Jurnal Manajemen Agribisnis

Vol.8, No.2, Oktober 2020

E- ISSN: 2684-7728

Strategi Peningkatan Sistem Informasi Desa dan Kawasan (SIDEKA) di Kabupaten Cianjur

Strategy to Improve the use Of Village and Regional Information Systems (SIDEKA) In Cianjur District

Eka Chandra Kusuma1) Harianto1)

Lala M Kolopaking 2)

1)Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Jawa Barat, Indonesia 2)Fakultas Ekologi Manusia IPB, Jawa Barat, Indonesia

Email: [email protected]

[email protected]

ABSTRACT

Funding and Human Resources (HR) can increase the successful use of Village and Regional Information Systems (SIDEKA). In this study, using Confirmatory Factor Analysis (CFA) on the factors that influence the successful implementation of SIDEKA in the District shows that funding of SIDEKA allocation, SIDEKA manager's human resource management and accompanying SIDEKA influence positively and significantly on the success of SIDEKA implementation. Several alternative strategies have been successfully formulated using the analysis of Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) on internal and external factors. The priority strategy chosen based on respondents' assessment is the strategy of weaknesses and opportunities (WO) including first allocating and increasing SIDEKA funds. Second, collaborating on education and training for managers. And third, improvement of the Information and Communication network in Cianjur Regency

Keywords: CFA, funding, human Resources management, SIDEKA, SWOT

ABSTRAK

Pendanaan dan Sumber Daya Manusia (SDM) dapat meningkatkan kesuksesan penggunaan Sistem Informasi Desa dan Kawasan (SIDEKA). Dalam penelitian ini, menggunakan Confirmatory Factor Analisis (CFA) terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan penerapan SIDEKA di Kabupaten menunjukan bahwa pendanaan alokasi SIDEKA, SDM pendidikan pengelola dan pendamping SIDEKA berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kesukesaan penerapan SIDEKA. Beberapa alternatif strategi telah berhasil dirumuskan dengan menggunakan analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threaths (SWOT) terhadap faktor-faktor internal dan eksternal. Strategi prioritas yang dipilih berdasarkan penilaian responden adalah strategi kelemahan dan peluang (WO) diantaranya pertama mengalokasikan dan peningkatan dana SIDEKA. Kedua, melakukan kerja sama pendidikan dan pelatihan

untuk pengelola. Dan ketiga, peningkatan jaringan Informasi dan Komunikasi di Kabupaten Cianjur

Kata Kunci: CFA, Pendanaan, Sumber Daya Manusia, SIDEKA, SWOT

PENDAHULUAN

Era globalisasi dan era digitalisasi ditandai dengan keterbukaan akses informasi dan berkembangnya teknologi ditengah kehidupan masyarakat. Globalisasi dan digitalisasi diharapakan akan mendorong timbulnya kebutuhan informasi yang cepat dan tepat yang digunakan oleh masyarakat. Pengaruh globalisasi dan perkembangan teknologi telekomukasi yang sangat pesat telah mengakibatkan perubahan yang mendasar dalam penyelenggaraan dan cara pandang terhadap telekomunikasi (UU Nomor 36 1999). Perkembangan teknologi dan digitalisasi yang ada semakin luas penggunaannya baik secara umum dan juga digunakan oleh pemerintah dan swasta dengan hadirnya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

UU Nomor 6 Tahun 2014 mengamanatkan bahwa desa harus memiliki sistem informasi desa yang memuat data desa, data pembangunan desa, kawasan perdesaan dan informasi lainnya yang berkaitan dengan sistem pembangunan desa dan kawasan pedesaan (SIDEKA) (UU Nomor 6 Tahun 2014). Sistem informasi desa yang disajikan secara berbentuk data-data dan visual dalam bentuk peta, dapat dimanfaatkan dalam penyusunan perencanaan pembangunan desa.

UU desa telah telah menempatkan Desa sebagai Pemerintahan terkecil dalam suatu negara. Undang-Undang Desa telah bertransformasi dimana menjadikan desa sebagai subyek pembangunan bukan lagi objek pembangunan dalam Negara. Sehingga desa juga memiliki sebuah kewajibannya adalah mewujudkan tujuan negara sebagaimana disebutkan dalam pembukaan Undang-undang 1945 pada alenia ke-4 yang berbunyi melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Suharyana (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa SIDEKA adalah sistem informasi yang bertujuan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data sesuai dengan kebutuhan pemerintahan desa dan supra desa yang ada di dalam lingkup desa. Mayowan (2017) dalam penelitiannya membahas keterbatasan jumlah SDM yang mengusai Teknlogi Informasi dan Komunikasi (TIK) dimana belum meratanya jaringan, tercukupinya kebutuhan kelembagaan dan adanya dukungan anggaran dari lembaga berwenang dan system informasi belum mengakomodir semua kebutuhan layanan dan diterapkan disemua desa. Sejalan dengan hal tersebut, Hariyanti (2017) menjelaskan bahwa relawan TIK memegang peranan yang sangat penting sebagai inisiator website desa, fasilitator antara pemerintah pusat dan pemerintah desa, pembuat isi website, mengelola website desa.

Menurut Ginting (2017) implementasi desa broadband terpadu dipengaruhi oleh koneksi internet yang lambat, kurangnya sosialisasi dari pemerintah pusat maupun desa mengenai program DBT, keterbatasan SDM, belum adanya program yang terstruktur dan sistematis untuk mendukung pemanfaatan, serta terbatasnya dukungan pemerintah desa dan kabupaten. Badri (2016) Permasalahan pengembangan TIK berkaitan dengan rendahnya infrastruktur TIK di pedesaan dan kapasitas masyarakat dalam pembangunan yang diselesaikan dengan strategi pelatihan dan pendampingan. (Kellen, et al., 2017) permasalahan SIDEKA, banyak masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan dalam menggunakan perangkat teknologi informasi, masih minimnya sosialisasi, serta pendamping desa. Selain factor tersebut Maharani (2017) melakukan penelitian serupa, tetapi menunjukan hasil berbeda yang menegaskan bahwa kendala dari sistem informasi desa dan kawasan pemalang (SIDEKEM) adalah kemampuan sumber daya manusia, ketidakdisiplinan mengikuti pelatihan.

Program SIDEKA selaras dengan dalam Nawacita point ke 3 yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam Negara Kesatuan. Target SIDEKA didalam Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015–2019 yakni ingin mengurangi jumlah desa tertinggal sampai 5000 desa dan meningkatkan jumlah desa Mandiri sedikitnya 2000 Desa pada akhir periode (RPJMN 2015-2019).

Hingga Agustus 2018, menurut Badan Prakarsa Pemberdayaan Desa & Kawasan (BP2DK) desa yang sudah menggunakan SIDEKA adalah 6.015 desa di 62 kabupaten di 33 provinsi di Indonesia dari total desa di Indonesia 69.460 desa, sedangkan desa yang tidak menggunakan SIDEKA masih tinggi yaitu berjumlah 63.445 desa (BP2DK, 2018). Berdasarkan data Indeks Desa Membangun (IDM) tahun 2018 dari Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, desa yang ada di Indonesia masih sebagian besar masih berkembang dan tertinggal (KDPDTT, 2018)

Gambar 1. Indeks Desa Membangun (IDM) tahun 2015, 2018 Nasional

Berdasarkan Gambar 1, desa berkembang dan tertinggal menjadi nilai tertinggi menjelaskan tren perkembangan desa pada status desa maju dan berkembang menunjukan tren yang mengalami kenaikan pada tahun 2018. Hal ini berbanding terbalik pada status desa tertinggal dan sangat tertinggal. Namun kenaikan desa mandiri masih minim dan tidak mencapai target dari RPJMN 2015-2019. Data-data IDM 2015 & 2018 merupakan data dari potensi desa (PODES) dalam hal ini potensi desa yang ada masih rendah di status desa berkembang dan tertinggal.

Kabupaten cianjur merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Barat dengan status desa nya masih berkembang dan tertinggal. Berikut adalah IDM Kabupaten Cianjur tahun 2018.

Jumlah

Sumber: KDPDTT (2018)

Gambar 2. Indeks Desa Membangun (IDM) tahun 2018 Kabupaten Cianjur

Berdasarkan gambar2, IDM Kabupaten Cianjur masih rendah pada status desa mandiri dan berkembang. Hal ini diperlukan cara untuk meningkatka dan memperbaiki pembangunan desa salah satunya adalah dengan menggunakan SIDEKA. SIDEKA merupakan sebuah aplikasi yang bekerja sama dengan pemerintah pusat dengan penggunaannya untuk pelayanan desa dan juga memetakan dan memperbaiki potensi desa (PODES). SIDEKA di Kabupaten Cianjur dimulai dari tahun 2016, dan sampai saat ini desa yang menerapkan SIDEKA berjumlah 40 desa atau 8.85% (SIDEKA, 2018).

Penerapan SIDEKA di 40 desa 48% atau 19 desa yang sudah menggunakannya sedangkan 52% atau 19 desa belum berhasil dalam penerapannya. Angka tersebut masih dinilai masih kecil jumlah desa yang menerapkannya dan desa mandiri, selain itu masih tingginya desa tertinggal dan sangat tertinggal di Kabupaten Cianjur. Sehingga sangat penting desa di Kabupaten untuk diberdayakan terutama yang pemanfaatan SIDEKA untuk meningkatkan IDM.

Berdasarkan deskripsi diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemanfaatan SIDEKA di Kabupaten Cianjur. (2) Merumuskan strategi kebijakan peningkatan pemanfaatan SIDEKA di Kabupaten Cianjur.

METODOLOGI PENELITIAN

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan primer dari 40 desa yang menerapkan SIDEKA di Kabupaten Cianjur pada tahun 2018. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian campuran/kombinasi (mixed method research). Metode penelitian campuran adalah kuantitatif sebuah pendekatan untuk menyelidiki suatu objek dengan mengombinasikan atau menghubungkan bentuk penelitian kualitatif (Creswel, 2009). Analsisis kuantitatif dilakukan dengan cara menggunakan motede confirmatory factor analisis (CFA). Sedangkan analisis kulitatitif dilakukan dengan cara metode strengths, weaknesses, opportunities dan threaths (SWOT).

Analsisis Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk mengkonfirmasi faktor yang mengukur tingkat keberhasilan SIDEKA sebagai variabel laten dalam penelitian ini dalam CFA. Variabel laten ini yaitu dengan mengukur indikator pendanaan SIDEKA, perkembangan desa, tingkat pemakaian SIDEKA, dan manajemen SDM sebagai second order dalam CFA. Data dari indikator-indikator disusun ke dalam variabel dari hasil kuesioner yang didapatkan di Kabupaten Cianjur sebagai first order dalam CFA.

Indikator penilaian first order yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendanaan, perkembangan desa, tingkat pemakaian SIDEKA, dan manajemen SDM. Berikut adalah indikator-indikator beserta dengan susunan didalamnya seperti: Indikator pendanaan disusun oleh dua variable anggaran SIDEKA (AS) dan dana desa (DD). Indikator perkembangan desa disusun oleh lima variable jarak Kabupaten (JKab), jarak Kecamatan (Jkc), jumlah penduduk (jpnddk), Luas Desa (LD), tingkat perkembangan desa (TPD). Indikator pemakaian SIDEKA disusun oleh empat variable data kependudukan (Kependudukan), data Keuangan (Keuangan), data pemberitaan (Pemberitaan), dan data pemetaan (Pemetaan). sedangkan indikator manajemen SDM disusun oleh tiga variable jumlah pendamping (JP), jumlah pelatihan pendamping (JPP), pendidikan pengelola (PP), pendamping SIDEKA (PS).

Analisis kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menginterpretasikan hasil data kuantitatif mengenai faktor mempengaruhi keberhasilan atau kesuksesan penerapan SIDEKA, kemudian memformulasikan strategi kebijakan dengan menggunakan SWOT sebagai metode perancangan strategi dan program. Tahapan yang perlu dilakukan dalam mengimplementasikan analisis SWOT adalah (pertama) menentukan internal dan eksternal dari matriks kolom strengths, weaknesses, opportunities dan threaths dan kedua melakukan pembuatan strategi SWOT hasil dari Strengths – Opportunities (S-O), Weaknesses – Opportunities (W-O), Strengths – Threaths (S-T), Weaknesses – Threaths (W-T).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesuksesan SIDEKA

Penelitian ini mengunakan batas loading factor 0.5, Nilai loading factor yang kurang dari 0.5 dikeluarkan dari model karena memiliki nilai convergent validity yang rendah (Ghozali 2008). Model awal second order CFA diketahui terdapat indikator yang memiliki loading factor yang kurang dari 0.5 (Gambar 3) sehingga indikator tersebut dikeluarkan dari model.

Gambar 3. Model second order CFA

Model second order CFA awal SIDEKA sebagai dasar data dari kuesioner yang dikumpulkan dari desa yang menerapkan SIDEKA. Tahapan selanjutnya yaitu Model second order CFA (gambar 4) akhir hasil olahan yaitu ada pada dibawah ini:

Gambar 4. Model second order CFA akhir

Model akhir second order CFA diketahui semua indikator telah memiliki loading factor yang lebih dari 0.5 (Gambar 5). Selain itu, nilai rata-rata untuk second order sudah memenuhi convergent validity yaitu nilainya semua di atas 0.5 (Tabel 1). Dari pengujian kedua yaitu composite reliability dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator memiliki nilai composite reliability cukup tinggi di atas 0.7 (Ghozali, 2008). Hasil uji composite reliability dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai AVE dan composite reliability

Indikator

Rata-rata

Composite Reliability

Manajemen SDM

0.878

0.966

Pendanaan SIDEKA

1.000

1.000

Perkembangan Desa

0.845

0.916

Tingkat Pemakaian SIDEKA

0.500

0.748

Sumber: Olahan Hasil data (2020)

Gambar 5. Nilai t-hitung model second order CFA

Gambar 5 menunjukkan semua loading factor pada second order signifikan pada taraf 5%. Hal ini ditunjukkan oleh nilai T statistik lebih dari T tabel (1.96). Begitu juga dengan second order tingkat keberhasilan SIDEKA yang signifikan direfklektifkan oleh dimensi first order faktor pendanaan SIDEKA, faktor perkembangan desa, faktor tingkat pemakaian SIDEKA, dan faktor manajemen SDM, dengan nilai T statistik lebih dari 1.96 (Tabel 2). Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan SIDEKA dapat diukur oleh keempat faktor tersebut.

Nilai loading factor terendah adalah faktor perkembangan desa sebesar 0.431. Hal ini menunjukan bahwa faktor perkembangan desa merupakan faktor paling lemah dalam mengukur tingkat keberhasilan SIDEKA. Nilai loading faktor tertinggi yaitu faktor manajemen SDM sebesar 0.907. Hal tersebut menunjukan bahwa faktor manajemen SDM merupakan faktor yang paling dominan dalam mengukur tingkat keberhasilan SIDEKA. Pada sebagian besar referensi bobot faktor sebesar 0.50 atau lebih dianggap memiliki validasi yang cukup kuat untuk menjelaskan konstruk laten (Hair et al., 2010)

Tabel 2. Nilai loading factor dan t-hitung setiap faktor

Uraian

Loading factor

T Statistik

Tingkat Keberhasilan SIDEKA -> Manajemen SDM

0.907

19.548

Tingkat Keberhasilan SIDEKA -> Pendanaan SIDEKA

0.797

11.736

Tingkat Keberhasilan SIDEKA -> Perkembangan Desa

0.431

2.540

Tingkat Keberhasilan SIDEKA -> Tingkat Pemakaian SIDEKA

0.696

5.886

Sumber: Olahan Hasil data (2020)

Metode Perancangan dan Program dengan Pendekatan Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threaths (SWOT).

Metode perancangan dan program dengan pendekatan SWOT digunakan untuk menentukan alternatif strategi dengan interaksi kombinasi antara internal dan eksternal dari hasil analisis dari CFA dan hasil dari wawancara dengan berbagai steakholder di kabupaten Cianjur. Penilaian dan persepsi para ahli (expert) terhadap faktor internal dan eksternal Pemerintah Kabupaten Cianjur digunakan dalam pendekatan analisis SWOT.

Pembobotan IFAS dan EFAS

Berdasarkan kajian literatur, gambaran umum kondisi Kabupaten Cianjur, penilaian melalui kuesioner dan hasil wawancara dengan stakeholder sebagai responden di lapangan, diperoleh faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal dan eksternal dihitung rata-rata baik secara horisontal maupun vertikal. Faktor-faktor internal yang memiliki rata-rata horisontal diatas rata-rata vertikal dikategorikan sebagai kekuatan atau peluang sedangkan faktor yang memiliki rata-rata horisontal dibawah rata-rata vertikal dikategorikan sebagai kelemahan atau ancaman. Faktor-faktor yang telah dikelompokkan selanjutnya diberi bobot untuk masing-masing faktor. Total bobot terhadap faktor-faktor internal adalah 1,00 karena faktor internal merupakan satu kesatuan. Faktor-faktor eksternal pun dilakukan pembobotan. Bobot tersebut kemudian dikalikan dengan ratingnya yaitu rata-rata hasil penilaian responden terhadap tingkat urgensi penanganan masalah. Aspek terpenting dalam urgensi adalah menyangkut soal waktu. Makin segera harus ditangani, maka bobot urgensinya semakin besar (Soesilo, 2002). Tabel 3 dan Tabel 4 memperlihatkan hasil pembobotan Internal Factors Analysis System (IFAS) dan External Factors Analysis System (EFAS).

Hasil pembobotan IFAS untuk kekuatan dan kelemahan diperoleh nilai untuk faktor-faktor kekuatan (4 faktor) adalah sebesar 9,30 sedangkan nilai akhir untuk faktor-faktor kelemahan adalah (tiga faktor) sebesar 4,00. Hal ini menunjukkan bahwa responden lebih memilih mengolah kekuatan terlebih dahulu dibandingkan dengan kelemahan. O 7,35. T 1,45 S 9,30. W 4.00.

Tabel 3. Pembobotan Internal Factor Analysis Strategy (IFAS)

No

Faktor strategis

Bobot

Rating

Skor

Kekuatan (S)

1

Dinas Kabupaten Cianjur (DPMD & DISKOMINFO)

0,20

3,00

0,61

2

Komitmen 40 Desa Menerapkan SIDEKA

0,30

3,00

0,89

Total Kekuatan

0,50

1,50

Kelemahan (W)

3

Pendidikan Pengelola

0,09

3,00

0,26

4

Alokasi Dana SIDEKA

0,09

3,00

0,26

5

Relawan TIK Cianjur

0,09

3,00

0,26

6

Jaringan Internet

0,09

3,00

0,26

7

Bantuan Dana SIDEKA Dari Kabupaten Cianjur

0,07

3,00

0,20

8

Monitoring Dan Evaluasi Dinas Kabupaten

0,09

3,00

0,26

Total Kelemahan

0,50

1,51

Total Kekuatan + Kelemahan

1,00

3,01

Sumber: Penilaian responden atas kuesioner SWOT

Tabel 4 Pembobotan Eksternal Factor Analysis Strategy (EFAS)

No

Faktor strategis

Bobot

Rating

Skor

Peluang (O)

1

Badan Aksesbilitas Telekomunikasi Dan Informasi (BAKTI)

0,17

4,17

0,73

2

Program Desa Jabar Juara

0,15

3,67

0,55

3

Operator Selular

0,17

3,33

0,58

Total Peluang

0,50

1,86

Ancaman (T)

4

Tenaga Pendamping SIDEKA

0,13

2,67

0,34

5

Monitoring Dan Evaluasi BP2DK

0,13

3,00

0,38

6

Belum Masuk Menjadi Program Desa Jabar Juara

0,13

2,33

0,30

7

Jumlah Pelatihan Pendamping

0,12

2,67

0,31

Total Ancaman

0,50

1,33

Total Peluang + Ancaman

1,00

3,20

Sumber: Hasil olahan (2020)

Hasil pembobotan EFAS untuk faktor eksternal diperoleh nilai untuk faktor-faktor peluang (empat faktor) adalah sebesar 9,50 sedangkan nilai akhir untuk faktor-faktor ancaman (tiga faktor) adalah sebesar 10,44. Hal ini menunjukkan bahwa responden memberikan respon yang lebih tinggi kepada faktor peluang dibandingkan faktor ancaman. Responden mengganggap bahwa Kabupaten Cianjur lebih mementingkan menangkap peluang karena urgensi lebih tinggi dari urgensi di ancaman. Jumlah total untuk faktor internal berjumlah 13,30 berarti pemerintahan Kabupaten Cianjur dan desa memiliki kekuatan yang cukup besar dalam meningkatkan kesuksesan penerapan SIDEKA. Jumlah total untuk faktor eksternal sebesar 8,80 juga menunjukan bahwa Kabupaten Cianjur dan desa memiliki kemampuan yang baik dalam merespon faktor-faktor eksternal.

Perumusan Strategi

Setelah melakukan pembobotan pada masing-masing faktor, disusunlah matriks interaksi IFAS-EFAS SWOT seperti pada Tabel 5 untuk merumuskan beberapa alternatif grand strategy. Matriks SWOT pada table 5 digunakan sebagai alat pencocokan yang penting yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi (David 2009). strategi kebijakan yaitu strengths – opportunities (SO), weaknesses – opportunities (WO), strengths – threaths (ST), weaknesses – threaths (WT) seperti pada tabel 5, strategi kebijakan menggunakan analisis SWOT.

Table 5. Matriks SWOT- Interaksi IFAS-EFAS

Kekuatan (S)

Kelemahan (W)

1. Dinas Kabupaten Cianjur (DPMD & DISKOMINFO)

  • 1.    Pendidikan pengelola

  • 2.    Alokasi dana SIDEKA

Internal     2. Komitmen 40     desa

menerapkan SIDEKA

Eksternal

  • 3.    Relawan        Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK) Cianjur

  • 4.    Jaringan internet

  • 5.    Bantuan dana SIDEKA dari Kabupaten Cianjur

  • 6.    Monitoring dan evaluasi dinas kabupaten

Peluang (O)                    Kekuatan-peluang (SO)

Kelemahan-peluang (WO)

1.

Badan Aksesbilitas 1. Strategi sinkronisasi Telekomunikasi dan kebijakan untuk informasi (BAKTI) pemanfaatan SIDEKA

1. Strategi mengalokasikan dan peningkatan dana SIDEKA (W2, W5, O2)

2.

Program desa Jabar Juara         antara desa, Kabupaten, dan

2. Strtaegi melakukan kerja

3.

operator selular / provider        provinsi Jawa Barat dalam

ruang lingkup Desa di kabupaten Cianjur (S1, S2, S3, O2,)

sama pendidikan dan pelatihan untuk pengelola (W1, W3, O1, O2)

3. Strategi        peningkatan

jaringan Informasi dan Komunikasi di Kabupaten Cianjur (W4, S3, O1, O3)

Ancaman (T)                 Kekuatan-ancaman (ST)         Kelemahan-ancaman (WT)

1.

Tenaga

SIDEKA

pendamping 1.

Strategi      meningkatkan

komitmen B2DK dalam

1. Strategi recruitment tenaga

pendamping

dan kerja

2.

Monitoring SIDEKA

dan evaluasi

penerapan SIDEKA. (S1, S2, T1, T2, T4)

sama pemanfaatan

peningkatan SIDEKA

3.

4.

Belum masuk menjadi 2. program desa jabar juara Jumlah           pelatihan

pendamping

Meningkatkan peran dinas pemberdayaan masyarakat dan desa dan dinas komunikasi, informatika, persandian dan statistic (S1, T3)

(W3, W6, T1, T2,T3, T4)

Perumusan strategi kebijakan peningkatan SIDEKA berdasasarkan pada pembobotan tabel IFAS-EFAS, Strength-Opportunity (SO), Weakness-Threat (WT), Weakness-

Opportunity (WO), Strength-Threat (ST). selanjutnya adalah membuat strategi prioritas. Strategi prioritas dibuat untuk mempercepat peningkatan pemanfaatan SIDEKA dengan program dan kegiatan yang tepat sesuai dengan masalah yang ada dan dibutuhkan dilapangan di Kabupaten Cianjur. Berikut tabel strategi prioritas peningkatan SIDEKA di Kabupaten Cianjur.

Tabel 6. Strategi prioritas peningkatan SIDEKA di Kabupaten Cianjur

Prioritas

Strategi

Nilai Bobot

1

Strength-Opportunity (SO)

1,50+1,86 = 3,6

2

Weakness-Opportunity (WO)

1,51+1,86 = 3,7

3

Strength-Threat (ST)

1,50+1,33 = 2,83

4

Weakness-Threat (WT)

1,51+1,33 = 2,84

Alternatif strategi yang memiliki nilai bobot paling tinggi adalah strategi WeaknessOpportunity (WO) dengan nilai bobot sebesar 3,7. Strategi WO yaitu strategi yang menggunakan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Strategi ini adalah yang paling murah karena dengan bekal yang paling sedikit dapat didorong kekuatan yang sudah ada untuk maju (Soesilo, 2002). Kondisi menguntungkan dimiliki oleh Pemerintah desa dan Pemerintah Kabupaten Cianjur karena dari sisi internal Pemerintah desa dan Pemerintah Kabupaten Cianjur memiliki kekuatan yang lebih besar dari pada ancaman. Di dalam strategi WO, terdapat tiga strategi kecil yang akan diurutkan kembali berdasarkan pertimbangan pada peluang yang paling besar. Peluang yang paling besar dalam strategi WO ini adalah mengalokasikan dan peningkatan dana SIDEKA. Kedua, melakukan kerja sama pendidikan dan pelatihan untuk pengelola. Selanjutnya fucos strategi pada StrengthOpportunity (SO) dengan nilai bobot sebesar 3,6. Weakness-Threat (WT) dengan nilai bobot sebesar 2,84, Strength-Threat (ST)dengan nilai bobot sebesar 2,83.

Perumusan program dari analisis SWOT pada Tabel 5 diatas, selanjutnya menentukan tahun pelaksanaan dan pelaksana dari strategi, program, kegaiatan, tahun pelaksanaan dan penanggung jawab pelaksana pada masing-masing strategi seperti pada Tabel 7. Hal ini dibutuhkan untuk meningkatkan Strategi Peningkatan Sistem Informasi Desa dan Kawasan (SIDEKA) di Kabupaten Cianjur.

Tabel 7 Strategi program dan kegiatan peningkatan SIDEKA di Kabupaten Cianjur

Tahun pelaksana

Strategi

Program

Kegiatan

I

II

III

Pelaksana

(Strtategi WO) mengalokasikan dan meningkatkan dana SIDEKA

peningkatan alokasi dana SIDEKA

kebijakan kebutuhan anggaran penggunaan SIDEKA

Peningkatkan bantuan dana desa

Melakukan pembinaan dan pendampingan desa Sosialisasi manfaatan SIDEKA

X

X

X

X

DPMD,

DISKOMINFOSANTIK

BAPEDA

(Strategi WO) kerja sama bidang 122ndicator122 dan pelatihan pengelola,

Pendidikan dan Pelatihan Pengelola SIDEKA

Melakukan kerja sama dengan stakeholder TIK yang ada di Kabupaten Cianjur

X

DPMD,

DISKOMINFOSANTIK, BP2DK, Stekholder/ organisasi TIK

(Strategi WO) Peningkatan Sistem Jaringan Informasi dan Komunikasi

Peningkatan kerja sama dengan pihak swasta dengan membangun BTS dan jaringan internet Peningkatan bantuan internet parabola untuk daerah yang memiliki akses intenet didaerah pinggiran atau wilayah terpencil

Peningkatan pembangunan BTS dan jaringan intenert

Pemberian bantuan parabola desa pinggiran dan wilayah terpencil

X

X

X

X

X

X

DPMD, DISKOMINFOSANTIK BAPEDA, Swasta, BUMN. BAKTI KOMINFO

(Strategi SO) Sinkronisasi kebijakan    untuk

pemanfaatan SIDEKA    antara

desa, Kabupaten, dan Provinsi Jawa Barat dalam ruang lingkup desa di Kabupaten Cianjur.

Sinkronisasi Kebijakan Pemanfaatan SIDEKA dari desa, Kabupaten, Provinsi Jawa Barat

Pembentukan konsolidasi antar Organisasi Perangkat Daerah (OPD) desa digital di Kabupaten Cianjur dengan Provinsi Jawa Barat

X

DPMD,

DISKOMINFOSANTIK

BAPEDA

(Strategi WT) melakukan recruitment tenaga pendamping SIDEKA.

Recruitment tenaga pendamping SIDEKA

Recruitment pengelola TIK SIDEKA

X

X

X

DPMD, DISKOMINFOSANTIK, BP2DK

(Strategi ST) meningkatkan peran peran         dinas

pemberdayaan masyarakat dan desa dan           dinas

komunikasi, informatika, persandian

Peningkatan Peran Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Dan Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian

Monitoring dan evaluasi penerapan SIDEKA di Kabupaten Cianjur oleh dinas pemberdayaan masyarakat dan desa. Dan dinas komunikasi, informatika, persandian. Penyusunan 122ndicator rencana kerjabersama dengan BP2DK dan stekholder

X

X

X

X

X

X

DPMD,

DISKOMINFOSANTIK

BAPEDA

Strategi ST) Strategi meningkatkan komitmen BP2DK

Peningkatan peran BP2DK dalam SIDEKA

Monitoring dan evaluasi penerapan SIDEKA di

DPMD,

DISKOMINFOSANTIK, BP2DK

dalam penerapan SIDEKA


Kabupaten Cianjur oleh BP2DK

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasiklan penerapan SIDEKA di Kabupaten Cianjur adalah pendanaan alokasi SIDEKA dan Sumber daya manusia (SDM) pendidikan pengelola dan pendamping SIDEKA. Analisis terhadap faktor internal dan eksternal menghasilkan beberapa alternatif strategi. Strategi yang menempati urutan prioritas I yaitu Weakness-Opportunity (WO) yaitu: pertama, mengalokasikan dan peningkatan dana SIDEKA. Kedua, melakukan kerja sama pendidikan dan pelatihan untuk pengelola. Ketiga, peningkatan jaringan Informasi dan Komunikasi di Kabupaten Cianjur. Strategi lainnya yang telah dirumuskan melalui analisis SWOT dapat dilakukan Pemerintah desa, dan juga pemerintah Kabupaten Cinajur dengan memperhatikan urutan prioritas dan pengaturan waktu.

Saran

Bagi BP2DK adalah melakukan kerja sama dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dalam monitoring, evaluasi dan meningkatkan tenaga pendamping. Bagi desa-desa yang menerapkan SIDEKA adalah memberikan perhatian pendanaan SIDEKA, dan SDM dari pengelola SIDEKA. Dalam penelitian ini juga terdapat kendala berupa perolehan data yang kurang memadai. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya, dengan menggunakan lebih banyak data pengamatan untuk dianalisis mudah-mudahan dapat diperoleh hasil penelitian yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

[BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2014. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015–2019. Buku III Agenda Pembangunan Wilayah. Jakarta (ID).

[BP2DK] Badan Prakarsa Pemberdayaan Desa dan Kawasan. 2018. BP2DK. [diunduh 2018 September 15]. Tentang BP2DK. http://bp2dk.id/ttg-bp2dk/

[KDPDTT] Kementrian Desa, Pembangunan Daerah, Tertinggal dan Transmigrasi. 2018. Indeks Desa Membangun 2018. Jakarta (ID).

[Undang-Undang Republik Indonesia] 2014. Desa Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014.

[Undang-Undang Republik Indonesia] 1999. Telekomunikasi. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi.

Badri M. 2016. Pembangunan Pedesan Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Studi pada Gerakan Desa Membangun). Jurnal Risalah 27 (2): 62-73.

Creswell, JW. 2009. Research Design Pendekatan Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Penerjemah Achmad Fawaid.

David F. 2009. Manajemen Strategis: Konsep. Edisi tujuh. Jakarta (ID): Salemba Empat.

Ghozali I. 2008. Structural Equation Modeling. Metode Alternatif dengan Partial Least Square (PLS). Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Ginting M D 2017. Implementasi Desa Broadband Terpadu (studi pada Enam Penerima Program Desa Broadband Terpadu di Daerah Perbatasan). Jurnal Penelitian Komunikasi dan Pembangunan (PIKOM) 18 (1): 19-30.

Hariyanti P 2017. Peran Relawan TIK dalam Program Desa Broadband Terpadu Cikadu, Cianjur, Jawa Barat. Jurnal Komunikasi 12 (1): 19-34.

Joseph F. Hair Jr. William C. Black Barry J. Babin Rolph E. Anderson Seventh Edition (2010). Multivariate Data Analysis (7th Ed.) Boston: Pearson.

Kelen Y P K, Mamoh O, Fallo G. 2017. Workshop Sistem Informasi Desa dan Kawasan (SIDEKA) Desa Sekon, Kecamatan Insana. Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat).1 (2) 1-9.

Maharani S P. 2017. Analisis Pemerintahan dalam Pelayanan Publik dengan Sistem Informasi Desa dan Kawasan pemalang (SIDEKEM) (Studi Kasus di Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang). Jurnal Ilmu Pemerintahan Undip. 6 (04) 1-14.

Mayowan Y. 2017. Penerapan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Di Desa (Studi Kasus di Kabupaten Lamongan). PROFIT (JURNAL ADMINISTRASI BISNIS), 10 (1): 14-23.

[SIDEKA] Sistem Informasi Desa dan Kawasan. Platform Tata Kelola Desa. 2018. SIDEKA. [Internet diunduh 2018 Mei 12]. Bakti, kualitas data SIDEKA. https://monitor.SIDEKA.id/statistics?id=10.

Soesilo NI. 2002. Manajemen Strategik di Sektor Publik (Pendekatan Praktis) Buku II. Jakarta: FE UI.

Suharyana S.S. 2015. Konsepsi Data Sistem Informasi Desa dan Kawasan. Badan Prakarsa Pemberdayaaan desa dan Kawasan (BP2DK). Jakarta.

Kusuma, et al., Strategi…|124