Analisis Kinerja Manjemen Rantai Pasok Agrowisata Stroberi di Wiwanda Agrow
on
JURNAL BETA (BIOSISTEM DAN TEKNIK PERTANIAN) Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana http://ojs.unud.ac.id/index.php/beta
Volume 11, Nomor 2, bulan September, 2023
Analisis Kinerja Manjemen Rantai Pasok Agrowisata Stroberi di Wiwanda Agrow
Performance analysis of Strawberry agro-tourism supply chain management in Wiwanda Agrow
Angga Mahendra, I Gusti Ngurah Apriadi Aviantara*, I Putu Surya Wirawan
Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia
*email: [email protected]
Abstrak
Wiwanda Agrow merupakan salah satu agrowisata stroberi di Bali yang belum menggunakan teori penilaian manajemen rantai pasok dalam melakukan penilaian kinerjanya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja rantai pasok Wiwanda Agrow dengan menggunakan teori SCOR dengan pendekatan AHP. SCOR merupakan satuan acuan dari rantai pasok yang mengintrgasikan tiga elemen dalam manajemen yaitu bussiness reengineering procces, benchmarking, dan measurement procces. Metode AHP merupakan proses pembobotan pada masing masing kriteria, atribut, dan sub kriteria. Hasil penyebaran kuesioner konstruk berbasis SCOR memperoleh 5 proses inti atau kriteria, 10 atribut, dan 22 key performance indicator untuk selanjutnya dianalisis mengggunakan metode AHP. Hasil pengolahan data menggunakan software expert choice. Nilai terendah pada proses return terdapat pada key indicator performance (RRE 1) tingkat penanganan keluhan konsumen dengan nilai 0,003 dan nilai kinerja tertinggi terdapat pada kriteria plan dengan key indicator performance (PRE 1) perencanaan bibit stroberi dengan nilai 0,252. Hasil penilaian keselurahan kinerja Wiwanda Agrow sebesar 89,3. Nilai tersebut dikategorikan kinerja “good” berdasarkan teori normalisasi.
Kata kunci: agrowisata, AHP, analisis kinerja rantai pasok, SCOR
Abstract
Wiwanda Agrow is one of the strawberry agritourism in Bali that has not used the assessment theory of supply chain management to assess its performance. This study aims to analyze the performance of Wiwanda Agrow's supply chain using the SCOR theory with the AHP approach. SCOR is a supply chain reference unit that integrates elements in management, namely business process reengineering, benchmarking, and measurement processes. The AHP method is a weighting process for each criterion, attribute, and sub-criteria. The results of distributing SCOR-based construct questionnaires obtained 5 core processes or criteria, 10 attributes, and 22 key performance indicators for further analysis using the AHP method. The results of data processing using expert choice software. The lowest value in the return process is found in the key indicator performance (RRE 1) level of consumer complaint handling with a value of 0.003 and the highest performance value is found in the plan criteria with key indicator performance (PRE 1) planning of strawberry seedlings with a value of 0.252. The overall performance assessment result of Wiwanda Agrow was 89.3. This value is categorized as "good" performance based on the normalization theory.
Keyword: agrotourism, AHP, SCOR, supply chain performance analysis
PENDAHULUAN
Stroberi merupakan komoditas buah yang baik di budidayakan di negara yang memiliki iklim subtropis (Areni, 2019). Seiring berjalannya waktu, stroberi dapat dibudidayakan di negara iklim tropis. Produksi buah stroberi di Pulau Bali dari tahun 2017 -2020 mencapai 3149 ton. Agrowisata merupakan rangkaian kegiatan yang menggunakan sektor pertanian dalam perjalanan wisatanya mulai awal produksi sampai menjadi sebuah produk pertanian sehingga mendapatkan pembelajaran, pemahaman, pengalaman dan rekreasi di bidang pertanian
(Dhea,2021). Agrowisata di Bali berkembang dengan pesat khusunya daerah Bedugul dan sekitarnya dengan komoditas yang menjadi andalan yaitu stroberi (Kartika, 2021). Wiwanda Agrow adalah agrowisata stroberi pertama di Bali yang sudah menggunakan greenhouse dengan luas lahan 5000 m2 dan berkapasitas 40000 pohon. Dampak dari covid-19 banyak petani stroberi di Desa Pancasari beralih menjadi agrowisata petik stroberi karena panen stroberi tidak terserap maksimal oleh pasar. Hal tersebut tentunya membuat Wiwanda Agrow harus meningkatkan mutunyagar tidak kalah saing oleh agrowisata stroberi disekitarnya. Oleh
karena itu diperlukan evaluasi secara menyeluruh kepada hal hal yang berkaitan dengan kinerja perusahaan. Manajemen rantai pasok merupakan proses organisasi yang bekerja sama untuk memberikan produk kepada konsumen akhir. Organisasi-organisasi ini biasanya menggabungkan supplier, pabrik, toko, dan pengecer sebagai organisasi pendukung misalnya jasa pengiriman atau logistik (Pongoh,2016).
SCOR (Supply Chain Operation of Reference) merupakan metode yang ada di dalam bagian manajemen rantai pasok. Metode ini mengoordinasikan tiga instrumen utama dalam rantai pasok, khususnya rekayasa ulang proses bisnis, benchmarking, dan estimasi proses ke dalam struktur lintas praktik dalam rantai pasok (Hastuti,2020). Namun, dalam menentukan penilaian kurang efektif jika hanya menggunakan teknik SCOR karena belum ada penilaian kinerja yang dilakukan agrowisata sejenis khususnya di daerah Pancasari, Kabupaten Buleleng sehingga bisa dilakukan benchmarking. Sehingga perlu ditambahankan sebuah metode dalam pengambilan keputusan yaitu AHP (analytical hierarchy process). AHP digunakan untuk mengalokasikan beban dan skor ke setiap kriteria, sifat, dan faktor faktor kunci. Pengolahan data (Rakasiswi,2020). AHP akan menggunakan perangkat lunak pendukung yaitu expert choice agar hasil analisis lebih akurat. Penelitian yang sudah dilakukan bertujuan mendapatkan hasil analisis kinerja manajemen rantai pasok agrowisata stroberi di Wiwanda Agrow dan memperoleh prioritas kinerja kriteria dan KPI Wiwanda Agrow.
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wiwanda Agrow yang terletak di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada awal bulan Februari 2022 sampai akhir bulan April 2022.
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini bersifat kualitatif yang dilakukan dengan menggunakan metode yang fokus mempelajari objek alamiah. Peneliti adalah instrumentalis kunci, artinya penulis terlibat dalam pengambilan sampel sumber data .purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan karakteristik sehingga responden bisa langsung ditentukan (Lestari, 2019). Karakteristik atau ciri ciri sampel yang digunakan dalam kuesioner yaitu responden 2 orang yang memiliki jabatan atau wewenang dalam mengambil keputusan pada perusahaan. Hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi (Darna, 2018)Penelitian ini mengumpulkan sumber data dari 2 jenis data, yaitu data primer (wawancara dan membagikan kuesioner secara langsung kepada pihak pihak pengambil keputusan di Wiwanda Agrow) dan data sekunder berupa data kunjungan wisatawan ke Wiwanda Agrow.
Metode Pengambilan Data
Dalam memperoleh data dari informan yang sudah ditentukan ada beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain: (1) penelitian kepustakaan, yaitu data ysng digunakan dalam penelitian didaatkan dari buku atau junal (Khatibah, 2011); (2) penelitian observasi, yaitu data diperoleh dan dikumpulkan dari hasil pengamatan langsung terhadap perusahaan yang diteliti (Sejati,2019); (3) wawancara merupakan kegiatan tanya jawab dengan pihak pihak yang terlibat dalam aliran rantai pasok di Wiwanda Agrow; (4) kuesioner merupakan instrumen riset untuk mendapatkan kinerja perusahaan yang akan dilakukan pembobotan diawal. Kuesioner dibagikan kepada pihak pengambil keputusan di Wiwanda Agrow.
Analisis Data
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan proses analisa sebuah topik penelitian dengan melihat gambaran secara luas dan mendalam secara objektif terkait rantai pasok perusahaan (Ashari, 2017) kemudian dapat digambarkan aliran produk pada rantai pasokan di Wiwanda Agrow.
Metode Supply Chain Operations Reference (SCOR)
Metode SCOR membantu memetakan atribut yang akan digunakan untuk menghitung nilai kinerja manajemen rantai pasok (Pujawan & Mahendrawathi, 2017). Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) membantu dalam pemberian nilai pada setiap kriteria, atribut, dan sub kriteria (Yanto, 2016). AHP bertujuan untuk mengklasifikasikan ukuran atau nilai dalam setiap subkriteria perusahaan agar diperoleh sebuah data prioritas perbaikan yang perlu dilakukan (Darmanto, 2014). Analisis AHP menggunakan software pendukung expert choice agar data yang dihasilkan lebih akurat. Tingkat pemenuhan suatu kinerja didasarkan pada seberapa normalisasi indikator kinerja tersebut. Setiap indikator memiliki bobot dan ukuran skala yang berbeda, sehingga tingkat pemenuhannya didasarkan pada seberapa dekat indikator tersebut dengan rata-ratanya. Diperlukan proses penyamaan parameter yaitu dengan cara normalisasi tersebut (Irvan, 2011).
Proses normalisasi dilakukan dengan rumus normalisasi Snorm De Boer, yaitu
Large is better : Snorm = ( (sι Smln) × 100%) [1]
∖ (Smax-Smin) ∕ l j
Lower is better : Snorm = ( (smax Sl) × 100%) [2]
V (Smax-Smin) ∕
dimana:
Si : Nilai aktual yang dicapai perusahaan
Smin : Nilai pencapaian performansi terburuk dari indikator kinerja
Smax : Nilai pencapaian performansi terbaik dari indikator kinerja
Ukuran ini menterjemahkan bobot setiap metrik ke dalam rentang nilai tertentu, 0-100. Nol (0) didefinisikan sebagai yang terburuk dan 100 sebagai yang terbaik. Oleh karena itu, parameter untuk setiap indikator adalah sama, setelah itu hasilnya dapat dianalisis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem Rantai Pasok Wiwanda Agrow
Sistem rantai pasok pada Wiwanda Agrow hanya memiliki satu pola seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 1.

Gambar 1. Aliran Rantai Pasok Wiwanda Agrow
Mekanisme rantai pasok Wiwanda Agrow sampai ke wisatawan bersifat umum, dimana bekerja sama dengan beberapa travel wisata dan beberapa wisatawan yang berkunjung langsung. Tarif memasuki agrowisata sebesar Rp 40.000 untuk wisatawan lokal dan Rp 100.000 untuk wisatawan mancanegara dimana wisatawan bisa menikmati semua fasilitas yang telah disediakan Wiwanda Agrow seperti metik buah sepuasnya , jus stroberi dan edukasi terkait stroberi. Dilihat dari kelembagaan rantai pasok, kelembagaan rantai pasokan Wiwanda Agrow tergolong umum. Sistem antar pelaku belum menerapkan kontrak perjanjian mengikat terutama dengan pihak travel sehingga sampai saat ini hanya sebatas kesepakatan.
Kuesioner Konstruk SCOR
Kuesioner konstruk digunakan untuk menyusun 3 komponen SCOR yang digunakan sebagai acuan untuk menilai kinerja rantai pasok perusahaan. Kuesioner konstruk ini diberikan kepada pihak perusahaan yang memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan untuk kemajuan perusahan. Kusioner konstruk diberikan kepada 2 responden yaitu Pemilik perusahaan dan kepala bagian marketing. Hasil dari kesepakatan pihak perusahaan isi dari kuesioner konstruk yang berisi Kriteria, atribut dan sub kretia kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.
Perhitungan Bobot AHP
Pengisian kuesioner berpasangan membandingkan antar kriteria, kriteria dengan antribut dan terakhir
sub kriteria pada atribut. Kuesioner tersebut diisi oleh masing masing responden yang telah dipilih sesuai kapasitas pengambilan keputusan didalam perusahaan yang diteliti. Pada penelitian ini telah dipilih 2 responden dari perusahaan yaitu owner dan kepala marketing dari perusahaan. Hasil dari kuesioner tersebut digambungkan dan diolah menggunakan software tambahan expert choice. Pada setiap indikator kinerja terdapat bobot lokal dan bobot global. Bobot lokal adalah bobot yang berkaitan dengan hierarki diatasnya seperti sub kriteria terhadap kriteria. Sedangkan bobot global adalah bobot dari sub kriteria terhadap tujuan hierarkinya. Bobot global didapatkan dari hasil perkalian antara bobot global hierarki diatasnya dengan bobot lokal sendiri.
Penilaian Kinerja Rantai Pasok dengan Normalisasi
Penghitungan nilai kinerja sebuah rantai pasok menggunakan metode SCOR dimana dilakukan evaluasi berdasarkan atribut penilaian yang telah dibuat dan disetujui oleh pihak perusahaan sampai ketingkat sub kriteria. Namun masing masing sub kriteria yang diperoleh memiliki ukuran yang tidak sama sehingga dibutuhkan sebuah acuan yang sama. Penyamaan parameter menggunakan metode Normalisasi Snorm De Boer. Normalisasi sangat berperan penting dalam mengukur kinerja dengan tujuan memiliki bobot yang sama. Setiap sub kriteria memiliki variabel yang berbeda sehingga nilai yang berbeda sesuai kebutuhan yang diteliti.
Tabel 1. Bobot nilai kinerja
Indikator Kinerja Level 1 |
Bobot |
Indikator Kinerja Level 2 |
Bobot |
Indikator Kinerja Level 3 |
Bobot | ||
Lokal |
Global |
Lokal |
Global | ||||
PRE 1 |
0,536 |
0,252 | |||||
Plan |
0,471 |
Reliability |
1 |
0,471 |
PRE 2 |
0,464 |
0,218 |
SRE 1 |
0,205 |
0,037 | |||||
Source |
0,273 |
Reliability |
0,678 |
0,185 |
SRE 2 |
0,095 |
0,017 |
SRE 3 |
0,700 |
0,129 | |||||
SRP 1 |
0,224 |
0,010 | |||||
Responsiveness |
0,166 |
0,045 |
SRP 2 |
0,776 |
0,035 | ||
SFX 1 |
0,528 |
0,022 | |||||
Flexibility |
0,156 |
0,042 |
SFX 2 |
0,472 |
0,020 | ||
MRE 1 |
0,863 |
0,095 | |||||
Make |
0,135 |
Reliability |
0,821 |
0,110 |
MRE 2 |
0,137 |
0,015 |
Responsiveness |
0,179 |
0,024 |
MRP 1 |
0,586 |
0,014 | ||
MRP 2 |
0,414 |
0,010 | |||||
DRE 1 |
0,224 |
0,007 | |||||
Delivery |
0,070 |
Reliability |
0,464 |
0,032 |
DRE 2 |
0,776 |
0,025 |
DRP 1 |
0,857 |
0,032 | |||||
Responsiveness |
0,536 |
0,04 |
DRP 2 |
0,143 |
0,005 | ||
RRE 1 |
0,477 |
0,003 | |||||
Return |
0,050 |
Reliability |
0.145 |
0,007 |
RRE 2 |
0,523 |
0,004 |
Responsiveness |
0,855 |
0,042 |
RRP 1 |
0,134 |
0,005 | ||
RRP 2 |
0,866 |
0,037 |
Hierarki Pengukuran kinerja Rantai Pasok Wiwanda Agrow


Gambar 2. Hierarki AHP Wiwanda Agrow

Tabel 2. Hasil normalisasi
Kriteria (Level 1) |
Atribut (Level 2) |
Sub Kriteria (Level 3) |
Nilai |
Terbaik |
Aktual |
Satuan |
Perencanaan bibit stroberi |
85 |
20000 |
17000 |
Biji | ||
Plan |
Reliability |
Perencanaan inovasi pembuatan titik kumpul wisatawan |
100 |
1 |
1 |
Tempat |
Tingkat ketepatan pengiriman petani ke Wiwanda Agrow |
100 |
1 |
1 |
Hari | ||
Reliability |
Kehandalan petani dalam kualitas produksi stroberi |
87,5 |
4 |
3,5 |
Ton | |
Kehandalan karyawan dalam menghadapi wisatawan |
80 |
100 |
80 |
% | ||
Waktu yang dibutuhkan petani untuk memenuhi |
100 |
1 |
1 |
Hari | ||
Source |
Responsiveness |
permintaan apabila ada perubahan jumlah permintaan | ||||
Ketepatan pelayanan terhadap wisatawan |
100 |
15 |
15 |
Menit | ||
Flexibility |
permintaan yang dapat dipenuhi petani sewaktu waktu |
100 |
100 |
100 |
% | |
Jumlah wisatawan dpat ditangani oleh setiap karyawan |
100 |
50 |
50 |
Orang | ||
Reliability |
Sortasi buah stroberi dari petani |
80 |
100 |
80 |
% | |
Prosentase keberhasilan | ||||||
Make |
pembibitan |
93 |
100 |
93 |
% | |
Waktu produksi bibit stroberi |
100 |
14 |
14 |
Hari | ||
Responsiveness |
Waktu rata rata dalam melayani wisatawan |
100 |
15 |
15 |
Menit | |
Reliability |
Jumlah pesanan bibit yang dapat dipenuhi agrowisata |
66 |
600 |
400 |
Biji | |
jumlah pesanan buah yang |
75 |
20 |
15 |
kg | ||
Delivery |
dapat dipenuhi agrowisata | |||||
Responsiveness |
Waktu pengiriman pesanan produk buah |
100 |
1 |
1 |
Hari | |
Waktu pengiriman pesanan produk bibit |
100 |
5 |
5 |
Hari | ||
Reliability |
Tingkat penanganan keluhan konsumen |
100 |
100 |
100 |
% | |
Return |
Tingkat pengembalian bibit akibat mati diperjalanan |
100 |
- |
- |
% | |
Waktu penangan konsumen |
100 |
1 |
1 |
Hari | ||
Responsiveness |
Waktu yang dibutuhkan agrowisata untuk mengganti bibit yang mati diperjalanan |
100 |
5 |
5 |
Hari |
Tabel 3. Hasil perhitungan kinerja
Kriteria |
Bobot |
Atribut |
Bobot |
Sub Atribut |
Bobot |
Nilai Kinerja |
Penilaian Kinerja | |
Lokal |
Gobal | |||||||
Plan |
0,471 |
Reability |
1 |
PRE 1 |
0,536 |
0,252 |
85 |
21,4 |
PRE 2 |
0,464 |
0,218 |
100 |
21,8 | ||||
SRE 1 |
0,205 |
0,037 |
100 |
3,7 | ||||
Reliability |
0,678 |
SRE 2 |
0,095 |
0,017 |
87,5 |
1.5 | ||
SRE 3 |
0,700 |
0,129 |
80 |
10,3 | ||||
Source |
0,273 |
Responsiveness |
0,166 |
SRP 1 |
0,224 |
0,010 |
100 |
1 |
SRP 2 |
0,776 |
0,035 |
100 |
3,5 | ||||
Flexibility |
0,156 |
SFX 1 |
0,528 |
0,022 |
100 |
2,2 | ||
SFX 2 |
0,472 |
0,020 |
100 |
2 | ||||
Reliability |
0,821 |
MRE 1 |
0,863 |
0,095 |
80 |
7,7 | ||
Make |
0,135 |
MRE 2 |
0,137 |
0,015 |
93 |
1,4 | ||
Responsiveness |
0,179 |
MRP 1 |
0,586 |
0,014 |
100 |
1,4 | ||
MRP 2 |
0,414 |
0,010 |
100 |
0,1 | ||||
Reliability |
0,464 |
DRE 1 |
0,224 |
0,007 |
66 |
0,5 | ||
Delivery |
0,070 |
DRE 2 |
0,776 |
0,025 |
75 |
1,9 | ||
Responsiveness |
0,536 |
DRP 1 |
0,857 |
0,032 |
100 |
3,2 | ||
DRP 2 |
0,143 |
0,005 |
100 |
0,5 | ||||
Return |
0,050 |
Reliability |
0.145 |
RRE 1 |
0,477 |
0,003 |
100 |
0,3 |
RRE 2 |
0,523 |
0,004 |
100 |
0,4 | ||||
Responsiveness |
0,855 |
RRP 1 |
0,134 |
0,005 |
100 |
0,5 | ||
RRP 2 |
0,866 |
0,037 |
100 |
4 | ||||
Total Penilaian Kinerja |
89,3 |
Simulasi Perhitungan Penilaian kinerja PRE 1 = Bobot Global x Nilai kinerja = 0,252 x 85 = 21,4
Analisis Kuesioner Konstruk Penyebaran kuesioner konstruk dilakukan untuk memperoleh kriteria, atribut, dan sub kriteria yang akan diteliti di Wiwanda Agrow sesuai dengan metode SCOR level 1-3. Kriteria, atribut, dan sub kriteria yang sudah disepakati bersama oleh pihak perusahaan disimpulkan menjadi sebuah kuesioner konstruk. Kuesioner tersebut dibagikan kepada responden yang ahli yaitu pihak perusahaan yang memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan dan mengetahui proses rantai pasok dari hulu sampai hilir. Responden yang dipilih adalah Owner dan Kepala marketing perusahaan atau Wiwanda Agrow. Dalam proses pengisian kuesioner diharapkan responden memberikan saran dan data yang sesuai pengalaman masing masing. Penyebaran kuesioner dilakukan 2 tahapan supaya mendapatkan nilai yang relevan dari sisi teori dan aktual. Hasil kesepakatan kuesioner konstruk tersebut adalah 5 proses inti atau kriteria, 10 Atribut, dan 22 key performance indikator. |
Analisis Prioritas Kriteria dan Key Performance Indikator Tabel di bawah dapat diketahui kriteria PLAN dengan nilai 0,471 yang memiliki nilai bobot global yang paling tinggi daripada 4 kriteria yang lain. Hal tersebut perusahaan lebih mementingkan sebuah Plan daripada kriteria yang lain. Berikut tabel prioritas dari kriteria yang dinilai. Pada proses atribut ada 10 proses yang dinilai, pada setiap atribut seperti Plan memiliki 1 atribut yaitu reliability sehingga otomatis menjadi paling penting dengan nilai bobot global 0,471. Untuk kriteria source, atribut reliability mejadi aribut terpenting daripada responsiveness dan flexibility dengan memiliki nila bobot 0,18. Untuk kriteria make, atribut terpenting yaitu reliability dengan nilai bobot 0,11. Untuk kriteria delivery, atribut terpenting yaitu responsiveness dengan memiliki nilai 0,04. Untuk kriteria return, atribut responsiveness menjadi paling penting dengan nilai bobot sama yaitu 0,42. Sedangkan pada proses sub |
Tabel 4. Prioritas kriteria | ||
No |
Kriteria |
Nilai |
1 |
Plan |
0,471 |
2 |
Make |
0,273 |
3 |
Source |
0,135 |
4 |
Delivery |
0,070 |
5 |
Return |
0,050 |
Tabel 5. Prioritas subkriteria
Indikator Kinerja (Level 3) |
Bobot global |
PRE 1 |
0,252 |
PRE 2 |
0,218 |
SRE 3 |
0,129 |
MRE 1 |
0,095 |
RRP 2 |
0,037 |
SRE 1 |
0,037 |
SRP 2 |
0,035 |
DRP 1 |
0,032 |
DRE 2 |
0,025 |
SFX 1 |
0,022 |
SFX 2 |
0,020 |
SRE 2 |
0,017 |
MRP 1 |
0,015 |
SRP 1 |
0,014 |
MRE 2 |
0,010 |
MRP 2 |
0,010 |
DRE 1 |
0,007 |
DRP 2 |
0,005 |
RRP 1 |
0,005 |
RRE 2 |
0,004 |
RRE 1 |
0,003 |
Tabel 6. Parameter nilai kinerja
Sistem Monitoring |
Indikatot Performansi |
<40 |
Poor |
40-50 |
Marginal |
50-70 |
Average |
70-90 |
Good |
>90 |
Exellent |
kriteria dari 19 sub kriteria yang dianggap paling penting oleh perusahaan adalah Perencanaan bibit stroberi ( PRE 1) , perencanaan inovasi pembuatan
titik kumpul wisatawan (PRE 2, Kehandalan karyawan dalam menghadapi wisatawan (SRE 3) dengan nilai bobot global 0,252 ,0,218, dan 0,129.
Analisis Hasil Kinerja Rantai Pasok
Pada tabel 6 berisikan hasil kinerja perusahaan Wiwanda Agrow yang telah dihitung dengan software expert choice dan metode normalisasi. Nilai dari kinerja rantai pasok di Wiwanda Agrow sebesar 89,3. Nilai tersebut masuk terklasifikasikan good dengan indikator yang menjadi acuan teori normalisasi. Hasil kinerja rantai pasok Wiwanda sudah sangat baik. Nilai tersebut bisa didapatkan tergolong masih wajar karena usaha yang UMKM serta anggota dan kegiatan yang kurang banyak sehingga memudahkan manajemen dalam berkoordinasi satu sama lain. Terdapat proses yang memiliki nilai kinerja terendah adalah pada kriteria Return. Nilai terendah pada proses Return terdapat pada key indicator performance (RRE 1) tingkat penanganan keluhan konsumen RRE 1 dengan nilai 0,003. RRE 1 memiliki nilai paling rendah dikarenakan belum ada masalah yang serius dalam aspek tersebut sehingga tingkat kepentingan rendah. Sedangkan nilai kinerja tertinggi terdapat pada kriteria Plan dengan key indicator performance (PRE 1) perencanaan bibit stroberi dengan nilai 0,252. (PRE 1) memiliki nilai kinerja paling tinggi dikarenakan menjadi fokus utama Wiwanda Agrow untuk menjaga keberlanjutan buah yang tersedia dikebun sehingga tidak mengalami krisis buah saat wisatawan berkunjung ke Wiwanda Agrow.
KESIMPULAN
Nilai kinerja Wiwanda Agrow secara keselurhan yaitu 89.3 dan masuk dalam kategori good. Serta nilai terendah pada proses Return terdapat pada key indicator performance (RRE 1) tingkat penanganan keluhan konsumen RRE 1 dengan nilai 0,003. RRE 1 memiliki nilai paling rendah dikarenakan belum ada masalah yang serius dalam aspek tersebut sehingga tingkat kepentingan rendah. Sedangkan nilai kinerja tertinggi terdapat pada kriteria Plan dengan key indicator performance (PRE 1) perencanaan bibit stroberi dengan nilai 0,252. (PRE 1) memiliki nilai kinerja paling tinggi dikarenakan menjadi fokus utama Wiwanda Agrow untuk menjaga keberlanjutan buah yang tersedia dikebun sehingga tidak mengalami krisis buah saat wisatawan berkunjung ke Wiwanda Agrow.
DAFTAR PUSTAKA
Areni, S. I. (2019). Klasifikasi Kematangan Stroberi Berbasis Segmentasi Warna dengan Metode HSV. Jurnal Penelitian Enjiniring, 23(2), 113– 116.
Ashari, B. H. (2017). Analisis Deskriptif dan Tabulasi
Silang pada Universitas di Kota Surabaya ). Jurnal Sains Dan Seni ITS, 6(1), 17–21.
Darmanto, E. (2014). Penerapan Metode Ahp (Analythic Hierarchy Process) Untuk Menentukan Kualitas Gula Tumbu. Simetris : Jurnal Teknik Mesin, Elektro Dan Ilmu Komputer, 5(1), 75.
Darna, N. (2018). Memilih Metode Penelitian yang Tepat: Bagi Penelitian Bidang Ilmu
Manajemen. Jurnal Ilmu Manajemen, 5(April).
Hastuti, S. W. D. (2020). Pengukuran Kinerja Supply Chain Management dengan Menggunakan Pendekatan Supply Chain Operation References (SCOR). Jurnal Ilmu Manajemen Dan Bisnis, 11(2), 119–129.
Irvan, M. (2011). Implementasi Sistem Penilaian Kinerja Supply Chain pada Perusahaan Stamping. Universitas Indonesia.
Kartika, T. (2021). Pengembangan Agrowisata Berbasis Masyarakat di Desa Lamajang Kabupaten Bandung. Jurnal Hospitaliti Dan Pariwisata, 2, 179–198.
Khatibah. (2011). Penelitian Kepustakaan. Jurnal Iqra’, 0(01), 36–39.
Lestari, I. (2019). Dampak Pemasaran Online Terhadap Perilaku Pembelian Konsumen Studi Kasus Mahasiswa Ekonomi Angkatan 2017 Universitas Tidar Magelang. Jurnal Online Mahasiswa Manajemen, 1(1).
Pongoh, M. (2016). Analisis Penerapan Manajemen Rantai Pasokan Pabrik Gula Aren Masarang. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 4(3), 695–704.
Pujawan, I. Nyoman, & Mahendrawathi. (2017). Supply Chain Management (Maya (ed.); 3rd ed.). ANDI Yogyakarta.
Rakasiswi, L. S. (2020). Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process untuk Pemilihan Siswa Terbaik. Jurnal PROSISKO, 7(1).
Sejati, V. A. (2019). Penelitian Observasi Partisipatif Bentuk Komunikasi Interkultural Pelajar Internasional Embassy English Brighton, United Kingdom. SOSIAL: Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, 20(1), 21–24.
Warman, D. A. (2021). Strategi Pengembangan Agrowisata Sawah (Kasus: Desa Pematang Johar, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang). Univesitas Sumatra Utara.
Yanto, G. (2016). Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Mode ke Kampus dengan Analytical Hierarchi Process (Studi Kasus : Kampus STMIK Indonesia Padang). JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN, 9(1), 1–12.
434
Discussion and feedback