PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN BERDASARKAN NILAI PRODUKSI DI KABUPATEN BULELENG
on
Jurnal Manajemen Agribisnis
Vol.5, No.2, Oktober 2017
ISSN: 2355-0759
PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN BERDASARKAN NILAI PRODUKSI
DI KABUPATEN BULELENG
Determination of Main Commodities on Value of Agricultural Producrtion in Buleleng Regency
Gede Yuda Paramartha, I Putu Gde Sukaatmadja, Ni Wayan Sri Astiti
Program Studi Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Bali, Indonesia
Email: [email protected]
ABSTRACT
The largest sector contributing to GDP Buleleng District is agriculture, in order to develop these sectors will need to know what commodities are classified as superior. This research has the goal : 1). Analyzing the various agricultural commodities in excellent Buleleng district, and 2). Assessing the structure of growth in agricultural commodities Buleleng District. This study implemented in April to November 2016 Buleleng in District, Bali Province. Data using is a skunder data. Analysis tool used is Location Quotient and Typolegi Klassen. The results showed growth pattern and structure of agricultural commodities in Buleleng Regency is the leading commodity by commodity basis of food crops and the growth rate is maize. Peanut and rice paddy is slow-growing, but has a great contribution. Leading commodity vegetable crops in Buleleng regency in 2010 to 2015 are garlic and chili, as it is a prime commodity. Commodities onion, tomatoes, beans and kale are commodities that are grown, although not yet become a commodity base, which is included in the potential commodities are cabbage, while including commodities backward is mustard greens and bean. Potential commodities plant seed tropical kabupaten buleleng 2015 be spread in eight sub-districts. Commodities durian potentially developed in subdistrict Seririt, Busungbiu, Banjar, Sukasada, Buleleng, Sawan, Kubutambahan, and Tejakula, while commodities sapodilla can be developed in all areas Buleleng regency, because in every sub-district have a sapodilla production. Commodities guava potentially developed on seven sub-districts namely Grokgak, Seririt, Busunbiu, Banjar, Sukasada, Buleleng, and Sawan. Commodities pepaya can developed in all areas kabupaten buleleng.Crops plantation overall in 2010 to 2015 showed a fairly rapid growth,, but only two commodities that experienced slow growth compared with Bali Province that is vanilla and coffee robusta. Breeds average fast growth rate during the years 2010 to 2015 are Bali pigs, landrance, seddle back, goats, and fish catch. For fowls laying and broiler not cultivated in buleleng regency.
Keywords: agriculture sector, commodity superiority, value of production
ABSTRAK
Sektor terbesar yang berkontribusi terhadap PDB Kabupaten Buleleng adalah pertanian. Dalam rangka pengembangan sektor-sektor ini perlu diketahui komoditas apa saja yang tergolong unggulan. Penelitian ini memiliki tujuan: 1). Menganalisis berbagai komoditas pertanian di Kabupaten Buleleng yang sangat baik, dan 2). Menilai struktur pertumbuhan komoditas pertanian Kabupaten Buleleng. Studi ini dilaksanakan pada bulan April sampai November 2016 Buleleng di Kabupaten, Provinsi Bali. Data yang digunakan adalah data skunder. Alat analisis yang digunakan adalah Location Quotient dan Typolegi Klassen. Hasil penelitian menunjukkan pola pertumbuhan dan struktur komoditas pertanian di Kabupaten Buleleng merupakan komoditas unggulan berdasarkan komoditas tanaman pangan dan tingkat pertumbuhannya adalah jagung. Kacang tanah dan padi tumbuh lambat, namun memiliki kontribusi yang besar. Komoditi tanaman sayuran unggulan di Kabupaten Buleleng pada tahun 2010 sampai 2015 adalah bawang putih dan cabe, karena merupakan komoditas unggulan. Komoditas bawang merah, tomat, kacang-kacangan dan kangkung merupakan komoditas yang tumbuh, meski belum menjadi komoditas unggulan, yang termasuk dalam komoditas potensial adalah kubis, sementara komoditas yang terbelakang adalah sawi dan kacang. Potensi komoditas tanaman bibit kabupaten buleleng 2015 tersebar di delapan kecamatan. Komoditi durian berpotensi dikembangkan di kecamatan Seririt, Busungbiu, Banjar, Sukasada, Buleleng, Sawan, Kubutambahan, dan Tejakula, sedangkan komoditas sawo dapat dikembangkan di semua wilayah Kabupaten Buleleng, karena di setiap kecamatan memiliki produksi sawo. Komoditas jambu biji
berpotensi dikembangkan di tujuh kecamatan yaitu Grokgak, Seririt, Busunbiu, Banjar, Sukasada, Buleleng, dan Sawan. Komoditas pepaya bisa dikembangkan di semua wilayah kabupaten buleleng.Tanaman perkebunan secara keseluruhan pada tahun 2010 sampai 2015 menunjukkan pertumbuhan yang cukup pesat, namun hanya dua komoditas yang mengalami pertumbuhan lambat dibandingkan dengan Provinsi Bali yaitu vanili dan robusta kopi. Tingkat pertumbuhan rata-rata tumbuh cepat rata-rata selama tahun 2010 sampai 2015 adalah babi Bali, landrance, penggoda punggung, kambing, dan tangkapan ikan. Untuk ayam petelur dan ayam pedaging tidak dibudidayakan di Kabupaten Buleleng.
Kata kunci: sektor pertanian, keunggulan komoditas, nilai produksi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan daerah dinilai sangat strategis dalam kerangka pelaksanaan pembangunan nasional. Bukan hanya membangun daerah merupakan bagian integral pembangunan nasional, namun karena pembangunan daerah diakui berhasil mendorong peningkatan pemerataan, stabilitas, pertumbuhan, dan kesejahteraan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan.
Identifikasi sektor unggulan salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan metode ekonomi basis yaitu sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif (competitive advantage) yang cukup tinggi, sedangkan sektor non basis merupakan sektor yang kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis.
Gambaran sektor basis dan sektor potensial yang memberikan kontribusi untuk pembangunan daerah sangat diperlukan oleh pemerintah daerah sehingga dari dasar gambaran tersebut dapat diketahui potensi-potensi setiap sektor dalam mendorong perekonomian. Informasi mengenai potensi yang dimiliki oleh daerah sangat penting dalam mendukung program pembangunan daerah oleh pemerintah karena terkadang masih adanya kesenjangan informasi mengenai potensi ekonomi yang bisa dikembangkan di Kabupaten Buleleng.
Sektor pertanian masih sangat dominan terhadap pembentukan PDRB di Kabupaten Buleleng, dibandingkan dengan sektor lainnya, yaitu sebesar 43,68%. Hal ini sangat didukung oleh luasnya lahan pertanian tanah sawah: 62.680,635 ha yang ada. Besarnya peranan sektor pertanian terhadap kontribusi PDRB Kabupaten Buleleng dipengaruhi mata pencaharian sebagian besar penduduk di Kabupaten Buleleng yaitu 72,51% atau sebesar 537.038 jiwa penduduk bermata pencaharian sebagai petani.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
-
1. Komoditas unggulan apa sajakah di sektor pertanian yang menjadi penggerak
perekonomian berdasarkan nilai produksi yang ada di Kabupaten Buleleng?
-
2. Bagaimanakah pola dan struktur pertumbuhan komoditas pertanian di Kabupaten Buleleng?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
-
1. Menjelaskan komoditas unggulan di sektor pertanian yang menjadi penggerak
perekonomian di Kabupaten Buleleng.
-
2. menjelaskan pola dan struktur pertumbuhan komoditas pertanian di kabupaten buleleng.
KAJIAN PUSTAKA
Konsep Agribisnis
Menurut Arsyad, dkk (2006: 16), agribisnis adalah suatu kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian arti luas. Dimaksud dengan “ada hubungannya” dengan pertanian dalam artian luas adalah kegiatan usaha yang menunjukan kegiatan pertanian dan kegiatan kegiatan usaha yang ditunjukkan oleh kegiatan pertanian. Konsep agribisnis sebenarnya adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian.
Agribisnis sebagai sistem adalah keseluruhan aktivitas produksi input, produksi dan produksi pengolahan dari hasil suatu pertanian (Soekartawi, 2003: 42). Agribisnis diartikan sebagai kegiatan pertanian yang ditunjukkan untuk mendapatkan keutungan usaha, tenaga kerja, rencana penggunaan tanah, biaya penggunaan tanah, sarana dan kebutuhan lain yang penting. Dengan demikian, agribisnis merupakan konsep yang utuh mulai dari proses produksi, pengolahan hasil dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian (Nurani, 2007: 38).
Sumber daya manusia dalam hal ini para petani dapat ditingkatkan melalui penyuluhan. Penyuluhan dalam bidang pertanian merupakan kegiatan pendidikan non formal yang ditujukan kepada
masyarakat tani untuk membantu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dengan tujuan meningkatkan taraf hidup melalui usaha tani sehingga petani mampu meningkatkan better farming, better business dan better living (Dwijatmiko dan Surtini, 2006).
Teori Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah menurut Rustiadi, dkk. (2011), adalah pengembangan fungsi tertentu dari suatu unit wilayah, mencakup fungsi sosial, ekonomi, budaya, politik, maupun pertahanan dan keamanan yang mempunyai cakupan keterkaitan antarkawasan. Salah satu tujuan pengembangan wilayah adalah pemerataan kesejahteraan antar wilayah. Kesejahteraan suatu wilayah dapat dilihat melalui tingkat pertumbuhan ekonomi wilayahnya. Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi (Tarigan, 2005).
Menurut pendapat Rustiadi, dkk. (2011), kemampuan memacu pertumbuhan suatu wilayah atau negara sangat tergantung dari keunggulan atau daya saing sektor-sektor ekonomi di wilayahnya. Nilai strategis setiap sektor di dalam memacu menjadi pendorong utama (prime mover) pertumbuhan ekonomi wilayah berbeda-beda.
Perkembangan wilayah senantiasa disertai oleh adanya perubahan struktural. Wilayah tumbuh dan berkembang dapat didekati melalui teori sektor (sektor theory) dan teori tahapan perkembangan (development stages theory).
Teori Produksi
Teori produksi adalah teori yang menerangkan sifat hubungan antara tingkat produksi yang akan dicapai dengan jumlah faktor-faktor produksi yang digunakan. Konsep utama yang dikenal dalam teori ini adalah memproduksi output semakismal mungkin dengan input tertentu, serta memproduksi sejumlah output tertentu dengan biaya produksi seminimal mungkin.
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Kerangka Berpikir
Dengan menggunakan data nilai produksi dapat diketahui gambaran secara umum tentang produksi yang ada di Kabupaten Buleleng yang akan dibandingkan dengan nilai produksi komoditas pertanian pada tingkat Provinsi Bali. Data nilai produksi tingkat kabupaten dan provinsi akan digunakan sebagai dasar dalam perhitungan, yang pada nantinya akan muncul komoditas unggulan dan bukan unggulan yang dapat dipakai sebagai
bahan pengambilan keputusan secara efektif dan efisien untuk perencanaan wilayah dalam pembangunan pertanian.
Konsep Penelitian
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi andalan yang terdapat di Kabupaten Buleleng. Dalam beberapa tahun terakhir, kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Buleleng masih tetap dominan dibandingkan sektor ekonomi lainnya. Sektor unggulan adalah sektor yang dapat dikembangkan lebih lanjut dan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Sektor unggulan terbentuk dari pengembangan produksi yang dihasilkan oleh potensi yang dimiliki daerah. Sektor unggulan tersebut juga bukan hanya mampu untuk memenuhi permintaan dari dalam daerahnya saja namun juga mampu untuk memenuhi permintaan dari luar daerahnya. Dikatakan sektor unggulan apabila sektor tersebut memiliki keunggulan baik secara komparatif maupun secara kompetitif (Erawati, 2011).
Hipotesis
Berdasarkan uraian rumusan masalah, kajian literatur, kerangka berpikir dan konseptual, maka hipotesis yang diuji kebenarannya dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut.
-
1) Diduga bahwa komoditas pertanian di Kabupaten Buleleng mempunyai
perbedaan produksi dengan Provinsi Bali.
-
2) Diduga struktur pertumbuhan komoditas pertanian terbanyak di Kabupaten Buleleng adalah komoditas yang tumbuh cepat.
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, dengan pertimbangan daerah ini mempunyai potensi yang besar dalam sektor pertanian, baik dalam sektor pemanfaatannya maupun untuk dikembangkan sehingga memberikan kontribusi yang tinggi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah di Kabupaten Buleleng. Penelitian ini diukur dan dianalisis mengenai komoditas apa saja dari sektor pertanian yang dikategorikan sebagai komoditas unggulan yang menjadi penggerak perekonomian di Kabupaten Buleleng, dan struktur pertumbuhan komoditas pertanian di Kabupaten Buleleng. Untuk itu, ditetapkan jenis penelitian berdasarkan metode kuantitatif dengan desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif untuk mendeskripsikan variabel-variabel penelitian. Berdasarkan hipotesis tersebut disintesis variabel-variabel penelitian yang dilengkapi dengan instrumen penelitian. Selanjutnya, ditetapkan teknik pengumpulan data,
teknik pengolahan dan analisis data dengan menggunakan analisis Location Quotient (LQ), Klassen Typologi dan Shift Share Analysis.
Rumus koefisien LQ pada penentuan sektor basis adalah :
LQ = Kij
Kin
Keterangan :
Kij = Kontribusi sektor i di Kabupaten Buleleng Kin = Kontribusi sektor i di Provinsi Bali
i = Sektor
j = Kabupaten Buleleng
n = Provinsi Bali
Nilai koefisien LQ adalah sekitar 1, LQ > 1 berarti komoditas tanaman pangan tersebut berorientasi ekspor atau dapat dikategorikan komoditas basis. Nilai koefisien LQ<1 berarti komoditas tersebut tersedia hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan lokal atau disebut komoditas non basis. LQ = 1 berarti komoditas tersebut memiliki kekuatan yang sama dengan provinsi.
Uji independent t test digunakan untuk membandingkan produksi komoditas pertanian di Kabupaten Buleleng dan komoditas pertanian di Provinsi Bali sebagai produk unggulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut; (1)Komoditas unggulan sektor pertanian yang menjadi penggerak perekonomian berdasarkan nilai produksi yang ada di Kabupaten Buleleng adalah komoditas tanaman pangan berupa jangung, taman sayuran berupa bawang putih dan cabai, tanaman buah-buahan berupa durian, jambu biji, sawo, pepaya dan jambu monyet, berikut tanaman perkebunan berupa kopi arabika dan komoditas ternak berupa babi Bali, sadle back, landrace, kambing, dan ikan tangkap; (2) Pola dan struktur pertumbuhan komoditas pertanian di Kabupaten Buleleng yaitu komoditas unggulan tanaman pangan menurut komoditas basis dan rasio pertumbuhan adalah komoditas jagung. Tanaman kacang tanah dan padi sawah petumbuhanya lambat, namun mempunyai kontribusi yang besar.
Komoditas unggulan tanaman sayuran Kabupaten Buleleng tahun 2010 sampai 2015 adalah bawang putih dan cabai, karena merupakan komoditas prima. Komoditas bawang merah, tomat, buncis dan kangkung merupakan komoditas yang berkembang walaupun belum menjadi komoditas basis, yang termasuk dalam komoditas potensial adalah kubis,
sedangkan yang termasuk komoditas terbelakang adalah sawi dan kacang panjang.
Potensi komoditas unggulan tanaman buah-buahan Kabupaten Buleleng tahun 2015 berada menyebar di delapan kecamatan. Komoditas durian berpotensi dikembangkan di kecamatan Seririt, Busungbiu, Banjar, Sukasada, Buleleng, Sawan,
Kubutambahan, dan Tejakula, sedangkan komoditas sawo dapat dikembangkan pada semua wilayah Kabupaten Buleleng, karena di setiap kecamatan mempunyai tingkat produksi sawo. Komoditas jambu biji berpotensi dikembangkan pada tujuh kecamatan yaitu Grokgak, Seririt, Busunbiu, Banjar, Sukasada, Buleleng, dan Sawan. Komoditas pepaya dapat dikembangkan pada semua wilayah Kabupaten Buleleng, karena di setiap kecamatan mempunyai tingkat produksi pepaya.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Komoditas unggulan sektor pertanian yang menjadi penggerak perekonomian berdasarkan nilai produksi yang ada di Kabupaten Buleleng adalah komoditas tanaman pangan berupa jangung, tanaman sayuran berupa bawang putih dan cabai, tanaman buah-buahan berupa durian, jambu biji, sawo, pepaya dan jambu monyet. Berikut tanaman perkebunan berupa kopi arabika dan komoditas ternak berupa babi Bali, sadle back, landrace, kambing, dan ikan tangkap.
2. Pola dan struktur pertumbuhan komoditas pertanian di Kabupaten Buleleng yaitu komoditas unggulan tanaman pangan menurut komoditas basis dan rasio pertumbuhan adalah komoditas jagung. Tanaman kacang tanah dan padi sawah petumbuhanya lambat, namun mempunyai kontribusi yang besar. Komoditas unggulan tanaman sayuran Kabupaten Buleleng tahun 2010 sampai dengan 2015 adalah bawang putih dan cabai, karena
merupakan komoditas prima. Komoditas
bawang merah, tomat, buncis dan kangkung merupakan komoditas yang berkembang
walaupun belum menjadi komoditas basis, yang termasuk dalam komoditas potensial
adalah kubis, sedangkan yang termasuk komoditas terbelakang adalah sawi dan kacang panjang.
Saran
Berdasarkan simpulan penelitian, disampaikan beberapa saran sebagai pedoman pengambilan kebijakan sebagai berikut;
-
1. Kepada pemerintah setempat agar terus memberikan penyuluhan kepada petani terutama bagi komoditas yang bisa
dikembangkan secara optimal pada suatu daerah tertentu di Kabupaten Buleleng, sehingga mampu memberi kontribusi optimal bagi PDRB Kabupaten Buleleng dan mengadakan penelitian lebih lanjut tentang pengembangan wilayah dan pengembangan ekonomi lokal berbasis pertanian.
-
2. Mempertahankan produk unggulan yang telah dicapai saat ini sedemikian rupa dan memacu pertumbuhan komoditas berkembang,
sehingga produk unggulan tidak mengalami pergerakan turun pada tahun mendatang, dengan demikian PDRB Kabupaten Buleleng terus mengalami peningkatan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Melalui media ini saya menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada Dr. I Putu Gde Sukaatmadja, SE., MP., sebagai pembimbing I dan Dr. Ir. Ni Wayan Sri Astiti, MP., sebagai pembimbing II. Dimana di tengah-tengah kesibukannya masih tetap meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dan mendorong semangat penulis untuk menyelesaikan penulisan Tesis ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, R, 2005. Ekonomi Archipelago, Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Ambardi, Urbanus, M. Dan Prihawantoro S, 2002. Pengembangan Wilayah dan Otonomi
Daerah. Yogyakarta: Pusat Pengkajian Kebijakan Pengembangan Wilayah
(P3KTPW, BPPT)
Alkadri, Muchdie, dan Suhandojo. 2001. Tiga Pilar Pengembangan Wilayah: Sumberdaya
Alam, Sumberdaya Manusia dan Teknologi, Jakarta: Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah (BPPT).
Mayes, A., Maulida Y. Dan Indrawati, T. 2010. Analisis Sektor Unggulan dengan Pendekatan Location Quotient Kabupaten Pelalawan, Riau. E-Journal Ekonomi Pmbangunan. Universitas Riau. Vol. 18 No. 04.
Arsyad, L. 1999. Ekonomi Pembangunan. Edisi Kedua. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Ascani, Andrea. 2012. Regional Economic Delopment A Review. Sharing Knowledge Assets Interregionally Cohesive
Neighborhoods Working Paper. WP1/03 Januari 2012.
Azwartika, Ratiza Rizkian dan Sardjito. 2013. Pengembangan Komoditas Unggulan
Pertanian dengan Konsep Agribisnis di Kabupaten Pamekasan. Jurnal Teknik Pomits Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 23373539 (2301-9271 Print), Surabaya:
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Dwijatmiko, S dan S. Surtini. 2006. Pengaruh Frekwensi Penyuluhan Terhadap
Penerapan Adops Sapta Usaha Sapi Perah. Jurnal Sosial Ekonomi Peternakan
Volume 2 Nomer 1. Januari 2006. Semarang: Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan.
Universitas Diponegoro.
Erawati, Ni Komang. 2011. “Analisis Pola Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Potensial Kabupaten Klungkung”
(Skripsi). Denpasar: Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis. Universitas Udayana.
Gaynor, G H. 1991. Achieving The Competitive Edge Through Integrated Tecnology Management. New York: Mc Graw Hill.
Herath, Janaranjana, Tesfa G. dan Blessing M. 2011. A Dynamic Shift Share Analysis of Economic Growth in West Virginia. Journal of Rural and Community Development Vol. 6 No. 2. Morgantown: University of West Virginia.
Jef Rudianto Saragih. 2015. Perencanaan Wilayah dan Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Petanian. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
Jogiyanto. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Penerbit BPFE.
Kasuba, Suhdan, V.V.J. Panelewen, Wantasen, E. 2015. Potensi Komoditi Unggulan Agribisnis Hortikultura dan Strategi Pengembangannya di Kabupaten
Halmahera Selatan. Jurnal Zootek (“Zootek” Journal) Vol. 36 No. 1: 390402 (Juli 2015). Manado: Universitas Sam Ratulangi.
M Wildan. 2015. Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten Nganjuk. Jurnal Ekonomi Bisnis. Malang: Universitas Brawijaya.
Mudrajad, K. 1997, Ekonomi Pembangunan, Teori Masalah dan Kebijakan. Yogyakarta: UPPAMP YKPN.
_____________2000, Ekonomi Pembangunan, Teori Masalah dan Kebijakan. Cetakan Ke II. Yogyakarta: UPPAMP YKPN.
Prahastha Dewi, Kadek Ayu Novita dan Eko Budi Santoso. 2014. Pengembangan Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Karangasem Melalui Pendekatan Agribisnis. Jurnal Teknik Pomits Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print). Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Rustiadi, Ernan. 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta:
Crestpent Press dan YOI.
_______________2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Edisi Ke II. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Rakyat.
Saragih, B. 2001. Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Nasional Menghadapi Abad ke 21.
Saragih, J. Panglima. 2002. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
Sekaran, Uma. 2008. Metedologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Penerbit Salemba.
Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Niaga Swadaya.
Sjafrizal. 2012. Ekonomi Wilayah dan Perkotaan.
Jakarta: Raja Grafndo Persada.
Soekartawi. 2001. Agribisnis. Teori dan
Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pres.
Universitas Brawijaya.
Suryanto, B. 2004. Peran Usaha tani Ternak Ruminansia Dalam Pembangunan
Agribisnis Berwawasan Lingkungan. Semarang: Pidato Pengukuhan Guru
Besar Universitas Diponegoro. ISBN 979. 7042669.
Syahab, Alwi. 2013. Analisis Pengembangan Komoditi Unggulan Tanaman Pangan di Kabupaten Sumbawa (Tesis). Malang: Universitas Brawijaya.
Tambunan, Tulus T. H. 2001. Perekonomian Indonesia Teori dan Temuan Empiris. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
Tarigan, Robinson. 2001. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Tjakrawerdaya, Subiakto. 1996. Pengembangan KUD di Bidang Agribisnis dalam Era
Perdagangan Bebas Abad ke-21. Yogyakarta: Paper Seminar Peringatan 50 tahun UGM.
Todaro, Michael P. 2004, Ekonomi Pembangunan di Dunia Ketiga, terjemahan Mursid,
Jakarta: Penerbit Balai Aksara.
________________2006. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Wulandari, N. Indah. 2010. “Penentuan Agribisnis Unggulan Komoditi Pertanian
Berdasarkan Nilai Produksi Di Kabupaten Grobogan”. (Tesis). Semarang: Program
Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Widodo. 2006. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yogyakarta.
Yulianto, Dwi Puspita dan Eko Budi Santoso. 2013. Identifikasi Potensi Komoditas Unggulan Pada Koridor Jalan Lintas Selatan Jatim di Kabupaten Tulungagung-Trenggalek. Jurnal Teknik Pomits Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271
Print). Surabaya: Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS).
Zaenuri, Muhammad. 2015. Analisis Strategi
Pengembangan Sektor Pertanian Sub Sektor Bahan Pangan di Kabupaten Boyolali. Economics Development Analysis Journal. EDAJ 4 (4) (2015). Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Yuda, et. al., Penentu Komoditas...|48
Discussion and feedback