Jurnal Manajemen Agribisnis

Vol.11, No.1, Mei 2023

E- ISSN: 2684-7728

Hubungan Modal Sosial dengan Pendapatan Petani Sawi Bakso Pada Masa Pandemi Covid-19

Social Capital Relationship with Mustard Greens Farmers’ Income in Pandemic Covid-19 Period

Aulia Habsari *)

Yuliawati

Agribisnis, Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Indonesia

*)Email: [email protected]

ABSTRACT

In the early days of Covid-19, the Stay at Home policy made the demand for mustard mustard greens, so the selling price of mustard greens plummeted. Mustard greens farmers in Ngipik Hamlet are also constrained to organize farmer group associations, counseling, to carry out traditional events, so that social capital is not maximized, and the losses of mustard greens farmers in the early days of the Covid-19 pandemic cannot be minimized. This study aims to determine the level of social capital and social capital relationships (norms, networks, and trust) of mustard greens farmers in Ngipik Hamlet, Candi Village, Bandungan District, Semarang Regency at the beginning of the Covid-19 pandemic. This research was conducted in September 2020. The sample of this research is 40 mustard greens farmers in the Pemuda Tani farmer group and Mitra Subur Rejeki farmer group with a minimum area of land cultivated which is 500m2. Data obtained through interviews with questionnaires. Data analysis with Spearman rank correlation analysis. The results of this study are that the level of social capital elements of farmers is low to medium, and there is a relationship between social capital norms, networks, and farmer trust with a very strong relationship and a positive direction of relationship with income, so it is recommended to strengthen social capital.

Keywords: Mustard greens, income, social capital

ABSTRAK

Pada masa awal Covid-19 kebijakan Stay at Home membuat permintaan sawi bakso turun, sehingga harga jual sawi bakso merosok. Para petani sawi bakso di Dusun Ngipik juga terkendala untuk melakukan perkumpulan kelompok tani, penyuluhan, hingga melaksanakan acara adat, sehingga modal sosial kurang dimaksimalkan, dan kerugian petani sawi bakso pada masa awal pandemi Covid-19 tidak dapat diminimalisir. Penelitian ini bertujuan mengatahui tingkat modal sosial dan hubungan modal sosial (norma, jejaring, dan kepercayaan) petani sawi bakso di Dusun Ngipik, Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang pada masa awal pandemi Covid-19. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2020. Sampel penelitian ini yaitu 40 petani sawi bakso dalam kelompok tani Pemuda Tani dan kelompok tani Mitra Subur Rejeki dengan minimal luas lahan yang diusahakan yakni 500m2. Data diperoleh melalui

wawancara dengan kuesioner. Analisis data dengan analisis korelasi rank spearman. Hasil penelitian yaitu tingkat elemen modal sosial petani rendah menuju sedang, serta terdapat hubungan antara modal sosial Norma, Jejaring, dan Kepercayaan petani dengan keeratan yang sangat kuat dan arah hubungan yang positif dengan pendapatan, sehingga disarankan melakukan penguatan modal sosial.

Kata kunci: Sawi bakso, pendapatan, modal sosial

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada masa awal pandemi Covid-19 terdapat kebijakan pemerintah yaitu Stay at Home, kebijakan ini membatasi masyarakat beraktivitas diluar ruangan, hingga penutupan beberapa hotel, restoran, swalayam, dan pasar tradisional. Dampak dari kebijakan tersebut sangat terasa yaitu pada harga jual yang terbentuk. Harga sawi bakso sebelum pandemi Covid-19 yakni mencapai Rp14.000,-/kg (Rizky, 2019). Pada masa pandemi Covid-19 harga sawi bakso jatuh pada angka Rp2.000,-/kg untuk pedagang dan Rp500,-- Rp1.000,-/kg pada tingkat petani (Leila, 2020).

Dusun Ngipik merupakan salah satu dusun yang mayoritas warganya bekerja sebagai petani, salah satu komoditas yang ditanam yakni sayur sawi bakso. Masyarakat petani di Dusun Ngipik ini mengalami beberapa kendala dari dampak kebijakan Stay at Home, diantaranya yaitu turunnya permintaan sawi bakso dipasaran dampak dari penutupan beberapa hotel, restoran, swalayan, dan pasar tradisional, permintaan yang menurun ini juga membuat harga sawi bakso yang terbentuk di pasaran menjadi ikut menurun yakni berkisar Rp500,- - Rp1.000,-/kg. Dampak lain yang dirasakan petani terkait dengan pelemahan modal sosialnya yakni pengalihan pertemuan kelompok tani, pendampingan, dan penyuluhan melalui media digital chating whatsapp, serta peniadaan beberapa kegiatan adat setempat secara masal seperti wiwitan dan sedekah bumi, sehingga modal sosial petani tidak dapat dioptimalkan, hal ini menghambat terbentuknya alternatif solusi untuk penekanan kerugian pendapatan petani sawi bakso pada masa awal pandemi Covid-19.

Pada era pandemi Covid-19 ini modal finansial saja tidak cukup mendukung usahatani para petani. Petani juga membutuhkan modal sekunder yakni modal sosial petani seperti norma, jejaring, dan kepercayaan. Modal sosial ini merupakan modal yang mampu membantu petani dalam menyelesaikan permasalahannya, karena dalam hal ini petani menjadi lebih mudah mendapat informasi, mendapat relasi, sehingga nantinya dapat meminimalisir bahkan menyelesaikan permasalahan pertanian yang muncul. Sesuai dengan hasil penelitian Wyusang (2014) menyatakan bahwa modal sosial yang tinggi mampu meningkatkan pendapatan petani yang selama ini menjadi permasalahan petani. Sehingga penguatan modal sosial dapat dikatakan penting pada era pandemi Covid-19 seperti sekarang. Pada penelitian ini memiliki tujuan yaitu menganalisis tingkat dan hubungan elemen modal sosial (norma, jejaring, dan kepercayaan) petani sawi bakso di Dusun Ngipik, Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang pada masa pandemi Covid-19.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Dusun Ngipik, Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2020. Pemilihan lokasi penelitian dipilih dengan cara purposive dengan pertimbangan, petani tergabung pada kelompok tani, petani menanam tanaman sawi bakso, dan petani mengusahakan lahan minimal 500m².

Jenis Penelitian, Data, dan Metode Pengumpulan

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian ini dapat diartikan penggambaran peristiwa yang terjadi melalui angka-angka yang bermakna. Angka yang dimaksud yakni data pendapatan dan modal sosial petani sawi bakso.

Data yang digunakan pada penelitian ini yakni data primer dan data sekunder. Data primer yakni data terkait informasi usahatani sawi bakso petani yang didapat melalui wawamcara, pengisian kuesioner, dan observasi. Data sekunder yakni data pendukung terkait informasi harga sawi bakso, hasil penelitian terdahulu terkait modal sosial petani sawi bakso yang didapat dari website resmi suatu instansi dan artikel.

Metode pengumpulan data yang digunakan dibagi menjadi dua yaitu: 1). Wawancara dengan bantuan kuesioner metode pengumpulan data dengan pencatatan informasi penting terkait penelitian. 2). Studi kepustakaan dengan mencari sumber informasi penguat seperti buku, hasil penelitian terdahulu, artikel website resmi, dan media lain terkait penelitian.

Variabel Penelitian dan Pengukuran

Variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Definisi konsep pengukuran variabel

Variabel

Definisi Variabel

Pengukuran Variabel

Skala

Pendapatan (Y)

Imbalan yang diperoleh petani dari hasil pertaniannya.

Pemeringkatan     menggunakan

Skala Likert 1-5, dari peringkat kerugian terbesar ke terkecil

Ordinal

Norma (X1)

Adanya aturan yang ditaati, terdiri atas budaya yang diterapkan, aturan dalam kelompok tani, dan aturan pemerintah.

Skala Likert yang digunakan yakni skala yang membagi data menjadi 5 peringkat  berdasarkan jawaban

dalam kuesioner, pemeringkat-an sebagai berikut:

SS  = skor 5

S   = skor 4

N  = skor 3

TS = skor 2

STS = skor 1

Ordinal

Jejaring (X2)

Ikatan antara orang atau

Skala Likert yang digunakan yakni

Ordinal

Kepercayaan

kelompok       yang

dihubungkan   dengan

hubungan sosial yang diikat           dengan

kepercayaan.    Terdiri

atas  jejaring  dengan

kelompok tani, jejaring dengan pemerintah, dan jejaring

dengan tengkulak.

Rasa yakin untuk dapat

skala yang membagi data menjadi 5 peringkat berdasarkan jawaban dalam kuesioner, pemeringkat-an sebagai berikut:

SS  = skor 5

S   = skor 4

N  = skor 3

TS = skor 2

STS = skor 1

Skala Likert yang digunakan yakni

Ordinal

(X3)

bekerja sama dengan pihak lain. Terdiri atas kepercayaan    sesama

petani,     kepercayaan

pada  penyuluh,  dan

kepercayaan pada tengkulak.

skala yang membagi data menjadi 5 peringkat  berdasarkan jawaban

dalam kuesioner, pemeringkat-an sebagai berikut:

SS  = skor 5

S   = skor 4

N  = skor 3

TS = skor 2

STS = skor 1

Metode Analisis

Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu instrumen penelitian. Suatu instumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur, sesuai dengan apa yang diharapkan peneliti.

Untuk menguji apakah kuesioner memenuhi persyaratan validitas, teknik uji yang digunakan adalah teknik korelasi melalui koefisien korelasi Product Moment. Rumus korelasi Product Moment:

r =      n∑xy - (∑χ)(∑y)______

Xy √{n∑x2 - (∑x)2}{n∑y2 - (∑y)2}

Keterangan:

Rxy    : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

Y     : Total skor yang diperoleh dari seluruh item yang kemudian diperingkatkan

berdasarkan kelompok skor skala likert

X     : Skor item pernyataan yang dipilih

N    : Banyaknya responden

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas ini digunakan dengan tujuan untuk melihat suatu instrumen dapat dipercaya dan baik, sehinggi mampu digunakan sebagai alat pengumpul data. Reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan Koefisien Alpha Cronbach, menggunakan signifikansi 5%, rumus alpha sebagai berikut:

rn

Keterangan:

rn      : Reliabilitas instumen

M    : Jumlah butir pertanyaan

VX   : Variasi butir


-[√--J [


VY - VX

VY .


VY : Variasi total


Untuk dapat menyimpulkan reliabilitas kuesioner maka dapat dilihat dari nilai rn dan nilai rtabel. Nilai rn > rtabel maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner reliabel, begitu juga sebaliknya.


Uji Tingkat Hubungan Instrumen Modal Sosial


Pertanyaan mengenai variabel bebas yang digunakan yakni norma, jejaring, dan kepercayaan masing-masing terdapat 10 butir pertanyaan. Dalam kuesioner pilihan jawaban memiliki bobot 1 - 5, sehingga bila dihitung menggunakan skala likert sebagai berikut:


SS

S N

TS


: 1 x 10 = 10

: 2 x 10 = 20

: 3 x 10 = 30

: 4 x 10 = 40


STS: 5 x 10 = 50


Nilai tertinggi yang dihasilkan yaitu 50, sedangkan nilai terrendah yaitu 10. Dari nilai tertinggi dan terrendah maka dapat dicari interval kelas masing-masing variabel dengan rumus Strugs:


C-

ci -


range k

50-10

3


Ci - 13,33


G-13


Sehingga didapat kelas sebagai berikut:

  • 1.    Rendah = 10- 23

  • 2.    Sedang = 24- 37

  • 3.    Tinggi = 38- 50


Uji Korelasi Rank Spearman


Uji korelasi rank spearman ini bertujuan untuk dapat menguji hipotesis yangtelah dibuat. Uji ini dapat dihitung dengan rumus:


rs - 1


-


6∑^ n(n2 — 1)


Keterangan:

rs     : Nilai Korelasi Sperman


d²     : Selisih Pasangan Rank

n     : Jumlah Pasangan Rank

6     : Bilangan Konstan

Uji t

Uji ini merupakan uji yang digunakan untuk menghitung signifikansi korelasi antar masing masing variabel bebas dengan variabel terikat, maka digunakan uji t, dengan rumus sebagai berikut:

r√n-^2 t = —=^=

ñ -r2

Keterangan:

r      : Koefisien korelasi

r2     : Koefisien determinasi

n     : sampel

t       : nilai t hitung

Tingkat hubungan koefisien korelasi terbagi menjadi 5,yaitu sebagai berikut:

Tabel 2. Tingkat hubungan koefisien korelasi

Koefisien Korelasi

Tingkat Hubungan

0,00 – 0,19

Sangat Rendah

0,20 – 0,39

Rendah

0,40 – 0,59

Sedang

0,60 – 0,79

Kuat

0,80 – 1,00

Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono, 2018

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat hubungan masing-masing elemen modal sosial dikategorikan melalui skala likert yang telah dibuat sebelumnya, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3. Kategori keeratan hubungan instrumen modal sosial

Nilai                         Kategori

10-23                     Rendah

24-37                     Sedang

38-50                     Tinggi

Sumber: Data primer diolah, 2022

Hasil pada penelitian menampilkan data keeratan hubungan masing-masing elemen modal sosial sebagai berikut:

Tabel 4. Tingkat keeratan hubungan modal sosial Norma

Nilai       Jumlah    Prosentase Kategori

(Orang)   (%)

10-23      19        47         Rendah

24-37      21        53         Sedang

38-50 Total

0

40

0

100

Tinggi

Sumber: Data primer diolah, 2022

Tabel 5. Tingkat keeratan hubungan modal sosial jejaring

Nilai

Jumlah

Prosentase

Kategori

(Orang)

(%)

10-23

23

58

Rendah

24-37

17

42

Sedang

38-50

0

0

Tinggi

Total

40

100

Sumber: Data primer diolah, 2022

Tabel 6. Tingkat keeratan hubungan modal sosial kepercayaan

Nilai

Jumlah

Prosentase

Kategori

(Orang)

(%)

10-23

21

53

Rendah

24-37

19

47

Sedang

38-50

0

0

Tinggi

Total

40

100

Sumber: Data primer diolah, 2022

Dapat dilihat pada Tabel 4, Tabel 5, dan Tabel 6 maka posisi keeratan hubungan masing-masing elemen modal sosial berada pada tingkat sedang menuju rendah. Dari tingkat keeratan ini maka sangat diperlukan penguatan modal sosial petani sawi bakso di Dusun Ngipik. Pelemahan elemen modal sosial ini dikarenakan terbatasnya ruang gerak petani dampak dari kebijakan Stay at Home yang diterapkan pemerintah pada masa awal pademi.

Pada elemen modal sosial Norma, petani mengalami kendala pelaksanaan acara adat wiwitan dan sedekah bumi, sehingga hal ini disiasati dengan penyelenggaraan acara adat dengan sederhana dan secara pribadi, sehingga nilai-nilai didalam acara adat ini menjadi berkurang, yakni seperti nilai gotong royong, sedekah, dan kerukunan, sehingga tingkat elemen modal sosial norma antar petani juga menurun. Selain nilai tersebut petani juga belum mampu memaksimalkan kecanggihan teknologi digital untuk membantu menguatkan tingkat elemen modal sosial norma antar petani dengan tengkulak maupun penyuluh, petani menerima informasi yang sangat terbatas, petani juga tidak cukup aktif dalam menanggapi informasi yang diberikan penyuluh dan tengkulak melalui media digital Whatsapp, sehingga tingkat elemen modal sosial norma petani berada pada tingkat sedang menuju rendah.

Pada elemen modal sosial jejaring petani berada pada tingkat yang rendah, hal ini karena petani menemui kendala dalam menjalin relasi dengan sesama petani, kelompok tani, penyuluh, bahkan tengkulak, hal ini dikarenakan kebijakan Stay at Home yang membatasi ruang gerak petani. Pada masa awal pandemi petani tidak menerima informasi terkait pinjaman modal, bantuan fisik (pupuk, alsintan, benih), pelatihan, dan pengalaman yang dapat membantu terbentuknya alternatif solusi bagi permasalhan yang sedang dihadapi petani saat itu. Petani juga belum mampu memanfaatkan media digital sebagai alat bantu dalam mengoptimalakan modal sosial jejaringnya, sehingga kerugian tidak dapat

dihindari. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Wardani (2021) petani jagung di Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin memiliki jejaring yang sangat terbatas hal ini dikarenakan hanya sedikit petani yang melakukan interaksi dengan warga petani lain, sehingga informasi yang didapat sangat sedikit, dan menghambat pengadopsian teknologi baru.

Tingkat elemen modal sosial kepercayaan petani berada pada tingkat yang rendah, dengan kendala yang dihadapi yakni sangat minimnya waktu pertemuan antara petani dengan para jejaringnya, sehingga membuat petani mengalami krisis kepercayaan baik dengan sesama petani, kelompok tani, penyuluh, bahkan tengkulak. Hal ini dibuktikan dengan sangat jarang petani yang saling bertukar informasi, saling meminjamkan alat pertanian, atau bahkan meminjam uang sebagai modal usaha baik dengan sesama petani, kelompok tani, penyuluh, maupun tengkulak. Sesuai dengan hasil penelitian Wardani (2021) petani jagung di Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin memiliki memiliki kepercayaan yang terbatas baik sesama petani maupun kelompok tani, hal ini berakibat terhadap rendahnya tingkat kesiapan petani dalam menggunakan teknologi, hal ini dikarenakan interaksi yang dilakukan petani sangat terbatas antar sesama petani dan kelompok tani.

Dari pembahasan diatas maka diperluka penguatan modal sosial pada tiap elemen modal sosial petani di Dusun Ngipik, sehingga alternatif solusi untuk setiap permasalahan yang dihadapi petani dapat terbentuk. Sesuai dengan tujuan modal sosial yakni menyelesaikan permasalahan dengan lebih efektif dan efisien. Pemanfaatan dan penguatan elemen norma, jejaring, dan kepercayaan bersama dengan petani, kelompok tani, penyuluh, dan tengkulak dapat di implementasikan seperti contohnya membuat suatu platform digital yang digunakan petani untuk melakukan pemasaran secara digital, sehingga petani dalam kelompok tani, penyuluh, dan tengkulak dapat menjalankan perannya masing-masing dengan lebih transparan. Sesuai dengan penelitian Anggraini (2020) bahwa pendapatan petani di Desa Sukawaringin mengalami peningkatan dengan mengadopsi teknologi yakni penanganan produk, pengemasan produk, dan pemasaran secara online (digital marketing). Pemanfaatan platform digital ini juga dapat diterapkan pada komoditas hortikultura lainnya, seperti tanaman hias, tanaman sayur, dan buah yang juga menjadi produk unggulan Dusun Ngipik.

Uji Validitas Data Kuesioner Modal Sosial

Uji validitas merupakan uji yang menunjukkan ketepatan suatu instrumen pengukuran. Output pada uji validitas ini dapat dinyatakan valid apabila nilai signifikansi masing-masing variabel independen < 0.05 atau nilai r hitung > r tabel, dengan derajad kepercayaan 95%. Pada penelitian ini jumlah responden yakni 40, maka dapat ditetapkan nilai r tabel yaitu 0,312, sehingga perbandingan r hitung dan r tabel masing-masing instrumen modal sosial yaitu sebagaiberikut:

Tabel 7. Uji validitas elemen norma

Item Pertanyaan Norma

r Hitung

r Tabel

Kesimpulan

X1.1

0,630

0,312

Valid

X1.2

0,799

0,312

Valid

X1.3

0,618

0,312

Valid

X1.4

0,698

0,312

Valid

X1.5

0,761

0,312

Valid

X1.6

0,624

0,312

Valid

X1.7

0,784

0,312

Valid

X1.8

0,658

0,312

Valid

X1.9

0,626

0,312

Valid

X1.10

0,613

0,312

Valid

Sumber: Data primer diolah, 2022

Tabel 8. Uji validitas elemen jejaring

Item Pertanyaan Jejaring

r Hitung

r Tabel

Kesimpulan

X2.1

0,671

0,312

Valid

X2.2

0,766

0,312

Valid

X2.3

0,746

0,312

Valid

X2.4

0,739

0,312

Valid

X2.5

0,476

0,312

Valid

X2.6

0,636

0,312

Valid

X2.7

0,745

0,312

Valid

X2.8

0,716

0,312

Valid

X2.9

0,686

0,312

Valid

X2.10

0,593

0,312

Valid

Sumber: Data primer diolah, 2022

Tabel 9. Uji validitas elemen kepercayaan

Item Pertanyaan Kepercayaan    r Hitung r Tabel Kesimpulan

X2.1

0,733

0,312

Valid

X2.2

0,820

0,312

Valid

X2.3

0,756

0,312

Valid

X2.4

0,724

0,312

Valid

X2.5

0,702

0,312

Valid

X2.6

0,571

0,312

Valid

X2.7

0,763

0,312

Valid

X2.8

0,608

0,312

Valid

X2.9

0,741

0,312

Valid

X2.10

0,410

0,312

Valid

Sumber: Data primer diolah, 2022

Pada Tabel 7, Tabel 8, dan Tabel 9 dapat dilihat bahwa seluruh istrumen pernyataan kuesioner masing-masing elemen modal sosial menunjukkan hasil yang valid, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil kuesioner dapat digunakan seluruhnya.

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan uji apakah pertanyaan dalam penelitian reliabel atau layak digunakan. Instrumen dapat dinyatakan reliabel apabila nilai Cronbach's Alpha > 0,6 (Ghozali, 2011). Pada penelitian ini dapat diketahui nilai Cronbach's Alpha sebagai berikut:

Tabel 10. Tabel Reliabilitas

Cornbach’s Alpha                 N of Items

0,957                             30

Sumber: Data primer diolah, 2022

Dapat dilihat pada Tabel 10 bahwa nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,957 > 0,6 maka instrumen penelitian dapat reliabel atau layak untuk digunakan.

Uji Hubungan Modal Sosial dengan Pendapatan Petani Sawi Bakso

Hubungan elemen modal sosial dengan pendapatan ini didapat dari hasil uji hubungan, dapat dilihat dari nilai signifikansi, dan untuk nilai keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai Correlation Coefficient.

Tabel 11. Hubungan norma dengan pendapatan

Norma

Spearman’s rho        Norma Correlation Coefficient 0,950**

Sig. (2-tailed)             0,00

N                 40

Sumber: Data primer diolah, 2022

Tabel 12. Hubungan jejaring dengan pendapatan

Jejaring

Spearman’s rho       Jejaring Correlation Coefficient 0,906**

Sig. (2-tailed)               0,00

N                   40

Sumber: Data primer diolah, 2022

Tabel 13. Hubungan kepercayaan dengan pendapatan

Kepercayan

Spearman’s rho              Kepercayaan Correlation Coefficient 0,854**

Sig. (2-tailed)            0,00

N                 40

Sumber: Data primer diolah, 2022

Pada Tabel 11, Tabel 12, dan Tabel 13 maka dapat dilihat bahwa hubungan modal sosial dengan pendapatan yakni memiliki hubungan yang signifikan dengan arah hubungan yang positif. Keeratan hubungan yang ditunjukkan pada tiap elemen modal sosial yakni pada keeratan hubungan yang sangat kuat dengan pendaptan petani. Hal ini sesuai hasil penelitian terdahulu Lulun,dkk (2019) bahwa elemen modal sosial norma, jejaring, dan

kepercayaan yang dimiliki petani berpengaruh nyata terhadap pendapatan para petani di Desa Waiheru. Hal yang sama juga dijelaskan oleh penelitian terdahulu dari Wuysang (2014) bahwa norma yang diwakili oleh sikap kerja sama, jejaring, dan kepercayaan memiliki hubungan yang cukup tinggi dengan pendapatan petani. Dari hasil penelitian yang didukung penelitian terdahulu ini maka dapat dibentuk saran yakni penguatan elemen modal sosial petani yaitu norma, jejaring, dan kepercayaan perlu dilakukan untuk dapat meningkatkan pendapatan petani sawi bakso di Dusun Ngipik, Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

  • 1.    Tingkat elemen modal sosial yang terdapat pada petani sawi bakso di Dusun Ngipik, Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang yakni menempati tingkat yang rendah menuju sedang, sehingga penguatan modal sosial perlu dilakukan untuk dapat membantu petani dalam menemukan teknologi alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan anjloknya harga sawi bakso yang dihadapi petani sawi bakso di Dusun Ngipik, Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang pada masa awal pandemi Covid-19.

  • 2.    Elemen-elemen modal sosial Norma, Jejaring, dan Kepercayaan memiliki hubungan yang siginfikan terhadap pendapatan petani sawi bakso, dengan keeratan hubungan antara elemen modal sosial dengan pendapatan petani sawi bakso yaitu sangat kuat dengan arah hubungan yang positif, sehingga penguatan elemen modal sosial petani perlu dilakukan untuk dapat meningkatkan pendapatan petani sawi bakso di Dusun Ngipik, Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang pada masa awal pandemi Covid-19.

Saran

  • 1.    Kepada kelompok tani pria Pemuda Tani dan kelompok tani wanita Mitra Subur Rejeki, diharapkan dapat lebih melakukan penguatan modal sosial yang telah dimiliki seperti norma, jejaring, dan kepercayaan, untuk menciptakan teknologi alternatif solusi dalam pemecahan masalah pertanian yang dihadapi.

  • 2.    Kepada pemerintah terkait diharapkan memberikan pendampingan berkala dengan pengenalan teknologi alternatif solusi pemasaran digital untuk membantu penyelesaian permasalahan petani pada masa awal pandemi Covid-19.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Nur,. Sutarni,. Fatih, Cholid,. Zaini, M,. Analianasari,. Humaidi, Edy. 2020. Digital Marketing Produk Pertanian Di Desa Sukawaringin Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Pengabdian Nasional. (1) 1. 36-45.

Lulun, N Fadilla, dkk. 2019. Pengaruh Modal Sosial Terhadap Tingkat Pendapatan Petani Di Desa Waiheru Kecamatan Baguala Kota Ambon. Agrilian: Jurnal Agribisnis Kepulauan. (7) 2. 122-133.

Leila, Desta Kartika. 2020. Update Harga Sayuran dan Bawang Merah SaatBulan Puasa Di Kabupaten Tegal. https://jateng.tribunnews.com/2020/04/28/update-harga-sayuran-dan- bawang-merah-saat-bulan-puasa-di-kabupaten-tegal.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabet.

Wardani, Azqia. M. Yazid. Yunita. 2021. Modal Sosial dan Keberlanjutan Usahatani Jagung di Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin. Jurnal Manajemen Agribisnis. (9) 2. 366-379.

Wuysang, Rendy. 2014. Modal Sosial Kelompok Tani Dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga Suatu Studi Pengembangan Usaha Kelompok Tani Di Desa Tincep Kecamatan Sonder. Jurnal Acta Diurna.(3)3 1-11.

Habsari dan Yuliawati,^ |40