ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN HUTAN KEMASYARAKATAN (Social forestry)
on
Jurnal Manajemen Agribisnis Vol.6, No.2, Oktober 2018 ISSN: 2355-0759
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN HUTAN KEMASYARAKATAN (Social forestry)
(Studi kasus di Kelompok Tani Hutan Bual Desa Aik Bual, Kecamatan Kopang, Lombok Tengah)
Analysis of Factors Influencing Sustainability of Social Forestry
(Case Study At Bual Forest Farmer Community, At Aik Bual Village, Sub-District of Kopang, Central Lombok Regency).
Muhammad Ali Hasim Asyari, Ratna Komala Dewi
Program Studi Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Bali, Indonesia
E-mail: [email protected]
ABSTRACT
Social forestry at Aik Bual village is one form of sustainable forestry management programs involving community in forest conservation activities. Social forestry programs at this village have been implemented by synergizing ecological, economic and social functions with the aim at ensuring sustainable forest preservation. This study aims to determine factors influencing the sustainability of social forestry (Case Study at Bual Forest Farmer Community at Aik Bual Village, Sub-district of Kopang,Central Lombok Ragency). The research method uses quantitative descriptive with samples taken in proportional random sampling as many as 73 respondents and data was analyzed using quantitative statistical techniques Partial Least Square (PLS) analysis with the help of smart PLS software. This analysis aims to identify technical, social and economic factors affecting the sustainability of social forestry at Aik Bual Village. The results of analysis show economic factor has the greatest influence on the sustainability of social forestry with the value is 0.474, social factors has the second impact with a value is 0.326 and technical factors is the least influential factor on the sustainability of social forestry at Aik Bual Village with a value of 0.177. The magnitude of the coefficient of determination (R2) of these factors is 0.842 which means that variations in these factors can explain the sustainability of social forestry by 84.2%. Based on the results of this analysis it can be concluded that the three factors, namely economic, social and teknical factors are able to have a significant influence on the sustainability of social forestry at Bual Forest Farmers community, at Aik Bual Village.
Keywords: social forestry, sustainability, technical factor, social factor, economic factor
ABSTRAK
Kehutanan sosial di desa Aik Bual adalah salah satu bentuk program pengelolaan hutan lestari yang melibatkan masyarakat dalam kegiatan konservasi hutan. Program kehutanan sosial di desa ini telah dilaksanakan dengan mensinergikan fungsi ekologis, ekonomi dan sosial dengan tujuan memastikan pelestarian hutan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan hutan sosial (Studi Kasus di Komunitas Petani Hutan Bual di Desa Aik Bual, Kecamatan Kopang, Kabupaten Lombok Tengah). Metode penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif dengan sampel yang diambil secara proporsional random sampling sebanyak 73 responden dan data dianalisis menggunakan teknik statistik kuantitatif analisis Partial Least Square (PLS) dengan bantuan perangkat lunak PLS pintar. Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor teknis, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi keberlanjutan kehutanan sosial di Desa Aik Bual. Hasil analisis menunjukkan faktor ekonomi memiliki pengaruh terbesar terhadap keberlanjutan hutan kemasyarakatan dengan nilai 0,474, faktor sosial memiliki dampak kedua dengan nilai 0,326 dan faktor teknis merupakan faktor yang paling tidak berpengaruh terhadap keberlanjutan kehutanan sosial.
Kata kunci: perhutanan sosial, kelestarian, faktor teknis, faktor sosial, faktor ekonomi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan kawasan konservasi berkaitan dengan aktifitas masyarakat dalam kawasan hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Siregar, 1999). Mereka pada umumnya telah turun temurun menjalankan kehidupan tradisional (Manullang, 1999) dan kebanyakan dari mereka hidup pada tingkat ekonomi yang sangat subsisten (Awang, 2003).
Rencana pengelolaan hutan adalah rencana pada kesatuan pengelolaan hutan yang memuat semua aspek pengelolaan hutan dalam kurun jangka panjang dan pendek, disusun berdasarkan hasil tata hutan dan rencana kehutanan dan memperhatikan aspirasi, peran serta dan nilai budaya masyarakat serta kondisi lingkungan dalam rangka pengelolaan kawasan yang lebih intensif untuk memperoleh manfaat yang lebih optimal dan lestari (PP No.42 Tahun 2010).
Secara khusus Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang memiliki potensi berupa kawasan hutan yang mencapai 53,18% dari luas wilayah daratannya. Posisi strategis sumberdaya hutan tersebut dalam konteks pembangunan daerah terutama ekonomi pedesaan, memiliki dua fungsi utama, yaitu peran hutan dalam pembangunan ekonomi dan peran hutan dalam pelestarian lingkungan hidup. Kedua peran tersebut harus mempertimbangkan kontribusi sektor kehutanan terhadap pembangunan ekonomi daerah dan masyarakat serta kontribusinya dalam menjaga keseimbangan sistem tata air, tanah dan udara sebagai unsur utama daya dukung lingkungan.
Salah satu desa yang telah mengembangkan program pengelolaan hutan kemasyarakatan adalah Kelompok Tani Hutan Bual yang berada di Desa Aik Bual, melalui program REDD+ (Reduction Emmision from Deforestation and Forest Degradatio) telah menggabungkan penggunaan lahan yang ada dengan tambahan kegiatan proyek yang memenuhi syarat (Plan Vivo Standard, 2012), antara lain. (1) Reforestasi dan Agrfoestri, (2) Restorasi Hutan, (3) Pencegahan deforestasi dan konservasi hutan.
Fenomena keberlanjutan pengelolaan hutan kemasyarkatan tentu akan sangat berdampak terhadap kondisi lingkungan dan masyarakat yang berada di sekitar hutan yang masih meggantungkan hidupnya dari aktifitas bertani dengan memperhatikan faktor-faktor yang menunjang dalam kegiatan tersebut baik itu teknis, sosial maupun ekonomi, diharapkan nantinya akan mampu memberikan dampak yang lebih optimal, untuk keberlanjutan hutan kemasyarakatan khususnya di Desa Aik Bual.
Melalui kajian empiris yang melibatkan aktifitas-aktifitas yang telah dilakukan oleh petani maupun kebijkan dari pemerintah, sehingga dapat menggambarkan faktor- faktor penting yang menjadi fokus pengembangan sehingga dapat membantu meningkatkan keberlanjutan Hutan Kemasyarakatan di Desa Aik Bual ke depannya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan pengelolaan hutan kemasyarakatan di Kelompok Tani Hutan Bual Desa Aik Bual. Lombok Tengah.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan yang diuraikan di atas, maka menarik untuk dikaji rumusan permasalahan sebagai berikut.
-
1. Bagaimanakah pengaruh faktor teknis terhadap keberlanjutan hutan kemasyarakatan di Kelompok Tani Hutan Bual ?
-
2. Bagaimanakah pengaruh faktor sosial terhadap keberlanjutan hutan kemasyarakatan di Kelompok Tani Hutan Bual ?
-
3. Bagaimanakah pengaruh faktor ekonomi terhadap keberlanjutan hutan kemasyarakatan di Kelompok Tani Hutan Bual ?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
-
1. Besar pengaruh faktor teknis terhadap keberlanjutan hutan kemasyarakatan di Kelompok Tani Hutan Bual.
-
2. Besar pengaruh faktor sosial terhadap keberlanjutan hutan kemasyarakatan di Kelompok Tani Hutan Bual.
-
3. Besar pengaruh faktor ekonomi terhadap keberlanjutan hutan kemasyarakatan di Kelompok Tani Hutan Bual.
METODE PENELITIAN
Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kelompok Tani Hutan Bual, Desa Aik Bual, Kecamatan Kopang, Lombok Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan September 2017 sampai selesai.
Jenis dan sumber data
Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer, diperoleh dari para responden petani dan pakar yang terpilih, serta hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian dan data sekunder diperoleh dari berbagai sumber seperti penelitian terdahulu, hasil studi pustaka, dan laporan serta dokumen dari berbagai instansi yang berhubungan dengan bidang penelitian. Metode penelitian yang digunakan meliputi: metode deskriptif kualitatif dengan sampel yang diambil secara proportional random sampling sebanyak 73 responden
Populasi Dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang menjadi anggota kelompok tani dari program pengembangan hutan kemasyarakatan (HKm) di Desa Aik Bual, Kecamatan Kopang, Lombok Tengah yaitu sebanyak 260 orang. Penarikan sampel dalam
Muhammad Ali Hasim, et al., Analisis..|43
penelitian ini menggunakan sampel acak sederhana (Simple Random sampling) yaitu sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Teknik pengambilan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane atau Slovin dalam Riduwan (2005) dan diperoleh jumlah sampel sebesar 73 orang.
Variabel Penelitian
Variabel pertama adalah faktor teknis yang bertujuan untuk menilai aktifitas pengelolaan Hkm di lapangan dengan melihat asfek teknis dalam kegiatan usahatani yang dapat dilihat melalui indikator -indikatornya yaitu jenis komoditi, serangan hama dan penyakit, pengolahan tanah, ketersediaan air irigasi dan pola tanam. Variabel kedua adalah faktor sosial yang terdiri dari sembilan indikator yaitu jumlah
tanggungan keluarga, pendidikan, usia petani, kebijakan pemerintah, kelengkapan akses informasi, peran pendamping, kelembagaan kelompok, peranan awig-awig dan pengalaman usahatani di Hkm. Variabel yang ketiga adalah faktor ekonomi yang dapat dinilai melalui lima indikator yaitu kemampuan petani menyediakan pupuk alami, ketersediaan obat-obatan, penggunaan teknologi pertanian, akses pasar dan luas garapan, dan variabel ke empat adalah keberlanjutan HKm yang dapat dilihat melalui sembilan indikatornya yaitu pendapatan usahatani di Hkm, peningkatan jumlah sarana dan prasarana , kesuburan tanah, bencana alam, populasi pohon,kerjasama kelompok, konflik masyarakat, ilegaloging, dan partisipasi petani dalam usahatani dan menjaga hutan.
Uji instrumen Penelitian
Uji Validitas
Uji validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur itu mengukur apa yang ingin diukur (Sugiyono, 2006). Kuesioner dikatakan valid apabila tiap butir pertanyaan atau pernyataan mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur, suatu instrumen dikatakan valid apabila memiliki koefisien korelasi (r) > 0,3. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa setiap butir pertanyaan memiliki nilai r >0,3.
Uji Reliabilitas
Uji reliabitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Menurut Siregar (2013) ada beberapa teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas suatu instrument penelitian tergantung dari skala yang digunakan, salah satunya adalah teknik Alpa Cronbach. Kriteria suatu instrument penelitian dikatakan reliabel dengan menggunakan teknik Alpa Cronbach, bila koefisien reliabilitas (r11) > 0,6. Hasil pengujian reliabilitas kuesioner menunjukkan bahwa nilai Alpha cronbach sebesar 0,950 > 0,60. Maka dapat diketahui bahwa butir-butir kuesioner dalam kuesioner tersebut reliabel.
Analisis deskriptif
Analisis deskriptif merupakan upaya untuk mengumpulkan data, merumuskan dan
mengklasifikasikannya sehingga akan memberi gambaran atau keterangan yang jelas tentang masalah penelitian (Winarno, 2002). Analisis statistik deskriptif dilaksanakan melalui beberapa tahapan.
-
a. Penyajian data variabel X1, X2, X3 dan Y
dengan metode tabulasi
-
b. Penentuan kecenderungan nilai responden
untuk masing-masing variabel yang dikelompokkan kedalam 5 (kelas) kelas kriteria masing-masing adalah: (1) sangat
rendah (2) rendah (3) sedang (4) tinggi (5)
sangat tinggi Interval kelas ditentukan dengan
rumus sebagai berikut.
Interval Kelas =
Nilai Tertinggi-Nilai Terendah Jumlah Klas
Analisis SEM dengan Smart PLS
Ghozali dan Lantan (2012) menyatakan bahwa PLS merupakan suatu metoda untuk memperediksi konstruk dalam model dengan banyak faktor dan hubungan kolinier. Model evaluasi PLS berdasarkan pada pengukuran prediksi yang mempunyai sifat non-parametrik. Oleh karena itu, model evaluasi PLS dilakukan dengan menilai outer model dan inner model
-
1. Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)
Evaluasi outer model dilakukan melalui validitas convergent dan discriminant untuk indikator pembentuk konstruk laten, serta melalui composite reliability dan cronbach alpha.
-
2. Evaluasi Model Struktural (Inner Model) Menilai model struktural dengan struktural PLS dapat dilihat dari nilai R-Squares untuk setiap variabel laten endogen sebagai kekuatan prediksi dari model struktural. Nilai koefisien determinasi/R-Squares (R2) merupakan uji goodness fit model. Perubahan nilai R-Squares (R2) digunakan untuk menjelaskan
pengaruh variabel laten eksogen tertentu terhadap variabel laten endogen, apakah mempunyai pengaruh substantive. Nilai R-Squares (R2) 0,67; 0,33 dan 0,19 untuk variabel laten dalam model struktural menunjukkan model kuat, moderat, dan lemah (Chin, 1998 dalam Ghozali, 2012).
-
3. Pengujian Hipotesis (Resampling Bootstrapping) Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode Resampling Bootsraping yang dikembangkan oleh Geisser dan Stone. Uji ststistik yang digunakan adalah dengan uji statistik t (t- test), bila dalam pengujian ini diperoleh p-value < 0.05 (alpha 5%) atau t- hit > t-tabel, berarti pengujian signifikan, dan sebaliknya kalau p-value > 0.05 (alpha 5%) t- hit < t-tabel, berarti tidak signifikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis outer model maka dapat dijelaskan bahwa faktor teknis dalam penelitian ini di menggunakan lima indikator dan yang valid adalah sebanyak empat indikator meliputi jenis komoditi
(X1.1), pengendalian hama dan penyakit (X1.2), ketersediaan air irigasi (X1.4), dan pola tanam (X1.5). indikator yang tidak valid adalah satu indikator yaitu pengolahan tanah (X1.3) karena nilai nilai outer loadingnya<0,7 yang berarti indikator pengolahan tanah kurang berpengaruh terhadap variabel konstruknya.
Faktor sosial dalam penelitian ini di menggunakan sembilan indikator dan yang valid adalah sebanyak tujuh indikator meliputi pendidikan formal petani (X2.2), usia petani (X2.3), kebijakan pemerintah (X2.4), peran pendamping (X2.6), kelembagaan kelompok (X2.7), peranan awig-awig (X2.8) dan pengalaman usahatani di HKm (X2.9). Indikator yang tidak valid adalah dua indikator yaitu jumlah tanggungan keluarga (X2.1) dan akses informasi (X2.5), karena nilai nilai outer loading kedua indikator <0,7 yang berarti indikator jumlah tanggungan keluarga (X2.1) dan akses informasi (X2.5) kurang berpengaruh terhadap variabel konstruknya
Faktor ekonomi dalam penelitian ini menggunakan lima indikator dan yang valid digunakan sebagai pengukur faktor ekonomi adalah empat indikator yaitu kemampuan petani menyediakan pupuk organik (X3.1), penggunaan teknologi pertanian (X3.3), akses pasar (X3.4) dan luas garapan (X3.5). Indikator yang tidak valid adalah indikator ketersediaan obat-obatan
(X3.2) karena nilai outer loadingnya<0,7 yang berarti indikator ketersediaan obat-obatan kurang berpengaruh terhadap variabel konstruknya.
Keberlanjutan HKm direfleksikan melalui sembilan indikator dan indikator yang valid terdapat delapan indikator yang bisa digunakan sebagai pengukur keberlanjutan HKm yaitu pendapatan petani (Y1), peningkatan jumlah sarana prasarana pertanian (Y2), kesuburan Tanah (Y3), bencana Alam (Y4), populasi pohon (Y5), kerjasama kelompok tani (Y6), konflik masyarakat (Y7) dan partisipasi masyarakat dalam usahatani dan menjaga hutan (Y9). Indikator yang tidak valid adalah indikator ilegaloging (Y8) karena nilai outer loadingnya<0,7 yang berarti indikator ilegaloging kurang berpengaruh terhadap variabel konstruknya.
Hasil evaluasi koefisien jalur menunjukkan adanya hubungan positif antara faktor teknis (X1) terhadap keberlanjutan HKm (Y), faktor sosial (X2) terhadap keberlanjutan HKm (Y) dan faktor ekonomi (X3) terhadap keberlanjutan HKm (Y) berdasarkan nilai koefisien jalur yang bernilai positif dari masing-masing variabel yaitu (0,177), (0,325) dan (0,474), dengan koefisien determinan/R-square (R2) sebesar 0.842. Hasil analisis dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1 berikut.
Gambar 1. Model Struktural
Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa nilai R-square (R2) menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut mampu menjelaskan variabel keberlanjutan HKm sebesar 84,2%, sedangkan sisanya sebesar 15.8% dijelaskan oleh
variabel lain diluar model. Hasil analisis dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1 berikut.
Pengujian hipotesis masing-masing jalur yang terbentuk dalam model dengan resampling bootstrapping yaitu dengan uji statistik t (t- test) diuraikan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1
Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)
Original Sample (O) |
Standard Deviation (STDEV) |
Standard Error (STERR) |
T Statistics (O/STERR) |
Keterangan (t-statistik/t-tabel α 5%) | |
X1 → Y |
0,177069 |
0,064442 |
0,064442 |
2,747719 |
Signifikan |
X2 → Y X3 → Y |
0,325624 0,080002 0,080002 4,070169 Signifikan 0,474266 0,088825 0,088825 5,339362 Signifikan |
Keterangan α 5% |
: Nilai t tabel pada tingkat kepercayaan 5% adalah 1,995 |
Berdasarkan Tabel 1 tentang hubungan antara variabel dapat dijelaskan sebagai berikut.
-
1. Variabel faktor teknis (X1)
Koefisien parameter jalur yang diperoleh dari hubungan antara variabel faktor teknis (X1) dengan kebrlanjutan HKm (Y) sebesar 0,177 (lihat lampiran 10) dengan nilai T-statistik 2,747> 1,995 pada taraf signifikansi a = 0,05 (5%) yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor teknis dengan kebrlanjutan HKm. Nilai positif pada koefisien parameter artinya adalah semakin baik pengelolaan faktor teknis maka keberlanjutan pengelolaan HKm semakin meningkat terlihat dari indikator- indikator pengukurnya (jenis komoditi yang ditanam, pengendalian hama dan penyakit, ketersedian air irigasi dan pola tanam). Sehingga hipotesis (H1) Faktor teknis berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberlanjutan HKm dapat dibuktikan (terima H1 dan tolak H0).
-
2. Variabel faktor sosial (X2)
Koefisien parameter jalur yang diperoleh dari hubungan antara variabel faktor sosial (X2) dengan kebrlanjutan HKm (Y) sebesar 0,326 (lihat lampiran 10) dengan nilai T-statistik 4,070> 1,995 pada taraf signifikansi a = 0,05 (5%) yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor sosial dengan kebrlanjutan HKm. Nilai positif pada koefisien parameter artinya adalah semakin baik pengelolaan faktor sosial maka keberlanjutan pengelolaan HKm semakin meningkat terlihat dari indikator- indikator pengukurnya (pedidikan formal, umur petani, kebijakan pemerintah, peran pendamping, kelembagaan kelompok, peran awig-awig dan pengalaman). Sehingga hipotesis (H2) Faktor sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberlanjutan HKm dapat dibuktikan (terima H2 dan tolak H0).
-
3. Variabel faktor ekonomi (X3)
Koefisien parameter jalur yang diperoleh dari hubungan antara variabel faktor ekonomi (X3) dengan kebrlanjutan HKm (Y) sebesar 0,474 (lihat lampiran 10) dengan nilai T-statistik 5,339> 1,995 pada taraf signifikansi a = 0,05 (5%) yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor ekonomi dengan kebrlanjutan HKm. Nilai positif pada koefisien parameter artinya adalah semakin baik pengelolaan faktor ekonomi maka keberlanjutan pengelolaan HKm semakin meningkat, terlihat dari indikator-indikator pengukurnya (ketersediaan pupuk, penggunaan teknologi pertanian, akses pasar dan luas garapan). Sehingga hipotesis (H3) Faktor
ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberlanjutan HKm dapat dibuktikan (terima H3 dan tolak H0).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
-
1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor teknis (yang dicerminkan melalui indikator jenis komoditi, pengendalian hama dan penyakit, ketersediaan air irigasi, dan pola tanam) terhadap keberlanjutan HKm di hutan bual Desa Aik Bual sebesar 0,177 yang artinya dengan semakin meningkatkan variabel faktor teknis maka akan memberikan pengaruh yang positif terhadap keberlanjutan HKm di Desa Aik Bual.
-
2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor sosial (yang dicerminkan melalui indikator yaitu pendidikan formal petani, usia petani, kebijakan pemerintah, peran pendamping, kelembagaan kelompok, peranan awig-awig, dan pengalaman) terhadap keberlanjutan HKm di hutan bual Desa Aik Bual sebesar (0,326) yang artinya dengan semakin meningkatkan variabel faktor sosial maka akan memberikan pengaruh yang positif terhadap keberlanjutan HKm di Desa Aik Bual.
-
3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor ekonomi (yang dicerminkan melalui indikator yaitu kemampuan petani menyediakan pupuk organik, penggunaan teknologi pertanian, akses pasar dan luas garapan) terhadap keberlanjutan HKm di hutan bual Desa Aik Bual sebesar (0,474) yang artinya faktor ekonomi merupakan variabel yang paling berpengaruh dalam meningkatkan keberlanjutan HKm di Desa Aik Bual.
Saran
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka disaran beberapa hal sebagai berikut.
-
1. Kepada seluruh anggota kelompok tani untuk meningkatkan aspek teknis seperti
pengendalian hama hewan- hewan liar dengan metode pengendalian hama terpadu serta meningkatkan pengolahan tanah baik itu di sekitar tanaman maupun pengolahan tanah untuk pembuatan terasering, sehingga tanaman bisa tumbuh dengan baik dan hasil produksi yang diperoleh juga optimal.
-
2. Masih kurangnya minat petani di dalam mengembangkan pemupukan secara alami di Kelompok Tani Hutan Bual, sehingga kepada penyuluh untuk bisa membimbing dan memonitoring secara berkala, sehingga petani mampu melakukannya secara konsisten dan benar.
-
3. Perlunya sangsi yang tegas dari pemerintah untuk menindak oknum yang melanggar perjanjian kelompok/awig-awig seperti adanya praktik transaksi jual beli izin kelola hutan
kemasyarakatan secara diam-diam tanpa ada konfirmasi kepada pengurus kelompok.
-
4. Pengelolaan hutan kemasyarakatan di Kelompok Tani Hutan Bual diharapkan dapat memaksimalkan sistem intensifikasi yaitu melalui, pemilihan jenis komoditi yang baik, penggunaan teknologi, menyediakan pupuk yang cukup dan memilih komposisi pola tanam yang tepat, karena menyesuaikan kondisi luas lahan garapan petani yang sifatnya terbatas.
-
5. Ketersediaan air yang cukup di kawasan Hutan Bual diharapkan bisa dimaksimalkan oleh petani untuk kegiatan irigasi dengan membuat penampungan air yang dialirkan oleh bantuan mesin atau bisa jugan membuat sistem gravitasi, sehingga irigasi dapat menjangkau seluruh lokasi garapan petani.
-
6. Kepada pemerintah daerah diharapkan memberikan pembinaan, pelatihan dan monitoring secara konsisten terhadap kegiatan pengelolaan hutan kemasyarakatan di Desa Aik Bual karena masih lemahnya tingkat pendidikan petani yang dapat mempengaruhi efektivitas kerja petani di lapangan.
-
7. Perlu adanya pelatihan kepada petani untuk pengolahan hasil panen kopi, pisang, umbi-umbian dan anyaman bambu, sehingga mampu menghasilkan industri pengolahan makanan dan industri kreatif yang dapat meningkatkan nilai pendapatan petani.
-
8. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat 15,8% keberlanjutan HKm dipengaruhi oleh variabel lain diluar model penelitian, seperti peranan lembaga swasta, lembaga pendidikan, curah hujan, tingkat kemiringan wilayah, dan lain-lain, sehingga sangat perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menghasilkan studi empiris yang lebih baik terkit dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
keberlanjutan pengelolaan hutan
kemasyarakatan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada pengurus dan anggota Kelompok Tani Hutan Bual yang telah memberikan dukungan dan keterbukaan di dalam memberikan data. Peneliti juga mengucapkan rasa terima kasih kepada Dosen pembimbing I Prof. Dr. Ir Dwi Putra Darmawan MP dan Pembimbing II Dr. Ir. Ratna Komala Dewi, MP yang telah telah membimbing dan mengarahkan peneliti di dalam menyelesaikan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Riduan. 2005 Skala pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Awang, S.A. 2003. Politik Kehutanan Masyarakat. Centre for Critical Social Studies Kerjasama dengan Kreasi Wacana. Yogyakarta.
Chin, W. (1998). The Partial Least Square Approach for Structural Equation Modeling. Cleveland. Ohio.
Ghozali, I. 2012. Structural Equation Modeling Metode Alternatif Dengan Partial Least Square. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Manullang, S. 1999. Kesepakatan Konservasi Masyarakat dalam Pengelolaan
Kawasan Konservasi. Discussion Paper. The Natural Resources
Manage-ment/EPIQ Program’s
Protected Areas Management Office. Jakarta.
Siregar, A.M. 1999. Kebijakan Pengelolaan
Taman Nasional di Indonesia. Makalah disampaikan pada Pertemuan Regional Pengelolaan Taman Nasional Kawasan Timur Indonesia, Tanggal 23 Agustus 1999 di Manado.
Sugiyono. 2006. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung :
Alfabeta.
Dinas Kehutanan Propinsi NTB. 2007. Pembentukan KPH di Propinsi NTB. Makalah Konsultasi Publik
Pembentukan KPH di Propinsi NTB. Mataram.
Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Press.
Muhammad Ali Hasim, et al., Analisis..|47
Discussion and feedback