Efisiensi Kinerja Combine Harvester pada Pemanenan Padi Varietas Unggul (Studi Kasus di Desa Polongaan Sulawesi Barat)
on
JURNAL BETA (BIOSISTEM DAN TEKNIK PERTANIAN Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana http://ojs.unud.ac.id/index.php/beta
Volume 10, Nomor 2, bulan September, 2022
Efisiensi Kinerja Combine Harvester pada Pemanenan Padi Varietas Unggul (Studi Kasus di Desa Polongaan Sulawesi Barat)
The efficiency of Combine Harvester Performance in Harvesting Superior Varietas of Rice (Case Study in Polongaan Village, West Sulawesi)
I Kadek Murjana, I Wayan Tika*, I Gusti Ngurah Apriadi Aviantara
Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali, Indonesia
*Email: [email protected]
Abstrak
Waktu panen padi yang hampir bersamaan pada areal sawah yang luas dan ketersediaan tenaga kerja yang sedikit karenanya diperlukan alat bantu mekanis untuk menggantikannya, alat mekanis yang digunakan salah satunya mesin pemanen padi Combine Harvester. Mesin pemanen padi Combine Harvester tipe ridding merek Kubota DC 70 adalah mesin pertanian yang berfungsi untuk memanen padi melalui tahapan mengait, mengarahkan, memotong, merontokkan dan membersihkan gabah yang dilakukan secara terpadu dalam satu kali proses. Tujuan dari penelitian ini mengetahui efisiensi kinerja dan kebutuhan mesin Combine Harvester yang diperlukan pada pemanenan padi. Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan utama, yaitu persiapan mesin dan lahan, pengujian performansi mesin dan analisis data. Parameter yang diamati adalah lebar komplemen pemanen, kecepatan gerak maju Combine Harvester, luas lahan yang dipanen, waktu pemanenan, kapasitas kinerja teoritis, kapasitas kinerja aktual, efisiensi kinerja dan kebutuhan Combine Harvester. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecepatan kerja Combine Harvester 1,35 m/detik. Kapasitas kinerja aktual sebesar 0,574 ha/jam atau 57,4 are/ jam. Kapasitas kinerja teoritis sebesar 0,921 ha/jam atau 92,1 are/jam. Efisiensi kinerja Combine Harvester 61,6%. Kebutuhan Combine Harvester sebanyak 2 unit untuk pemanenan padi di Desa polongaan.
Kata kunci: Padi, Tenaga Kerja, Combine Harvester, Efisiensi Kinerja
Abstract
The rice harvest time is almost the same in a large rice field area and the availability of a small amount of labor is therefore required mechanical tools to replace it, one of the machine tools used is the Combine Harvester rice harvester machine. Rice harvester Combine Harvester ridding type Kubota DC 70 brand is an agricultural machine that functions to harvest rice through the stages of hooking, directing, cutting, threshing, and cleaning the grain which is carried out in an integrated manner in one process. The purpose of this study is to determine the efficiency of performance and the needs of the Combine Harvester machine needed for harvesting rice. This research consists of three main stages, namely machine and land preparation, machine performance testing, and data analysis. The parameters observed were the width of the complement of the harvester, the speed of advance of the Combine Harvester, the area of land harvested, the time of harvesting, the theoretical performance capacity, the actual performance capacity, the performance efficiency, and the needs of the Combine Harvester. The results showed that the working speed of the Combine Harvester was 1.35 m/sec. The actual performance capacity is 0.574 ha/hour or 57.4 are/hour. The theoretical performance capacity is 0.921 ha/hour or 92.1 are/hour. Combine Harvester's performance efficiency at 61.6%. The need for a Combine Harvester is 2 units for harvesting rice in the village of pods.
Keywords: Rice, Labor, Combine Harvester, Performance Efficiency
PENDAHULUAN
Sektor pertanian merupakan salah satu penopang perekonomian karena sektor ini dapat memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan perekonomian rakyat di Indonesia, sehingga sudah selayaknya komoditas tersebut diberdayakan dan
dikelola secara intensif (Setyono, 2010). Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi adalah penerapan program pengelolaan tanaman terpadu (TPP) untuk padi sawah varietas unggul (Dalapati et al., 2009). Varietas padi unggul merupakan galur pemuliaan yang memiliki keunggulan khusus seperti
potensi hasil tinggi dan tahan terhadap hama dan penyakit (Zahrawani, 2012). Beberapa varietas padi unggul yang banyak dibudidayakan adalah Ciherang, Inpari 64 dan Inparib 42 (Syamsiah et al., 2015). Varietas padi unggul adalah tanaman yang dibudidayakan dengan pola tanam dan ditanam secara serentak sehingga proses pemanenan padi dilakukan secara bersamaan. Salah satu tahapan terpenting dalam budidaya padi adalah proses pemanenan.
Pemanenan padi adalah semua kegiatan yang dilakukan di lahan (on-farm) dimulai dengan pemotongan gabah yang sudah siap panen dari batang tanaman tersebut, yang kemudian dilanjutkan dengan proses pemisahan gabah dengan malai (Anas et al., 2020). Semua kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara tradisional yaitu menggunakan alat seperti sabit dan gebot atau dapat dilakukan dengan cara modern, dengan bantuan alat pemanen padi (Combine Harvester). Menurut Sumarlan et al., (2017) Combine Harvester adalah mesin pemanen padi yang mampu memanen padi yang digunakan untuk proses panen padi dari proses pemotongan bulir padi yang berdiri, perontokan menjadi gabah bersih. Menurut Maksudi et al., (2018) penggunaan mesin pemanen padi (Combine Harvester) dinilai lebih efisien dibandingkan dengan mesin pemanen padi sebelumnya seperti mesin Stripper Irri Sg 800, mesin Stripper Chandue dan Mesin Stripper Gunung Biru, dalam hal penghematan waktu, pengurangan biaya, peningkatan produktivitas dan pengurangan kehilangan hasil. Efisiensi adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu tanpa membuang waktu, tenaga, dan biaya, serta kemampuan melaksanakan tugas dengan baik dan tepat (Amirrullah, 2016).
Proses yang efisien ditandai dengan kemudahan suatu kegiatan sehingga menjadi lebih murah dan lebih cepat (Tobing, 2010). Kinerja adalah kemampuan alat atau mesin untuk melakukan pekerjaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001). Efisiensi kinerja Combine Harvester adalah rasio antara kapasitas kinerja aktual dengan kapasitas kinerja teoritis yang dinyatakan dalam persen (%). Menurut (Noviawati, 2015) efisiensi kinerja Combine Harvester memiliki nilai manfaat yaitu menghemat biaya dan waktu panen, mengatasi kekurangan tenaga kerja, dan gabah yang dihasilkan tidak tercecer. Menurut (Mokthor et al., 2020) kecepatan Combine Harvester terbaik yang diperoleh adalah 3,87 km/jam sehingga proses pemanenan lebih cepat dan efisien.
Di Provinsi Sulawesi Barat, Kabupaten Mamuju Tengah, Desa Polongaan memiliki luas lahan pertanian 130 ha (BPS-Statistics of Mamuju Regency, 2020). Dengan lahan pertanian yang cukup luas dan memiliki kemiringan 3% serta minimnya
tenaga kerja untuk pemanen padi. Selain itu faktor lain yang menjadi permasalahan bagi petani yaitu adanya hama pada tanaman padi yang membuat petani harus segera memanen tanaman padinya dan kurangannya air pada saat tanaman menghasilkan benih padi sehingga mempengaruhi pematangan benih yang menyebabkan berat benih menjadi lebih kecil dari biasanya. Oleh karena itu, masyarakat di Desa Polongaan saat ini menggunakan 2 unit mesin panen padi untuk memanen padinya. Berdasarkam uraian tersebut, diperlukan penelitian tentang Efisiensi Kinerja Combine Harvester pada Pemanenan Padi Varietas Unggul (Studi Kasus di Desa Polongaan Sulawesi Barat). Berdasarkan penjelasan diatas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi kinerja Combine Harvester pada pemanenan padi dan menganalisis kebutuhan mesin pemanen padi di Desa Polongaan.
METODE
Tempat dan Waktu
Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Polongaan, Kecamatan Tobadak, Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari sampai dengan April 2021.
Alat dan Obyek Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain rollmeter dengan panjang 100 meter, 2 unit Handphone yang digunakan untuk Stopwatch dan Dokumentasi, Komputer Asus x454y, 2 patok (satu dan dua tanda), Alat tulis. Obyek yang digunakan antara lain Combine Harvester dengan kekuatan 68 HP, dan 30 Lahan pertanian di Desa Polongaan.
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian diawali dengan pencarian lokasi penelitian, dilanjutkan dengan penyiapan alat dan obyek penelitian. Panen padi dilakukan setelah padi berumur 91-110 hari setelah tanam atau kriteria bulir 95% sudah menguning. Panen padi dilakukan dengan Combine harvester dengan daya 68 HP. Metode pengambilan data dilakukan dalam tiga tahap, yaitu Survei Lapangan/Lokasi, Wawancara, dan Pengukuran Langsung di Lapangaan (Karimah et al., 2020). Survei lapangan/lokasi dilakukan untuk memperoleh data sekunder tentang gambaran luas dan keadaan pertanian secara umum di Desa Polongaan. Wawancara dengan petani dan operator Combine Harvester menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan untuk mendapatkan data Kapasitas teoritis, selain itu digunakan literatur terkait yang mendukung penelitian ini. Pengukuran langsung dilapangan digunakan untuk mendapatkan data tentang kapasitas kinerja aktual Combine Harvester.
Lebar Komplemen Pemanen
Data lebar komplemen pemanen diperoleh dari pengukuran langsung dengan roll meter sebanyak tiga kali ulangan (Suprapto et al., 2014). Objek yang digunakan untuk mengambil data tersebut berjumlah dua unit Combine Harvester dengan kedua alat memiliki daya yang sama sebesar 68 HP.
Kecepatan Gerak Maju Combine Harvester
Data kecepatan gerak maju Combine Harvester dilakukan mengukur panjang lahan. Teknis yang dilakukan dengan memberikan tanda (A) dan tanda B yang berjarak 10 m (Aisyah, 2015). Tanda A untuk mengawali perhitungan kecepatan gerak maju dengan Stopwatch yang terdapat pada Handphone. Tanda (B) untuk mengakhiri perhitungan kecepatan gerak maju Combine Harvester. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali ulangan yang kemudian hasilnya di rata-rata (Aisyah, 2015).
Luas Lahan
Pengukuran panjang dan lebar lahan dilakukan menggunakan roll meter untuk mendapatkan luas lahan yang dipanen. Setiap lahan diwakili 3 petakan lahan dengan pengukuran tiga kali ulangan. Setiap petakan memiliki panjang dan lebar berbeda-beda sehingga dihitung menggunakan metode segitiga. Menurut Hawinuti (2020) penggunaan metode segitiga dalam menghitung luasan lahan cukup akurat hasil yang diperoleh dengan tingkat ketelitian 99 %.
Lama Waktu Pemanenan
Data lama waktu pemanenan diperoleh dari tiga petakan pada setiap lahan penelitian menggunakan stopwatch. Pengukuran ini dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada petakan satu, petakan dua dan petakan tiga, hasil perhitungan waktu dari ketiga petakan tersebut di rata-rata (Aisyah, 2015). Pengukuran lama waktu pemanenan Combine Harvester diawali dari titik awal pemanenan padi sampai dengan titik terakhir berakhirnya pemanenan padi.
Analisis Data
Kapasitas Kinerja Teoritis
Untuk kapasitas kinerja teoritis dihitung dengan persamaan lebar pemanenan, kecepatan dan faktor konversi (Yunus, 2004).
KKT = 0.36 (v x IP) [1]
Keterangan:
KKT = kapasitas kinerja teoritis (ha/jam)
V = kecepatan rata-rata (m/s)
IP = lebar pemanenan rata-rata (m)
0.36 = faktor konversi (1 m2/s = 0.36 ha/jam)
Kapasitas Kinerja Aktual
Kapasitas kinerja aktual dihitung dengan menggunakan persamaan luas lahan yang dipanen dan lama waktu pemanenan (Thoriq et al., 2021).
KKA = L/WK [2]
Keterangan:
KKA = kapasitas kinerja aktual (ha/jam)
L = luas lahan yang dipanen (ha)
WK = waktu kerja (jam)
Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengukur apakah data berdistribusi secara normal. Uji yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov menggunakan aplikasi SPSS 21.
Efisiensi Kinerja Combine Harvester
Besarnya efisiensi kinerja Combine Harvster pada pemanenan padi dihitung dengan (Mokalu et al., 2018).
Efisiensi Kinerja = KKA/KKT X 100% [3]
Keterangan:
KKA = kapasitas kinerja aktual (ha/jam)
KLT = kapasitas kinerja teoritis (ha/jam)
Kebutuhan Combine Harvester
Unit kebutuhan Combine Harvester yang dibutuhkan dihitung dengan persamaan (Fahmy, 2021).
UCH = (Ls – Lg)/ KAP x Cf [4]
Keterangan:
UCH = Jumlah Unit Combine Harvester dibutuhkan
Ls = Luas Lahan yang akan dipanen (ha/tahun) Lg = Luas Lahan yang mampu dipanen (ha/tahun) KAP = Kapasitas Combine Harvester (ha/jam/unit) Cf = Koefisien Faktor yang dipengaruhi Oleh lingkungan fisik (nilai 0 sampai 1)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kapasitas Kinerja Teoritis
Kapasitas kinerja teoritis dipengaruhi oleh variabel lebar komplemen pemanenan Combine Harvester dan kecepatan gerak maju Combine Harvester. Seperti yang dijelaskan Yunus (2004), lebar komplemen pemanen dan kecepatan gerak maju Combine Harvester. Berdasarkan hasil pengukuran lebar komplemen pemanen pada kedua alat didapatkan rata-rata sebesar 1.9 m. Dari keduanya tidak ada perbedaan lebar komplemen pemanen Combine Harvester, karena sudah merupakan spesifikasi standar pabrik. Data hasil analisis rata-rata kecepatan gerak maju Combine Harvester disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis rata-rata Kecepatan Gerak Maju Combine Harvester
Lahan |
Jarak (m) |
Waktu (detik) |
Kecepatan CH (m/detik) |
Lahan |
Jarak (m) |
Waktu Kecepatan CH (detik) (m/detik) |
Lahan 1 |
15 |
10.8 |
1.39 |
Lahan 16 |
15 |
11 1.36 |
Lahan 2 |
15 |
11.9 |
1.26 |
Lahan 17 |
15 |
11 1.36 |
Lahan 3 |
15 |
10.6 |
1.42 |
Lahan 18 |
15 |
11.4 1.31 |
Lahan 4 |
15 |
11.3 |
1.32 |
Lahan 19 |
15 |
11.3 1.32 |
Lahan 5 |
15 |
11.4 |
1.31 |
Lahan 20 |
15 |
11.1 1.35 |
Lahan 6 |
15 |
11.9 |
1.26 |
Lahan 21 |
15 |
10.9 1.38 |
Lahan 7 |
15 |
11.3 |
1.32 |
Lahan 22 |
15 |
11 1.36 |
Lahan 8 |
15 |
11.6 |
1.3 |
Lahan 23 |
15 |
11 1.36 |
Lahan 9 |
15 |
11.3 |
1.32 |
Lahan 24 |
15 |
11.2 1.34 |
Lahan 10 |
15 |
11 |
1.36 |
Lahan 25 |
15 |
11.3 1.32 |
Lahan 11 |
15 |
10.8 |
1.39 |
Lahan 26 |
15 |
11.3 1.32 |
Lahan 12 |
15 |
11.1 |
1.35 |
Lahan 27 |
15 |
11.2 1.34 |
Lahan 13 |
15 |
11.3 |
1.32 |
Lahan 28 |
15 |
10.6 1.42 |
Lahan 14 |
15 |
10.9 |
1.38 |
Lahan 29 |
15 |
10.8 1.39 |
Lahan 15 |
15 |
11 |
1.36 |
Lahan 30 |
15 |
10.8 1.39 |
Rata-rata |
1.35 | |||||
Tabel 1 menunjukkan data kecepatan gerak maju |
Berdasarkan variabel lebar komplemen pemanen dan | |||||
Combine Harvester terkecil terdapat pada lahan 2 dan |
kecepatan gerak maju Combine Harvester kapasitas | |||||
6 yaitu dengan nilai 1,26 m/detik. Sedangkan untuk |
kinerja teoritis Combine Harvester didapatkan | |||||
nilai terbesar terdapat pada lahan 3 |
dan 28 yaitu |
berdasarkan |
rumus persamaan [1] (Yunus, 2004). | |||
dengan nilai 1,42 m/detik. Berdasarkan 30 sampel |
Kapasitas |
kinerja teoritis Combine Harvester | ||||
lahan diperoleh kecepatan gerak maju Combine |
disajikan dalam Tabel 2. | |||||
Harvester rata-rata sebesar 1,35 m/detik. | ||||||
Tabel 2. Kapasitas Kinerja Teoritis Combine Harvester | ||||||
Kecepatan |
Lebar |
Kapasitas |
Kecepatan |
Lebar Kapasitas | ||
T d Il £111 a an |
CH |
Panen |
Kinerja |
T uli nil a an |
CH |
Panen Kinerja |
rata-rata |
rata-rata |
Teoritis |
rata-rata |
rata-rata Teoritis | ||
(m/detik) |
(m) |
(Ha/jam) |
(m/detik) |
(m) (Ha/jam) | ||
Lahan 1 |
1.40 |
1.9 |
0.958 |
Lahan 16 |
1.36 |
1.9 0.930 |
Lahan 2 |
1.27 |
1.9 |
0.869 |
Lahan 17 |
1.37 |
1.9 0.937 |
Lahan 3 |
1.40 |
1.9 |
0.958 |
Lahan 18 |
1.31 |
1.9 0.896 |
Lahan 4 |
1.34 |
1.9 |
0.917 |
Lahan 19 |
1.33 |
1.9 0.910 |
Lahan 5 |
1.31 |
1.9 |
0.896 |
Lahan 20 |
1.35 |
1.9 0.923 |
Lahan 6 |
1.26 |
1.9 |
0.862 |
Lahan 21 |
1.37 |
1.9 0.937 |
Lahan 7 |
1.32 |
1.9 |
0.903 |
Lahan 22 |
1.36 |
1.9 0.930 |
Lahan 8 |
1.30 |
1.9 |
0.889 |
Lahan 23 |
1.36 |
1.9 0.930 |
Lahan 9 |
1.32 |
1.9 |
0.903 |
Lahan 24 |
1.33 |
1.9 0.910 |
Lahan 10 |
1.36 |
1.9 |
0.930 |
Lahan 25 |
1.32 |
1.9 0.903 |
Lahan 11 |
1.39 |
1.9 |
0.951 |
Lahan 26 |
1.32 |
1.9 0.903 |
Lahan 12 |
1.35 |
1.9 |
0.923 |
Lahan 27 |
1.33 |
1.9 0.910 |
Lahan 13 |
1.32 |
1.9 |
0.903 |
Lahan 28 |
1.42 |
1.9 0.971 |
Lahan 14 |
1.38 |
1.9 |
0.944 |
Lahan 29 |
1.39 |
1.9 0.951 |
Lahan 15 |
1.36 |
1.9 |
0.930 |
Lahan 30 |
1.39 |
1.9 0.951 |
Rata-rata KKT |
1.35 |
1.9 0.921 |
Tabel 2 menunjukkan hasil kapasitas kinerja teoritis yang beragam, dari nilai kapasitas kinerja teoritis tertinggi hingga terendah. Nilai kapasitas teoritis tertinggi terdapat pada lahan 28 yaitu dengan nilai 0,971 ha/jam atau 97,1 are/jam. Sedangkan Perolehan nilai kapasitas kinerja teoritis terendah terdapat pada lahan 6 yang memiliki nilai 0,862 ha/jam atau 86,2 are/jam. Hal ini bisa terjadi karena dipengaruhi oleh
kecepatan Combine Harvester, lebar komplemen pemanen, keadaan lahan saat panen, kemampuan operator Combine Harvester, dan kondisi mesin Combine Harvester (Zainuddin et al., 2016). Berdasarkan 30 sampel penelitian, kapasitas kinerja teoritis rata-rata sebesar 0.921 ha/jam atau 92,1 are/jam.
Kapasitas Kinerja Aktual
Kapasitas kinerja aktual dipengaruhi oleh variabel luas lahan dan lama waktu pemanenan (Yunus, 2004). Secara detail luas lahan dan lama waktu pemanenan ditunjukkan oleh Tabel 3.
Luas Lahan yang Dipanen
Hasil panen luas lahan rata-rata Combine Harvester ditunjukkan oleh Tabel 3. Hasil rata-rata luas lahan yang dipanen oleh Combine Harvester berbeda-beda, terdapat lahan dengan luas terendah dan tertinggi.
Tabel 3. Luas Lahan Rata-rata yang dipanen (are)
No |
Prinsip |
Prinsip |
Total Luas |
No k |
Prinsip |
Prinsip |
Total Luas |
Segitiga 1 |
Segitiga 2 |
Lahan (are) |
egitiga 1 Segitiga 2 |
Lahan (are) | |||
1 |
605.2 |
597.9 |
1203 |
16 |
866.4 |
863.7 |
1730 |
2 |
605.5 |
611.2 |
1217 |
17 |
872.4 |
859.0 |
1731 |
3 |
583.9 |
578.5 |
1162 |
18 |
884.3 |
894.8 |
1779 |
4 |
667.1 |
669.2 |
1336 |
19 |
877.7 |
888.3 |
1766 |
5 |
819.0 |
827.0 |
1646 |
20 |
891.5 |
896.4 |
1788 |
6 |
752.9 |
785.7 |
1539 |
21 |
1251.9 |
1249.6 |
2501 |
7 |
562.0 |
559.0 |
1121 |
22 |
1207.2 |
1229.8 |
2437 |
8 |
1169.1 |
1156.8 |
2326 |
23 |
1225.7 |
1224.4 |
2450 |
9 |
1203.4 |
1195.0 |
2398 |
24 |
1310.2 |
1310.2 |
2620 |
10 |
585.5 |
595.6 |
1181 |
25 |
1226.7 |
1222.9 |
2450 |
11 |
1169.8 |
1172.9 |
2343 |
26 |
1223.2 |
1232.8 |
2456 |
12 |
1240.1 |
1241.0 |
2481 |
27 |
1256.6 |
1250.6 |
2507 |
13 |
971.2 |
976.9 |
1948 |
28 |
1228.2 |
1231.7 |
2460 |
14 |
1237.5 |
1241.0 |
2479 |
29 |
812.8 |
805.8 |
1619 |
15 |
1234.8 |
1241.4 |
2476 |
30 |
1139.5 |
1130.2 |
2270 |
Rata-rata Luas Lahan (are) |
19,81 | ||||||
Sumber: Data Diolah (2021) | |||||||
Luas lahan yang dipanen dengan nilai terendah adalah |
0,1981 ha atau sebesar 19,81 are. Terdapat perbedaan | ||||||
0,1121 ha atau sebesar |
11,21 are. Sedangkan luas |
luas lahan pada masing-masing lahan penelitian, | |||||
lahan dengan nilai tertinggi adalah 0,2620 ha atau |
terutama pada setiap petak lahan terdapat perbedaan | ||||||
sebesar 26 |
,20 are. 30 sampel lahan pertanian pada |
panjang dan lebar. Hal |
ini dikarenakan dipengaruhi | ||||
Tabel 3 memiliki rata-rata nilai luas lahan sebesar |
oleh topografi dan kondisi lahan yang relatif lebih | ||||||
luas serta faktor lainnya (Zainuddin et al., 2016). | |||||||
Tabel 4. Kapasitas Kinerja Aktual | |||||||
Lahan |
Luas Lahan yang dipanen |
Lama Waktu Kerja rata-rata |
Kapasitas Kinerja Aktual |
Lahan |
Luas Lahan yang dipanen |
Lama Waktu Kerja rata-rata |
Kapasitas Kinerja Aktual |
rata-rata (ha) |
(Jam) |
(ha/jam) |
rata-rata (ha) |
(Jam) |
(ha/jam) | ||
Lahan 1 |
0.1203 |
0.256 |
0.470 |
Lahan 16 |
0.1730 |
0.317 |
0.546 |
Lahan 2 |
0.1217 |
0.245 |
0.497 |
Lahan 17 |
0.1732 |
0.312 |
0.555 |
Lahan 3 |
0.1162 |
0.234 |
0.497 |
Lahan 18 |
0.1779 |
0.323 |
0.551 |
Lahan 4 |
0.1336 |
0.273 |
0.489 |
Lahan 19 |
0.1766 |
0.312 |
0.566 |
Lahan 5 |
0.1646 |
0.284 |
0.580 |
Lahan 20 |
0.1788 |
0.317 |
0.564 |
Lahan 6 |
0.1539 |
0.284 |
0.542 |
Lahan 21 |
0.2501 |
0.423 |
0.591 |
Lahan 7 |
0.1121 |
0.217 |
0.517 |
Lahan 22 |
0.2437 |
0.412 |
0.592 |
Lahan 8 |
0.2326 |
0.362 |
0.643 |
Lahan 23 |
0.2450 |
0.406 |
0.603 |
Lahan 9 |
0.2398 |
0.384 |
0.625 |
Lahan 24 |
0.2620 |
0.434 |
0.604 |
Lahan 10 |
0.1181 |
0.228 |
0.518 |
Lahan 25 |
0.2450 |
0.418 |
0.586 |
Lahan 11 |
0.2343 |
0.401 |
0.584 |
Lahan 26 |
0.2456 |
0.423 |
0.581 |
Lahan 12 |
0.2481 |
0.412 |
0.602 |
Lahan 27 |
0.2507 |
0.423 |
0.593 |
Lahan 13 |
0.1948 |
0.34 |
0.573 |
Lahan 28 |
0.2460 |
0.423 |
0.582 |
Lahan 14 |
0.2478 |
0.418 |
0.593 |
Lahan 29 |
0.1619 |
0.273 |
0.593 |
Lahan 15 |
0.2476 |
0.412 |
0.601 |
Lahan 30 |
0.2270 |
0.390 |
0.582 |
Rata-rata |
0.1981 |
0.345 |
0.574 |
Lama Waktu Pemanenan disajikan data kapasitas kinerja aktual sebagai
Data kapasitas kinerja aktual didapatkan dengan berikut. Berdasarkan Tabel 4, hasil kapasitas kinerja menggunakan rumus persamaan [2]. Pada Tabel 4 aktual dari 30 sampel penelitian diperoleh nilai 379
kapasitas kinerja aktual tertinggi pada lahan 8 dengan nilai 0,643 ha/jam atau sebesar 64,3 are/jam, sedangkan pada nilai kapasitas kinerja aktual dengan nilai terendah pada lahan 1 dengan rendemen sebesar 0,470 ha/jam atau sebesar 47 are/jam. Perbedaan kapasitas kinerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ukuran dan bentuk petak, topografi wilayah, keadaan Combine Harvester, tingkat keterampilan operator Combine Harvester dan pola panen (Iswari, 2013). Pada tabel 4 di atas, disajikan 30 sampel penelitian hasil nilai rata-rata kapasitas kinerja aktual Combine Harvester sebesar 0.574 ha/jam atau sebesar 57,4 are/jam. Menurut (Zainuddin et al., 2016) dalam penelitian yang dilakukan di Sulawesi Selatan
didapatkan kapasitas kinerja aktual Combine Harvester sebesar 0,517 ha/jam atau 51,7 are/jam dengan daya Combine Harvester 61 HP. Menurut Ramadhan (2018) dalam penelitian yang dilakukan di Lampung Selatan didapatkan data kapasitas kinerja aktual Combine Harvester adalah 0,39 ha/jam atau 39 are/jam dengan daya Combine Harvester 62 HP.
Efisiensi Kinerja Combine Harvester
Perhitungan efisiensi kinerja Combine Harvester menggunakan persamaan (3). Data efisiensi Combine Harvester pada pemanenan padi di Desa Polongaan ditunjukkan oleh Tabel 5.
Tabel 5. Efisiensi Kinerja Combine Harvester
Lahan |
Kapasitas Kinerja Aktual (ha/jam) |
Kapasitas Kinerja Teoritis (ha/jam) |
Efisiensi Kinerja (%) |
Lahan |
Kapasitas Kinerja Aktual (ha/jam) |
Kapasitas Kinerja Teoritis (ha/jam) |
Efisiensi Kinerja (%) |
Lahan 1 |
0.470 |
0.958 |
49.1 |
Lahan 16 |
0.546 |
0.930 |
58.7 |
Lahan 2 |
0.497 |
0.869 |
57.2 |
Lahan 17 |
0.555 |
0.937 |
59.2 |
Lahan 3 |
0.497 |
0.958 |
51.9 |
Lahan 18 |
0.551 |
0.896 |
61.5 |
Lahan 4 |
0.489 |
0.917 |
53.4 |
Lahan 19 |
0.566 |
0.910 |
62.2 |
Lahan 5 |
0.580 |
0.896 |
64.7 |
Lahan 20 |
0.564 |
0.923 |
61.1 |
Lahan 6 |
0.542 |
0.862 |
62.9 |
Lahan 21 |
0.591 |
0.937 |
63.1 |
Lahan 7 |
0.517 |
0.903 |
57.2 |
Lahan 22 |
0.592 |
0.930 |
63.6 |
Lahan 8 |
0.643 |
0.889 |
72.3 |
Lahan 23 |
0.603 |
0.930 |
64.9 |
Lahan 9 |
0.625 |
0.903 |
69.2 |
Lahan 24 |
0.604 |
0.910 |
66.4 |
Lahan 10 |
0.518 |
0.930 |
55.7 |
Lahan 25 |
0.586 |
0.903 |
64.9 |
Lahan 11 |
0.584 |
0.951 |
61.4 |
Lahan 26 |
0.581 |
0.903 |
64.3 |
Lahan 12 |
0.602 |
0.923 |
65.2 |
Lahan 27 |
0.593 |
0.910 |
65.2 |
Lahan 13 |
0.573 |
0.903 |
63.5 |
Lahan 28 |
0.582 |
0.971 |
59.9 |
Lahan 14 |
0.593 |
0.944 |
62.8 |
Lahan 29 |
0.593 |
0.951 |
62.4 |
Lahan 15 |
0.601 |
0.930 |
64.6 |
Lahan 30 |
0.582 |
0.951 |
61.2 |
Rata-rata |
0.574 |
0.921 |
61.6 |
Tabel 5 menunjukkan hasil efisiensi kinerja Combine Harvester sangat beragam, data efisiensi kinerja tertinggi terdapat pada lahan 8 memiliki nilai 72,3 % dan data efisiensi kinerja terendah pada lahan 1 dengan nilai 49,1 %. Pada penelitian yang dilakukan, kinerja Combine Harvester sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti luasan lahan yang lebih luas, luas setiap petak yang berbeda, topografi lahan, kecepatan alat saat panen dan kemampuan operator Combine Harvester (Saputra, 2021).
Berdasarkan 30 sampel pada Tabel 5, diperoleh efisiensi kinerja Combine Harvester rata-rata dalam pemanenan padi adalah 61,6%. Dalam penelitian (Zainuddin et al., 2016) yang dilakukan di Desa Alangtengae Sulawesi Selatan, persentase efisiensi kinerja Combine Harvester pada pemanenan padi yang dilakukan adalah 47% dengan daya Combine Harvester 61 HP. Menurut Ramadhan (2018) dalam penelitian yang dilakukan di Lampung Selatan,
didapatkan data efisiensi kinerja Combine Harvester sebesar 50% dengan daya Combine Harvester 62 HP. Pada penelitian ini terjadi perbedaan persentase efisiensi kinerja Combine Harvester pada penelitian sebelumnya karena alat yang digunakan memiliki perbedaan mulai dari lebar komplemen pemanen, daya alat, kecepatan gerak maju Combine Harvester dan faktor lainnya.
Analisis Kebutuhan Combine Harvester
Hasil analisis kebutuhan Combine Harvester dengan mwnunjukkan bahwa:
Kapasitas Kinerja Aktual
Kapasitas Kinerja/hari
Luas lahan total
Lama waktu panen
Waktu kerja
= 0,574 ha/jam atau 57,4 are/jam
= 0,574 ha X 7 jam
= 4,018 ha/hari
= 130 ha atau 13.000 are
= 21 hari
= 7 jam/ hari x 21 hari
= 147 jam
Jumlah unit Combine Harvester yang dibutuhkan adalah sebesar
UCH = (Ls -Lg)/ KAP x Cf
KAPCH = Kapluas x JPCH
= 0,574 x 147
= 84,38 ha/jam
Cf = (Y - Z)/ Y
= (130 - 4,018)/ 130
= 0,9 = 1
UCH = (Ls -Lg)/ KAP x Cf
= (130 – 4,018)/ 84.38 x 1
= 125,98/84,38 x 1
= 1,5 = 2 unit
Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas kinerja aktual Combine Harvester dihasilkan bahwa satu unit Combine Harvester mampu memanen padi seluas 84,38 ha selama 21 atau 8.438 are selama 21 hari. Sehingga dibutuhkan dua unit Combine Harvester di Desa Polongaan agar kegiatan pemanenan padi selesai dalam waktu yang diharapkan.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa efisiensi kinerja Combine Harvester pada pemanenan padi Varietas Unggul di Desa Polongaan adalah sebesar 61,6%. Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh, yaitu luasan lahan tiap petaknya yang yang berbeda-beda, topografi lahan, keterampilan dari operator Combine Harvester, dan kondisi dari Combine Harvester. Pemanenan padi dilakukan pada saat tanah sudah cukup kering, sehingga dalam proses pemanenan padi menjadi lebih efisien. Alat atau mesin pemanen padi yang dibutuhkan sebanyak 2 unit Combine Harvester untuk pemanenan padi varietas unggul di Desa Polongaan. Pemanenan padi menjadi lebih efisien dengan kinerja dari 2 Combine Harvester tersebut, sehingga pemanenan padi dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S. (2015). Analisis Kebutuhan Dan Pengelolaan Traktor Tangan Pada Kegiatan Pengolahan Tanah Pertanian Di Desa Sumber Kalong Kecamatan Kalisat. Jurusan Teknik Pertanian. Universitas Jember
Amirrullah, J. (2016). Efisiensi Penggunaan Alat Mesin Panen Padi Combine Harvester Pada Lahan Sawah Pasang Surut Di Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, 465–470.
Anas, M., Sada, M. A., & Azisah. (2020). Respon Petani Terhadap Penggunaan Combine Harvester Di Desa Bonto Marannu Kecamatan Lau Kabupaten Maros. Jurnal Agribis, 11(1), 33–44.
Bps-Statistics Of Mamuju Regency. (2020). Kecamatan Tobadak Dalam Angka 2020.
Dalapati, A., Asni, A., & Bakhri, S. (2009).
Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah (1st Ed.). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Sulawesi Tengah.
Fahmy, K. (2021). Sistem Manajemen Mesin Pertanian. Interaktif Learning.
Https://Fateta.Ilearn.Unand.Ac.Id/Course/Inde x.Php?Categoryid=567
Hawinuti, R. (2020). Perbandingan Perhitungan Luas Tanah Poliban Dengan Metode Perhitungan Segitiga Dan Metode Perhitungan Koordinat. Jurnal Gradasi Teknik Sipil, 4(2), 46–58.
Https://Doi.Org/10.31961/Gradasi.V4i2.1029
Iswari, K. (2013). Kesiapan Teknologi Panen Dan Pascapanen Padi Dalam Menekan Kehilangan Hasil Dan Meningkatkan Mutu Beras. In Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pertanian (Vol. 31, Issue 2).
Https://Doi.Org/10.21082/Jp3.V31n2.2012.P% P
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2001). Arti Kata Kinerja. Kbbi. Https://Kbbi.Web.Id/Kinerja
Karimah, N., Sugandi, W. K., Thoriq, A., & Yusuf, A. (2020). Analisis Efisiensi Kinerja Pada Aktivitas Pengolahan Tanah Sawah Secara Manual Dan Mekanis. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis Dan Biosistem, 8(1), 1–13. Https://Doi.Org/Doi
Https://Doi.Org/10.21776/Ub.Jkptb.2020.008.0 1.01 1.
Maksudi, I., Indra, & Fauzi, T. (2018). Efektivitas Penggunaan Mesin Panen (Combine Harvaster) Pada Pemanenan Padi Di Kabupaten Pidie Jaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, 3(1), 140– 146. Www.Jim.Unsyiah.Ac.Id/Jfp
Mokalu, R. J., Lengkey, L. C. C. E., & Wenur, F. (2018). Uji Kinerja Alat Panen Jagung Combine Harvester Maxxi Corn Tipe-G Di Desa Lopana Kecamatan Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal Teknologi Pertanian (Agricultural Technology Journal), 7.
Mokthor, S. A., Febrian, D. El, & Johari, N. A. A.
(2020). Actual Field Speed Of Rice Combine Harvester And Its Influence On Grain Loss In Malaysian Paddy Field. Journal Of The Saudi Society Of Agricultural Sciences, 4(422–425), 425.
Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.1016/J.Jssa s.2020.07.002
Noviawati, H. (2015). Analisis Efisiensi Penggunaan Mesin Pemanen Padi (Combine Harvester) Di Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, I, 1–13.
Ramadhan, K. P. A. B. P. (2018). Unjuk Kerja Mesin Pemanen Padi (Combine Harvester) Merek Maxxi Tipe Ndr-85 Turbo Di Kecamatan Sragi, Lampung Selatan. In Computers And Industrial Engineering (Vol. 2, Issue January). Http://Ieeeauthorcenter.Ieee.Org/Wp-Content/Uploads/Ieee-Reference-
Guide.Pdf%0ahttp://Wwwlib.Murdoch.Edu.Au /Find/Citation/Ieee.Html%0ahttps://Doi.Org/10 .1016/J.Cie.2019.07.022%0ahttps://Github.Co m/Ethereum/Wiki/Wiki/White-
Paper%0ahttps://Tore.Tuhh.De/Hand
Saputra, H. (2021). Analisis Kelayakan Mesin Combine Harvester Dari Aspek Teknis, Finansial Dan Sosial Budaya Pada Usaha Tani Padi Di Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Journal Of Global Sustainable Agriculture, 1(2), 46–55.
Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.32502/Jgsa .V1i2.3212
Setyono, A. (2010). Perbaikan Teknologi Pascapanen. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian, 3(3), 212–226.
Sumarlan, S. H., Achmad, A. M., & Hariyanto, F. (2017). Analisis Keberlanjutan Pemanfaatan Mesin Pemanen Padi (Combine Harvester) Di Kabupaten Lamongan Jawa Timur. Prosiding Seminar Nasional Fkpt-Tpi 2017, September,
20–21.
Suprapto, A., Umar, S., & Pangaribuan, S. (2014). Evaluasi Kinerja Mini Combine Harvester Di Lahan Pasang Surut. Jurnal Keteknikan Pertanian, 6, 9.
Syamsiah, S., Nurmalita, R., & Fariyanti, A. (2015). Analisis Sikap Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Varietas Unggul Di Kabupaten Subang Jawa Barat. Jurnal Agrise, 16(3), 205– 2015.
Thoriq, A., Sugandi, W. K., Yusuf, A., &
Nurhasanah, R. (2021). Analisis Kapasitas Kerja Dan Kelayakan Usaha Agroindustri Beras. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis Dan Biosistem, 9(1), 43–55.
Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.21776/Ub.J kptb.2021.009.01.06
Tobing, T. H. D. L. (2010). Uji Unjuk Kerja Traktor Yanmar Tipe Tf85 Pada Lahan Basah Dan Kering Di Desa Dolok Hataran Kabupaten Simalungun. Jurusan Teknik Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
Yunus, Y. (2004). Tanah Dan Pengolahan (I (Pertama). Cv. Alfabeta.
Https://Opac.Perpusnas.Go.Id/Detailopac.Aspx ?Id=358489
Zahrawani, A. (2012). Perception Of Farmers To The Use Rice Seeds Ciherang Varieties And The Relationship Of Income Rice Farming In Sungai Dua Village Subdistrict Rambutan Banyuasin Regency (Vol. 4).
Zainuddin, Mursalim, & Waris, A. (2016). Analisis Ekonomi Penggunaan Combine Harvester Tipe Crown Cch 2000 Star. Jurnal Agritechno, 44(1), 191–200.
382
Discussion and feedback