Jurnal Manajemen Agribisnis

Vol.5, No.2, Oktober 2017

ISSN: 2355-0759

PENGARUH KINERJA PENYULUH PERTANIAN TERHADAP PERILAKU PETANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI PTT DAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN BULELENG

Influence of Agricultral Extension Peformance to Farmer’s Behavior on ICM Techology Application and Rice Productivity in Buleleng Regency

Putu Sugiarta, IGAA Ambarawati, I Gede Setiawan Adi Putra

Program Studi Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRACT

Integrated Crop Management (ICM) is a technology package of rice planting concerning specific locations, used to increase the production and productivity of rice. The success implementation of the ICM technology by farmers can not be separated from the role of extension agency. It can be seen from the farmer’s behavior (knowledge, attitude and skills) on the application of ICM technology which is influential affect the productivity of rice. The purposes of this study are (1) to determine the performance of agricultural extensions, (2) to find out the influence of agricultural extension factors to their performance, (3) to find out the influence of agricultural extension performance to the behavior of farmers and (4) the impact of farmer’s behavior to the rice productivity in Buleleng Regency.The research used the explanatory research design. Total respondents 156 people consisting of agricultural extensions and rice farmers and were determined by two techniques, namely purposive sampling to sample the extension (39 people) and a simple random sampling technique to farmer samples (117 people). Data were analyzed using descriptive statistical analysis and inferential statistics (SEM-PLS). The study find out that the (1) performance of agricultural extension in Buleleng is in good category, (2) factors of agricultural extensions influence positively and significantly to the performance of agricultural extension, (3) the performance of agricultural extension has positive and highly significant to the behavior of farmers in the application of ICM rice technology and (4) farmer’s behavior has positive effect and very significantly to the rice productivity in Buleleng. Suggestions to the government are to increase the role of agricultural extension through mentoring farmers in the application of ICM technology packages with selecting methods and techniques as well as appropriate media a according to the targets in disseminating technology. The government is also expected to increase the availability of facilities, infrastructure and information technology to support extension activities.

Keywords: Integrated crop management, agricultural extension, performance, rice productivity

ABSTRAK

Pengelolaan Tanaman Terpadu (ICM) adalah paket teknologi penanaman padi di lokasi tertentu, yang digunakan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas beras. Keberhasilan penerapan teknologi ICM oleh petani tidak lepas dari peran penyuluh. Hal itu dapat dilihat dari perilaku petani (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) terhadap penerapan teknologi ICM yang berpengaruh terhadap produktivitas beras. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui kinerja penyuluhan pertanian, (2) mengetahui pengaruh faktor penyuluhan pertanian terhadap kinerjanya, (3) mengetahui pengaruh kinerja penyuluhan pertanian terhadap perilaku petani. dan (4) dampak perilaku petani terhadap produktivitas padi di Kabupaten Buleleng. Penelitian ini menggunakan explanatory research design. Total responden 156 orang terdiri dari penyuluhan pertanian dan petani padi dan ditentukan oleh dua teknik, yaitu purposive sampling untuk sampel penyuluhan (39 orang) dan teknik simple random sampling untuk sampel petani (117 orang). Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (SEM-PLS). Studi ini menemukan bahwa (1) kinerja penyuluhan pertanian di Buleleng termasuk dalam kategori baik, (2) faktor penyuluhan pertanian berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja penyuluhan pertanian, (3) kinerja penyuluhan pertanian memiliki tingkat kepentingan positif dan tinggi secara signifikan terhadap perilaku petani dalam penerapan teknologi padi ICM dan (4) perilaku petani berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap produktivitas padi di Buleleng. Saran bagi pemerintah adalah untuk meningkatkan peran penyuluhan pertanian melalui mentoring petani dalam penerapan paket teknologi ICM dengan memilih metode dan teknik serta media yang tepat sesuai target dalam penyebaran teknologi. Pemerintah juga diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan sarana, prasarana dan teknologi informasi untuk mendukung kegiatan penyuluhan.

Kata kunci: pengelolaan tanaman terpadu, penyuluhan pertanian, kinerja, produktivitas padi.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Program pembangunan pertanian pada hakekatnya merupakan rangkaian upaya perwujudan pembangunan yang mampu meningkatkan ekonomi dan taraf hidup masyarakat. Kementerian Pertanian mencanangkan empat target sukses pembangunan pertanian. Salah satu usaha pemerintah yang dilakukan agar dapat mencapai target tersebut adalah dengan melaksanakan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sehingga tujuan peningkatan produksi dan swasembada padi dapat tercapai. PTT adalah pendekatan budidaya tanaman padi yang mengutamakan pengelolaan tanaman, lahan, air, dan organisme pengganggu tanaman (OPT) secara terpadu dan bersifat spesifik lokasi (Badan Litbang Pertanian, 2009).

Salah satu kunci keberhasilan untuk meningkatkan produktivitas padi petani melalui program tersebut adalah keterlibatan pihak atau lembaga penyuluhan yang berada di pusat maupun di daerah. Peran penyuluh pertanian adalah keterlibatan sebagai penghubung antara dunia ilmu dan pemerintah serta penghubung antara dunia penelitian dengan usaha petani dan keluarganya sehingga akan menggerakkan swadaya masyarakat. Salah satu bentuk dalam pengembangan sumberdaya manusia (SDM) pertanian yang menentukan keberhasilan pengembangan program-program pembangunan pertanian adalah penyuluhan pertanian karena berkaitan langsung dengan petani sebagai pelaku utama dan pelaku usaha lainnya (Wahjuti, 2007).

Keberhasilan program PTT merupakan indikasi baiknya kinerja penyuluh pertanian dalam menjalankan tupoksi penyuluhan yang dilihat dari perilaku (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) petani pada penerapan teknologi PTT, dan perilaku petani akan meningkatkan produktivitas padi sesuai dengan potensi wilayahnya. Indikasi tersebut belum dijelaskan secara nyata karena belum adanya kegiatan evaluasi terhadap penyuluh pertanian. Perilaku petani terhadap penerapan teknologi PTT perlu diidentifikasi untuk meyakinkan bahwa paket teknologi tersebut dapat diterima dan meningkatkan produktivitas usahatani petani.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan permasalahan dapat dijabarkan sebagai berikut :

  • 1.   Bagaimana kinerja penyuluh pertanian di

Kabupaten Buleleng?.

  • 2.   Bagaimana  pengaruh faktor  karakteristik,

motivasi dan iklim organisasi penyuluh pertanian terhadap kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Buleleng?.

  • 3.    Bagaimana pengaruh kinerja penyuluhan pertanian terhadap perilaku petani pada penerapan teknologi PTT padi di Kabupaten Buleleng?.

  • 4.    Apakah perilaku petani pada penerapan teknologi PTT padi berpengaruh terhadap produktivitas padi di Kabupaten Buleleng?.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dalam penelitian ini adalah:

  • 1.   Mengetahui kinerja penyuluh pertanian di

Kabupaten Buleleng.

  • 2.   Mengetahui pengaruh faktor karakteristik,

motivasi dan organisasi penyuluh pertanian terhadap kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Buleleng.

  • 3.    Menganalisis pengaruh kinerja penyuluhan pertanian terhadap perilaku petani dalam penerapan teknologi PTT padi di Kabupaten Buleleng.

  • 4.    Menganalisis pengaruh perilaku petani dalam penerapan teknologi PTT padi terhadap produktivitas padi di Kabupaten Buleleng.

KAJIAN PUSTAKA

Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan diselenggarakan berasaskan demokrasi, manfaat, kesetaraan, keterpaduan, keseimbangan, keterbukaan, kerja sama, partisipatif, kemitraan, berkelanjutan, berkeadilan, pemerataan, dan bertanggung gugat seperti yang tertuang pada pasal 2 UU No. 16 tahun 2006 tentang SP3K. Tujuan utama penyuluhan pertanian adalah perubahan perilaku petani sehingga diharapkan dapat mengelola usahataninya dengan produktif, efektif dan efisien. Menurut Padmanagara (2012) menyatakan bahwa tujuan penyuluhan adalah membantu dan memfasilitasi para petani beserta keluarganya untuk mencapai tingkat usahatani yang lebih efisien/produktif, taraf kehidupan keluarga dan masyarakat yang lebih memuaskan melalui kegiatan-kegiatan yang terencana untuk mengembangkan    pengertian,    kemampuan,

kecakapan mereka sendiri sehingga mengalami kemajuan ekonomi. Prinsip penyuluhan pertanian adalah adanya efektifitas metoda dan teknik penyuluhan pertanian sehingga dapat merubah perilaku petani terutama dalam adopsi inovasi teknologi.

Kinerja Penyuluh Pertanian

Kinerja adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai seseorang persatuan periode waktu dalam

melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2006). Kinerja merefleksikan seberapa baik karyawan memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan. Kinerja sering disalahartikan sebagai upaya (effort) yang mencerminkan energi yang dikeluarkan, kinerja diukur dari segi hasil (Simamora dan Henry, 2004).

Penilaian kinerja penyuluh pertanian berpedoman pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 5/Permentan/KP.120/7/2007 tanggal 25 Juli 2007, yaitu tentang penilaian kinerja penyuluh pertanian dan memberikan penghargaan kepada penyuluh yang berprestasi yang meliputi: a) Kegiatan utama penyluh petanian. b) Perencanaan penyuluh pertanian, c) Programa penyuluhan pertanian, d) Rencana kerja penyuluh pertanian, e) Penyusunan materi penyuluhan, f) Penerapan metode penyuluhan, g) Pengembangan swadaya dan swakarsa petani, h) Pengembangan wilayah, i) Pengembangan profesi penyuluh, j) Pengembangan hubungan kerjasama dengan lembaga pemerintah dan non pemerintah.

Perilaku Petani

Perilaku petani yang dimaksud adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap dari petani. Menurut Angel, dkk dalam Hidayah (2012), pengetahuan didefinisikan sebagai informasi yang disimpan dalam ingatan. Dalam pembangunan pertanian, pengetahuan petani mempunyai arti penting, karena akan dapat mempertinggi kemampuannya untuk mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian. Pengetahuan petani yang tinggi dan petani bersikap positif terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian, maka penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada akhirnya akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas maupun kualitas.

Teknologi Pengeloalaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi

Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi merupakan model dan bukan paket teknologi yang tetap, tetapi merupakan pendekatan usahatani yang dinamis. PTT mengintegrasikan berbagai komponen teknologi yang saling bersinergi dalam implementasinya, sehingga dapat memecahkan masalah setempat, meningkatkan efisiensi penggunaan input, memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah. PTT merupakan suatu pendekatan yang akan mengembalikan tingkat hasil panen padi seperti semula, karena dengan penerapan model PTT akan dapat meningkatkan hasil gabah dan kualitas beras, mengurangi biaya usahatani padi melalui penggunaan teknologi yang tepat dan kesehatan serta kelestarian lingkungan tumbuh padi dan lingkungan kehidupan menjadi terjaga (Bobihoe, 2007).

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

Kerangka Konsep

Keberadaan penyuluh pertanian menempati posisi yang sangat penting dalam menggerakkan pembangunan pertanian. Penyuluh pertanian dapat mengkomunikasikan pesan-pesan pembangunan, inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi kepada petani. Keberhasilan pelaksanaan tugas tersebut ditentukan oleh penyuluh dan juga pemerintah. Apabila penyuluh pertanian aktif dalam menjalankan aktvitasnya serta adanya dukungan fasilitas dan perhatian dari pemerintah, maka para penyuluh pertanian juga akan bersemangat dalam menjalankan tugas-tugasnya sehingga kinerja penyuluh pertanian juga akan baik.

Kinerja penyuluh dipengaruhi oleh faktor-faktor penyuluh pertanian yang berasal dari karakteristik, motivasi dan iklim organisasi dari penyuluhan pertanian dalam merubah perilaku petani pada penerapan teknologi PTT sehingga dapat meningkatkan produktivitas padi petani. Asumsi tersebut kemudian diuji dengan menggunakan analisis statistik inferensial (SEM-PLS). Hasil pengujian dilakukan dengan analisis deskriptif dan analsisis statistik yang disimpulkan serta digunakan sebagai rekomendasi kepada kelembagaan penyuluhan di Kabupaten Buleleng.

Hipotesis

Berdasarkan studi pustaka dan kerangka pikir penelitian yang telah diuraikan, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

  • 1.    Kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Buleleng berada pada katagori baik.

  • 2.    Faktor karakteristik, motivasi dan iklim organisasi penyuluh pertanian berpengaruh positif terhadap kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Buleleng.

  • 3.    Kinerja penyuluh pertanian berpengaruh positif terhadap perilaku petani pada penerapan teknologi PTT padi di Kabupaten Buleleng.

  • 4.    Perilaku petani pada penerapan teknologi PTT padi    berpengaruh positif terhadap

produktivitas padi di Kabupaten Buleleng.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di tiga kecamatan di Kabupaten Buleleng, yaitu di Kecamatan Sawan, Sukasada dan Buleleng. Jumlah responden sebanyak 156 orang yang terdiri dari penyuluh pertanian yang ditentukan dengan metode purposive sampling yaitu penyuluh yang memiliki wilayah binaan berpotensi usahatani padi sawah sebanyak 39 orang dan petani sebanyak 117 orang yang ditentukan dengan metode simple random sampling. Responden petani diambil dari wilayah binaan penyuluh pertanian masing-masing sebanyak tiga orang petani. Teknik analisis data menggunakan

analisis statistik inferensial (SEM-PLS). Tujuan PLS adalah membantu peneliti mendapatkan nilai variabel laten untuk tujuan prediksi. Alat bantu yang digunakan adalah program Smart PLS Versi 2.0 M3 (Ghozali, 2012).

Konstruk variabel eksogen yang diidentifikasi adalah karakteristik (X1), motivasi (X2) dan iklim organisasi (X3). Konstruk variabel endogen yang diidentifikasi adalah kinerja penyuluh pertanian (Y1) dan perilaku petani yang terdiri dari pengetahuan (Y2), sikap (Y3) dan ketrampilan (Y4) serta produktivitas padi petani (Y5). Tiap-tiap variabel terdiri dari indikator penilaian, yaitu pada variabel karaketristik indikator yang diidentifikasi adalah umur, tingkat pendidikan, jumlah petani binaan, jumlah pendidikan dan pelatihan yang diikuti serta masa kerja penyuluh pertanian. Variabel motivasi yang diidentifikasi adalah prestasi, biaya operasional penyuluhan, jarak wilayah kerja, ketersediaan informasi teknologi, fasilitas kerja dan supervisi. Variabel iklim organisasi yang diidentifikasi antara lain pelayanan, tanggung jawab, prosedur kerja, kondisi kerja dan hubungan antara personal penyuluh pertanian. Perilaku petani yang diukur adalah tingkat pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani pada penerapan teknologi PTT padi yang diukur sesuai dengan paket teknologi PTT yang diterapkan.

Evaluasi pada SEM (PLS) terdiri atas evaluasi model pengukuran (outer model), evaluasi model struktural (inner model) dan pengujian hipotesis. Evaluasi model pengukuran (outer model) dilihat dari nilai convergent validity dengan nilai outer loading > 0,70 dan nilai t-statistic > 2,64. Discriminant validity dilihat dari nilai akar kuadrat AVE untuk setiap konstruk lebih besar dari korelasi antar konstruk dalam model. Composite reliability dan cronbach’s alpha dilihat dari nilai variabel laten > 0,70. Evaluasi model pengukuran (outer model) menunjukkan indikator-indikator variabel laten yang diteliti merupakan pengukur yang valid dan reliabel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan melihat nilai koefisien jalur dan t statistik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian unidimensionalitas dari masing-masing konstruk dengan melihat convergent validitiy dari masing-masing indikator konstruk. Uji validitas convergent indikator reflektif dilihat dari nilai loading factor untuk setiap konstruk, nilai loading factor yang direkomendasikan adalah >0,6 – 0,7 untuk penelitian yang bersifat explanatory. Bila nilai loading factor indikator yang kurang dari 0,60, maka indikator-indikator tersebut dieliminasi dari analisis.

Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan software SmartPLS dalam penelitian dapat dilihat seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Model Struktural Penelitian

Hasil pengujian seperti pada Gambar 1 menunjukkan bahwa beberapa indikator pada konstruk telah dieliminasi/didrop. Model struktural tersebut menunjukkan bahwa indikator variabel yang paling kuat dalam membentuk konstruk adalah seperti tingkat pendidikan (X1.2) pada karakteristik penyuluh pertanian, indikator prestasi (X2.1) membentuk variabel motivasi kerja. Indikator variabel hubungan interpersonal (X3.5) membentuk konstruk iklim organisasi (X3). Indikator variabel pelaksanaan penyuluhan pertanian (Y1.2) pada variabel kinerja (Y1), indikator variabel pengendalian hama dan penyakit (Y2.9) dalam konstruk pengetahuan petani (Y2). Indikator variabel penggunaan varietas unggul baru/VUB (Y3.1) pada konstruk sikap (Y3). Indikator variabel sistem penanaman (Y4.7) pada konstruk ketrampilan (Y4). Konstruk produktivitas padi (Y5) dengan satu variabel dan satu indikator yaitu produksi per satuan luas garapan petani memiliki nilai outer loading lebih besar dari 0,70 dan t-statistic > 2,64 yaitu sebesar 1,00. Jadi, variabel dan indikator tersebut dinyatakan kuat dalam membentuk konstruk produktivitas padi.

Evaluasi model struktural (inner model) menunjukkan bahwa variabel karakteristik (X1), motivasi (X2) dan iklim organisasi (X3) penyuluh pertanian memiliki nilai R-square 0,799. Hal ini berarti variabel-variabel tersebut dapat menjelaskan variabel kinerja penyuluh pertanian (Y1) sebesar 79,9 %. Perilaku petani pada penerapan teknolgi PTT padi pada komponen pengetahuan (Y2) memiliki nilai R-square 0,748, hal ini berarti variabel kinerja penyuluh pertanian (Y1) mampu menjelaskan varian pengetahuan petani (Y2) sebesar 74,8 %. Pada komponen sikap (Y3) memiliki nilai R-square 0,707 % yang berarti bahwa variabel kinerja penyuluh pertanian (Y1) mampu menjelaskan varian sikap petani (Y3) sebesar 70,7 %. Komponen ketrampilan petani (Y4) memilik nilai R-square sebesar 0,628 %, hal ini menunjukkan bahwa variabel kinerja penyuluh pertanian (Y1) mampu menjelaskan varian ketrampilan petani (Y4) sebesar 62,8 %. Variabel produktivitas padi petani memiliki nilai R-Square 0,74 % yang artinya bahwa perilaku petani (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) dapat menjelaskan variabel produktivitas padi petani

sebesar 74,0 %. Evaluasi model struktural dengan melihat nilai Q2 sebesar 0,998 (Q2>0). Hasil evaluasi ini menunjukkan bahwa model struktural memiliki predictive relevance. Evaluasi model struktural dengan melihat nilai GoF (Goodness of Fit) menunjukkan nilai 0,846. Hasil evaluasi ini menunjukkan bahwa bahwa model struktural memiliki kesesuaian (Goodness of Fit) yang baik.

Pengujian hipotesis digunakan untuk menjawab hipotesis penelitian dan juga untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai koefisien jalur dan t-statistik. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Koefisien Jalur Struktural

Hubungan Antara Konstruk

Koefisien Jalur

t-statistik

Keterangan

X1 ÷ Y1

0.234

2.935

Positif dan

X2 ÷ Y1

0.432

3.161

sangat signifikan Positif dan

X3 ÷ Y1

0.276

2.813

sangat signifikan Positif dan

Y1 ÷ Y2

0.865

30.529

sangat signifikan Positif dan

Y1 ÷ Y3

0.841

29.095

sangat signifikan Positif dan

Y1 ÷ Y4

0.792

21.695

sangat signifikan Positif dan

Y2 ÷ Y5

0.089

3.742

sangat signifikan Positif dan

Y3 ÷ Y5

0.246

2.872

sangat signifikan Positif dan

Y4 ÷ Y5

0.689

4.083

sangat signifikan Positif dan

sangat signifikan

Sumber: Data primer diolah, 2016.

Berdasarkan data pada Tabel 1. dapat dijelaskan bahwa hubungan dan pengaruh karakteristik (X1), motivasi kerja (X2) dan iklim organisasi (X3) terhadap kinerja penyuluh pertanian (Y1), pengaruh kinerja penyuluh pertanian (Y1) terhadap pengetahuan (Y2), sikap (Y3) dan ketrampilan (Y4) petani serta pengaruh pengetahuan (Y2), sikap (Y3) dan ketrampilan (Y4) petani terhadap produkstivitas padi (Y5) di Kabupaten Buleleng berpengaruh positif dan sangat signifikan yang ditunjukkan melalui nilai koefisien jalur yang bernilai positif dan t-statistik > 2,64 (alpha 1%).

Pengaruh Faktor Karakteristik Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian

Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor karakteristik penyuluh pertanian (X1) berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap kinerja penyuluh pertanian (Y1) yang dilihat dari koefisien jalur sebesar 0,234 dan t-statistik sebesar 2,935 atau nilai t-statistik > 2,64. Tingginya kinerja penyuluh pertanian sangat dipengaruhi oleh karakteristik penyuluh tersebut. umur yang produktif, pendidikan yang tinggi, jumlah petani binaan yang sesuai dengan kemampuan penyuluh dan lamanya pengalaman kerja dari seorang penyuluh akan sangat berpengaruh pada tinggi rendahnya tingkat kinerja penyuluh.

Moekijad (1992) menyatakan bahwa usia antara 2540 tahun cenderung berpikiran maju, pandai, pengetahuan luas, usahanya rata-rata maju, penghasilan tinggi dan memiliki produktifitas yang tinggi. Pekerja yang sudah berumur diatas 51 tahun biasanya kurang giat untuk hal-hal baru, kurang bersemangat dalam bekerja sehingga produktivitasnya cenderung menurun. Hasil penelitian tentang faktor karakteristik yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian sesuai dengan hasil penelitian oleh Bahua, dkk (2010) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian dan dampaknya pada perilaku petani jagung di Provinsi Gorontalo yang menyatakan bahwa faktor karakteristik dan faktor internal meningkatkan kinerja penyuluh pertanian. Semua faktor berpengaruh nyata pada pada peningkatan kinerja penyuluh pertanian di Provinsi Gorontalo.

Pengaruh Faktor Motivasi Terhadap Kinerja Penyuluh

Analisis tentang pengaruh faktor motivasi kerja (X2) menunjukkan nilai positif dari koefisien jalur dengan nilai sebesar 0.432 dan nilai t-statistik sebesar 3.161 atau nilai t-statistik > 2,64. Variabel-variabel motivasi yang diukur pada faktor motivasi kerja antara lain prestasi (X2.1), biaya operasional penyuluhan (X2.2), jarak wilayah kerja (X2.3) dan supervisi (X2.6). Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa faktor motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Buleleng. Faktor-faktor motivasi kerja tersebut merupakan variabel pembentuk yang dapat menunjang dan meningkatkan kinerja penyuluh pertanian.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Indraningsih, dkk (2010) yaitu dampak dari hal tersebut mengakibatkan keinginan penyuluh untuk berprestasi lebih diarahkan kepada hal-hal yang dapat dirasakan manfaatnya secara langsung, sehingga penyuluh lebih mengutamakan tugas-tugas administrasi dalam rangka pencapaian angka kredit untuk kenaikan jabatan fungsionalnya. Penyuluh mempunyai keyakinan dan merasakan bahwa produktivitas kerjanya akan dihargai dengan kompensasi finansial yang sepadan sehingga akan berupaya memenuhi kewajibannya dalam

melaksanakan tugas kerja. Berdasarkan Laporan Efektivitas Kerja Penyuluh Pertanian dari Badan Penelitian dan Pembangunan Provinsi Jambi tahun 2010 penambahan insentif kepada penyuluh cenderung akan diiringi dengan peningkatan efektivitas kerja penyuluh dalam menyelenggarakan kegiatan penyuluhan.

Pengaruh Faktor Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian

Analisis faktor iklim organisasi (X3) terhadap kinerja penyuluh pertanian (Y1) menunjukkan nilai positif dari koefisien jalur dengan nilai sebesar 0.276 dan t-statistik 2.813 atau t-statistik > 2,64. Menurut hasil tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa faktor iklim organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Buleleng. Variabel-variabel yang diukur adalah pelayanan (X3.1), tanggung jawab (X3.2) dan hubungan interpersonal penyuluh (X3.5).

Pelayanan yang ditentukan dalam penelitian adalah pelayanan administrasi yang diperoleh penyuluh pertanian terutama pada administrasi kenaikan pangkat yang telah sesuai dengan aturan dan ditetapkan baik dari pemerintah pusat maupun daerah. Menurut Moenir (2006) pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem prosedur dan metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya. Rasa tanggungjawab yang diberikan kepada penyuluh pertanian melalui kewenangan dan kebebasan yang diberikan oleh pimpinan organisasi serta tuntutan untuk mengutamakan kepentingan instansi atau organisasi cukup jelas dan baik. Litwin dan Stringers (1968) dalam Muhammad (2000) menyatakan rasa tanggungjawab dapat dilihat dari kebebasan yang dialami oleh individu dalam menentukan suatu keputusan sehingga masalah yang dihadapi oleh individu tersebut dapat diantisipasi bahkan diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat.

Hubungan interpersonal antar penyuluh pertanian di Kabupaten Buleleng yang dilakukan melalui pertemuan rutin setiap seminggu sekali di kantor BP3K merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan tali persaudaraan antara penyuluh dan digunakan pula sebagai tempat tukar pendapat, tukar informasi inovasi baru dan membahas masalah-masalah di wilayah kerjanya untuk memperoleh solusi yang tepat. Litwin dan Stringers (1968) dalam Muhammad (2000) menyatakan bahwa rasa persaudaraan dapat dilihat dari banyaknya dukungan serta kehangatan yang diberikan kepada pekerja. Dukungan dan kehangatan yang dirasakan oleh penyuluh pertanian tercermin dari hubungan kekeluargaan dan dukungan yang diberikan oleh pimpinan, teman sekerja, perhatian pimpinan terhadap masalah yang dihadapi penyuluh.

Pengaruh Kinerja Penyuluh Pertanian Terhadap Pengetahuan Petani

Kinerja penyuluh pertanian berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap pengetahuan petani pada penerapan teknologi PTT padi. Hasil tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien jalur yang bernilai positif sebesar 0,865 dengan t-statistik sebesar 30,529 atau t-statistik > 2,64. Pengaruh kinerja penyuluh pertanian terhadap pengetahuan petani tentang teknologi PTT padi dikategorikan sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa peran penyuluh pertanian dalam menjalankan tupoksinya juga baik. Hal ini dapat dilihat dari keberlanjutan sistem pertanaman yang dilakukan petani. Petani mengetahui bahwa dengan menerapkan komponen paket teknologi PTT akan dapat meningkatkan produksi. Hal ini berkaitan dengan pemilihan metode dan teknik penyuluhan yang digunakan dalam penyampaian informasi tentang teknologi PTT padi oleh penyuluh kepada petani.

Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh Zulvera (2014) yang dilakukan di Provinsi Sumatera Barat yang menjelaskan bahwa ketepatan metode, kesesuaian materi, kesesuaian model komunikasi, kompetensi penyuluh dan frekuensi penyuluhan ternyata berhubungan secara positif dengan perilaku petani dalam merespon sistem pertanian sayuran organik. Dalam upaya merubah perilaku petani dan meningkatkan pengetahuan bahkan untuk mengadopsi suatu inovasi maka kegiatan penyuluhan sangat penting untuk dilakukan.

Pengaruh Kinerja Penyuluh Pertanian Terhadap Sikap Petani

Pengaruh kinerja pengaruh pertanian terhadap sikap petani pada penerapan teknologi PTT adalah positif dan sangat signifikan. Hal ini berdasarkan nilai koefisien jalur yang bernilai positif yaitu sebesar 0,841 dengan t-statistik sebesar 29,095 atau t-statistik > 2,64. Sikap petani terhadap penerapan komponen teknologi PTT dinyatakan baik dan terbuka terhadap komponen teknologi PTT padi yang disampaikan oleh penyuluh pertanian. Hal ini tidak terlepas dari kinerja penyuluh pertanian dalam mendiseminasikan/menyebarkan program pemerintah dan inovasi baru.

Hasil penelitian tentang perilaku petani dalam usahatani padi lahan rawa lebak di Provinsi Sumatera Selatan yang dilakukan oleh Suryani, dkk (2011) memperoleh hasil yang relatif sama dengan penelitian ini, yaitu sikap petani dalam berusahatani padi termasuk dalam kriteria tinggi, yang berarti bahwa petani terbuka untuk setiap informasi, inovasi, program-program, dan anjuran pemerintah dalam kegiatan usahatani padi.

Pengaruh Kinerja Penyuluh Pertanian Terhadap Ketrampilan Petani

Pengaruh kinerja penyuluh pertanian adalah positif dan sangat signifikan terhadap ketrampilan petani pada penerapan teknologi PTT padi. Hasil tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien jalur yang bernilai positif sebesar 0,792 dengan t-statistik sebesar 21,695 atau t-statistik > 2,64.

Pengaruh positif kinerja penyuluh pertanian terhadap ketrampilan petani pada penerapan komponen teknologi PTT padi merupakan hasil dari penerapan metode dan teknik penyuluhan pertanian. Dinas Pertanian bersama penyuluh di Kabupaten Buleleng dalam mendiseminasikan teknologi PTT padi menerapkan metode dan teknik penyuluhan melalui sekolah lapang (SL), demonstrasi plot (demplot) dan demonstrasi area (dem area). Dalam metode dan teknik tersebut, petani merupakan pelaku sehingga inovasi-inovasi yang ada dalam teknologi PTT dilakukan sendiri oleh petani. Ketrampilan petani akan meningkat karena seluruh inovasi teknologi yang diterapkan dilakukan sendiri oleh petani.

Hasil penelitian dari Suryani, dkk. (2011) tentang perilaku petani dalam usahatani padi lahan rawa lebak di Provinsi Sumatera Selatan menyatakan bahwa keterampilan petani dalam berusahatani padi rawa lebak yang diukur melalui beberapa indikator tentang usahatani padi berada pada kriteria sedang. Kegiatan usahatani padi rawa lebak yang dilakukan oleh petani sudah cukup baik. Namun tidak didukung oleh keterampilan petani dalam kegiatan pemeliharaan tanaman yang berada pada kriteria rendah. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan program-program pendampingan tentang usahatani padi di rawa lebak oleh penyuluh pertanian maupun instansi terkait lainnya terutama dengan programprogram yang melibatkan petani secara langsung.

Pengaruh Perilaku Petani Terhadap Produktivitas Padi di Kabupaten Buleleng

Komponen perilaku petani yang diukur dan ditetapkan sebagai konstruk dalam penelitian adalah pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani pada penerapan teknologi PTT padi dan pengaruhnya terhadap produktivitas padi di Kabupaten Buleleng. Perilaku petani berpengaruh positif dan sangat signifikan terhadap produktivitas padi di Kabupaten Buleleng yang dilihat dari nilai koefisien jalur yang positif dari masing-masing konstruk, yaitu pengetahuan nilai koefisien jalurnya 0,089 dengan t-statistik sebesar 3,742 (>2,64), sikap nilai koefisien jalur sebesar 0,246 dengan t-statistik sebesar 2,872 (>2,64), ketrampilan dengan nilai koefisien jalur 0,689 dengan t-statistik sebesar 4,083 (>2,64).

Pengetahuan petani sangat menunjang kemampuannya untuk mengadopsi teknologi dalam usahatani. Semakin tinggi tingkat pengetahuan

petani maka kemampuan dalam mengadopsi teknologi juga tinggi ataupun sebaliknya. Metode dan teknik dengan sekolah lapang (SL) merupakan metode pembelajaran yang menggunakan prinsip AKOSA (Alami, Kemukakan, Olah, Simpulkan dan Aplikasikan). Petani diajak untuk mengalami, mengamati, menganalisis dan mencari jawaban untuk pengendalian sehingga akan meningkatkan produksi dan produktivitas usahataninya (Sudarta, 2002).

Hasil penelitian dari Suryani, dkk. (2011) tentang perilaku petani dalam usahatani padi lahan rawa lebak di Provinsi Sumatera Selatan menyatakan bahwa sikap petani dalam berusahatani padi termasuk dalam kriteria tinggi, yang berarti bahwa petani terbuka untuk setiap informasi, inovasi, program-program, dan anjuran pemerintah dalam kegiatan usahatani padi sehingga akan meningkatkan produktivitas petani dan keluarganya. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Titahena, dkk (2011) tentang kajian pola dan faktor penentu distribusi penerapan inovasi pertanian PTT padi sawah di Kabupaten Seram Bagian Barat (SSB) yang menyatakan bahwa sikap petani responden terhadap teknolodi PTT padi sawah di Kabupaten Seram Bagian Barat berpengaruh    sangat    signifikan    terhadap

produktivitas padi yang diperoleh petani.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

  • 1.    Kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Buleleng dikategorikan baik. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluh pertanian telah melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

  • 2.    Faktor-faktor penyuluh pertanian seperti karakteristik, motivasi dan iklim organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Buleleng.

  • 3.    Kinerja penyuluhan pertanian berpengaruh positif terhadap perilaku (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) petani dalam menerapkan teknologi PTT padi di Kabupaten Buleleng.

  • 4.    Perilaku petani yang baik dalam penerapan teknologi PTT padi berpengaruh positif terhadap produktivitas padi di Kabupaten Buleleng.

Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:

  • 1.    Kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Buleleng yang baik agar terus dipertahankan, sehingga dapat mendukung kinerja institusi/lembaga penyuluhan setempat yang

melaksanakan program baik dari daerah maupun program dari pusat.

  • 2.    Selain faktor karakteristik, motivasi kerja dan iklim organisasi dari penyuluh yang diperhatikan dalam meningkatkan kinerja penyuluh pertanian, diharapkan pula dukungan sarana dan prasarana untuk meningkatkan kemampuan penyuluh.

  • 3.    Penyuluh pertanian agar terus meningkatkan kinerjanya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sehingga perilaku petani dalam menguasai, menerapkan dan menerima suatu inovasi dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan. Salah satunya adalah dengan memperhatikan keadaan sasaran untuk menentukan metode dan teknik penyuluhan yang tepat.

  • 4.    Bagi peneliti lain, dalam penelitian khususnya yang menggunakan analisis dengan model SEM-PLS agar memperhatikan jumlah variabel yang diidentifikasi sehingga operasional model dapat digunakan dengan maksimal.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih penulis sampaikan kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian atas kesempatan yang diberikan untuk mengembangkan kemampuan yaitu berupa bea siswa untuk mengikuti Program Magister Agribisnis di Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Kepada Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali beserta seluruh rekan-rekan pegawai di BPTP, penulis juga mengucapkan terima kasih atas dukungan yang diberikan baik dari kegiatan akademik maupun penelitian dalam menyelesaikan tugas akhir. Ucapan terima kasih kepada Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng, Koordinator Penyuluh dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) beserta petani binaannya serta Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Buleleng atas informasi yang diberikan kepada penulis terkait dengan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009. Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi. Jakarta: Balitbang Pertanian.

Bahua, M.I., Jahi, A., Asngari, PS., Saleh, A., Purnaba, IGP. 2010. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian dan Dampaknya pada Perilaku  Petani

Jagung Di Provinsi Gorontalo” Jurnal

Ilmiah Agropolitan. Volume 3 Nomor 1 April 2010. Hal 293-303.

Teknologi      Untuk      Meningkatkan

Produktivitas Tanaman Padi. Litbang Pertanian. BPTP Jambi.

Departemen Pertanian 2006. Undang-undang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan    (SP3K). Jakarta:

Departemen Pertanian.

Ghozali, I. 2012. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Edisi 3. Semarang: Universitas Diponegoro.

Hidayah, N. 2012. Kesiapan Psikologis Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan Menghadapi Diversifikasi Pangan Pokok. Jurnal Humanitas, Vol. VIII No.1 Januari 2011.

Indraningsih, K.S., Sugihen, B.G., Tjitropranoto, P. Asngari, Pang S., dan Wijayanto, H.I. 2010. Kinerja Penyuluh dari Perspektif Petani dan Eksistensi Penyuluh Swadaya Sebagai Pendamping Penyuluh Pertanian. Analisis Kebijakan Pertanian.

Mangkunegara, 2006. Evaluasi Kinerja SDM.

Bandung: PT. Refika Aditama.

Moekijad, 1992, Asas-Asas Perilaku Organisasi, Cetakan Pertama, Bandung: PT. Alumni.

Moenir, H.A.S.,  2006. Manajemen pelayanan

umum. Jakarta : Bumi Aksara.

Muhammad A. 2000. Komunikasi Organisasi. Edisi 1 Cetakan 3. Jakarta: Bumi Aksara.

Padmanagara, S. 2012. Bapak Penyuluhan Pertanian. Pengabdi Petani Sepanjang Hayat. Jakarta Selatan: PT. Duta Karya Swasta Gedung Arsip.

Simamora dan Henry. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN.

Sudarta, W. 2002. Pengetahuan dan Sikap Petani Terhadap Pengendalian Hama Tanaman

Terpadu   (Online). http://ejournal.unud.

ac.id/        abstrak/(6)%20soca-sudarta-

pks%20pht(2)pdf/, diakses 8 Oktober 2016.

Suryani, S., Rambe, M.,  Honorita, B. 2011.

Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian. Prosiding Seminar  Nasional  Budidaya

Pertanian| Urgensi dan Strategi. Bengkulu: BPTP Bengkulu.

Titahena, M., Nurdin, M.M., Lasmono, A. 2011. Kajian Pola Dan Faktor Penentu Distribusi Penerapan Inovasi Pertanian PTT Padi Sawah Di Kabupaten Seram Bagian Barat. Ambon : BPTP Maluku.

Bobihoe, 2007. Buku Saku Pengelolaan Tanaman

Terpadu (PTT) Padi Sawah. Inovasi

Wahjuti, 2007. Metodologi Penyuluhan Pertanian Partisipatif. Malang:   Sekolah Tinggi

Penyuluhan Pertanian (STPP).

Zulvera. 2014. “Faktor Penentu Adopsi Sistem Pertanian Sayuran Organik dan Keberdayan Petani Di Provinsi Sumatera Barat” (disertasi).

http://repository.ipb.ac.id/handle/12345678 9/70102. Bogor: IPB. Diunduh tanggal 3 Pebruari 2017.

Sugiarta, et. al., Pengaruh Kinerja....|43