Jurnal Manajemen Agribisnis

Vol.10, No.2, Oktober 2022

E- ISSN: 2684-7728

Keputusan dan Preferensi Konsumen: Pinang Kering Iris di Perbatasan (Studi Kasus: Kabupaten Timor Tengah Utara)

Consumer Decisions and Preference: Iris Dry Betel Nut at The Border (Case Study: North Central Timor Regency)

Boanerges Putra Sipayung1

Yoseph Daniel Jemail1*) Agustius Nubatonis1 Dudi Septiadi2

Fakultas Pertanian, Universitas Timor, Nusa Tenggara Timur, Indonesia1 Fakultas Pertanian, Universitas Mataram2

*) Email: [email protected]

ABSTRACT

Betel nut consumption in North Central Timor Regency lasted a long time and continues to grow to this day. The study aims to determine the factors that influence consumer decisions and consumption preferences of iris dried betel nut in North Central Timor border communities. This research was conducted in January-February 2022. The data analysis method used is qualitative descriptive and logistic regression analysis. The variables of age, sex, habits, taste, and texture together affect the consumption preferences of iris dried betel nut. The age and texture of the iris dried betel nut significantly affect the decision of the people of East Miomaffo Subdistrict in consuming slice dry betel nut. Texture becomes the preference of consumers to choose the dried betel nut of the iris consumed.

Keywords : Decisions, Consumers, Dry Betel Nut, Culture, Borders

ABSTRAK

Konsumsi pinang di Kabupaten Timor Tengah Utara sudah berlangsung lama dan terus berkembang hingga saat ini. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dan preferensi konsumsi pinang kering iris pada masyarakat perbatasan Timor Tengah Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2022. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan analisis regresi logistik. Variabel usia, jenis kelamin, kebiasaan, rasa, dan tekstur secara bersama-sama berpengaruh terhadap preferensi konsumsi pinang kering iris. Usia dan tekstur dari pinang kering iris berpengaruh signifikan terhadap keputusan masyarakat Kecamatan Miomaffo Timur dalam mengkonsumsi pinang kering iris. Tekstur menjadi preferensi konsumen untuk memilih pinang kering iris yang dikonsumsi.

Kata kunci : Keputusan, Konsumen,Pinang Kering, Budaya, Perbatasan

PENDAHULUAN

Konsumen merupakan setiap individu yang mempunyai beragam atau ciri tersendiri dalam kegiatan menggunakan dan menghabiskan suatu barang atau jasa. Indonesia memilki tingkat konsumsi yang sangat tinggi dalam menghabiskan suatu barang dan jasa. Tingginya konsumsi masyarakat Indonesia bisa dilihat dari pengeluaran perkapita untuk makanan dan non-makan selama sebulan sebesar Rp 1.225.685 (BPS Indonesia, 2021). Kegiatan mengkonsumsi ini didasarkan pada perilaku konsumen dimana perilaku konsumen dalam mengkonsumsi didasarkan pada keputusan pembeliannya. Suharto (2016) keputusan pembelian dipengaruhi faktor eksternal dan faktor internal berupa sikap, budaya sosial, pribadi, selera, desain produk, inovasi-inovasi, dan keunggulan dalam bersaing melalui perbaikan produk, promosi, dan pebaikan sumber daya manusia, kebudayaan, dan psikologi. Sebagian besar masyarakat Indonesia mengkonsumsi karena didasarkan pada kebiasaan yang sudah dilakukan dulu. Dwicahyo et al., (2017) budaya melekat pada setiap lapisan individu konsumen, sehingga budaya memilki pengaruh terhadap perilaku konsumen karena budaya dipelajari dan membantu mengarahkan perilaku konsumen. Salah satu kebudayaan konsumsi yang masih dibangun hingga sekarang oleh sebagian besar masyarakat Indonesia adalah budaya konsumi sirih pinang. Pemanfaatan pinang di sebagian besar wialah indonesia pun beragam ada yang digunakan sebagai obat tradisional, bahan industri, kosmetik dan kecantikan serta adat istiadat.

Dalam tradisi masyarakat tertentu sirih (piper betle) dan pinang (areca catechu) tidak lagi dilihat sebagai tanaman yang dikonsumsi saja melainkan sebagai simbol budaya masyarakat. Tradisi mengunyah sirih pinang sudah menjadi kebiasaan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia dan beberapa Negara yang ada di Asia seperti Vietnam, Laos, Philipina, Thailand, Myanmar dan Negara lainnya (Suminar, 2020). Mengunyah sirih pinang dilakukan oleh semua umur masyarakat mulai dari tua, muda, anak-anak, dan semua jenis kelamin. Provinsi Papua dan Nusa Tenggara Timur hampir semua golongan masyarakat mengkonsumsi pinang. Umunya pinang dimanfaatkan untuk kegiatan upacara adat dan seremonial disebagian besar masyaraakt indonesia. Data Badan Pusat Statistik mencatat pengeluaran penduduk Indonesia terhadap keperluan pesta dan upacara/kenduri sebesar Rp 23.238/bulan (BPS Indonesia, 2021).

Timor Tengah Utara (TTU) yang merupakan bagian dari wilayah Nusa Tenggara Timur merupakan kabupaten yang berbatasan langsung dengan Timor Leste dengan tingkat konsumsi sirih pinang yang cukup tinggi. Hal ini bisa dilihat dari besarnya rata-rata pengeluaran masyarakat terhadap tembakau dan sirih sebesar Rp 34.561/bulan (BPS TTU, 2018). Taena et al.,(2010) Timor Tengah Utara juga mendatangkan pinang dari Negara tetangga Indonesia yakni Timor Leste. Dalam tradisi masyarakat TTU sirih, pinang dan kapur yang sudah dalam “kabi” dikenal dengan istilah “mamat” dan konsumsi sirih pinang dikenal dengan istilah “mam”. Umunya masyarakat TTU sebelum mengkonsumsi pinang dicampurkan terlebih dahulu dengan sirih dan kapur.

Masyarakt suku Atoin Meto, Kabupaten TTU mengkonsumsi sirih pinang umumnya mencampurkan sirih, pinang dan kapur sebelum konsumsi (Suminar, 2020). Hal tersebut

sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan hingga sekarang. Naimena & Nubatonis (2017) menuliskan selain untuk dikonsumsi pinang juga bisa dijadikan hidangan (loe) dalam acara adat, simbol mahar, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang berkaitan dengan kebudayaan dan adat istiadat masyarakat. Pinang kering iris yang dikonsumsi masyarakat TTU umunya ada dua yakni pinang kering iris batu dan pinang kering iris muda. Berdasarkan hal tersebut tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis faktor keputusan konsumen dan preferensi konsumsi pinang kering iris masyarakat perbatasan TTU.

METODE PENELITIAN

Jenis Data, Waktu dan Lokasi Penelitian, Serta Jumlah Sampel

Data dalam penenlitian ini menggunakan data primer dan data skunder, dimana data primer di proleh dari observasi dan wawancara sedangkan data skunder diproleh dari Badan Pusat Statistisk (BPS), dinas pertanian, perpustakaan dan jurnal-jurnal yang berkaitan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November 2021 di Wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara. Dalam penelitian ini seluruh masyarakat Timor Tengah Utara yang merupakan konsumen pinang kering iris di jadikan sebagai responden. Populasi masyarakat Kabupaten Timor Tengah Utara sebesar 259.829 jiwa. Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling sebesar 360KK. Purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan menentukan kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono, 2008).

Analsis Data

Penelitian yang menganalsisi keputusan konsumen untuk mengkonsumsi pinang kering iris menggunakan analisis regeresi logistik dengan software spss.20. Sedangankan untuk mengetahu preferensi konsumen pinang kering iris digunakan metode deskriptif kualitatif. Model regresi logistik yang digunakan untuk menganalisis keputusan konsumen pinang kering iris ini mengikuti (Juanda, 2009).

∏ = (Xi) =-----;----l---------r

'  7 l + e-(βO+βlXl+-βnXn)

Model logit yang digunakan:

W)


Keterangan: P

P0

P1

Usia

J. Kelamin

JK0

JK1

Kebiasaan


. PXl                 .

= ^nι-p(Xt)o+ βιUsia + β2 J. Kelamin+β3 kebiasaan + β4 rasa + β5 tekstur+ e

= Peubah Peluang atau proporsi mengkonsumsi pinang kering iris

= Peluang masyarakat untuk mengkonsumsi pinang kering iris batu

= Peluang masyarakat untuk mengkonsumsi pinang kering iris muda

  • =    usia responden sejak ia dilahirkan

  • =    Perbedaaan gender antara wanita dan Laki-laki.

  • =    Laki-laki

  • =    Perempuan

  • =    Kebiasaan responden sebagai konsumen pinang kering iris

Rasa         = Rasa pinang kering iris

Tekstur      = Tekstur pinang kering iris

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Karakteristik responden masyarakat Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, dan tanggungan keluarga yang bisa dilihat pada tabel dibawa ini:

Tabel 1. Karakteristik responden masyarakat Kabupaten TTU

Kriteria

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Usia (Tahun)

21-40

124

34

41-60

171

48

61-80

41

11

81-100

24

7

Total

360

100

Jenis Kelamin

Perempuan

225

63

Laki-laki

135

38

Total

360

100

Pendidikan

SD

190

53

SMP

101

28

SMA

50

14

Sarjana

19

5

Total

360

100

Tanggungan Keluarga (Orang)

1-4

199

55

5-8

161

45

Total

360

100

Sumber: Data primer diolah, 2022

Tabel 1 menunjukan usia masyarkat TTU yang dijadikan responden dalam penelitian ini berada rentan usia 21-40 orang sebanyak 124 orang, 41-60 sebanyak 171 orang, 61-80 sebanyak 41 orang, dan 81-100 sebanyak 24 orang. Hasil tersebut menunjukan jumlah masyarkat yang paling dominan dalam mengkonsumsi pinang kering iris pada rentan usia 41-60 sebanyak 171 orang. Jenis kelamin merupakan perbedaan gender pada masyarakat dimana masyarakat responden TTU didominasi oleh kaum perempuan sebanyak 225 orang dan hal tersebut menunjukan konsumsi pinang kering iris lebih di dominasi oleh kaum perempuan. Dan pendidikan masyarakat responden TTU paling banyak pada tingak sekolah dasar (SD) sebanyak 190 orang dikuti dengan pendidikan SMP, SMA, dan Sarjana. Hal tersebut menunjukan responden dengan pendidikan SD memilki jumlah yang dominan dalam hal konsumsi pinang kering iris. Sedangkan tanggungan keluarga masyarakat 1-4

sebanyak 199 orang dan 5-8 sebanyak 161 orang. Tanggungan keluarga yang besar akan mempengaruhi jumlah konsumsi dimana semakin banyak jumalah tanggungan keluarga semakin banyak jumlah pinang yang perlu disedikan dirumah.

Faktor yang Mepengaruhi Keputusan Masyarakat Kabupaten TTU Mengkonsumsi Pinang Kering

Dalam penelitian yang dilakukan mengenai keputusan dan preferensi masyarakat konsumsi pinang kering iris di wilayah perbatasan (Studi Kasus: Kabupaten Timor Tengah Utara) terdapat lima variable yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat dalam mengkonsumsi pinang iris, yaitu usia, jenis kelamin, kebiasaan, rasa, dan tekstur. Dimana varibel-variabel tersebut dianalisis untuk mengetahu variabel yang berpengaruh signifikan dan tidak berpengaruh signifikan dimana hasil tersebut ditunjukan pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Hasil analisis faktor yang mempengaruhi keputusan konsumsi pinang kering iris di Kecamatan Miomaffo Timur

Variabel

B

Signifikkansi

Odds Ratio

Usia

0,533

0,180b

1,703

Jenis Kelamin

0,012

0,961

1,012

Kebiasaan

0,156

0,666

1,169

Rasa

0,421

0,223

1,524

Tekstur

-2,387

0,000a

0,092

Constant

-0,004

0,344

0,283

Chi-square

Omnibus Tests of Model Coefficients

0,000

77,839

Hosmer and Lemeshow Test

0,138

12,299

Nagelkerke R Square

0,259

Sumber: Data primer diolah, 2022

Keterangan: a dan b sinigfikan pada α= 0,05 dan 0,2

Omnibus Test of Model Coefficients (Overall Test)

Hasil penelitian melalu omnibus test diketahui nilai signifikan sebesar 0,000<0,05. Nilai chisquare hitung sebesar 77,839>chi-square tabel sebesar 11,071. Hal tersebut menunjukan data yang digunakan dalam penelitian ini sudak baik dimana variabel independen secara bersamaan mepengaruhi variabel dependen.

Hosmer and Lemeshow (Goodness of Fit)

Tabel 2 menunjukan nilai sugnifikansi sebesar 0,138 > 0,05. Nilai chi-square hitung 12,299 <chi-square tabel sebesar 15,507. Artinya model yang digunakan dalam penelitinan ini sedah bisa menjelaskana data.

Nagelkerke R Square (Model Summary)

Uji Nagelkerke R Square menunjukan nilai sbesar 0,259. Artinya variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 25,9%.

Uji Parsial

Berdasarkan hasil penelitian diketahui hanya dua variabel yang signifikan yaitu usia dan tekstur.

Usia

Diketahui usia berpengaruh signifikan dengan nilai sebesar 0,180 > 0,05. Hal tersebut menunjukan masyarakat dengan rentan usia yang berbeda usia akan mempengaruhi keputusan masyarakat dalam mengkonsumsi pinang kering iris. Odds rationya sebesar 1,703 dengan artian bahwa setiap adanya penambahan usia masyarakat akan meningkatkan peluang masyarakat untuk mengkonsumsi pinang kering iris muda, dibandingakan dengan masyarakat yang usianya lebih muda. Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi & Suseno (2020) yang menyatakan usia tidak berpengaruh signifikan dengan nilai odds ratio sebesar 0,980 yang berarti kemungkinan setiap adanya kenaikan usia anggota keluarga akan menaikan kemungkinan terjadinya pergeseran pola konsumsi sebesar 0,980 kali. Adanya peluang yang tinggi masyarakat usia tua terhadap konsumsi pinang muda disebabkan oleh masyarkat yang tidak produktif lagi sehingga kemampuan fisik menurun dalam menerima makanan dengan tekstur yang keras seperti halnya pinang kering iris batu.

Masyarakat Kabupaten TTU yang usianya sudah tua akan membentuk pola makan yang berbeda dimana masyarakat yang usianyalebih tua memilki kebiasaan mengkonsumsi pinang muda karenamemilki tekstur yang lebih lunak.Fitriani (2012) pola makan kelompok usia lanjut adalah suatu gajala yang berisikan simbol-simbol dari suatu kebudayaan yang merupakan suatu bentuk-bentuk sosialisasi kebudayaan suatu masyarakat.

Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil analisis diketahui jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan masyarakat Kabupaten TTU dalam mengkonsumsi pinang kering iris. Hal tersebut menunjukan bahwa jenis kelamin perempuan dan laki-laki pada masyarakat Kabupaten TTU tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan masyarakat mengkonsumsi pinang kering iris. Nilai odds rationya sebesar 1,012. Artinya masyarakat dengan jenis kelamin perempuan memilki peluang untuk mengkonsumsi jenis pinang kering iris meningkat sebesar 1,012 kali lebi besar dibandingkan dengan masyarakat yang memilki jenis kelamin laki-laki. Penelitian yang dilakukan oleh Muslim& Utami(2021) memaparkan kecenderungan penduduk yang berjenis kelamin perempuan untuk membeli barang/jasa secara online atau menjadi konsumen e-comerce sebesar 2,028 kali dibandingkan dengan penduduk yang berjenis kelamin laki-laki. Hal tersebut didukung dengan penelitian Maykhawati & Fadjar et al., (2019) dalam hasil penelitiannya menunjukan masyarakat dengan jenis kelamin laki-laki memiliki peluang lebih kecil dalam konsumsi dibandingkan

dengan perempuan yang memilki peluang yang lebih besar.Tingginya peluang masyarakat perempuan dalam mengkonsumsi pinang kering iris disebabkan karena kaum perempuan lebih sering bersosialisasi. Sarkar & Das (2016)perempuan bisa jadi lebih banyak berbelanja untuk keperluan konsumsi dibandingkan dengan laki-laki, hal ini dikarenakan berhubungan dengan metode, petualangan, dan masalah sosialitas serta faktor hedonis.

Kebiasaan

Tabel 2 menunjukan kebiasaan tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan mengkonsumsi pinang kering iris. Hal ini mengasumsikan bahwa kebiasaan masyarakat tidak berbeda jauh terhadap keputusan mengkonsumsi pinang kering iris. Nilai odds rationya sebesar 1,169. Artinya kebiasaan masyarakt TTU akan meningkatkan peluang masyarakat untuk mengkonsumsi pinang kering iris muda sebesar 1,169 kali lebih besar dibandingkan dengan masyarakat yang tidak terbiasa mengkosumsi pinang kering iris muda. (Giantara & Santoso, 2014) indikator budaya yang yang dilihat dari kebiasaan keluarga yang sering mengkonsumsi dijadikan faktor yang paling besar dalam mempengaruhi perilaku keputusan pembelian makanan untuk dikonsumsi. Kebiasaan konsumsi pinang umunya terjadi karena sering mengkonsumsi secara berulang-ulang atau secara terus menerus dimana hal tersebut akan membuat konsumen semakin bisa merasakan perbedaan antara jenis pinang kering irisyang dikonsumsi, sehingga hal tersebut akan menimbulkan keputusan masyarakat yang berbeda terhadap jenis pinang kering iris. Arimurti et al., (2021) semakin lama konsumen mengkonsumsi beras organik, konsumen akan semakin merasakan manfaat beras organik dibandingkan dengan beras non organik.

Eliska (2016) pola makan sehari-hari merupakan pola makan seseorang yang berhubungan dengan kebiasaan makan sehari-hari. Hal tersebut juga didukung dengan penelitian Hayanti et al., (2014) yang menyatakan sebagian responden memutuskan untuk mengkonsumsi didasarkan karena kebiasaan. Faktor kebudayaan menjadi dasar dari setiap kelompok suku, dimana hal tersebut oleh sebagian orang menjadi dasar dalam menentukan barang atau makanan apa yang akan dikonsumsi. Bela et al., (2014) kebudayaan pada setiap suku mempunyai kekuatan yang sangat berpengaruh dalam pemilihan konsumsi bahan makanan.

Rasa

Hasil penelitian menunjukan rasa memilki pengaruh tidak signifikan terhadap keputusan masyarkat mengkonsumsi pinang kering iris. Pinang dengan rasa sepat dan pahit ataupun tidak sepat dan pahit akan tetap dikonsumsi oleh masyarakat. Kebiasaan memilki nilai odds ratio sebesar 1,524. Artinya semakin pahit dan sepat rasa pinang maka akan meningkatkan konsumsi pinang muda sebesar 1,524 kali dibandingkan dengan pinang yang rasanya kurang pahit dan kurang sepat dengan jenis pinang kering iris batu.Kurniawan & Rosyid Ridlo (2017) peningkatan konsumsi masyarakat didukung dengan pola sosial sehari-hari, dimana keragaman cita rasa yang sesuai selara konsumen akan meningkatkan konsumsi. Rasa pahit dan sepat yang khas dari pinang kering iris merupakan ciri tersendiri yang membuat peluang masyarakat dalam mengkonsumsi pinang kering iris muda tinggi.

Tekstur

Pada taraf kepercayaan 95% tekstur bepengaruh signifikan terhadap keputusan masyarakat TTU mengkonsumsi pinang kering iris. Nilai odds rationya sebesar 0,092. Artinya masyarkat yang mengkonsumsi pinang kering iris dengan tekstur yang lebih lunak memiliki peluang yang lebih kecil dan menurunkan jumlah konsumsi pinang kering iris muda sebesar 0,092 kali dibandingakn dengan masyarakat yang mengkonsumsi pinang kering iris batu dengan tekstur yang lebih keras. Achmad et al., (2018) tekstur menjadi faktor yang paling dominan dipertimbangkan konsumen dalam melakukan pembelian makanan untuk dikonsumsi. Tekstur makanan adalah derajat kekerasan, kepadatan, atau kekentalan. Cair, kenyal, dan keras merupakan karakteristik dari konsistensi (Jamal & Busman, 2021). Pinang keris batu memilki peluang yang besar untuk dikonsumsi masyarakat karena bertekstur lebih kersa dari pinang kering iris muda. Chandra et al., (2021) panelis cenderung menyukai flacky crackers perlakuan B karena memilki tekstur kekerasan yang tinggi dan hal tersebut yang membuat panelis tertarik.

Preferensi Konsumsi Pinang Kering Iris Di Kabupaten TTU

Preferensi merupakan pilihan atau kecenderung seseorang terhadap pilihan produk yang akan dikonsumsi. pilihan atau kecenderungan masyarakat Kecamatan Miomaffo Timur dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, kebiasaan, rasa dan tekstur.

Usia merupakan salah satu faktor yang membentuk preferensi konsumsi pinang. Masyarakat TTU umunya tergolong dalam masyarakat yang usianya masi produktif dengan rentan usia 21-60 yang berjumlah 295 orang. Hal tersebut menunjukan masyarakat yang mengkonsumsi pinang kering iris dalam jumlah yang banyak pada rentan usia produktif. (Sukmaningrum & Imron, 2017) masyarakat dengan rentan usia 15-65 tahun digolongkan kedalam masyarakat usia produktif sedangkan masyarakta yang usianya non produktif berada pada usia < 15 dan > 65 tahun. Masyarakat usia produktif umumnya didominasi oleh masyarkat yang masih muda dimana sering melakukan sosialisasi dengan membentuk kelompok-kelompok dalam masyarakat. Konsumen usia muda gemar melakukan sosialisasi dengan kelompok-kelompok di lingkungannya, dimana hal tersebut akan mempengaruhi keputusan membeli makanan yang akan dikonsumsi (Okkysantria & Hendrawan, 2014). Kebiasaan masyarakat TTU saat melakukan kegitan berkelompok pasti ada sirih dan pinang untuk dikonsumsi, karena sirih pinang dalam kebiasaan masyarakat TTU merupakan simbol kebersamaan dan kekeluargaan.

Preferensi atau pilihan terhadap jenis pinang kering umumnya didasarkan pada pribadi seseorang yang disesuaikan dengan slera dan kondisi fisiknya. Masyarakat yang usianya sudah tua preferensi atau pilihannya lebih cenderung kepada pinang kering iris muda, karena pada usia tersebut gigi sudah tidak mampu lagi menghancurkan pinang kering iris batu yang terksturnya lebih keras dari pinang kering iris muda. Kehilangan gigi di usia tua dalam jumlah yang banyak tentunya akan mengganggu proses konsumsi makanan dimana masyarakat akan memilih makanan dengan tekstur yang lebih sesuai (Thalib, 2008). Hal tersebut didukung dengan penelitian Rizkillah et al., (2019) Kehilangan gigi tentunya akan sangat mempengaruhi seseorang baik dari segi fungsional, estetika, dan sosial. Keadaan

kehilangan gigi yang parah tentu akan sangat berdampak terhadap penurunan kualitas dan kemampuan seseorang yang dapat mengganggu kelangsungan hidupnya.

Masyarakat TTUmemilki jumlah masyarakat dengan jenis kelamin lebih banyak sebsar 225 orang dari total jumlah responden sebanyak 360 orang dan sisanya adalah kelompok masyarkat dengan jenis kelamin laki-laki sebesar 135 orang. Hal tersebut menunjukan konsumsi pinang kering iris didominasi oleh masyarakat dengan jenis kelamin perempuan. Preferensi atau pilihan konsumsi jenis pinang kering iris umunya lebih ditentukan oleh kaum perempuan karena kegiatan belanja untuk konsumsi rumah tangga dilakukan oleh kaum wanita. Dama et al., (2021) kaum perempuan lebih mendominasi laki-laki dalam membeli makanan yang akan dikonsumsi. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Novandari (2011)yang menyatakan pengambilan keputusan dalam pembelian bahan pangan untuk di konsumsi sehari-hari di dominasi oleh perempuan khususnya dari kalangan ibu rumah tangga yang memilki gaya hidup berorientasi pada kesehatan keluarga.

Dengan perbedaan umur serta jenis kelamin tentunya akan terbawa juga pada kebiasaan seseorang. Kebiasaan masyarakat TTU dalam konsumsi pinang umumnya berkaitan dengan kebudayaan konsumsi sirih pinang dimana hal tersebut kaitannya dengan acara seremonil dan adat istiadat. Syafani et al., (2015) suku dalam suatu masyarakat mencerminkan kebudayaan dimana hal tersebut sebagai penentu keinginan dan perilaku konsumen yang paling mendasar. Kebudayaan masyarakat umunya dipengaruhi oleh kebiasaan dalam keluaraga. Preferensi konsumsi setiap rumah tangga berbeda-beda disebabkan oleh adanya perebdaan karateristik, seperti pendidikan, kebiasaan, budaya, lokasi tempat tinggal, dan tingkat sosial (Nizar et al., 2021). Budaya merupakan indikator Preferensi dan pilihan masyarakat terhadap salah satu jenis pinang dikarenakan kebiasaan konsumsi sejak seseorang mulai mengkonsumsi pinang kering iris dimana hal tersebut akan terbawa sampai ia dewasa dan tua. Selain kebiasaan rasa dan tekstur akan mempengaruhi pilahan konsumsi masyarakat dimana semakin baik rasa dan tekstur pinang maka semakin besar preferensi dan pilihan masyarakat.

Secara umum pinang rasanya sepat dan pahit. Akan tetapi ada perbedaaan rasa yang sedikit mencolok dari jenis pinang kering iris muda dan pinang kering iris batu. Berdasarkan pengamatan langsung di masyarakat pinang kering iris muda memilki rasa yang lebih sepat dan pahit sedangkan pinang kering iris batu memilki rasa yang tidak terlalu sepat dan pahit. Pinang kering iris muda lebih disukai masyarakat karena memilki rasa yang lebih sepat dan pahit. Wawancara secara langsung dengan masyarakat diproleh bahwa rasa pahit dan sepat dari pinang merupakan cirri khas tersendiri dari pinang kering iris. Sedangkan tekstur pinang yang lebih disukai masyarakat adalah pinang kering iris batu karena memilki tekstur yang lebih keras dibandingkan dengan pinang kering iris muda. Selain itu masyarakat menyukai pinang batu karena saat dikunyah lama hancur. Rasa dan tekstur merupakan dua kriteria yang termasuk dalam cita rasa.Hadi & Al-farisi (2016) cita rasa merupakan atribut makanan yang meliputi penampakan, bau, rasa, tekstur, dan suhu. Semakin baik cita rasa makanan akan mempengaruhi pembelian dan konsumsi masyarakat terhadap produk tersebut. Bintarti (2021)dalam penelitiannya menunjukan cita rasa memilki hubungan yang baik terhadap keputusan pembelian makanan yang akan dikonsumsi.

KESIMPULAN

  • 1.    Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumsi pinang kering iris dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kebiasaan, rasa, dan tekstur. Dan varibel yang berpengaruh signifikan yaitu usia dan tekstur.

  • 2.    Preferensi konsumsi pinang kering iris muda dan pinang kering iris batu didasarkan pada perbedaan usia, jenis kelamin, kebiasaan masyarakat setempat, rasa sepat dan pahit dari pinang, serta tekstur keras dan lunak dari pinang kering iris. Tekstur menjadi preferansi utama yang dipertimbangkan konsumen dalam mengkonsumsi pinang kering iris.

SARAN

  • 1.    Bagi Pemerintah

Mendukung masyarakat dengan menyediakan anakan pinang untk dilakukan budidaya sehingga dapat meningkatkan produksi pinang.

  • 2.    Bagi Produsen

Agar memperhatikan kualitas pinang yang dijual terutama rasa dan tekstur pinang yang disukai konsumen.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Timor dan Pusa Studi Lahan Kering yang telah membantu penyelesaian penelitian dengan memberikan bantuan dana melalui skema pendanaan penelitian Pusat Studi Lahan Kering dengan nomor: 07/UN60/LPPM/PP/2021.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A., Harisudin, M., & Setyowati, N. (2018). Analisis Perilaku Konsumen dalam Pembelian Pakcoy Hidroponik di Lotte Mart The Park Mall Sukoharjo. Agrista. 6(3): 13–26. https://jurnal.uns.ac.id/agrista/article/download/31100/20750

Arimurti, N. H., Edy Sularso, K., & Hartati, A. (2021). Kesediaan Membayar (Willingness To Pay) Beras Organik di Kabupaten Banyumas dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Forum Agribisnis. 11(1): 75–89. https://doi.org/10.29244/fagb.11.1.75-89

Bela, S. R. A., Djarwoto, B., & Gunawan, I. M. A. (2014). Pola makan suku asli Papua dan non-Papua sebagai faktor risiko kejadian hipertensi (Dietary intake of indigenous Papuans and non-Papuans as a risk factor for the incidence of hypertension). Jurnal Gizi           Klinik           Indonesia.            10(4):            198–208.

https://journal.ugm.ac.id/jgki/article/view/18872/12185

BPS Indonesia. 2021. Indonesia Dalam Angka. Indonesia: Badan Pusat Statistik.

BPS TTU. 2018. Timor Tengah Utara Dalam Angka. TTU: Badan Pusat Statistik.

Bintarti, S. (2021). Keputusan Pembelian: Citra Merk, Cita Rasa dan Harga Consumer Purchase Decision: Brand Image, Taste and Price. Jurnal Ilmu Pertanian.15(01): 1– 10. https://doi.org/https://doi.org/10.37336/jpi.v15i01.793

Chandra, Z. A., Swasti, Y. R., & Pranata, F. S. (2021). Substitusi Tepung Sukun Sebagai Sumber Serat untuk Peningkatan Kualitas Flacky Crackers. Jurnal Teknologi Pertanian                      Andalas.25(02):                       153–162.

http://tpa.fateta.unand.ac.id/index.php/JTPA/article/view/458

Dama, S. G., Pangemanan, S. P., Kalangi, J. K. J., & Makalew, A. (2021). Preferensi konsumen terhadap konsumsi “ragey” di Kota Manado. Zootec.41(1): 71-80. https://doi.org/10.35792/zot.41.1.2021.31947

Dewi, O. R., & Suseno, D. A. (2020). Pergeseran Pola Konsumsi Leisure dan Non Leisure di Kota Semarang. Efficient: Indonesian Journal of Development Economics.3(1): 670–679. https://doi.org/10.15294/efficient.v3i1.35968

Dwicahyo, A.T., Adiarni, N., & Najamuddin, M. (2017). Pengaruh Konsep Produk, Budaya Konsumsi, dan Keluarga Terhadap Perilaku Konsumen Mengkonsumsi Produk Kebab (Studi Kasus: Kebab Turki XXX). Industria: Jurnal Teknologi Dan Manajemen Agroindustri. 6(1): 8–14. https://doi.org/10.21776/ub.industria.2017.006.01.2

Eliska. (2016). Pengaruh Pola Makan Masyarakat Suku Alas Terhadap Status Gizi Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Kutambaru Kabupaten Aceh Tenggara         Eliska.          Jurnal         Jumantik.1(1):          25–41.

http://dx.doi.org/10.30829/jumantik.v1i1.1014

Fitriani, E. (2012). Pola Kebiasaan Makan Orang Lanjut Usia (Studi Kasus: Penderita Penyakit Hipertensi Sukubangsa Minangkabau di Jakarta). Humanus. 12(2): 134. https://doi.org/10.24036/jh.v11i2.2162

Giantara, M.S & Santoso, J. (2014). Pengaruh Budaya, Sub Budaya, Kelas Sosial, Dan Persepsi Kualitas Terhadap Perilaku Keputusan Pembelian Kue Tradisional Oleh Mahasiswa Di Surabaya. Jurnal Hospitality Dan Manajemen Jasa. 2(1): 111–126. http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/manajemen-perhotelan/article/view/1457

Hayanti, N., Purwanto, R., & W Kadir, A. (2014). Preferensi Masyarakat Terhadap Makanan Berbahan Baku Sagu (Metroxylon Sagu Rottb) Sebagai Alternatif Sumber Karbohidrat Di Kabupaten Luwu Dan Luwu Utara Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Sosial Dan Ekonomi Kehutanan.11(1): 82–90. https://doi.org/10.20886/jsek.2014.11.1.82-90

Jamal, A., & Busman, S. A. (2021). Pengaruh Cita Rasa Dan Lokasi Terhadap Keputusan Pembelian Ayam Terhadap Keputusan Pembelian Ayam Geprek Junior Cabang Pekat Di Geprek Junior Cabang Pekat Di Kabupaten Sumbawa. Jurnal Manajemen Dan Bisnis.4(2): 27–34. https://doi.org/https://doi.org/10.37673/jmb.v4i2.

Juanda, B. 2009. Ekonometrika Permodelan dan Pendugaan cetakan pertama: Februari 2012 Bogor: Penerbit IPB Press PT.

Kurniawan, A., & Rosyid Ridlo, M. (2017). Perilaku Konsumtif Remaja Penikmat Warung Kopi. Jurnal Sosiologi DILEMA.32(1): 9–22. ISSN: 0215/9635.

Maykhawati, R & Fadjar. (2019). Analisis Regresi Logistik Multinomial Pada Determinan Tingkat Konsumsi Kopi (Studi Kasus Empat Kedai Kopi Di Kota Malang). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB. 8(1): 1-13. https://jimfeb.ub.ac/index.php/article/view/6267

Muslim, A & Utami, E.R.(2021). E-commerce Lovers di Sumatera: Analisis Odds Ratio Konsumen E-Commerce Dengan Pendekatan Synthetic Minority-Over Sampling Technique (Somote) Regre Logistik. hal 1-31.

Naimena, F., & Nubatonis, A. (2017). Analisis Pemasaran Pinang Kering Oleh Pedagang di Kecamatan Kota Kefamenanu Kabupaten Timor Tengah Utara. Agrimor.2(02): 27–29. https://doi.org/10.32938/ag.v2i02.303

Nizar, R., Ariyanto, A., & Putri, A. (2021). Perilaku konsumsi masyarakat terhadap pangan berbahan dasar sagu di Pekanbaru, Indonesia. Jurnal Ilmiah Pertanian.18(1): 37–42. https://doi.org/10.31849/jip.v18i1.6062

Novandari, W. (2011). Analisis Motif Pembelian Dan Profil Perilaku ”Green Product Customer” (Studi Pada Konsumen Produk Pangan Organik Di Purwokerto). Jurnla JEBA. 13(1): 17–23. https://doi.org/https://doi.org/10.32424/jeba.v13i1.346

Nugroho, S., & Alfarisi, S. (2016). Analisis Pengaruh Cita Rasa, Label Halal, dan Diversifikasi Produk terhadap Keputusan Beli Konsumen Pada Produk Olahan Tuna Inggil Pacitan Jawa Timur (Studi Kasus Pada UD Bina Makmur Pacitan, Jawa Timur). At-Tauzi:         Islamic        Economic         Journal.15(2):         131–

148.https://jurnalhamfara.ac.id/index.php/attauzi/article/download/17/14

Okkysantria, D., & Hendrawan, D. (2014). Analisis Pengaruh Kebudayaan, Sosial, Pribadi Dan Psikologis Konsumen Usia Muda Terhadap Keputusan Pembelian Makanan Cepat Saji Mcdonald’S. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya.2(2): 1– 8.https://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/1088/1000

Rizkillah, M. N., Isnaeni, R. S., & Fadilah, R. P. N. (2019). Pengaruh Kehilangan Gigi Posterior Terhadap Kualitas Hidup Pada Kelompok Usia 45-65 Tahun. Journal of Dental          Researchers          and          Students.3(1):          7–

12.https://doi.org/10.24198/pjdrs.v2i2.22135

Sarkar, R., & Das, S. (2016). The role of gender in online shopping. International Journal of Scientific Development and Research.1(5): 3–7. ISSN: 2455-263

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA

Suharto. (2016). Pengaruh Budaya Terhadap Keputusan Pembelian Menggunakan Variabel Sosial Dan Pribadi Sebagai Mediasi Produk Air Minum Kemasan. Derivatif.10(1): 26– 44. https://doi.org/10.24127/jm.v10i1.84

Sukmaningrum, A., & Imron, A. (2017). Memanfaatkan Usia Produktif Dengan Usaha Kreatif Industri Pembuatan Kaos Pada Remaja Di Gresik. Paradigma. 5(3): 1– 6.https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/paradigma/article/view/21647

Suminar, E. (2020). Simbol dan makna sirih pinang pada suku atoni pah meto di timor tengah utara. Komunikasi Dan Bisnis.VIII(1): 55–62.https://doi.org/10.46806/jkb.v8i1.648

Syafani, T.S., Lestari, D.A.H., & Sayekti, W.D. (2015). Analisis Preferensi, Pola Konsumsi, Dan Permintaan Tiwul Oleh Konsumen Rumah Makan Di Provinsi Lampung. Jurnal Ilmu-Ilmu                         Agribisnis.3(1):                         85–92.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.23960/jiia.v3i1.1021.

Taena, W., Rustiadi, E., & Hariyoga, H. (2010). Pengembangan Wilayah Perbatasan Kabupaten Timor Tengah Utara Dengan Distrik Enclave Oekusi Sebagai Kawasan Agropolitan.            Forum            Pascasarjana.            33(1):35-53.

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/5906

Thalib, B. (2008). Analisis hubungan status gigi dengan pola makan dan asupan nutrisi pada manula suku Bugis dan suku Mandar. Journal of Dentomaxillofacial Science.7(1): 2638. https://doi.org/10.15562/jdmfs.v7i1.191

Sipayung, et al.,…|808