Analisis Kesesuaian dan Kelayakan Agrowisata pada Desa Penyangga Danau Rawa Pening
on
Jurnal Manajemen Agribisnis
Vol.10, No.6, Mei 2022
E- ISSN: 2684-7728
Analisis Kesesuaian dan Kelayakan Agrowisata pada Desa Penyangga Danau Rawa Pening
Analysis of the Suitability and Feasibility of Agrotourism at the Buffer Village of Rawa Pening Lake
Adnin Maulana Al Faritsi *)
Alfred Jansen Sutrisno
Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana, Jawa Tengah, Indonesia
*) Email: 512016049@student.uksw.edu
ABSTRACT
Utilization of the landscape of Rawa Pening Lake and its surroundings has not been optimized to the maximum. Where, residents of buffer village Lake Rawa Pening such as residents in Pojoksari Village, Bejalen Tambakboyo, and Asinan only use Rawa Pening Lake for sources of agricultural irrigation, aquaculture and water hyacinth cultivation. Whereas, the four villages can become agricultural-based tourism villages or agro-tourism villages. The objective of this study is to analyze the feasibility and suitability of the landscape of the four buffer villages into agrotourism villages. The methods used in this study are descriptive statistics, where there are 10 assessment criteria with each weight. Feasibility and suitability in each buffer village are assessed from aspects of feasibility are access, recreational resources, tourism facilities, tourism management and agrotourism programs and activities and then the suitability aspect are assessed from objects and attractions be it agriculturalbased objects, natural objects, historical objects, and socio-cultural attractions. Based on the result of assessment, it was found that Bejalen Village and Asinan Village were very feasible and suitable villages to become agrotourism village, while for Tambakboyo Village it is quite feasible and suitable, then Pojoksari Village is a village that is less feasible and suitable of being an agrotourism village. So that of the four villages as buffer villages Lake Rawa Pening, only Bejalen and Asinan villages are the main priority for agrotourism development.
Keywords : Agrotourism, Buffer Village, Rawa Pening Lake, Landscape.
ABSTRAK
Pemanfaatan lanskap Danau Rawa Pening dan sekitarnya belum dioptimalkan dengan maksimal. Dimana, warga desa penyangga Danau Rawa Pening seperti warga di Desa Pojoksari, Bejalen Tambakboyo, dan Asinan hanya memanfaatkan Danau Rawa Pening untuk sumber irigasi pertanian, budidaya perikanan dan budidaya eceng gondok. Padahal, keempat desa tersebut bisa menjadi desa wisata berbasis pertanian atau desa agrowisata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan dan kesesuaian lanskap keempat desa penyangga tersebut menjadi desa agrowisata. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah statistik deskriptif, dimana terdapat 10 kriteria penilaian dengan masing-masing bobot. Kelayakan dan kesesuaian pada tiap desa penyangga dinilai dari aspek kelayakan yaitu akses, sumberdaya rekreasi, sarana wisata, pengelolaan wisata dan program dan aktifias agrowisata, sedangkan aspek kesesuaian dinilai dari Objek dan atraksi baik itu Objek berbasis pertanian, objek alami, Objek sejarah, dan atraksi sosial budaya. Berdasarkan penilaian yang dilakukan dihasilkan bahwa Desa Bejalen dan Desa Asinan menjadi desa yang sangat sesuai dan layak untuk menjadi desa agrowisata, sementara untuk Desa Tambakboyo cukup sesuai dan layak dan Desa Pojoksari menjadi desa yang kurang sesuai dan layak menjadi desa agrowisata. Sehingga dari empat desa penyangga Danau Rawa Pening hanya Desa Bejalen dan Asinan yang menjadi prioritas utama untuk pengembangan agrowisata.
Kata kunci : Agrowisata, Desa Penyangga, Danau Rawa Pening, Lanskap
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Danau Rawa Pening terletak di Kabupaten Semarang, wilayah perairan danau masuk ke dalam empat kecamatan yaitu Ambarawa, Tuntang, Bawen, dan Banyubiru. Danau Rawa Pening telah banyak dimanfaatkan oleh warga desa pada keempat kecamatan tersebut. Seperti warga Desa Pojoksari, Bejalen dan Tambakboyo (Kecamatan Ambarawa), serta Desa Asinan (Kecamatan Bawen) yang memanfaatkan Danau Rawa Pening sebagai sumber irigasi pertanian, budidaya perikanan dan budidaya eceng gondoko. Jika melihat kondisi visual dan penggunaan lahan keempat desa tersebut, hamparan lahan sawah dan Danau Rawa Pening dapat menjadi daya tarik wisata. Namun, hal ini belum dioptimalkan oleh warga keempat desa tersebut, sehingga desa-desa tersebut hanya berfokus pada pemanfaatan yang sudah ada sebelumnya. Masing-masing desa tersebut memiliki potensi yang belum dikembangkan untuk mendukung wisata bahkan potensi setiap desa berbeda satu dan lainnya, misalnya Desa Asinan yang memiliki objek visual yang indah. Infrastruktur di keempat desa ini pun tergolong sangat baik dan sangat mendukung untuk kegiatan parawisata.
Berdasarkan potensi diatas, maka lanskap Desa Pojoksari, Desa Bejalen, Desa Tambakboyo, dan Desa Asinan berpeluang untuk menjadi desa agrowisata. Konsep agrowisata secara substantif lebih menekankan pada upaya untuk menampilkan kegiatan pertanian dan suasana perdesaan sebagai daya tarik utama wisatanya tanpa mengabaikan kenyamanan pelaku pariwisata (Wayan I, dkk., 2018). Bahkan, kegiatan agrowisata dapat mendidik masyarakat belajar tentang pertanian, agrowisata dapat meningkatkan pendapatan penduduk desa sehingga, dapat mengurangi urbanisasi dimana kaum muda tidak perlu kekota untuk bekerja, serta agrowisata juga dapat menjadi media mempromokasikan produk lokal (Utama dan Junaedi, 2018). Beberapa desa di Indonesia memiliki agrowisata, misalnya Desa Cihideung yang mayoritas penduduknya bertani bunga, kemudian menjadikan daerah pedesaannya menjadi daerah wisata bunga atau agrowisata bunga dengan cara menjadikan lahan-lahan pekarangan rumah warga menjadi lahan pertanian bunga baik bunga potong maupun bunga hias yang bisa dijual dan menghasilkan pendapatan bagi penduduknya (Siti Lia, 2019). Dalam penelitian Ramdani
Zaqiah dan Tuti Karyani. (2020) menunjukkan pentingnya partisipasi masyarakat dalam mengembangkan agrowisata seperti apa yang terjadi pada Desa Cihideung begitu juga dengan pada kampung Flory. Pengembangan desa agrowisata tidak hanya atas dasar potensi yang dimiliki oleh desa namun juga memerlukan inisiatif masyarakat lokal dengan pendekatan pembangunan pawisata yang mengedepakan masyarakat lokal.
Namun, dalam mengembangkan kawasan desa penyangga danau rawa pening menjadi desa agrowisata terdapat beberapa permasalahan yaitu kurangnya pemahaman masyarakat terhadap konsep agrowisata, baik dari aspek lingkungan, aspek pengelolaan hingga aspek sumberdaya manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kriteria kesesuaian dan kelayakan desa penyangga danau rawa pening menjadi desa agrowisata. Penelitian ini melibatkan masyarakat desa, aparatur pemerintah desa, dan pemilik atau pengelola wisata sebagai responden penelitian. Kajian penelitian ini meliputi dua aspek (1) aspek kelayakan yaitu akses, sumberdaya rekreasi, sasrana wisata, pengelolaan wisata dan program dan aktifias agrowisata, dan (2) aspek kesesuaian dinilai dari aspek Objek dan atraksi baik itu Objek berbasis pertanian, objek alami, Objek sejarah, dan atraksi sosial budaya. Nantinya, penelitian ini menghasilkan rekomendasi desa yang dianggap sangat berpotensi, cukup berpotensi, atau kurang berpotensi sebagai desa agrowisata.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dari penelitian ini, maka berikut ini merupakan pertanyaan yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini. yaitu;
-
1. Bagaimana persepsi penilaian masyarakat desa, aparatur pemerintah desa, dan pemilik atau pengelola wisata pada masing-masing desa penyangga?
-
2. Bagaimana kelayakan dan kesesuaian keempat desa penyangga Danau Rawa Pening untuk menjadi desa agrowisata?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah mengidentifikasi persepsi penilaian masyarakat desa, aparatur pemerintah desa, dan pemilik atau pengelola wisata pada masing-masing desa penyangga dan menganalisis kelayakan dan kesesuaian keempat desa penyangga Danau Rawa Pening untuk menjadi desa agrowisata.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah statistik deskriptif, dimana metode ini digunakan untuk menghasilkan gambaran umum penilaian dari setiap responden. Selanjutnya, penilaian tersebut digunakan untuk menganalisis kelayakan dan kesesuaian pada tiap desa penyangga berdasarkan aspek kelayakan dimana meliputi kriteria akses, sumberdaya rekreasi, sarana wisata, pengelolaan wisata, program dan aktifias agrowisata. Serta, aspek kesesuaian yang meliputi kriteria objek dan atraksi baik itu objek berbasis pertanian, objek alami, objek sejarah, dan atraksi sosial budaya. Setiap kriteria penilaian memiliki bobot yang telah dimodifikasi yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan meliputi empat desa penyangga danau Rawa Pening yaitu, Desa Tambakboyo dengan luas lahan 189 Ha dan jumlah penduduk 6.529 jiwa, Desa Bejalen dengan luas lahan 471,06 Ha dan jumlah penduduk 5.821 jiwa, Desa Pojok Sari dengan luas lahan 302,03 Ha dan jumlah penduduk 3.186 jiwa, dan Desa Asinan dengan luas lahan 512,80 Ha dan jumlah penduduk 4.727 jiwa (Gambar 1).
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah masyarat desa dengan kriteria usia minimal 20 tahun, lama tinggal minimal 5 tahun, wawancara dilakukan kepada 30 orang dengan menggunakan metode startified random sampling (yang artinya ditujukan agar pengambilan sampel merata mewakili seluruh elemen masyarakat) kepada masyarakatdesa penyangga danau Rawa Pening, aparat pemerintah desa, dan pemilik kegiatan pertanian maupun wisata.
Variabel dan Analisis data
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ialah aspek kelayakan dengan kriteria yaitu akses, sumberdaya rekreasi, sarana wisata,pengelolaan wisata, program dan aktifias agrowisata. Kemudian, aspek kesesuaian dengan kriteria yaitu aspek bjek dan atraksi baik itu objek berbasis pertanian, objek alami, objeksejarah, dan atraksi sosial budaya. Penilian pada setiap kriteria akan dianalisis menggunakan formula:
R = Smax – Smin
K
R adalah nilai rentang antar kelas, Smax adalah nilai kelayakan agrowisata tertinggi. Smin adalah nilai kelayakan agrowisata terendah dan K adalah jumlah kelas yang diinginkan yaitu 3. Hasil analisis akan menghasilkan klasifikasi keempat desa penyangga menjadi beberapa kelompok yaitu kurang berpotensi, cukup berpotensi dan sangat berpotensi untuk pengembangan desa agrowisata.
Tabel 1. Kriteria analisis kelayakan dan kesesuaian agrowisata
No |
Kriteria |
Nilai |
1 |
Objek dan Atraksi Berbasis Pertanian (Bobot 20%): Ketersediaan ragam dan keindahan area pertanian seperti sawah, perkebunan, kolam atau keramba. | |
Beragam objek dan aktivitas pertanian disertai keindahan pemandangan pertanian (tiga objek pertanian atau lebih) |
4 | |
Cukup beragam objek dan aktivitas pertanian disertai keindahan pemandangan sekitarnya (dua objek pertanian) |
3 | |
Cukup beragam objek dan aktivitas pertanian namun keindahan pemandangan sekitarnya kurang (dua objek pertanian) |
2 | |
Kurang beragam dan tak indah (kurang dari dua objek) |
1 | |
2 |
Objek dan Atraksi Alami (Bobot 10%): Keindahan pemandangan alami (ekosistem, topografi, tanaman langka, satwa liar, air terjun) dan iklim (tropikal, udara yang bersih, suhu yang nyaman, dll) | |
Beragam objek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami (tiga objek alami atau lebih) |
4 | |
Cukup beragam objek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami (dua objek alami) |
3 | |
Beragam objek alami dengan keindahan dan kenyaman buatan atau rekayasa (dua objek alami) |
2 | |
Objek alami kurang Bergama dengan keindahan dan kenyaman buatan atau rekayasa (kurang dari dua objek alami) |
1 | |
3 |
Objek dan Atraksi Budaya/Sosial (Bobot 5%): Perdesaan, perkotaan, bentukan arsitektur vernakular, festival, dan atraksi budaya lokal. | |
Ada lebih dari satu, bernilai lokal tinggi, dilestarikan |
4 | |
Ada lebih dari satu, bernilai lokal tinggi, kurang diperhatikan |
3 | |
Ada, bernilai lokal tinggi, kurang diperhatikan |
2 | |
Tidak memiliki aset budaya lokal |
1 | |
4 |
Objek dan Atraksi Sejarah (Bobot 5%): Peninggalam kuno (kerajaan, situs-situs dan bangunan sejarah/arkeologis), upacara keagamaan, lokasi historikal yang penting (kolonial, battle fields) | |
Bersejarah, dijaga kelestariaannya |
4 | |
Bersejarah, kurang diperhatikan |
3 | |
Bersejarah, tidak dilestarikan |
2 | |
Tidak bernilai sejarah |
1 | |
5 |
Akses (Bobot 10%): Kemudahan mencapaian lokasi, ketersediaan jalan | |
Jalan primer dekat, mudah dicapai, kondisi baik, kendaraan umum beragam, kondisi baik |
4 | |
Jalan sekunder, kondisi sedang, kendaraan umum terbatas |
3 |
No Kriteria Nilai
Tidak ada akses, tidak ada kendaraan umum1
-
6 Sumber Daya Rekreasi dan Tempat Perbelanjaan (Bobot 10%): Tempat Olah raga,
piknik, belanja, taman, museum, galer seni/budaya
Tersedia, lengkap, kualitas baik, dan terawat4
Ada beberapa, kurang terawatt2
-
7 Letak dari Jalan Utama (Bobot 10%): Kedekatan dengan jalur jalan utama
wilayah
-
8 Sarana Wisata (Bobot 10%): Utilitas. Sarana kesehatan, air bersih, fasilitas dan
penginapan
Tersedia, lengkap, kualitas baik dan terawat4
Ada beberapa, kurang terawatt2
-
9 Pengelolaan Agrowisata (Bobot 10%): Pengelolaan dan Kelembagaan
Agrowisata
Masyarakat mengelola dan ada lembaga masyarakat4
Masyarakat mengelola, tidak ada lembaga masyarakat3
Dikelola investor, ada kelembagaan masyarakat2
Dikelola investor dan tidak ada lembaga masyarakat1
-
10 Program dan Aktivitas Agrowisata (Bobot 10%)
Ada paket kunjungan, pelatihan, dan membuka kesempatan magang4
Ada paket kunjungan, pelatihan, tidak ada kesempatan magang3
Ada paket kunjungan, tetapi tidak ada pelatihan dan kesempatan magang2
Tidak ada paket kunjungan, pelatihan dan kesempatan magang1
Sumber: Smith (1989), dimodifikasi sesuai dengan tujuan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penilaian Kriteria
Desa Bejalen
Desa Bejalen merupakan desa yang sangat layak dan sesuai untuk menjadi desa agrowisata, dimana nilai kelayakan dan kesesuaiannya adalah 3,55. Kelebihan yang dimiliki Desa Bejalen adalah (1) objek dan atraksi berbasis pertanian, karena dominasi lahan sawah yang disertai keindahannya, (2) objek atraksi sosial/budaya, dimana desa ini memiliki karnaval kecil dan Faritsi, et al.,…|564
pementasan tradisioanal seperti kuda lumping dan reog, (3) lokasi yang mudah dicapai, (4) tersedianya tempat rekreasi dan perbelanjaan seperti pusat perbelanjaan Bu Argentina, Rumah makan lesehan Kampoeng Rawa, Spot foto, penyewaan setum dan lainnya, (5) Desa Bejalen dekat dengan jalur jalan utama penghubung antar kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah, dan yang terakhir (6) Desa Bejalan memiliki lembaga yang masih berjalan untuk mengelola agrowisata. Namun, Desa Bejalen juga memiliki kelemahan yaitu tidak adanya peninggalan kuno (kerajaan, situs-situs dan bangunan sejarah/arkeologis), upacara keagamaan, lokasi historikal yang penting (kolonial, battle fields). Sementara untuk kriteria objek atraksi alami, sarana wisata, dan program aktivitas wisata dapat digolong masih cukup baik atau cukup lengkap.
Desa Asinan
Desa asinan merupakan desa yang sangat layak dan sesuai untuk menjadi desa agrowisata, dimana nilai kelayakan dan kesesuaiannya adalah 3,35. kelebihan yang dimiliki oleh desa asinan diantaranya adalah (1) Memiliki objek dan atraksi pertanian yang cukup beragamSeperti areal persawahan dengan pemandangan Danau Rawa Pening areal perkebunanan serta kolam atau keramba yang membuat (2) objek atraksi sosial budaya di mana desa ini memiliki Objek dan atraksi sosial-budaya dengan nilai lokal tinggi yang masih berjalan hingga saat ini yaitu pementasan tradisional yang diantaranya adalah kuda lumping gamelan marawisan dan wayangan yang tampil musiman Selain itu ada acara cara seperti sedekah bumi purna bulan dan sebagainya (3)tersedianya tempat rekreasi dan pembelanjaan yang tersedia dan terawat seperti warung makan yang menampilkan pemandangan Danau Rawa Pening serta tersedia banyak spot yang cocok dijadikan tempat piknik dan yang terakhir(4) Desa Asinan memiliki kelembagaan seperti BUMdes yang melakukan kerjasama dengan masyarakat.Namun kekurangan yang dimiliki Desa Asinan yaitu tidak adanya peninggalan kuno (kerajaan, situs-situs dan bangunan sejarah/arkeologis), upacara keagamaan, lokasi historikal yang penting (kolonial, battle fields). Sementara untuk kriteria objek atraksi alami, Akses, letak dari jalan utama, sarana wisata dan program aktivitas agrowisata dapat digolongkan baik dan cukup lengkap.
Kelurahan Tambakboyo
Kelurahan Tambakboyo merupakan desa/kelurahanyang cukup layak dan sesuai untuk menjadi desa agrowisata,dimana memiliki nilai kelayakan dan kesesuaian sebesar 2,9 kelebihan yang dimiliki oleh Kelurahan Tambakboyo diantaranya adalah (1) akses yang dekat dengan jalan lingkar Ambarawayang mudah dicapai dan memiliki kondisi baik, serta memiliki beragam kendaraan umum,(2) memiliki sumber daya rekreasi dan tempat perbelanjaan Tempat perbelanjaan yang beragam tempat camping alun-alun Ambarawa Kampoeng Rawa, Eling bening yang merupakan tempat rekreasi yang sangat disarankan, (3) dekat dengan Jalan Utama dan (4) adanya lembaga masyarakat yang siap mendukung masyarakat dalam mengelola agrowisata. Kekurangan yang dimiliki oleh Kelurahan Tambakboyo yaitu kurangnya objek dan atraksi alami ,kurangnya objek dan atraksi budaya atau sosial yang bernilai lokal tinggi, tidak adanya objek dan dan situs sejarah peninggalan kuno dan kurangnya program dan aktivitas agrowisata. sementara itu untuk objek dan atraksi berbasis pertanian dan sarana wisata yang dimiliki Kelurahan Tambakboyo digolongkan masih cukup baik dan cukup lengkap.
Kelurahan Pojoksari
Kelurahan pojoksari merupakan kelurahan/desa yang kurang layak dan sesuai untuk menjadi desa agrowisata,dimana nilai kelayakan dan kesesuaian sebesar 2. Meskipun begitu Kelurahan pojoksari tetap memiliki beberapa kelebihan yaitu itu dekat dengan jalan lingkar Ambarawa disertai dengan kondisi jalan yang baik dan mudah dicapai, kekurang yangdimiliki pojoksari di diantaranya adalah (1) kurangnya objek dan atraksi si baik itu berbasis pertanian, alami, sosial budaya dan sejarah. (2) Selain itu kurangnya sumber daya rekreasi dan tempat hiburan,(3)tidak adanya sarana wisata,(4) pengelolaan agrowisata yang kurang baik dan terakhir (5)kurangnya program dan aktivitas agrowisata yang dimiliki oleh Kelurahan pojoksari.
Kelayakan dan Kesesuaian
Penilaian dilakukan dengan mengevaluasi kondisi aktual desa penyangga menggunakan kriteria yang telah dibuat. Rizki 2016 dalam jurnalnya menyatakan identifikasi kekuatan dan kelemahan internal agrowisata akan menjadikan penentu dalam menentukan strategi pengembangan yang tepat. Berdasarkan hasil penilaian tersebut setiap desa mendapatkan nilai KKA yaitu nilai kelayakan dan keseuaian, dimana Desa Bejalen memiliki nilai kelayakan dan kesuaian pengembangan agrowisata terbesar dengan nilai KKA sebesar 3,55, disusul oleh Desa Asinan dengan nilai KKA sebesar 3,35 sedangkan Desa Tambakboyo berada diposisi ketiga dengan poin KKA sebesar 2,8 dan diurutan terakhir Desa Pojoksari dengan poin KKA sebesar 2 (Tabel 2).
Tabel 2. Kelayakan dan kesesuaian agrowisata
Desa |
Kelayakan dan Kesesuaian Agrowisata Agrowisata |
Jumlah Bobot ΣKKA | |||||||||
0,2 |
0,1 |
0,05 |
0,05 |
0,1 |
0,1 |
0,1 |
0,1 |
0,1 |
0,1 | ||
Kategori |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
10 | |
Asinan |
4 |
3 |
4 |
1 |
3 |
4 |
3 |
3 |
4 |
3 |
3,35 |
Bejalen |
4 |
3 |
4 |
1 |
4 |
4 |
4 |
3 |
4 |
3 |
3,55 |
Tambakboyo |
3 |
2 |
2 |
1 |
4 |
4 |
3 |
3 |
4 |
2 |
2,95 |
Pojoksari |
2 |
1 |
1 |
1 |
4 |
2 |
4 |
2 |
1 |
1 |
2 |
Nilai KKA pada setiap desa penyangga diklasifikasi menjadi tiga kelas, dimana nilai rentang KKA 2-2.51 merupakan desa yang kurang berpotensi untuk menjadi desa agrowisata yaitu desa pojoksari, nilai rentang KKA 2.52-3.03 adalah desa yang cukup berpotensi yaitu desa tambakboyo, dan nilai rentang 3.04-3.55 adalah desa yang sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi desa agrowisata yaitu desa bejalen dan asinan (Tabel 3).
Tabel 3. Klasifikasi kelas
No |
Kelas Klasifikasi |
Rentan KKA |
Desa/Kelurahan |
1 |
Kurang Berpotensi |
2-2,51 |
Kelurahan Pojoksari |
2 |
Cukup Berpotensi |
2,52-3,03 |
Kelurahan Tambakboyo |
3 |
Sangat Berpotensi |
3,04-3,55 |
Desa Bejalen, Desa Asinan |
Dalam mengembangkaan kawasan agrowisata perlu adanya pelaksanaan yang berkelanjutan oleh masyarakat hal ini dinyatakan oleh Komang Pande (2021) Kegiatan yang terus berkembang dalam keberlanjutan pertanian salah satunya adanya agrowisata, sebagai tempat belajar mengenai pertanian bersamaan dengan rekreasi dimana agrowisata menggunakan pertanian sebagai objek wisata dan sebagai tempat belajar mengenai pertanian itu sendiri. Agar kegiatan agrowisata dapat terus berkembang dan berkelanjutan maka perlu adanya partisipasi dari masyarakat Pradini (2019) menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat adalah komponen terpenting dalam upaya kegiatan proses pemberdayaan dan kemandirian. Dewa 2015 dalam jurnalnya menyatakan faktor kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan, terutama pada wilayah-wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi para wisatawan. Tidak lupa pentingnya sarana dan prasarana yang belum tersedia perlu dilengkapi agar dapat memenuhi kriteria sebagai suatu lokasi wisata (Luh Ni 2019). Selain itu Made I (2019) dalam jurnalnya menyatkan masyarakat membutuhkan bantuan dari pihak lain seperti pihak pemerintah, akademisi dan swasta sehingga agrowista dapat lebih terealisasi. Pernyataan-pernyataan tersebut yang memperkuat bahwa Desa Bejalen dan Desa Asinan sebagai desa yang sangat berpotensi dan layak untuk dikembangkan menjadi desa Agrowisata karena sesuai dengan penyataan -pernyataan diatas.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Terdapat dua desa yang sangat layak dan sesuai untuk dijadikan kawasan pengembangan daerah agrowisata yaitu adalah Desa Bejalen dan Desa Asinan, Karena kedua desa mendapat nilai tinggi pada Kriteria Objek dan Atraksi agrowista baik itu atraksi berbasis pertanian, objek alami dan atraksi budaya/sosial, serta didukung akses, sarana dan pengelolaan yang baik. Terdapat satu desa/kelurahan yang cukup berpotensi untuk mengembangkan agrowisa dikembangkan menjadi daerah agrowisata yaitu adalah Kelurah tambakboyo karena memliki Objek dan atraksi agrowisata yang cukup baik serta memiliki fasilitas yang memadai, dan akses yang mudah dijangkau, kekurangannya adalah kurangnnya minat masyarakat untuk mengelola dan mengembangkan daerah agrowisata. Terdapat satu desa/ kelurahan yang kurang berpotensi yaitu kelurahan Pojoksari karena, kurangya area yang bisa dijadikan agrowisata, serta kurangnya minat dari masyarakat setempat untuk ikut mengembangkan agrowisata.
Saran
Untuk dapat mengembangkan Desa yang memiliki potensi agrowisata perlu adanya kerjasama oleh seluruh lapisan masyraktat dan rasa tanggung jawab untuk mengembangkan desa menjadi kawasan agrowisata, oleh karena itu perlu adanya sosialisasi agar masyarakat dapat paham dengan dengan konsep agrowisata supaya dalam pelaksanaanya masyarakat dapat mengembangkan kelebihan yang dimiliki, dan menanggulangi kekurangan yang dimiliki desa mereka dengan ide kreatif.
DAFTAR PUSTAKA
Dewa I. A. P., Wayan. W, Ni. W. S.A. 2015. Analisis Pengaruh Penerapan Tri Hita Karana terhadap Tingkat Kepuasan Wisatawan di Kawasan Agrowisata Ceking, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar. Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 3, No. 1, Mei 2015 ISSN: 2355-0759. Prodi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Bali, Indonesia.
Komang Pande .H.S, Dwi Putra .D, Widhianthini. 2021. Efektivitas Kemitraan dalam Pengembangan Agrowisata Studi Kasus di Agrowisata Bali Pulina Desa Sebatu Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar. Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2685-3809 Vol. 10, No. 1, Juli 2021. Universitas Udayana Jalan PB. Sudirman Denpasar.
Luh Ni. P. E. M., Wayan W., Ratna. K. D. 2019. Pengembangan Agrowisata Berlandaskan Konsep Tri Hita Karana Di Subak Uma Lambing, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.7, No.1, Mei 2019 E- ISSN: 2684-7728. Program Studi Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Bali, Indonesia.
Made I Dwipayasa, I Ketut Suamba, I Wayan Budiasa. 2019. Analisis Potensi Pengembangan Agrowisata Berbasis Subakdi Desa Baha, Kecamatan Mengwi,Kabupaten Badung. Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 3685-3809 Vol. 8, No. 4, Oktober 2019. Universitas Udayana Jalan PB. Sudirman Denpasar.
Pradini, G., Kausar, D. R. K., & Alfian, F. (2019). Manfaat dan Hambatan Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di Perkampungan Budaya Setu Babakan. Journal of Tourism Destination and Attraction, 2(2): 11-18.
Ramdani Zaqiah dan Tuti Karyani. 2020. Partisipasi Masyarakat DalamPengembangan AgrowisataDan Dampaknya Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat(Studi Kasus pada Agrowisata Kampung Flory, Sleman, Yogyakarta). Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Juli 2020. 6(2): 675-689. Fakultas Pertanian
Universitas Galuh Jl. R.E. Martadinata No. 150 Ciamis 46274.
Rizki Anas. B., Wayan Windia, Ni Wayan. S. A. 2016 Persepsi Masyarakat dan Strategi Pengembangan Agrowisata Salak di Desa Sibetan Kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem Bali. Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 4, No. 1, Mei 2016 ISSN: 23550759. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Bali, Indonesia.
Siti Lia Maulidia. 2019. Peran Pengelola Agrowisata Dalam Mengentaskan Kemiskinan Masyarakat Pedesaan (Studi kasus di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat). JURNAL COMM-EDU, e-ISSN : 2615-1480 p-ISSN : 2622-5492 Volume 2 Nomor 1, Januari 2019.Prodi Pendidikan Masyarakat IKIP Siliwangi Bandung. Bandung.
Smith, Stephen LJ. 1989. Tourism Analysis: A Handbook. London (US): Longman Group UKLimited.
Tanaya, Dhayita Rukti Dan Iwan Rudianto. 2014. Potensi Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat Di Kawasan Rawa Pening, Kabupaten Semarang. Jurnal Teknik PWK. Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Vol. 3; No. 1; 2014; hal. 71-81
Utama, G.B.R., DAN Junaedi, W.R. (2018). Agrowisata Sebagai Pariwisata Alternatif Indonesia. Yogyakarta: Deepublish.
Wayan I .D .S, I Wayan .W, I Made. S. 2018. Model Partisipasi Petani dalam Pengembangan Agrowisata di Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar. E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2301-6523 Vol. 7, No. 3, Juli 2018. Universitas UdayanaJalan PB. Sudirman Denpasar.
Faritsi, et al.,…|569
Discussion and feedback