecaceae memiliki aroma yang harum (Priawandiputra, 2020). Cocos nucifera dimanfaatkan oleh lebah tanpa sengat sebagai sumber nektar dan polen (Priawandiputra, 2020). Sesuai dengan Majid et al. (2020) bahwa bunga pada famili Arecaceae seperti Elaeis guineensis, Cocos nucifera, dan Nypa fruticans menarik untuk lebah sebagai sumber makanannya baik nektar dan polennya. Bunga Cocos nucifera merupakan tumbuhan yang berbunga sepanjang tahun dan nektar pada Cocos nucifera memiliki kandungan konsentrasi gula yang tinggi (Selvaraju et al., 2019). Pada Musa sp., Trigona sp. memanfaatkan tumbuhan tersebut sebagai sumber nektar dan polen. Bunga Musa sp. berwarna kuning serta merupakan tumbuhan yang berbunga sepanjang tahun sehingga tumbuhan ini menyediakan nektar dan polen yang berkelanjutan (Pratama et al., 2018). Bunga ini dimanfaatkan oleh lebah tanpa sengat sebagai sumber polen. (Priawandiputra, 2020). Bunga tanaman yang dikumpulkan oleh lebah Trigona sp. memiliki ukuran bunga yang kecil sehingga sesuai dengan penelitian Azmi et al. (2015) menyatakan bahwa lebah tanpa sengat (L. terminata) mengumpulkan polen dengan mahkota bunga berukuran kecil.
Berdasarkan hasil yang didapat menunjukkan bahwa Trigona sp. banyak mengumpulkan sumber pakannya berasal dari tumbuhan herba karena disekitar lokasi sarang banyak sekali tumbuhan yang berhabitus herba. Menurut Kifle (2015) dan Rismayanti et al. (2015) tumbuhan herba merupakan tumbuhan penting bagi lebah karena tumbuhan tersebut cenderung tumbuh dan berbunga lebih pendek dibandingkan tumbuhan pohon serta tumbuhan herba dapat berbunga setiap saat. Di lokasi dikelilingi oleh tumbuhan perkebunan dengan hamparan rerumputan liar sehingga lebah tanpa sengat cenderung memanfaatkan sumber pakan yang berada di sekitar sarangnya. Hal ini juga berkaitan dengan polen yang dikumpulkan sehingga semakin dekat jarak tumbuhan dengan sarang makan semakin banyak juga polen yang dikumpulkan serta energi yang digunakan oleh lebah lebih sedikit. Jika jarak sarang dengan pakan yang berbunga lebih jauh maka lebah akan lebih lama tiba di lokasi pakan dan mengumpulkan pakan sampai penuh dan kembali ke sarangnya akan lama juga (Salatnaya et al., 2020). Hal ini didukung oleh pernyataan Sulistia et al. (2018) menyebutkan Trigona mengambil polen berdasarkan jarak bunga dengan sarang, aroma, dan warna bunga. Di lokasi pengambilan sampel madu dikelilingi oleh tumbuhan perkebunan yang membuat lebah mencari polen di sekitar perkebunan sehingga lebah menganggap tumbuhan tersebut dapat mencukupi kebutuhan koloninya.
Secara umum, madu dianggap monofloral jika frekuensi relatif dari jenis serbuk sari dari salah satu takson itu melebihi 45% (Alvarez-Suarez, 2017). Dilihat dari hasil madu lebah Trigona sp. di Desa Sukawening Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor ditemukan beragam tipe polen tumbuhan serta persentase paling tingginya hanya 11.03 % yang terdapat pada polen Cocos nucifera sehingga madu tersebut termasuk ke dalam madu multifloral.
SIMPULAN
Hasil dari identifikasi polen yang ditemukan pada sampel madu Trigona sp. di Desa Sukawening Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor yaitu sebanyak 24 jenis tipe polen, 4 tipe polen belum dapat teridentifikasi sehingga terdapat 20 jenis polen tumbuhan yang sudah dapat diidentifikasi yang terdiri atas 19 famili.
Identifikasi polen dalam madu Trigona sp. di Desa Sukawening Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor didominasi oleh polen tumbuhan Cocos nucifera. Polen yang dikumpulkan memiliki rata-rata ukuran (10 – 25 µm) yang termasuk ke dalam kategori polen ukuran kecil. Bentuk aperture yang ditemukan paling banyak adalah tricolporate. Bentuk polen pada sisi polar paling banyak yaitu circular dan sisi ekuatorial yaitu bentuk prolate serta ornamentasi eksin yang paling banyak ditemukan yaitu psilate. Tipe habitus tumbuhan yang ditemukan paling banyak yaitu berhabitus herba.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada peternak lebah di Desa Sukawening Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor yang telah memberikan izin melakukan penelitian ini dan dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan berjalannya penelitian ini.
KEPUSTAKAAN
Abrol DP. 2015. Pollination Biology, Vol.1 Pest and pollinators of fruit crops. Springer International Publishing.
Agussalim A, Umami N, Budisatria IGS. 2017. Variasi jenis pakan lebah madu sumber nektar dan polen berdasarkan ketinggian tempat di Yogyakarta. Buletin Peternakan 41(4): 448460.
Alvarez-Suarez JM. 2017. Bee Products–Chemical And Biological Properties. Switzerland (CH): Springer International Publishing AG.
Australasian Pollen And Spore Atlas. 2007. http://apsa.anu.edu.au/. 2007, Diakses pada tanggal 16 April 2022 pukul 15.11 WIB
Azmi WA, Zulqurnain NS, Gazi R. 2015. Mellisopalynology and foraging activity of stingless bees, Lepidotrigona terminata (Hymenoptera: Apidae) from an apiary in Besut, Terengganu. Journal of Sustainability Science and Management 10(1): 27-35.
de Souza VHRR. 2018. Melissopalynology in Brazil: a map of pollen types and published, Palynology. DOI: 10.1080/01916122.2018.1542355
Erdtman G. 1986. Pollen Morphology and Plant Taxonomy. Leiden (NL): E. J. Brill.
Gadhiya VC, Pastagia JJ. 2015. Flowers visited by stingless bees, Tetragonula laeviceps Smith.
AGRES 4(4): 323-330.
Gosling WD, Charlotte SM, Daniel AL. 2013. Atlas of the Tropical West African Pollen Flora. Review of Palaeobotany and Palynology 199:1-135.
Grüter C. 2020. Stingless Bees Their Behaviour, Ecology and Evolution. Springer International Publishing.
Halbritter HUS. 2018. Illustrated Pollen Terminology Second Edition. Switzerland: Springer.
Herlinda YPS. 2021. Pengantar Ekologi Serangga. Palembang: Universitas Sriwijaya (UNSRI)/Unsri Press.
Hidayati N, Suedy SWA, Darmanti S. 2020. Identifikasi Keanekaragaman Polen Tanaman Sumber Pakan Lebah pada Madu Lokal dari 5 Desa di Kabupaten Boyolali. Majalah Ilmiah Biologi BIOSFERA: A Scientific Journal 37(1): 36-42.
Jayadi LZ, Susandarini R. 2020. Melissopalynologycal analysis of honey produced by two species of stingless bees in Lombok Island, Indonesia. Nusantara Bioscience 12(2): 97108.
Kiew R, Muid M. 1991. Beekeping in Malaysia: Pollen Atlas. Selangor (MY): Malaysian Beekeping Research and Development Team, Universiti Pertanian Malaysia.
Kifle TB. 2015. Screening of Potential Herbaceous Honey Plants for Beekeeping Development. Agriculture, Forestry and Fisheries.
Majid M, Ellulu MS, Bakar MFA. 2020. Melissopalynological study, phenolic compounds, and antioxidant properties of Heterotrigona itama honey from Johor, Malaysia. Scientifica 2529592.
Nugroho SH. 2014. Karakteristik Umum Polen dan Spora Serta Aplikasinya. Oceana 39(3): 719.
Palynological Database 3.3 2020. https://www.paldat.org/. Diakses pada tanggal 16 April 2022 pukul 13.52 WIB
Pratama E, Watiniasih L, Ginantara K. 2018. Perbedaan ketinggian tempat terhadap jenis polen yang dikoleksi oleh lebah Trigona. Jurnal Biologi Udayana 22(1): 42-48.
Priawandiputra W. 2020. Panduan Budidaya Lebah Tanpa Sengat di Desa Perbatasan Hutan: Studi di Lubuk Bintialo dan Pangkalan Bulian, Sumatera Selatan. Zoological Society of London (ZSL) Indonesia.
Rismayanti, Triadiati, Raffiudin R. 2015. Ecology Service of Herbaceous Plants for Trigona’s Bee. Jurnal Sumberdaya HAYATI 1(1): 19-25
Rodopoulou MA, Tananaki C, Dimou M, Liolios V, Kanelis D, Goras G, Thrasyvoulou A. 2017. The determination of the botanical origin in honeys with over-represented pollen: combination of melissopalynological, sensory and physicochemical analysis. Journal of the Science of Food and Agriculture 98(7): 2705-2712.
Salatnaya H, Widodo DW, Fuah AM, Winarno. 2020. The Influence of Environmental factor on Tetragonula Iaeviceps. JlPTHP (8)2: 67-71.
Sari DA, Putra RE. 2015. Kajian karakter bunga coffea arabica l. terkait dengan kemungkinan aplikasi lebah madu lokal sebagai agen penyerbuk. Jurnal Matematika & Sains 20(1): 2731.
Selvaraju K, Vikram P, Soon JM, Khrisnan KT, Mohammed A. 2019. Melissopalynological, physicochemical and antioxidant properties of honey from West Coast of Malaysia. Journal of food science and technology 56(5): 2508-2521.
Siddiqui AJ, Musharraf SG, Choudhary MI, Rahman A-u. 2017. Application of analytical methods in authentication and adulteration of honey. Food Chemistry 217: 687-698.
Shubharani R, Sivaram V, Roopa P. 2012. Assessment of Honey Plant Resources through Pollen Analysis in Coorg Honeys of Karnataka State. The International Journal of Plant Reproductive Biology 4(1): 31-39.
Suedy S. 2012. Paleorekontruksi Vegetasi Dan Lingkungan Menggunakan Fosil Polen Dan Spora Pada Formasi Tapak Cekungan Banyumas Kala Plio-Plistosen. Sekolah Pasacasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor: 225 hlm.
Sulistia ML, Latifah S, Irwan MLA, Dwi SR. 2018. Identifikasi Jenis Polen Sebagai Sumber Pakan Lebah Trigona (Trigona clypearis) di Lahan Agroforestri. Tesis. Program Studi Kehutanan, Universitas Mataram.
Wener L. 2004. Harmonized Methods of Melissopalynology. Apidologie,Springer Verlag (Germany).
140
Discussion and feedback