Jurnal Manajemen Agribisnis

Vol.11, No.1, Mei 2023

E- ISSN: 2684-7728

Pengaruh Modal Usaha, Karakteristik, Motivasi dan Inovasi Wirausaha Terhadap Kinerja UMKM Tempe di Kota Mataram

Effect of Business Capital, Characteristics, Motivation and Entrepreneurs Innovation on Performance UMKM Tempe in Mataram City

Elita Maulida*)

Dwi Putra Darmawan Gede Mekse Korri Arisena

Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

*)Email: [email protected]

ABSTRACT

UMKM are one of the business units that are able to contribute to economic growth. Enterprises, micro, small and medium enterprises (UMKM tempe in the city of Mataram became one of the dominant industrial centers. The purpose of this study was to (a) analyze the business capital, characteristics, motivation and entrepreneurial innovation of tempeh UMKM in Mataram City; (b) analyzing the performance of tempeh UMKM in Mataram City; (c) analyze the effect of venture capital, characteristics, motivation and entrepreneurial innovation on the performance of tempeh SMEs in Mataram City. The sampling technique used is proportional random sampling, with the selection of 145 respondents. This research was conducted in the city of Mataram on tempeh UMKM. The location selection was determined by purposive sampling. The data analysis used is a qualitative method and by using a structural equation model (SEM). The results of the study indicate that (a) Business capital, characteristics, motivation and entrepreneurial innovation in Mataram City have been assessed as good seen from the respondents' responses which are dominated by "good" and from each variable indicator; (b) the performance variable of Tempe UMKM has been assessed as good, seen from the respondents' responses which are dominated by "agree" and from each variable indicator; (c) Business capital, characteristics, motivation and innovation in Mataram City have a significant effect on the performance of Tempe UMKM indirectly, where the variables that have a significant effect are business capital of 2,096, entrepreneurial characteristics of 3,407, while motivation of 2,416, and tempe innovation of 2,556 So it can be concluded that it has a positive effect. Suggestions in this study are for the success of the tempe-making business, courage is needed in business capital so that motivation will arise as a driving force to carry out an activity or effort to achieve goals in entrepreneurship.

Keywords: Venture Capital, Characteristics, Motivation, Innovation.

ABSTRAK

UMKM merupakan salah satu unit usaha yang mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tempe di Kota Mataram menjadi salah satu sentra industri yang dominan. Tujuan penelitian ini adalah untuk (a) menganalisis modal usaha, karakteristik, motivasi dan inovasi wirausaha pada UMKM tempe di Kota Mataram; (b) menganalisis kinerja UMKM tempe di Kota Mataram; (c) menganalisis pengaruh modal usaha, karakteristik, motivasi dan inovasi wirausaha terhadap kinerja UMKM tempe di Kota Mataram. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu proposional random sampling, dengan pemilihan 145 responden. Penelitian ini dilakukan di Kota Matram pada UMKM tempe. Pemilihan lokasi ditentukan secara purposive sampling. Analisis data yang digunakan adalah metode kualitaitif dan dengan menggunakan structural equation model (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a )Modal usaha, karakteristik, motivasi dan inovasi wirausaha di Kota Mataram sudah dinilai baik dilihat dari tanggapan responden yang didominasi oleh "baik" dan dari masing-masing indikator variabel; (b) variabel kinerja UMKM tempe sudah dinilai baik dilihat dari tanggapan responden yang didominasi oleh "setuju" dan dari masing-masing indikator variabel; (c) Modal usaha, karakteristik, motivasi dan inovasi di Kota Mataram berpengaruh signifikan terhadap kinerja UMKM tempe secara tidak langsung, dimana variabel yang berpengaruh signifikan yaitu modal usaha sebesar 2,096, karakteristik wirausaha sebesar 3,407, sedangkan motivasi sebesar 2,416, dan inovasi tempe sebesar 2,556 Sehingga dapat disimpulkan berpengaruh postif. Saran dalam penelitian ini adalah untuk keberhasilan usaha pembuatan tempe diperlukan keberanian dalam modal usaha sehingga akan timbul motivasi sebagai penggerak untuk melakukan suatu kegiatan atau upaya untuk mencapai tujuan dalam berwirausaha.

Kata Kunci: Modal Usaha, Karakteristik, Motivasi, Inovasi.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Program pemberdayaan ekonomi kerakyatan merupakan salah satu program yang dijalankan oleh pemerintah NTB dalam upaya untuk menanggulangi kemiskinan dan penyerapan lapangan kerja. Kegiatan ekonomi nasional atau ditangani langsung secara nasional dan secara khusus mencakup semua kegiatan mikro yang berhubungan dengan ekonomi kerakyatan dalam hal ini berupa kegiatan usaha mikro atau UMKM.UMKM merupakan salah satu unit usaha yang mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi termasuk dalam penyerapan tenaga kerja. Usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Nusa Tenggara Barat yang menjalankan berbagai jenis usaha telah menyerap sebanyak 1,9 juta pekerja hingga 2016. Hampir 50 persen dari total jiwa penduduk NTB sekitar 4,7 juta orang terserap di sektor UMKM dan Koperasi sehingga program pemberdayaan ekonomi kerakyatan sangat diperlukan. Jumlah UMKM yang tersebar di 10 kabupaten/kota sebanyak 644.708 unit dengan jumlah pekerja yang terserap sebanyak 1.869.740 orang (Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi NTB, 2020). Selain sebagai salah satu alternatif penyediaan

lapangan kerja baru, UMKM berperan baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan sebagai program pengentasan kemiskinan maupun penyerapan tenaga kerja. UMKM dapat menyerap banyak tenaga kerja yang masih menganggur, selain itu mereka juga memanfaatkan berbagai sumber daya alam yang potensial di suatu daerah yang belum diolah secara komersial (Budi, 2011).’Masalah permodalan merupakan masalah yang umum bagi usaha kecil untuk mengembangkan usaha sehingga para pengusaha tidak bisa mengembangkan usahanya dan menutupi kebutuhan keluarga diamana kebutuhan dan bahan baku yang semakin meningkat menyebabkan para pengusaha tempe masih terikat dagan tengkulak (Yakin, 2020). Selain permasalahan permodalan, karakteristik wirausaha dapat berpengaruh terhadap perkembangan usaha, dimana modal harus di manajeman dengan baik oleh pelaku usaha atau pengusaha tempe sehingga melalui perlakuan berdasarkan karakteristik wirausaha yang baik dapat mempertahankan dan membangun usahanya. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, kebanyakan dari pengusaha tempe menjadi wirausaha karena didasari oleh pengalaman sehingga ia memiliki jiwa dan karakter dalam berwirausaha. Untuk membangun karakteristik wirausaha maka diperlukan suatu keinginan atau motivasi dalam menjalankan usaha, Namun beberapa pengusaha tempe di Kota Mataram cenderung dikatakan mudah puas meskipun usahanya mengalami pertumbuhan yang sanagat lambat, sehingga perlu adanya motivasi untuk mengatasi masalah ini. Sementara itu untuk melakukan inovasi atau menambah niali produk pengusaha tempe di Kota mataram belum mampu mengolah tempe menjadi makanan dalam bentuk lain secara mandiri, hal ini disebabkan karena kurangnya kemampuan atau keterampilan dan keahlian untuk melakuakn inovasi.

RumusanMasalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

  • 1.    Bagaimana modal usaha, karakteristik, motivasi dan inovasi wirausaha pada UMKM di Kota Mataram ?

  • 2.    Bagaiaman kinerja UMKM tempe di Kota Mataram ?

  • 3.    Bagaimana pengaruh modal usaha, karakteristik, motivasi dan inovasi wirausaha terhadap kinerja UMKM tempe di Kota Mataram?

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu

  • 1.    Menganalisis modal usaha, karakteristik, motivasi dan inovasi wirausaha pada UMKM tempe di Kota Mataram.

  • 2.    Menganalisis kinerja UMKM tempe di Kota Mataram.

  • 3.    Menganalisis pengaruh modal usaha, karakteristik, motivasi dan inovasi wirausaha terhadap kinerja UMKM tempe di Kota Mataram.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penentuan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive) di Kota Mataram, Lokasi ini dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan lokasi industri yang mengusahakan tempe. Penelitian dilkasanakan pada bulan Maret-Mei 2021.

Data dan Metode Pengumpulan

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif gambaran kinerja usaha dan modal usaha, karakteristik, motivasi dan inovasi wirausaha tempe, sedangkan data kuantiatif yang berupa data umur responden, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama berwirausaha, kontribusi kinerja usaha. Sumber data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terstruktur dan wawancara mendalam. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan formulasi teori Slovin. Berdasarkan formulasi slovin ditentukan sampel sebanyak 145 responden

Variabel Penelitian dan Pengukuran

Jenis variabel yang digunakan yaitu variabel independent (modal usaha, karakteristik, motivasi dan inovasi) dan variabel dependent (kinerja UMKM tempe). Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian dengan menggunakan skala likert. Prosedur penelitian dilakukan dengan uji validitas dan uji reabilitas.

Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan Structural Equation Modeling - Partial Least Square (SEM-PLS) dengan software SmartPLS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Modal usaha, karakteristik, motivasi dan inovasi pada UMKM tempe di Kota Mataram

  • Tabel 1. Modal usaha

    No.

    Pernyataan

    SB

    B

    CB

    KB

    TB

    5

    4

    3

    2

    1

    1

    Modal yang dipakai untuk jangka panjang

    46

    73

    18

    7

    1

    2

    Penyusutan

    8

    97

    32

    8

    0

    3

    Pembelian dari modal barang yang tidak dikonsumsi

    20

    58

    60

    4

    3

    4

    Modal membeli barang

    50

    70

    19

    6

    0

    5

    Modal untuk membuat produk

    4

    126

    8

    3

    4

    6

    Modal untuk memasarkan produk

    4

    54

    79

    3

    5

    7

    Biaya untuk membayar operasi

    24

    112

    1

    5

    3

    8

    Pembayaran biaya gaji pegawai

    23

    110

    4

    5

    3

    9

    Pembayaran listrik

    9

    6

    52

    50

    28

Sumber: Data primer (diolah), 2022

Keterangan:

SB = Sangat Baik         CB = Cukup Baik TB= Tidak Baik

B = Baik                KB = Kurang Baik

Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan bahwa distribusi frekuensi variabel modal usaha dari masing-masing indikator berdasarkan tanggapan 145 responden, sebesar 54% responden memberikan tanggapan baik pada skala 4. Berdasarkan tanggapan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa tanggapan responden dalam penelitian ini adalah didominasi oleh "baik" dan dari masing-masing indikator variabel modal usaha.

Tabel 2. Karakteristik

No.

Pernyataan

SB

B

CB

KB

TB

5

4

3

2

1

1

Visi dalam menjalankan usaha

56

76

0

12

1

2

Misi dalam menjalankan usaha

48

84

1

8

4

3

Perencanaan dalam menjalankan usaha

7

82

30

20

6

4

Inisiatif dalam menjalankan usaha

12

87

33

10

3

5

Tekad kerja keras dengan terus mencoba walaupun mengalami kegagalan

41

88

3

11

2

6

Kebutuhan akan prestasi mengenai produk

11

5

107

18

4

7

Kreatif

13

2

6

86

38

8

Inovatif dalam menciptakan ide-ide baru

10

6

0

12

117

9

Membuat varian dan produk baru

9

7

0

24

105

10

Bertingkah laku sebagai pemimpin dalam memutuskan suatu hal dan membimbing karyawan

22

110

0

11

2

11

Bergaul dengan orang lain terutama dengan pihak-pihak yang terlibat dakam usaha seperti karyawan

68

51

14

10

2

12

Penyuplai bahan baku, pelanggan, dan pihak lain

2

12

14

110

7

13

Keyakinan mengenai kemampuan yang dimiliki da kualitas produk

38

93

1

11

2

14

Ketidaktergantungan terhadap pihak lain dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi

24

108

0

11

2

15

Optimisme

42

84

6

7

6

16

Kemampuan mengabil risiko terkait usaha yang dijalankan secara realistis

42

89

1

9

4

17

Penuh dengan pertimbangan

13

51

69

5

7

18

Menyukai tantangan

13

76

49

9

3

Sumber: Data diolah (2022)

Keterangan:

SB = Sangat Baik         CB = Cukup Baik TB= Tidak Baik

B = Baik                KB = Kurang Baik

Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan bahwa distribusi frekuensi variabel karakteristik wirausaha dari masing-masing indikator berdasarkan tanggapan 145 responden. Sebesar 43% responden memberikan tanggapan baik pada skala 4. Berdasarkan tanggapan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa tanggapan responden dalam penelitian ini adalah didominasi oleh "baik" dan dari masing-masing indikator variabel karakteristik wirausaha.

Tabel 3. Motivasi

No.

Pernyataan

SB

B

CB

KB

TB

5

4

3

2

1

1

Penghasilan usaha tempe untuk pemenuhan kebutuhan

81

58

0

5

1

primer

2

Tempat tinggal karyawan

1

101

15

19

9

3

Harga jual kedelai menjadi tempe lebih tinggi

15

124

0

5

1

4

Penghasilan usaha tempe untuk ditabung

15

109

15

5

1

5

Keamanan lingkungan kerja

104

35

1

5

0

6

Peralatan pekerja yang memadai

125

6

0

13

1

7

Hubuangan atasan dengan karyawan

91

48

1

5

0

8

Hubungan karyawan dengan karyawan

17

122

0

5

1

9

Informasi pasar

1

132

7

2

3

10

Menegenal teknologi pembuatan tempe

77

62

0

4

2

11

Prestasi kerja

1

36

95

4

9

12

Prestasi usaha

1

49

82

10

3

13

Tanggung jawab

105

23

11

5

1

14

Kepuasan sebagai pengusaha tempe

116

23

0

4

2

15

Pengembangan diri

1

1

67

74

2

16

Pemenuhan ideology

0

7

133

2

3

Sumber: Data diolah (2022)

Keterangan:

SB = Sangat Baik

B = Baik


CB = Cukup Baik TB= Tidak Baik KB = Kurang Baik

Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa distribusi frekuensi variabel motivasi dari masing-masing indikator berdasarkan tanggapan 145 responden, Sebesar 40% responden memberikan tanggapan baik pada skala 4. Berdasarkan tanggapan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa tanggapan responden dalam penelitian ini adalah didominasi oleh "baik" dan dari masing-masing indikator variabel motivasi.

Tabel 4. Inovasi

No.

Pernyataan

SB 5

B

4

CB 3

KB

2

TB

1

1

Pembaharuan dilakukan kepada aspek kemasan, namun isi sama

2

108

25

5

5

2

Meningkatkan daya Tarik

4

29

103

7

2

3

Sarana informasi dan pemasaran agar mudah diingat konsumen

13

78

45

7

2

4

Meningkatkan kualitas produk

97

38

0

8

2

5

Meningkatkan efsiensi produk

20

115

0

5

5

6

Menciptakan pasar baru di tengah masyarakat

13

123

0

6

3

7

Pengembangan produk

6

2

93

41

3

8

Tempat di mana menjual produk dipanadang lebih menarik

4

19

101

20

1

9

Memudahkan dalam penyimpanan

7

95

14

27

2

10

Memudahkan dalam penjualan produk

4

98

33

8

2

Sumber: Data diolah (2022)

Keterangan:

SB = Sangat Baik

B = Baik


CB = Cukup Baik TB= Tidak Baik KB = Kurang Baik

Berdasarkan Tabel 4., menunjukkan bahwa distribusi frekuensi variabel inovasi dari masing-masing indikator berdasarkan tanggapan 145 responden, Sebesar 49% responden memberikan tanggapan baik pada skala 4. Berdasarkan tanggapan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa tanggapan responden dalam penelitian ini adalah didominasi oleh "setuju" dan dari masing-masing indikator variabel inovasi.

Kinerja UMKM tempe

Tabel 5. Kinerja UMKM tempe

No.

Pernyataan

SB

B

CB

KB

TB

5

4

3

2

1

1

Peningkatan pada jumlah produksi yang dilakukan oleh pelaku usaha

70

57

0

11

7

2

Hasil yang bermutu dapat bersaing di pasar

23

104

0

12

6

3

Pemasaran hasil produksi lebih luas

69

58

0

13

5

4

Peningkatan jumlah reseller yang membeli produk untuk dijual kembali

11

69

49

13

3

5

Peningkatan jumlah toko yang menjual produk

13

64

51

13

4

6

Manajemen hubungan baik dengan pelanggan

8

101

21

7

8

7

Peningkatan keuntungan dalam menjalankan usahanya

12

47

70

13

3

8

Peningkatan jumlah penjualan

12

61

2

66

4

9

Menambah jenis produk baru yang masih

38

4

1

5

97

memiliki korelasi dngan produk sebelumnya

Sumber: Data primer (diolah) 2022

Keterangan:

SB = Sangat Baik         CB = Cukup Baik TB= Tidak Baik

B = Baik                KB = Kurang Baik

Berdasarkan Tabel 5, menunjukkan bahwa distribusi frekuensi variabel kinerja usaha dari masing-masing indikator berdasarkan tanggapan 145 responden. Sebesar 43% responden memberikan tanggapan baik pada skala 4. Berdasarkan tanggapan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa tanggapan responden dalam penelitian ini adalah didominasi oleh "baik" dan dari masing-masing indikator variabel kinerja usaha.

Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

Pengujian validitas dari suatu variabel penelitian dapat dilakukan dengan cara melihat nilai dari convergen validity dan discriminat validity. Nilai convergent validity adalah nilai loading faktor pada variabel laten dengan indikator-indikatornya. Menurut Chin (1998, dalam Ghozali, 2014) untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup. Pada penelitian ini untuk menguji validitas konvergen adalah dengan minimal nilai loading factor dari 0,5 pada masing-masing indikator untuk memenuhi convergent validity dan discriminat validity. Sehingga, nilai loading factor dibawah 0,5 akan dieliminasi.

Berdasarkan hasil outer loading sebelumnya, indikator pada variabel kinerja usaha seperti menambah jenis produk baru yang masih memiliki korelasi dengan produk sebelumnya dengan niali loading factor 0,270, beberapa indikator pada variabel karakteristik seperti inovatif dalam menjalankan ide-ide baru dengan nilai loading factor 0.298, membuat varian dan produk baru dengan nilai loading factor 0.311, serta kereatif memiliki loading factor 0.438. Berdasarkan nilai tersebut, maka dari keempat indikator dieliminasi untuk mencapai nilai convergent validity dan discriminant validity sebesar 0,5 dianggap valid.

Tabel 6. Hasil analisis convergen validity

Indikator

Modal (X1)

Usaha Karakteristik (X2)

Motivasi (X3)

Inovasi (X4)

Kinerja Usaha (Y)

x1.1

0,749

x1.2

0,823

x1.3

0,620

x1.4

0,727

x1.5

0,866

x1.6

0,794

x1.7

0,869

x1.8

0,850

x1.9

0,450

x2.1

0,780

x2.10

0,831

x2.11

0,805

x2.12

0,855

x2.13

0,908

x2.14

0,895

x2.15

0,853

x2.16

0,927

x2.17

0,833

x2.18

0,822

x2.2

0,791

x2.3

0,612

x2.4

0,750

x2.5

0,780

x2.6

0,694

x3.1

0,852

x3.10

0,875

x3.11

0,657

x3.12

0,724

x3.13

0,847

x3.14

0,912

x3.15

0,547

x3.16

0,748

x3.2

0,607

x3.3

0,739

x3.4

0,630

x3.5

0,640

x3.6

0,716

x3.7

0,834

x3.8

0,864

x3.9

0,819

x4.1

0,798

x4.10

0,844

x4.2

0,767

x4.3

0,625

x4.4

0,863

x4.5

0,841

x4.6

0,805

x4.7

0,643

x4.8

0,610

x4.9

0,637

y1

0,904

y2

0,920

y3

0,909

y4

0,873

y5

0,873

y6

0,891

y7

0,735

y8

0,542

Sumber: data primer (diolah), 2021

Selanjutnya, dilakukan pengujian validitas diskriminan dengan pendekatan berdasarkan nilai Average Variance Extracted (AVE) model PLS. Syarat model memiliki validitas yang baik apabila masing-masing variabel laten memiliki AVE diatas 0,5.

Tabel 7. Average Variance Extracted (AVE)

Variabel

Average Variance Extracted (AVE)

Modal Usaha (X1)

Karakteristik (X2)

Motivasi (X3)

Inovasi (X4)

Kinerja Usaha (Y)

0,579

0,661

0,575

0,562

0,705

Sumber: data primer (diolah), 2021

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan mengukur Composite Reliability dan Cronbach’alpha terhadap kelima variabel dan model dikatakan riabel apabila memiliki nilai diatas 0,7.

Tabel 8. Hasil uji reliabilitas

Variabel

Cronbach's Alpha

Composite Reliability

Modal Usaha (X1)

0,905

0,923

Karakteristik (X2)

0,963

0,967

Motivasi (X3)

0,949

0,955

Inovasi (X4)

0,911

0,927

Kinerja Usaha (Y)

0,937

0,949

Sumber: data primer (diolah), 2021

Proses untuk mendapatkan Inner Model dilakukan melalui teknik Bootstrapping dengan SmartPLS. Inner model pertama dimulai dengan melihat nilai R-square untuk setiap variabel laten endogen.

Tabel 9. Nilai R-square Adjusted R Square Adjusted

Y               0.535

Sumber : Data primer (diolah), 2022

Pengukuran Inner Model selanjutnya dengan cara bootstrapping pada outer model akhir dengan melihat nilai t-statistik. Bootstrapping sebagai acuan untuk menilai signifikansi statistik model penelitian untuk menguji hipotesis pada setiap jalur hubungan dari variabel eksogen ke variabel endogen. P-Value atau Probability Value tingkat kemungkinan terjadinya kesalahan lebih kecil dari pada 5 persen (t-statistik > t-tabel yaitu 1,96 serta p-value < 0,05). Path Coefficient secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Nilai Path Coeficient

Original Sample (O)

Sample Mean (M)

Standard Deviation (STDEV)

T Statistics (|O/STDEV|)

P

Values

X1 ->

Y

0,183

0,189

0,087

2,096

0,037

X2 ->

Y

0,325

0,302

0,095

3,407

0,001

X3 ->

Y

0,279

0,297

0,115

2,416

0,016

X4 ->

Y

0,300

0,307

0,117

2,556

0,011

Sumber : Data primer (diolah), 2022

Model pengukuran (Outer Model) mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya. Evaluasi Outer Model dilakukan terhadap konstruk yang direflesikan oleh indikator-indikatornya.

r

Gambar 1.Hasil outer model pengaruh modal usaha, karakteristik, motivasi dan inovasi wirausaha terhadap kinerja UMKM tempe

Pengaruh Modal usaha, karakteristik, motivasi dan inovasi terhadap kinerja UMKM tempe

Berdasarkan Gambar 1., variabel yang paling kuat mempengaruhi kinerja usaha (Y) adalah karakteristik (X2). Apabila dilihat dari nilai loading faktor, terdapat beberapa indikator terkuat pembentuk variabel karakteristik (X2) adalah X2.16 (kemampuan mengambil resiko terkait usaha yang dijalankan secara realistis/0,927), X2.13 (keyakinan mengenai kemampuan yang dimiliki dan kualitas produk/0,908), X2.14 (ketidaktergantungan terhadap pihak lain dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi/0,895). Mayoritas pengusaha tempe menyatakan kemampuan mengambil resiko terkait usaha yang dijalankan secara realistis dalam menjalankan usaha, wirausaha ini lebih berani dalam mengambil risiko serta memiliki strategi yang dijalankan agar usahanya berkembang. Sejalan dengan hasil penelitian Endang NP (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan signifikan antara karakter seorang wirausahawan yang memiliki kencederungan suka mengambil resiko terhadap kesuksesan UMKM karena wirausahawan yang memiliki karakter ini cenderung menyukai resiko dan teliti dalam memperhitungkan segala resiko yang mungkin timbul atas keputusan yang dibuat dan bersikap antisipatif terhadap setiap masalah yang mungkin bisa terjadi sehingga peluang sukses dapat lebih mudah tercapai

Apabila kembali dicermati pada Gambar 1. variabel inovasi (X4) berada pada urutan ke dua memiliki nilai terkuat setelah variabel karakteristik (X2) yang mempengaruhi kinerja usaha (Y). Apabila dilihat dari nilai loading faktor, terdapat beberapa indikator terkuat pembentuk variabel inovasi (X4) adalah X4.4 (meningkatkan kualitas produk/0,863), (c) X4.10 (memudahkan dalam penjualan produk/0,844), dan X4.5 (meningkatkan efisensi produk/0,841). Hal ini sejalan dengan tanggapan responden variabel penelitian inovasi dalam meningkatkan kualitas produk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Sehinggan pengetahuan pengalaman untuk bisa memunculkan ide-ide dalam meningkatkan kualitas produk. Pada penelitian Nursiah tita (2015) Wirausaha ini lebih berani dalam mengambil risiko serta memiliki strategi yang dijalankan agar usahanya berkembang.

Apabila kembali dicermati pada Gambar 1. variabel motivasi (X3) berada pada urutan ketiga memiliki nilai terkuat setelah variabel inovasi (X4) yang mempengaruhi kinerja usaha (Y). Apabila dilihat dari nilai Loading Faktor, terdapat beberapa indikator terkuat pembentuk variabel motivasi (X3) adalah X3.14 (kepuasan sebagai pengusaha tempe/0,912), X3.10 (mengenal teknologi pembuatan tempe/0,875), dan X3.8 (hubungan karyawan dengan karyawan/0,864). Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian oleh Utami (2019) yang menyatakan bahwa motivasi berwirausaha berpengaruh poistif dan signipikan terhadap keberhasilan usaha. Selain itu, penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Puspita (2013) menyatakan perilaku kewirausahaan dapat ditumbuhkan dengan peningkatan motivasi dalam mencapai kesuksesan dalam menjalankan usaha. Dengan adanya motivasi yang kuat untuk sukses akan memunculkan ketekunan dan keberanian mengambil risiko dalam menjalankan usaha, sehingga meningkatkan keinginan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar.

Apabila kembali dicermati pada Gambar 1. variabel modal usaha (X1) berada pada urutan keempat memiliki nilai terkuat setelah variabel motivasi (X3) yang mempengaruhi kinerja usaha (Y). Apabila dilihat dari nilai Loading Faktor, terdapat beberapa indikator terkuat pembentuk variabel modal usaha (X1) adalah X1.7 (biaya untuk membayar operasi/0,869), X1.5 (modal untuk membuat produk/0,866), dan X1.8 (pembayaran gaji karyawan/0,850). Biaya untuk membayar operasi, modal usaha yang harus dikeluarkan untuk membayar biaya operasi bulanan. Hasil penelitian (Safitri,2018) menunjukkan semakin tinggi tingkat modal usaha maka semakin baik perkembangan usaha mikro yang akan dicapai dan sebaliknya semakin rendah modal usaha maka semakin sulit perkembangan usaha mikro kecil. Hal ini sejalan dengan tanggapan responden variabel penelitian modal usaha digunakan untuk mengembangkan atau untuk memenuhi biaya oprasioanal dalam menjalankan usaha. Purwanti (2015). Semakin besar modal yang digunakan dan semakin mudah untuk mendapatkan modal usaha akan mengakibatkan meningkatnya perkembangan usaha.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, maka terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut: (1) Modal usaha, karakteristik, motivasi dan inovasi wirausaha di Kota Mataram sudah dinilai baik dilihat dari perspektif pelaku UMKM. Dilihat dari hasil kuesioner bahwa pelaku UMKM tempe puas dengan keberhasilan dari usaha yang dijalankan. distribusi frekuensi variabel modal usaha didapatkan hasil 54% responden (skala 4), karakteristik didapatkan hasil 43% responden (skala 4), motivasi didapatkan hasil 40% responden (skala 4) dan inovasi didapatkan hasil 49%responden ( skala 4). Berdasarkan tanggapan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa tanggapan responden dalam penelitian ini adalah didominasi oleh "baik" dan dari masing-masing. (2) Dilihat dari hasil kuesioner distribusi frekuensi variabel kinerja usaha dari masing-masing indikator berdasarkan tanggapan 145 responden, maka didapatkan hasil presentase 20% responden memilih sangat baik yaitu pada skala 5. Sebesar 43% responden memberikan tanggapan baik pada skala 4. Kemudian, sebanyak 15% responden memberikan tanggapancukup baik atau pada skala 3.

Adapun tanggapan kurang baik dengan atau pada skala 2 presentase 12%, dan tanggapan tidak baik pada skala 1 dengan presentase 10%. Berdasarkan tanggapan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa tanggapan responden dalam penelitian ini adalah didominasi oleh "baik" dan dari masing-masing indikator variabel kinerja usaha. (3) Modal usaha, karakteristik, motivasi dan inovasi di Kota Mataram berpengaruh signifikan terhadap kinerja UMKM tempe secara tidak langsung. Dapat dilihat dari nilai t-statistik yang lebih besar dari nilai (tabel signifikan 5% = 1,96). Dimana variabel yang berpengaruh signifikan yaitu modal usaha terhadap keberhasilan kinerja UMKM tempe sebesar 2,096, karakteristik wirausaha terhadap keberhasilan kinerja UMKM tempe sebesar 3,407, sedangkan motivasi terhadap keberhasilan kinerja UMKM tempe sebesar 2,416, dan inovasi terhadap keberhasilan kinerja UMKM tempe sebesar 2,556. Sehingga dapat disimpulkan berpengaruh postif.

Saran

Untuk meningkatkan keberhasilan usaha pembuatan tempe diperlukan keberanian dalam modal usaha sehingga akan timbul motivasi sebagai penggerak untuk melakukan suatu kegiatan atau upaya untuk mencapai tujuan dalam berwirausaha sehingga dapat mengembangkan dan memajukan usahanya. Pengusaha tempe harus mampu menghasilkan produk yang berkualitas atau membuat inovasi baru sehingga konsumen enggan untuk berpindah ke tempat lain, dan tetap focus untuk menjalankan usaha meski banyaknya pesaing dan perlu adanya dukungan dari pemerintah dalam penentuan harga kedelai yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe.

DAFTAR PUSTAKA

Budi. (2011)..Konsep Pemberdayaan Masyarakat Untuk Usaha Kecil dan Mikro. (online). www.ejournal.unud.ac.id.

Dinas Koperasi dan UMKM. 2020. Data dan Jumlah UMKM yang tersebar di Kabupaten/Kota di Kota Mataram.

Endang NP, M.G. WI. 2012. Analisis Faktor-Faktor Motivasi Berwirausaha Terhadap Keberhasilan Pengusaha UKM (Studi pada UKM Kota Malang). Jurnal Profit. Vol. 6 No. 01.

Ghozali. (2011). Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan partial Least Square. (E. 3 (ed.)). Semarang: Universitas Diponegoro.

Ghozali. (2014).. Aplikasi analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit UNDIP, Semarang.

Nursiah, Tita. (2015). Perilaku Kewirausahaan Pada Usaha Mikro Kecil (Umk) Tempe Di Bogor Jawa Barat. Jurnal agribisnis Indonesia (vol. 3 no. 2 desember 2015) hal. 145158

Puspitasari. (2013). Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Petani Anggrek terhadap Kinerja Usaha: Kasus di Kecamatan Gunung Sindur dan Parung, Kabupaten Bogor, serta Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Safitri. (2018). Pengaruh Modal Usaha Dan Karakteristik Wirausaha Terhadap Perkembangan Usaha Mikro dan Kecil di Desa Kedungleper Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara. Economics Development Analysis Journal, 4(2), 792–800.

Utami, E. 2019..Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Berwiraswasta (Studi Deskriptif pada Usahawan Rental Komputer di Sekaran Gunung Pati Semarang). Skripsi Fakultas Ilmu Hendrawan, Sirine 314 Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Yakin. 2020..Manajemen Usaha. Paper yang disampaikan pada Fasilitas Pelatihan Aparat untuk Program Aksi Desa Mandiri Pangan pada Hari Kamis 23 April 2020 di Hotel Graha Ayu Mataram.

Maulida et al,... |87