Jurnal Manajemen Agribisnis

Vol.6, No.2, Oktober 2018

ISSN: 2355-0759

ANALISIS USAHATANI UNIT BISNIS TANAMAN MUSIMAN DI KEBUN PERCOBAAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2017

Analysis of Seasonal Crop Business Unit Farming At the Faculty of Agriculture's Experimental Garden Udayana University in 2017

Ida Ayu Listia Dewi, I Ketut Rantau

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRACT

Urban Agriculture is agricultural activity carried out in urban areas. Urban development is running fast. Many shifting agricultural land causes agricultural land in urban areas to become narrow. Denpasar is one example of an urban area that has narrow agricultural land. The choice of the type of product to be cultivated in a narrow area is very important to generate business profits. The purpose of this study was to compare the most profitable seasonal farming activities for urban farming. This research was conducted at the Faculty of Agriculture's Experimental Garden in Unud. Data used such as production, selling price, and production input costs incurred in each of the plant cultivation in the garden during 2017. Respondents used were deliberately determined namely the chairman and treasurer of the plantation manager and also responsible for production and sales. Data analysis used the Gross Margin approach to see which farming activities were the most profitable. The results showed that during the first planting season conducted in February until June 2017 several farming activities were carried out, namely sweet corn farming, Golden melon, Rokcy Melon, Raw Chili, Tomato, and Round Eggplant. The most profitable business is golden melon farming with gross margin value of Rp 797,700 per 100 m2. In the second planting season carried out in July until November 2017 some farming activities were carried out namely Round Eggplant, Raw Chili, Tomato, Glutinous Corn, Sweet Corn, Golden Melon, and Rokcy Melon. The most profitable business in the second planting season is Melon Golden with a Gross Margin value of 881.117 per 100m2.

Keywords: urban, narrow, farming, gross margin

ABSTRAK

Pertanian Perkotaan adalah aktivitas pertanian yang dilakukan di daerah perkotaan. Daerah perkotaan pembangunannya berjalan cepat. Banyak lahan pertanian beralih menyebabkan lahan pertanian di daerah perkotaan menjadi sempit. Denpasar merupakan salah satu contoh daerah perkotaan yang memiliki lahan pertanian sempit. Pemilihan jenis produk yang akan dibudidayakan di lahan sempit sangat penting untuk menghasilkan keuntungan usaha. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan aktivitas usahatani tanaman musiman yang paling menguntungkan untuk usahatani perkotaan. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Fakutlas Pertanian Unud. Data yang dipergunakan seperti produksi, harga jual, dan biaya input produksi yang dikeluarkan pada masing-masing budidaya tanaman di kebun selama tahun 2017. Responden yang dipergunakan ditentukan secara sengaja yaitu ketua dan bendahara pengelola kebun dan juga penanggungjawab produksi dan penjualan. Analisis data digunakan pendekatan Gross Margin untuk melihat mana keiatan usahatani yang paling menguntungkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada musim tanam pertama yang dilakukan pada bulan februari sampai juni 2017 dilakukan beberapa aktivitas usahatani yaitu usahatani jagung manis, melon Golden, Melon Rokcy, Cabe Rawit, Tomat, dan Terung Bulat. Usaha yang paling menguntungkan adalah usahatani melon golden dengan nilai gross Margin sebesar Rp 797.700 per 100m2. Pada Musim tanam kedua dilakukan pada bulan juli sampai nopember 2017 dilakukan beberapa kegiatan usahatani yaitu Terung Bulat, Cabe Rawit, Tomat, Jagung Ketan, Jagung Manis, Melon Golden, dan Melon Rokcy. Usaha yang paling menguntungkan dimusim tanam kedua adalah Melon Golden dengan nilai Gross Margin sebesar 881.117 per 100m2.

Kata kunci: perkotaan, sempit, usahatani, gros margin

PENDAHULUAN

Perkotaan merupakan kawasan yang mengalami perkembangan yang sangat cepat. Kondisi ini

disebabkan perkotaan sering menjadi sentra pemerintahan yang diikuti dengan pembangunan-pembangunan di segala bidang. Pendidikan, layanan publik, kesehatan, ekonomi, komunikasi, dan

Ida Ayu Listia Dewi, et al., Analisis..|48

transportasi dibangun secara serentak di daerah perkotaan. Pembangunan disegala bidang di perkotaan dilakukan untuk mempercepat pergerakan ekonomi masyarakat khususnya di daerah tersebut.

Dampak yang diterima atas pesatnya perkembangan perekonomian di daerah perkotaan tentu saja tidak selalu posif, ada juga dampak negatif yang

diakibatkan. Pembebasan lahan banyak dilakukan di daerah perkotaan untuk melakukan pembangunan. Ini yang mengakibatkan lahan pertanian semakin sedikit di daerah perkotaan. Kondisi ini juga terjadi di Kota Denpasar.

Luas lahan pertanian di Kota Denpasar dari tahun ke tahun semakin berkurang. Ini dapat dilihat dari data BPS (2017) sebagai berikut

Tabel 1. Perkembangan Luas Lahan Pertanian di Kota Denpasar Tahun 2014-2016

Kecamatan

Luas Lahan Sawah (ha)

2014                   2015                    2016

Denpasar Timur

Denpasar Barat

Denpasar Selatan

Denpasar Utara

Total

693                      701                      695

256                    251                     245

845                    820                     816

712                    707                     688

2.506                     2.479                      2.444

Sumber: Dinas Pertanian Kota Denpasar, 2015, 2016, dan 2017

Tabel 1 di atas maenunjukkan bahwa teradi penurunan luas lahan pertanian di Kota Denpasar setiap tahunnya. Penurunan luas lahan sawah terjadi hampir disemua kecamatan kecuali Denpasar Timur sempat meningkat di tahun 2015. Kecamatan yang relatif banyak penurunan luas lahan sawah adalah Denpasar Utara dan Denpasar Selatan. Ini menunjukkan alih fungsi lahan di kedua kecamatan tersebut paling banyak terjadi. Berkurangnya jumlah lahan sawah tidak diikuti oleh pengurangan jumlah penduduk di Kota Denpasar. Menurut BPS Provinsi Bali (2017) jumlah penduduk Kota Denpasar tahun 2015 adalah sebesar 880,6 ribu jiwa dan jumlah penduduk Kota Denpasar tahun 2016 sebesar 897,3 ribu jiwa. Terjadi peningkatan jumlah penduduk Kota Denpasar sebesar 16,7 ribu jiwa selama setahun.

Kesenjangan antara luas lahan pertanian yang semakin berkurang dengan perkembangan jumlah penduduk yang semakin bertambah berdampak pada ketersediaan sumber pangan di Kota Denpasar. Jumlah produksi pangan di Kota Denpasar dilihat dari semakin berkurangnya lahan pertanian, tentunya tidak sebanding dengan beban jumlah penduduk yang besar. Kondisi ini akan mengakibatkan Kota Denpasar tergantung dari produksi pangan daerah lainnya. Ini berdampak negatif bagi masyarakat Kota Denpasar.

Pemerintah Kota Denpasar mencanangkan Program Pertanian Perkotaan, untuk mengatasi permasalahan tersebut dia atas. Pertanian perkotaan menurut Deputi Gubernur bidang tataruang dan lingkungan hidup Jakarta (2017) bahwa pertanian perkotaan adalah praktek budidaya, pemrosesan, dan distribusi bahan pangan di atau sekitar kota. Pertanian perkotaan juga bisa melibatkan peternakan, budidaya perairan, wantani, dan hortikultura. Dalam arti luas, pertanian perkotaan mendeskripsikan seluruh sistem produksi yang terjadi di perkotaan. Mengingat daerah perkotaan umumnya memiliki lahan yang sempit, maka pertanian perkotaan identik dengan bercocok tanam di lahan yang sempit. Dinas Pertanian berupaya mendorong, memotivasi masyarakat perkotaan melaksanakan gerakan

lingkungan hijau melalui Program Urban Farming yang bertujuan untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat juga untuk menciptakan lapangan kerja baru sektor non formal (Junainah dkk, 2016).

Kegiatan usahatani di lahan sempit juga dapat mendatangkan keuntungan, bila masyarakat tani diperkotaan mampu memilih produk yang memiliki nilai jual tinggi. Berdasarkan hal tersebut petani juga dapat memadukan dua atau lebih jenis produk yang mampu memberikan keuntungan lebih besar.

Jenis produk buah atau sayuran yang cocok dibudidayakan di daerah Kota Denpasar tentunya harus disesuaikan denga kondisi agroklimat setempat. Produk yang cocok dengan kondisi agroklimat Kota Denpasar adalah jagung, cabe dataran rendah, tomat dataran rendah, terong, sayur sawi, kangkung, bayam, buah melon, semangka, dan masih banyak yang lainnya. Produk-produk tersebut dapat dipilih oleh petani mana yang harus diproduksi agar menghasilkan keuntungan. Pada tulisan ini akan diberikan beberapa perbandingan produk hortikultura yang dapat memberikan keuntungan usahatani yang paling tinggi. kegiatan penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Unud, sebagai salah satu tempat percontohan kegiatan pertanian perkotaan. Melalui percontohan ini akan dilihat besarnya pendapatan usahatani (dengan pendekatan gross margin) beberapa perbandingan produk dilahan sempit.

METODE

Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Udayana, yang terletak di Jalan Pulau Moyo, Desa Pedungan, Denpasar Selatan. Pemilihan lokasi ditentukan dengan Metode Purposive yaitu pemilihan lokasi secara sengaja berdasarkan pertimbangan yaitu adanya keinginan pengelola kebun percobaan untuk mengembangkan kajian-kajian terkait evaluasi kegiatan maupun perencanaan kegiatann usahatani di tahun mendatang.

Data Penelitian

Jenis data yang akan pergunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan (scoring) dan data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat, kata, atau gambar (Sugiyono, 2009).

Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah kuantitas bibit yang akan dipergunakan, harga bibit, kuantitas kebutuhan pupuk dan obat-obatan, harga pupuk dan obat-obatan, jumlah produksi masing-masing produk, dan harga jual hasil produksi. Sedangkan data kualitatif dalam penelitian ini adalah gambaran kegiatan usahatani yang dilakukan di Kebun Percobaan. Biaya tenaga kerja tidak dimasukkan dalam perhitungan karena pengelola kebun tidak bertanggungjawab untuk membayar tenaga kerja. Tenaga kerja kebun percobaan dibayarkan oleh Universitas Udayana sebagai tenaga kerja kontrak.

Metode Penelitian

Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut.

  • 1.    Observasi     adalah    penelitian    dengan

menggunakan pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian meninjau kondisi di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Unud.

  • 2.    Wawancara yaitu dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan pengelola dan tenaga kerja Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Unud.

  • 3.    Studi kepustakaan, yaitu dengan membaca beberapa literatur bacaan yang mendukung penelitian ini.

Tabel 2. Variabel, Indikator, dan Parameter Penelitian

Populasi, Sampel, dan Responden

Populasi penelitian ini adalah unit bisnis yang merupakan satu unit lembaga/perusahaan, sehingga tidak dapat dilakukan metode sampling. Penelitian ini mempergunakan informan kunci untuk menggali informasi lebih dalam mengenai data penelitian. Penentuan informan kunci ditentukan secara purposive, yaitu secara sengaja berdasarkan pertimbangan mereka yang mengetahui dan ikut berkecimpung dalam budidaya masing-masing produk yang dihasilkan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Udayana tahun 2017, yaitu sebagai berikut.

  • 1.    Ketua pengelola kebun sebagai kepala penanggungjawab kegiatan kebun.

  • 2.    Bendahara pengelola kebun sebagai pengelola keuangan kebun termasuk unit bisnis.

  • 3.    Penanggungjawab lapangan yaitu bidang produksi di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Unud.

  • 4.    Para tenaga kerja lapangan sebanyak tiga (3) orang, sebagai pelaksana lapangan pada usahatani tanaman musiman tahun 2017.

Variabel Penelitian dan Batasan Operasional Variabel

Secara istilah sederhana, elemen-elemen penting dalam penelitian ini, ditungkan dalam bentuk variabel, indikator, dan parameter berikut. Variabel penelitian disesuaikan dengan ketiga rumusan masalah penelitian. Lebih jelasnya variabel, indikator, dan parameter dapat dilihat pada tabel berikut.

Variabel abstrak

Vara e                            Variabel terukur                 Jenis data

indikator

Kinerja Usahatani (Gross Margin)

  • 1.    Jumlah produksi masing-masing usahatani musiman yang diusahakan di

  • a. Penerimaan riil                 kebun sepanjang tahun 2017                Nominal

  • 2.    Harga jual produk yang dihasilkan di kebun sepanjang tahun 2017

  • 1.    Kuantitas kebutuhan bibit dan harga belinya

  • 2.    Kuantitas kebutuhan pupuk dan harga

  • b. Biaya variabel                                                            Nominal

belinya

  • 3.    Kuantitas kebutuhan obat-obatan dan harga belinya

Metode Analisis

Setelah data terkumpul dalam penelitian ini, maka data akan ditabulasi terlebih dahulu disesuaikan dengan kebutuhan analisis. Setelah Tabulasi mata data akan dianalisis secara deskriptif baik berupa deskriptif kuantitatif ataupun kualitatif, disesuaikan dengan tujuan penelitian. Tujuan penelitian yaitu membandingkan nilai gross margin beberapa tamana musiman yang diusahakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian selama tahun 2017, sehingga

dapat diketahui kegiatan usahatani mana yang paling menguntungkan. Nilai Gross Margin diukur dengan cara sebagai berikut.

GMi = Ri – TVCi

dimana,    Ri = Pi x Qi

GMi = Gross Margin usahatani produk i (i = cabe, tomat, terong bulat, jagung manis, jagung ketan, melon golden, dan melon rocky

Ri     = penerimaan kotor usahatani produk i

TVCi =  total biaya veriabel usahatani produk i

Pi      =  harga jual hasil produksi usahatani i (Rp/kg)

Qi     =  Kuantitas hasil produksi usahatani i (kg)

HASIL PENELITIAN

Menurut Mougeot (1999) pertanian perkotaan (urban farming) diartikan sebagai bercocok tanam tanaman pangan dan memelihara hewan pangan (peternakan atau perikanan) pada dan di sekitar wilayah kota. Peran pertanian perkotaan adalah (1) menjaga akses terhadap pangan, (2). Menjaga akses pangan dekat dengan konsumen di perkotaan, (3) Mengurangi kemungkinan timbulnya dampak negatif pertanian pangan pada ekologi perkotaan, dan (4). Mengendalikan aktivitas alih fungsi lahan pertanian. Aktivitas usahatani di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian merupakan salah satu contoh penerapan pertanian lahan sempit.

Kebun Percobaan Fakultas Pertanian berlokasi di Jalan Pulau Moyo Desa Pedungan Denpasar Selatan. Luas kebun secara keseluruhan sekitar 1,8 hektar, namun tidak seluruhnya diperuntukkan sebagai lahan usahatani. Sebagian luasan kebun terdiri dari kantor pengelola, gudang peralatan, gudang hasil panen, ruang rapat pengelola, ruang kelas sebagai kegiatan praktikum, laboraturium, dan rumah kaca. Kebun juga memiliki fasilitas jogging trak dan taman internet. Setengah dari luas total dipergunakan sebagai aktivitas usahatani.

Aktivitas usahatani yang dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Unud sebagain dipergunakan untuk produksi tanaman tahunan dan sebagian dipergunakan sebagai produksi tanaman musiman. Tanaman musiman dipergunakan sebagai percontohan untuk dapat diaplikasikan pada petani perkotaan yang ada disekitar Denpasar. Musim tanam pada tanaman musiman dilakukan sebanyak

dua kali dalam setahun. Deskripsi masing-masing musim tanam akan diuraikan pada bagian berikut.

Perbandingan Gross Margin pada Masing-masing Produk Usahatani Musim Tanam I

Aktivitas usahatani pada Musim Tanam I dilakukan pada bulan Pebruari sampai bulan Juni 2017. Pada waktu ini adalah peralihan musim hujan ke kemarau. Ada beberapa produk yang diusahatanikan pada musin tanam I di kebun Percobaan Fakultas Pertanian antara lain jagung manis, Melon Golden, Melon Rokcy, Cabe Rawit, Tomat, dan Terung Bulat. Pemilihan produk tersebut dilihat dari kesesuaian produk terhadap agroklimat lahan garapan.

Sumber input produksi terdiri dari kebutuhan bibit dan pupuk. Setiap bibit yang dipergunakan dalam aktivitas usahatani diperoleh dengan cara membeli di kios-kios pertanian. Jenis pupuk yang dipergunakan dalam kegiatan budidaya adalah pupuk organik kotoran sapi dan urea lengkap dan diberikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing tanaman. Penggunaan tenaga kerja tidak diperhitungkan dalam perhitungan ini karena tenaga kerja yang dipergunakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Unud tidak dibayarkan oleh pengelola melainkan dibayarkan oleh Universitas Udayana.

Sesuai dengan tujuan penulisan adalah ingin membandingkan kegiatan usaha yang paling menguntungkan maka terlebih dahulu satuan luas lahan garapan harus disamakan yaitu 100 M2. Hasil perhitungan Gross Margin pada musim tanam I dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Nilai Gross Margin Pada Masing-masing Produk Pada Musim Tanam I per Satuan Luas Lahan Garapan 100 m2

No

Jenis Produk            Penerimaan          Biaya Variabel          Gross Margin

1

2

3

4

5

6

Jagung Manis                          60.000                   98.667                 -38.667

Melon Golden                       1.216.000                  418.300                797.700

Melon Rokcy                        1.149.200                  381.572                767.628

Cabe Rawit                         1.224.000                  600.163                623.837

Tomat                               765.000                  708.163                  56.837

Terong bulat                          2.430.000                   620.497                1.809.503

Berdasarkan perhitungan yang ada pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa terdapat empat jenis produk hortikulkura yang dapat memberikan keuntungan yang terlihat dari nilai Gross Marginnya, yaitu Terong Ungu, Melon Golden, Melon Rokcy, dan Cabe Rawit. Terdapat dua produk yang tidak bisa memberikan keuntungan bagi produsen yaitu jagung manis dan tomat. Jagung manis tidak memberikan keuntungan karena panen musin tanam I tahun 2017,

kualitas produksi jadung sangat rendah akibat kurangnya penggunaan pupuk yang optimal. Pengelola memutuskan menjual jagung secara tebasan dengan nilai sebesar Rp 450 per LLG (750m2). Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agustyari, dkk (2013) yang menyatakan bahwa rata-rata pendapatan usahatani jagung manis hasil penelitian di Subak Delod Sema, Desa Kesiman Petilan, Kecaatan

Denpasar Timur adalah sebesar Rp 9.263.218/ha, atau sama dengan Rp 92.632/100m2 lebih tinggi dari hasil penelitian ini. Pengembangan usahatani jagung manis di Subak Delod Sema, padanggalak, Kesiman Petilan, Denpasar juga menunjukkan hasil produktivitas yang rendah. Kondisi ini disebabkan adanya keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh petani, baik keterbatasan lahan, modal, dan pengetahuan. Keterbatasan akses terhadap sarana produksi seperti bibit, pupuk, dan obat-obatan mengakibatkan harga input produksi semakin meningkat, hal ini mengakibatkan biaya produksi usahatani jagung manis menjadi tinggi. Disatu sisi harga jual jagung manis cenderung berfluktuasi. Mesikipun secara nominal harga jagung manis tinggi akan tetapi biaya yang dikeluarkaan petani juga tinggi.

Usahatani yang paling menguntungkan di Musing Tanam I adalah Terong bulat. Terong bulat produksinya cukup tinggi yaitu sebesar 487kg/100m2 dengan harga jual yang sering diperoleh sebesar Rp 5000. Menurut Ariati (2017) bahwa prospek budidaya tanaman terong makin baik untuk dikelola secara intensif dan komersial dalam skala agribisnis. Permintaan terong sangat tinggi. Penelitiannya

menunjukkan, tanaman terung yang ditanaman di lahan pekararangan pada polibag sangat subur. Berdasarkan hasil penelitian Arianti dapat di yakini bahwa budidaya terong khususnya terong bulat cocok diusahakan di daerah perkotaan.

Perbandingan Gross Margin pada Masing-masing Produk Usahatani Musim Tanam II

Musim Tanam II dilakukan pada bulan Juli sampai Nopember 2017. Musim tanam II berada pada peraliha musim kemarau ke musim hujan. Produk yang diusahakan lebih banyak variasinya dibandingkan dengan musin tanam sebelumnya. adapun variasi produk yang diusahakan pada musim tanam II adalah Terong Bulat, Cabe Rawit, Tomat, Jagung Ketan, Jagung Manis, Melon Golden, dan Melon Rocky.

Sama halnya dengan musim tanam I, input produksi yang dipergunakan pada musim Tanam II adalah bibit dan pupuk. Pada musim tanam II semua sarana produksi diperoleh dengan membeli dari kios-kios pertanian. Adapun perhitungan Gross Masgin sebagai pendekatan untuk melihat keuntungan usahatani dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Nilai Gross Margin Pada Masing-masing Produk Pada Musim Tanam II per Satuan Luas Lahan Garapan 100 m2

No

Jenis Produk

Penerimaan

Biaya Variabel

Gross Margin

1

Terung Bulat

1.066.667

635.311

431.356

2

Cabe Rawit

871.795

384.056

487.739

3

Tomat

722.500

634.543

87.957

4

Jagung Ketan

133.333

93.304

40.030

5

Jagung Manis

200.000

138.710

61.290

6

Melon Golden

1.398.058

516.942

881.117

7

Melon Rocky

750.000

349.711

400.289

Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa nilai gross margin tertinggi adalah Melon Golden, ini menunjukkan usahatani Melon Golden memberikan keuntungan tertinggi yaitu Rp 881.117. Produksi Melon Golden per 100 m2 adalah sebesar 155 kg dengan harga jual sebesar Rp 9000. Usahatani produk Jagung Ketan, Jagung Manis, dan Tomat terlihat sangat rendah disebabkan karena harga jual produk yang rendah yaitu masing-masing harga yang sering muncul yaitu Rp 5000. Pada musim tanam II hasil produksi usahatani tidak terlalu baik karena jumlah produksinya rendah. Produksi rendah di musim tanam II dipengaruhi karena musim hujan yang kurang bersahabat dengan kegiatan usahatani. Menurut Suardi dkk (2016) bahwa produk usahatani melon di Kecamatan Muara Batu dan Dewantara memiliki prospek yang baik karena meberikan manfaat keuntungan usahatani. Pendapatan usahatani Melon yang diperoleh dalam penelitiannya adalah sebesar Rp. 20.703.051/ha atau sebesar Rp 207.030/1002. Nilai ini seolah olah lebih rendah disebabkan perbedaan jenis varietas yang dipergunakan. Ini menunjukkan bahwa produk usahatani melon khususnya melon golden memberikan keuntungan usaha dan dapat dijadikan alternatif pilihan untuk usahatani di daerah perkotaan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan uraian pembahasan dibagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan hah-hal berikut.

  • 1.    Bila dibandingkan jenis-jenis produk dari kegiatan usahatani pada musim tanam I yang terdiri dari usahatani Jagung Manis, Melon Golden, Melon Rocky, Cabe Rawit, Tomat, dan Terung Bulat maka usahatani produk Golden Molon paling menguntungkan yaitu senilai Rp 797,700 per 100 m2, di susul oleh Melon Rocky, dan Cabe Rawit.

  • 2.    Bila dilihat dari perbandingan Gross Masgin dari kegiatan usahatani di musim tanam II seperti Terung Bulat, Cabe Rawit, Tomat, Jagung Ketan, Jagung Manis, Melon Golden, dan Melon Rocky, maka kegiatan usahatani yang menghasilkan keuntungan paling baik adalah Usahatani Melon Golden dengan nilai sebesar Rp 881.117 per 100m2 lahan garapan.

Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut.

  • 1.    Bila masyarakat tani perkotaan yang ada di sekitaran Denpasar ingin menerapkan sistem pertanian perkotaan maka ada baiknya mempertimbangkan pemilihan produk usahatani Melon Golden.

  • 2.    Analisis resiko perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana resiko usahatani, karena setiap aktivitas di sektor pertanian mengandung faktor resiko yang lebih tinggi mengingat produk pertania merupakan produk yang sensitif terhadap perubahan alam.

UCAPAN TERIMAKASI

Ucapan terimakasi diucapkan kepada Rektor Universitas Udayana melalui Ketua LPPM dan Pimpinan Fakultas Pertanian Universitas Udayana yang telah memberikan bantuan dana penelitian dari Anggaran Dipa PNBP tahun 2017. Terimakasih juga disampaikan kepada seluruh responden dan informan kunci yang sudah menberikan informasi pada penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Agustyari, Ni Ketut, I Made Antara, dan I Gusti Ayu Agung Lies Anggreni. 2013. Perbandingan Pendapatan Usahatani Jagung Manis dan Padi di Subak Delod Sema Padanggalak Desa Kesiman Petilan Kecamatan Denpasar Timur. E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata. Vol. 2, No. 4, Oktober 2013. ISSN: 23016523. Hal: 224-235.

Ariati, Putu Eka Pasmidi. 2017. Produksi Beberapa Tanaman Sayuran dengan Sistem Vertikultur di Lahan Pekarangan. AGRIMETA Vol.7 No. 13 April 2017 ISBN : 2088-2521. Hal: 76-86.

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2017. Bali Dalam Angka 2017. Badan Pusat Statistik. Denpasar.

Deputi Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup. 2017. Laporan Kegiatan

Bulan Desember 2017. Diunduh pada https://www.academia.edu/35836034/.

Diakses tanggal 10 September 2018.

Dinas Pertanian Kota Denpasar. 2015. Perkembangan Luas Lahan Sawah dan Lahan Kering Kota Denpasar Tahun 2014. Diunduh pada https://pertanian.denpasarkota.go.id/index.ph p/. Diakses pada tanggal 15 September 2018.

Dinas Pertanian Kota Denpasar. 2016. Perkembangan Luas Lahan Sawah Dan Lahan Kering Menurut Penggunaannya Tahun 2015 Di Kota Denpasar. Diunduh pada https://denpasarkota.go.id/assets_subdomain/ 29/download/. Diaskses pada tanggal 15 September 2018.

Dinas Pertanian Kota Denpasar. 2017. Laporan Penggunaan Lahan. Diunduh pada: https://denpasarkota.go.id/assets_subdomain/ 29/. Diakses tanggal 15 September 2018.

Junainah, Wahida, Sanggar Kanto, dan Soenyono. 2016. Program Urban Farming Sebagai Model    Penanggulangan    Kemiskinan

Masyarakat  Perkotaan  (Studi  Kasus di

Kelompok Tani Kelurahan Keputih Kecamatan   Sukolilo   Kota   Surabaya).

Wacana– Vol. 19, No. 3, Hal: 148-156.

Mougeot, L.J.A. 1999. Urban agriculture: Definition, presence, potentials and  risks.   Paper

presented at the International Workshop on Growing  Cities Growing  Food:  Urban

Agriculture on the Policy Agenda. October 11-15. Havana, Cuba.

Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. CV. Alfabeta. Bandung.

Suwardi, Zuriani dan Murdani. 2016. Prospek Pengembangan Usaha Tani Melon Kecamatan Muara Batu dan Dewantara Kabupaten Aceh Utara. Jurnal AGRIFO. Vol. 1. No. 1. April 2016. Hal: 63-72.

Ida Ayu Listia Dewi, et al., Analisis..|53