Jurnal Manajemen Agribisnis

Vol.11, No.2, Oktober 2023

E- ISSN: 2684-7728

Potensi Nilai Tambah Petani Beras Premium dan Non Premium di Desa Mlatiharjo, Kecamatan Gajah, Kabupaten Demak

Potential Added Value of Premium and Non Premium Rice Farmers in Mlatiharjo Village, Gajah District, Demak Regency

Katharina Lani Septyarsi*)

Damara Dinda Nirmalasari Zebua

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana, Jawa Tengah, Indonesia

ABSTRACT

Horticulture farmers have adopted many entrepreneurial activities, but this is not the case with food crop farmers, such as rice. The application of entrepreneurial activities is able to produce value-added products. This study aims to determine the potential added value of rice in the postharvest process, including processing sorting, grading, packaging, and labelling which is done by premium and non-premium rice farmers in Mlatiharjo Village. This research uses a quantitative descriptive approach, with the use of primary data and data collection techniques by questionnaires. Respondents are determined by purposive sampling, consisting of 15 premium rice farmers and 15 nonpremium rice farmers. The data was analyzed using the Hayami method in order to find out the added value potential of premium and non-premium rice farmers in Mlatiharjo Village. The results of the research show that the added value produced from premium rice products is Rp.158,151/Kg and the added value ratio is (92.36%), while the added value produced from non-premium rice products is Rp.51,720/Kg and the added value ratio is ( 90.35%).

Keywords: Added Value, Hayami Method, Mlatiharjo Village, on Premium Rice, Premium Rice

ABSTRAK

Adopsi aktivitas kewirausahaan sudah banyak dilakukan oleh petani hortikultura, akan tetapi tidak demikian dengan petani tanaman pangan, seperti padi. Penerapan aktivitas kewirausahaan mampu menghasilkan produk yang bernilai tambah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi nilai tambah padi pada proses pascapanen, meliputi proses sorting, grading, packaging, dan labelling yang dilakukan oleh petani beras premium dan non premium di Desa Mlatiharjo. Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan deskriptif kuantitatif, dengan penggunaan data primer serta terknik pengumpulan data dengan bantuan kuesioner. Responden ditentukan secara purposive sampling, terdiri dari 15 petani beras premium dan 15 petani beras non premium. Data dianalisis menggunakan metode Hayami guna mengetahui potensi nilai tambah petani beras premium dan non premium di Desa Mlatiharjo. Hasil penelitian menunjukan bahwa

nilai tambah yang dihasilkan dari produk beras premium sebesar Rp.158.151/Kg dan rasio nilai tambah (92,36%), sedangkan nilai tambah yang dihasilkan dari produk beras non premium sebesar Rp.51.720/Kg dan rasio nilai tambah (90,35%).

Kata Kunci: Beras Non Premium, Beras Premium, Metode Hayami, Nilai Tambah, Desa Mlatiharjo

PENDAHULUAN

Pengembangan kewirausahaan pertanian dilakukan guna mendorong pembangunan pertanian, hal tersebut berkaitan langsung dengan tingkat kesejahteraan petani. Adopsi aktivitas kewirausahaan sudah banyak dilakukan oleh petani hortikultura, akan tetapi tidak demikian dengan petani tanaman pangan, misalnya padi. Di satu sisi, tanaman pangan padi menjadi salah satu pemegang peranan penting dalam berlangsungnya kehidupan manusia. Aktivitas kewirausahaan semakin penting seiring berjalannya perkembangan suatu negara dan penduduk yang berpendidikan. Aktivitas kewirausahaan memiliki manfaat untuk mewujudkan kelancaran proses produksi, distribusi, dan konsumsi sehingga dapat mengatasi permasalahan kesulitan lapangan kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat (Rusdiana, 2018).

Penerapan aktivitas kewirausahaan yang dilakukan petani tanaman pangan dan hortikultura dapat mendorong masyarakat agar mampu menciptakan, menghasilkan nilai tambah, dan menemukan inovasi baru dari ide kreasinya sehingga terwujudnya peningkatan kesejahteraan dan pendapatan dan petani. Hal tersebut telah dibuktikan dengan adanya penerapan nilai tambah dalam proses pascapanen beras, meliputi proses sorting, packaging, dan sebagainya. Hal ini dilakukan petani guna meningkatkan kualitas padi, sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani (Mukti & Charina, 2014). Akan tetapi, masih sedikit orang yang berminat melakukannya, padahal aktivitas ini penting dan memiliki peran besar dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perlu adanya peningkatan aktivitas kewirausahaan.

Di Provinsi Jawa Tengah, salah satu wilayah sentra produksi padi ke-4 adalah Kabupaten Demak (Badan Pusat Statistik, 2020). Di Kabupaten Demak tepatnya di Desa Mlatiharjo, Kecamatan Gajah sudah ada petani padi yang melakukan penerapan aktivitas kewirausahaan terutama pada proses pascapanen guna meningkatkan nilai tambah padi yang meliputi sorting, grading, packaging, dan labelling. Petani padi yang sudah melakukan aktivitas kewirausahaan ini ialah petani yang tergabung dalam Koperasi Serba Usaha Citra Kinaraya. Produk yang sudah diperjualbelikan ialah beras coklat, beras hitam, beras merah, beras varian melati, dan beras genki (campuran beras putih, merah, dan hitam). Produk beras yang diproduksi akan disebut sebagai beras premium dalam penelitian ini, dengan artian bahwa beras tersebut telah terjamin kualitas dan konsistensinya, serta sudah melalui proses pascapanen guna meningkatkan nilai tambah yang menjadi salah satu aktivitas kewirausahaan.

Sejalan dengan penelitian (Widiyanti & Santoso, 2016), bahwa aktivitas kewirausahaan pada proses pascapanen yang dapat meningkatkan nilai tambah dan kualitas beras, meliputi penjemuran, penggilingan, sorting, grading, blower, packaging, labelling,

branding, dan lainnya yang dapat meningkatkan nilai jual beras dan pendapatan petani padi. Pengembangan aktivitas kewirausahaan pada usaha tani padi dan melibatkan proses pascapanen akan meningkatkan kualitas beras, kemudian secara perlahan akan terjadi peningkatan kesejahteraan dan pendapatan petani padi. Pengembangan aktivitas kewirausahaan pada beras premium ini diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan serta daya saing petani baik di wilayah regional maupun nasional, bahkan produk tersebut dapat diekspor ke luar negeri.

Petani padi yang tergabung dalam koperasi di Desa Mlatiharjo ini akan dijadikan contoh dalam pengembangan aktivitas kewirausahaan beras premium dan peningkatan nilai tambah pada proses pascapanen guna meningkatkan kesejahteraan petani padi di Indonesia. Kemudian, pada penelitian ini petani padi yang tidak tergabung ke dalam koperasi di Desa Mlatiharjo disebut sebagai petani beras non premium, dimana petani tersebut tidak melakukannya kegiatan pascapanen sehingga tidak ada nilai tambah pada beras tersebut. Pada penelitian ini juga dilakukan analisis perbandingan pendapatan antara petani beras premium dan non premium. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk memahami potensi peningkatan nilai tambah padi melalui proses pascapanen meliputi sorting, grading, packaging, dan labelling.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilakukan selama bulan Januari sampai Juni 2022 di Desa Mlatiharjo, Kecamatan Gajah, Kabupaten Demak. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive, berdasarkan pertimbangan bahwa Desa Mlatiharjo dikenal sebagai penghasil beras premium dan beras non premium di Kecamatan Gajah dengan kualitas baik dan sudah dipasarkan. Pendekatan penelitian yang digunakan ialah pendekatan deskriptif kuantitatif, yaitu pendekatan yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran melalui data yang sesuai keadaan lapangan pada sampel tertentu, penggunaan alat pada saat pengumpulan data, dan penggunaan analisis yang bersifat deterministik guna menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2015).

Penggunaan data primer dengan teknik pengumpulan data menggunakan alat bantu kuesioner. Penggunaan data pada penelitian ini dibatasi pada satu periode masa tanam padi di Desa Mlatiharjo yaitu bulan Februari sampai bulan Juni 2021. Responden ditentukan menggunakan secara purposive sampling. Berdasarkan teori tersebut, maka dipilih 15 petani beras premium yang telah melakukan proses pascapanen sebagai nilai tambah, serta 15 petani beras non premium yang tidak melakukan proses pascapanen dan belum adanya proses nilai tambah, sehingga total responden yang dipilih sebanyak 30 orang.

Analisis nilai tambah akan mengadopsi metode Hayami et al., (1987). Hasil perhitungan nilai tambah dapat digambarkan dengan adanya penambahan nilai produk yang diakibatkan oleh pengolahan bahan baku (Kaleka et al., 2022). Potensi nilai tambah ialah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkannya suatu usaha sehingga dapat meningkatkan nilai produk tertentu, seperti peningkatan nilai jual produk, kualitas produk, dan mutu produk. Pada analisis nilai tambah yang mengadopsi metode Hayami akan didapatkan hasil berupa penjelasan output nilai tambah produk, besar nilai output, produktivitas produksi, dan besarnya balas jasa terhadap faktor-faktor produksi.

Output dari analisis nilai tambah metode Hayami sudah menjelaskan mengenai perhitungan, kemudian hasil perhitungan tersebut akan dikategorikan berdasarkan teori Reyne (Maflahah et al., 2020) tentang kategori nilai tambah metode Hayami.

Tabel 1. Kategori nilai tambah metode Hayami

Kategori               Rasio

Rendah              < 15%

Sedang             15% - 40%

Tinggi               > 40%

Sumber: Maflahah et al. (2020)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Responden penelitian terdiri dari 15 petani beras premium dan 15 petani beras non premium. Karakteristik responden meliputi usia, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan utama, pekerjaan sampingan, dan varietas padi.

  • 1. Usia

Tabel 2. Distribusi petani beras premium dan non premium berdasarkan usia

Usia (Tahun)

Petani Beras Premium

Petani Beras Non Premium

Orang

%

Orang

%

25 – 32

1

6,67

1

6,67

33 – 40

2

13,33

0

0,00

41 – 48

5

33,33

6

40,00

49 – 56

5

33,33

4

26,67

57 – 64

1

6,67

3

20,00

65 – 72

1

6,67

1

6,67

Total

15

100

15

100

Rerata

48 tahun

51 tahun

Sumber: Data primer diolah, 2022

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat terdapat perbedaan usia diantara para responden, dimana jumlah petani tertinggi pada rentang usia 41 – 48 tahun sebanyak 5 orang (33,33%) petani beras premium dan 6 orang (40,00%) petani beras non premium. Rerata usia petani beras premium ialah 48 tahun dan beras non premium ialah 51 tahun. Usia produktif merupakan usia yang dimiliki oleh seseorang dengan rentang 15 sampai 64 tahun. Bila dilihat dari Tabel 3 maka dapat diketahui bahwa terdapat 14 petani beras premium dan 14 petani beras non premium tergolong ke dalam kategori usia produktif.

2. Pendidikan

Tabel 3. Distribusi petani beras premium dan non premium berdasarkan pendidikan

Pendidikan

Petani Beras Premium

Petani Beras Non Premium

Orang

%

Orang

%

SD

3

20,00

9

60,00

SMP/SLTP

0

0,00

1

6,67

SMA/SLTA/SMK

11

73,33

5

33,33

Perguruan Tinggi

1

6,67

0

0,00

Total

15

100

15

100

Sumber: Data primer diolah, 2022

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat mayoritas petani beras premium ialah tamat SMA/SLTA/SMK yaitu 11 petani (73,33%) dan petani beras non premium ialah tamat SD yaitu 9 petani (60,00%).

  • 3.    Jumlah Anggota Keluarga

Tabel 4. Distribusi petani beras premium dan non premium berdasarkan jumlah anggota keluarga

Jumlah Anggota Keluarga

Petani Beras Premium

Petani Beras Non Premium

Orang

%

Orang

%

2 – 3

10

66,67

5

33,33

4 – 5

5

33,33

10

66,67

Total

15

100

15

100

Rerata

4 orang

3 orang

Sumber: Data primer diolah, 2022

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat jumlah anggota keluarga tertinggi bagi petani beras premium berjumlah 2-3 orang sebanyak 10 responden (66,67%) dan bagi petani beras non premium berjumlah 4-5 orang sebanyak 10 responden (66,67%). Rerata jumlah anggota keluarga petani beras premium ialah 4 orang dan petani beras non premium ialah 3 orang.

  • 4.    Pekerjaan Utama

Tabel 5. Distribusi petani beras premium dan non premium berdasarkan pekerjaan utama

Pekerjaan Utama

Petani Beras Premium

Petani Beras Non Premium

Orang

%

Orang

%

Petani

10

66,67

12

80,00

Buruh Tani

0

0,00

3

20,00

Perangkat Desa

2

13,33

0

0,00

Karyawan Swasta

2

13,33

0

0,00

Wirausaha

1

6,67

0

0,00

Total

15

100

15

100

Sumber: Data primer diolah, 2022

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat mayoritas pekerjaan utama responden ialah petani, yaitu 10 petani beras premium (66,67%) dan 12 petani beras non premium (80,00%).

Meskipun terdapat beberapa responden yang memiliki pekerjaan utama selain petani, yaitu sebagai buruh tani, perangkat desa, karyawan swasta, dan wirausaha.

  • 5.    Pekerjaan Sampingan

Tabel 6. Distribusi petani beras premium dan non premium berdasarkan pekerjaan

sampingan

Pekerjaan Sampingan

Petani Beras Premium

Petani Beras Non Premium

Orang

%

Orang

%

Petani

4

26,67

3

20,00

Buruh Tani

1

6,67

0

0,00

Perangkat Desa

1

6,67

0

0,00

Peternak

2

13,33

0

0,00

Karyawan Swasta

1

6,67

0

0,00

Wirausaha

0

0,00

1

6,67

Tidak ada

6

40,00

11

73,33

Total

15

100

15

100

Sumber: Data Primer diolah, 2022

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat mayoritas responden tidak memiliki pekerjaan sampingan, yaitu 6 petani beras premium (40,00%) dan 11 petani beras non premium (73,33%). Meskipun terdapat beberapa responden yang memiliki pekerjaan sampingan, sebagai petani, buruh tani, perangkat desa, karyawan swasta, dan wirausaha.

  • 6.    Varietas Padi

Berdasarkan Tabel 7 diketahui varietas padi yang paling banyak digunakan petani beras premium adalah varietas beras merah sebanyak 11 responden (73,33%), sedangkan petani beras non premium adalah varietas Ciherang sebanyak 12 responden (80,00%). Varietas Ciherang yang digunakan bermacam-macam, yaitu Ciherang Biasa, Ciherang Prima, dan Ciherang SS. Rerata varietas padi yang digunakan oleh petani beras premium ialah varietas beras merah dan petani beras non premium ialah varietas Ciherang.

Tabel 7. Distribusi petani beras premium dan non premium berdasarkan varietas padi

Varietas Padi

Petani Beras Premium

Petani Beras Non Premium

Orang

%

Orang

%

Merah

11

73,33

0

0,00

Hitam

1

6,67

0

0,00

Melati

3

20,00

0

0,00

Ciherang

0

0,00

12

80,00

Inpari 32

0

0,00

3

20,00

Total

15

100

15

100

Rerata

Merah

Ciherang

Sumber: Data primer diolah, 2022

Analisis Nilai Tambah

Tabel 8. Hasil output potensi nilai tambah beras premium dan non premium

No

Variabel

Keterangan

Rata-rata

Beras

Premium

Beras Non Premium

1

Output, input, dan harga Output (Kg)

(1)

6.500,22

6.321,38

2

Input bahan baku (Kg)

(2)

345,93

562,02

3

Input tenaga kerja (HOK)

(3)

33,37

58,28

4

Faktor konversi

(4) = (1) / (2)

32,03

12,78

5

Koefisien tenaga kerja (HOK)

(5) = (3) / (2)

0,15

0,11

6

Harga output (Rp/Kg)

(6)

5.273,33

4.426,67

7

Upah tenaga kerja (Rp/HOK)

(7)

75.000,00

75.000,00

8

Penerimaan dan keuntungan Harga input bahan baku (Rp/Kg)

(8)

7.308,34

4.971,62

9

Sumbangan input lain (Rp/Kg)

(9)

0

0

10

Nilai output (Rp/Kg)

(10) = (4) × (6)

165.495,07

56.691,53

11

A. Nilai tambah (Rp/Kg)

(11a) = (10) - (8) - (9)

158.150,73

51.719,91

B.  Rasio nilai tambah (%)

(11b) = (11a) / (10) × 100

92,36

90,35

12

A. Pendapatan tenaga kerja (Rp/jam)

(12a) = (5) × (7)

11.018,22

8.602,56

B.  Pangsa tenaga kerja (%)

(12b) = (12a) / (11a) × 100

8,96

18,08

13

A. Keuntungan (Rp/Kg)

(13a) = (11a) - (12a)

147.132,51

43.117,35

B.  Tingkat keuntungan (%)

(13b) = (13a) / (10) × 100

84,24

74,14

14

Balas jasa pemilik faktor produksi Margin (Rp/Kg)

(14) = (10) - (8)

158.150,73

51.719,91

A. Pendapatan tenaga kerja (%)

(14a) = (12a) / (14) × 100

8,96

18,08

B.  Sumbangan input lain (%)

(14b) = (9) / (14) × 100

0

0

C.  Keuntungan perusahaan (%)

(14c) = (13a) / (14) × 100

91,04

81,92

Sumber: Data Primer diolah, 2022

Ket: per musim tanam per Ha

  • 1.    Petani Beras Premium

Berdasarkan perhitungan nilai tambah pada Tabel 8 maka diketahui jumlah output yang dihasilkan tiap musim tanam per Ha sebesar 6.500,22 Kg beras premium dan membutuhkan 345,93 Kg bahan baku yang terdiri dari benih, pupuk, pestisida, dan input lainnya (obat pembasmi hama dan penyakit), sehingga faktor konversinya sebesar 32,03. Rata-rata input tenaga kerja ialah 33,37 HOK sehingga koefisien tenaga kerja untuk memproduksi gabah sebesar 0,15 HOK.

Nilai tambah dari satu kali produksi ialah Rp.158.151/Kg, dimana nilai tersebut merupakan nilai tambah dari proses pengolahan input bahan baku menjadi produk beras premium, dengan rasio nilai tambah sebesar 92,36%. Bila dilihat dari teori Reyne (Maflahah et al., 2020) tentang kategori nilai tambah metode Hayami dari nilai rasio, maka nilai tambah beras premium tergolong ke dalam kategori tinggi (92,36% > 40,00%). Berdasarkan output tersebut, maka dengan dilakukannya produksi beras premium akan memberikan keuntungan tinggi.

Pendapatan tenaga kerja diperoleh sebesar Rp.11.018/jam dengan persentase pangsa tenaga kerja (8,96%) dan nilai koefisien tenaga kerja (0,15). Keuntungan yang dihasilkan ialah Rp.147.133/Kg atau 84,24% dari nilai produk beras premium. Selanjutnya, analisis ini dapat menunjukkan nilai margin terhadap pendapatan tenaga kerja (8,96%), nilai

margin sumbangan input lain (0,00%), dan nilai margin keuntungan usaha (91,04%). Nilai margin sumbangan input lain sebesar 0,00% disebabkan oleh tidak adanya nilai sumbangan input lain dalam produksi beras premium.

  • 2.    Petani Beras Non Premium

Berdasarkan perhitungan nilai tambah pada Tabel 8 maka diketahui jumlah output yang dihasilkan tiap musim tanam per Ha sebesar 6.321,38 Kg beras non premium dan membutuhkan 562,02 Kg bahan baku yang terdiri dari benih, pupuk, pestisida, dan input lainnya (obat pembasmi hama dan penyakit), sehingga faktor konversinya sebesar 12,78. Rata-rata input tenaga kerja ialah 58,28 HOK sehingga koefisien tenaga kerja untuk memproduksi gabah sebesar 0,11 HOK.

Nilai tambah dari satu kali produksi ialah Rp.51.719/Kg, dimana nilai tersebut merupakan nilai tambah dari proses pengolahan input bahan baku menjadi produk beras non premium, dengan rasio nilai tambah sebesar 90,35%. Bila dilihat dari teori Reyne (Maflahah et al., 2020) tentang kategori nilai tambah metode Hayami dari nilai rasio, maka nilai tambah beras non premium tergolong ke dalam kategori tinggi (90,35% > 40,00%). Berdasarkan output tersebut, maka dengan dilakukannya produksi beras non premium akan memberikan keuntungan tinggi.

Pendapatan tenaga kerja diperoleh sebesar Rp.8.603/jam dengan persentase pangsa tenaga kerja (18,08%) dan nilai koefisien tenaga kerja (0,11). Keuntungan yang dihasilkan ialah Rp.43.117/Kg atau 74,14% dari nilai produk beras non premium. Selanjutnya, analisis ini dapat menunjukkan nilai margin terhadap pendapatan tenaga kerja (18,08%), nilai margin sumbangan input lain (0,00%), dan nilai margin keuntungan usaha (81,92%). Nilai margin sumbangan input lain sebesar 0,00% disebabkan oleh tidak adanya nilai sumbangan input lain dalam produksi beras non premium.

KESIMPULAN

Potensi peningkatan nilai tambah padi pada proses pascapanen meliputi sorting, grading, packaging, dan labelling dianalisis dengan metode Hayami. Penelitian menunjukkan nilai tambah dari produk beras premium sebesar Rp.158.151/Kg dengan rasio sebesar 92,36%, sedangkan nilai tambah dari produk beras non premium sebesar Rp.51.720/Kg dengan rasio sebesar 90,35%. Maka kedua usaha tani tersebut tergolong ke tingkat tinggi, dikarenakan nilai rasio tambah lebih besar daripada 40%. Namun bila dilihat lagi, nilai tambah usaha tani beras premium lebih tinggi dibandingkan nilai tambah usaha tani beras non premium.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2020. Produksi Padi dan Beras Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, 2018 dan    2019.    Diunduh dari

https://jateng.bps.go.id/statictable/2020/06/22/1818/produksi-padi1-dan-ber as-menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-jawa-tengah-2018-dan-2019

Hayami, Y., Kawagoe, T., Morooka, Y., & Siregar, M. 1987. Agricultural Marketing and Processing In Upland Java; Perspektif from a Sunda Village. Bogor: CGPRT.

Kaleka, M. U., Budiasa, I. W., & Gede Ustriyana, I. N. 2022. Analisis Nilai Tambah Dan Finansial Pengolahan Tepung Menjadi Pie Kelor Bali. JURNAL MANAJEMEN AGRIBISNIS (Journal Of Agribusiness   Management),   10(1),   490.

https://doi.org/10.24843/jma.2022.v10.i01.p01

Maflahah, I., Asfan, A., & Istianah, V. 2020. Analisis Nilai Tambah pada Pengolahan Beras Ketan Menjadi Rengginang.    Rekayasa,    13(1),    67–70.

https://doi.org/10.21107/rekayasa.v13i1.5745

Mukti, G. W., & Charina, A. 2014. Penerapan Kewirausahaan dalam Pengelolaan Koperasi Agribisnis Berorientasi Bisnis. Agriekonomika, 3, 192–202.

Rusdiana, H. A. 2018. Kewirausahaan Teori dan Praktik. Journal for Research in Mathematics Learning, 2(4), 369.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Widiyanti, E., & Santoso, A. I. 2016. Pemberdayaan Aliansi Petani Padi Organik Boyolali (APPOLI) Dalam Pengolahan Pasca Panen dan Pemasaran Beras Organik. Inotek, 20(2),                                                                  93–104.

https://journal.uny.ac.id/index.php/inotek/article/viewFile/12922/pdf

Septyarsi & Zebun,...322