GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, MOTIVASI, DAN SUPERVISI PADA PERAWAT DALAM PELAKSANAAN KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY) DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD SANJIWANI GIANYAR
on
Arc. Com. Health • Desember 2022
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Vol. 9 No. 3: 425 – 438
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, MOTIVASI, DAN SUPERVISI PADA
PERAWAT DALAM PELAKSANAAN KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY) DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD SANJIWANI GIANYAR
Ni Putu Amanda Ayuning Krissita, I Ketut Suarjana*
Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Jalan P.B Sudirman, Denpasar, Bali, 80232
ABSTRAK
Keselamatan pasien adalah dasar pelayanan kesehatan dan merupakan kewajiban yang harus diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, motivasi, dan supervisi pada perawat dalam pelaksanaan patient safety di Instalasi Rawat Inap RSUD Sanjiwani Gianyar. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan rancangan cross-sectional. Informan pada penelitian ini terdiri dari 127 perawat dengan menggunakan teknik total sampling. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran pengetahuan baik (63,78%) sikap positif (51,97%), motivasi baik (53,54%) supervisi baik (66,14%) dan pelaksanaan keselamatan pasien baik (3,54%). Pengetahuan, motivasi, dan supervisi memiliki hubungan signifikan dalam pelaksanaan keselamatan pasien, Namun, variabel sikap tidak memiliki hubungan signifikan. Maka dari itu perlu dilakukannya berdasarkan hasil penelitian ini adalah melakuka pelatihan pedoman pelapran insiden keselamatan pasien kepada perawat dan memberikan sistem reward kepada perawat sesuai dengan kinerjanya dalam menerapkan keselamatan pasien.
Kata Kunci: Keselamatan Pasien, Motivasi, Pengetahuan, Sikap, dan Supervisi.
ABSTRACT
Patient safety is basis of health services and an obligation that must be provided. This study aims describe the knowledge, attitudes, motivation, and supervision of nurses in implementation of patient safety. This study is descriptive observational study with a cross-sectional design. Informants in this study consisted of 127 nurses using total sampling technique. The data collection instrument used a questionnaire. Data analysis was carried out univariate and bivariate. The results of this study shows picture of good knowledge (63.78%) positive attitude (51.97%), good motivation (53.54%) good supervision (66.14%) and good patient safety implementation (3.54%). Knowledge, motivation, and supervision have a significant relationship in the implementation of patient safety, however, the attitude variable doesn’t have a significant relationship. Therefore, it’s necessary to do based on the results of this study is to conduct training on patient safety incident reporting guidelines to nurses and provide reward system to nurses according to their performance in implementing patient safety.
Keywords: Patient Safety, Motivation, Knowledge, Attitude, and Supervision.
PENDAHULUAN
Keselamatan pasien adalah dasar dari pelayanan kesehatan dan merupakan kewajiban yang harus diberikan oleh suatu unit pelayanan kesehatan terhadap pasien baik pelayanan primer, sekunder maupun tersier. Keselamatan pasien juga menjadi salah satu indikator manajemen mutu pada suatu pelayanan kesehatan. Terjaminnya keselamatan pasien akan berdampak pada minimnya infeksi nosocomial, waktu dan
biaya perawatan yang dikeluarkan oleh pasien akan berkurang. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap peningkatan kepuasan pasien akan pelayanan kesehatan yang diterimanya. Keselamatan pasien merupakan solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegahterjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan-tindakan yang seharusnya diambil (Kemenkes RI, 2017).
Hasil penelitian (Havard School of Public Health (2011) dalam Febrianita & Saputra (2018) menyebutkan bahwa dari seluruh dunia terdapat 43 juta orang dirugikan setiap tahunnya dari seluruh dunia akibat mendapatkan perawatan yang tidak aman. Pasien mengalami kesalahan medis menderita cacat ringan sekitar 70%, pasien dengan cacat permanen sebesar 7% dan kasus bersifat fatal sebesar 13,6%
Penerapan keselamatan pasien di Indonesia sudah menjadi sebuah wacana sejak tahun 2001, dan kemudian tertulis dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1961 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien. Berdasarkan data dari Insiden Keselamatan Pasien yang diterbitkan oleh KKPRS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit) dari tahun 2006-2011, dilaporkan terdapat 877 laporan insiden keselamatan pasien. Sementara untuk tahun 2015-2019 dilaporan insiden keselamatan pasien sebesar 11.558 kasus, dan peningkatan jenis insiden dari kurun waktu tersebut adalah sebanyak 7 – 12%. Jumlah rumah sakit yang melaporkan insiden keselamatan pasien yakni naik sebesar 7% pada tahun 2019 yang sebesar 12% dibandingkan dengan tahun 2018 yakni sebesar 5%. Angka kematian pasien akibat terjadinya insiden keselamatan pasien pada tahun 2019 sebesar 171 kasus, hal ini akan mengakibatkan kurangnya kepercayaan masyarakat dalam mengakses pelayanan di kesehatan rumah sakit, sehingga kecendrungan yang akan terjadi adalah rumah sakit tersebut hanya akan melaporkan kejadian cedera ringan atau kejadian tidak ada cedera (KKP-RS, 2015).
Perawat juga memiliki peranan
sebagai penangung jawab utama dalam pemberian pelayanan terhadap pasien di fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini tidak lepas dari pengetahuan, sikap, motivasi dan supervisi pada perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien di RS. Menurut Gibson (1987) mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang memengaruhi kinerja, yaitu faktor individu, psikologi dan organisasi. Faktor individu terdiri dari kemampuan dan keahlian, latar belakang, dan demografi. Faktor psikologi yang terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi. Faktor Organisasi terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, sistem kompensasi, struktur desain pekerjaan, beban kerja, super visi, dan rekan kerja (Ngalngola, 2012).
Perawat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan yang ada dilapangan sangat menentukan dalam upaya meningkatkan mutu perawat pelaksanaan keselamatan pasien di pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut. Pelayanan keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang memiliki peranan penting di fasilitas pelayanan kesehatan. Peran yang penting ini tidak hanya dilihat dari jumlah tenaga keperawatan dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang lain, akan tetapi pelayanan keperawatan merupakan pelayanan yang diberikan secara terus menerus dan berkesinambungan (Fitri et al., 2020).
Perawat juga memiliki peranan sebagai penangung jawab utama dalam pemberian pelayanan terhadap pasien di fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini tidak lepas dari pengetahuan, sikap, motivasi dan supervisi pada perawat dalam
melaksanakan keselamatan pasien di RS. Menurut Gibson (1987) mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang memengaruhi kinerja, yaitu faktor individu, psikologi dan organisasi. Faktor individu terdiri dari kemampuan dan keahlian, latar belakang, dan demografi. Faktor psikologi yang terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi. Faktor Organisasi terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, sistem kompensasi, struktur desain pekerjaan, beban kerja, super visi, dan rekan kerja (Ngalngola, 2012).
Rumah Sakit Umum di Daerah Sanjiwani adalah salah satu rumah sakit tipe B yang berada di bagian Bali Timur, yang terletak tepat di tengah-tengah kota Kabupaten Gianyar, Lingkungan Candi Baru, Kelurahan Gianyar, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. RSUD Sanjiwani telah membentuk tim keselamatan pasien sejak tahun 2013. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Wati et al., 2018) mengenai hubungan supervisi keperawatan dengan pelaksanaan budaya safety menunjukkan hasil adanya hubungan signifikan superfisi keperawatan dengan pelaksanaan budaya patient safety.
Berdasarkan pada laporan Komite Keselamatan Pasien di RSUD Sanjiwani Gianyar, yakni pada tahun 2021 terdapat sebanyak 17 insiden yang terdiri dari 2 Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), 2 Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan 13 Kejadian Nyaris Cedera (Komite PMKP RSUD Sanjiwani, 2021). Ruangan rawat inap pada RSUD Sanjiwani Gianyar diklasifikasikan berdasarkan kelas ruangan
yakni lantai tiga kelas satu dengan jumlah perawat 24 orang, lantai 3 ruang stroke dengan jumlah perawat 6 orang, lantai 2 kelas 2 dengan jumlah perawat 25 orang, lantai 2 kelas 3 dengan jumlah perawat 29 orang, lantai 1 ruang iso/psikiatri dengan jumlah perawat 21 orang dan ruang kamboja dengan jumlah 22 perawat.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan rancangan cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Sanjiwani dengan waktu penelitian dimulai dari bulan Februari hingga Juni Tahun 2022. Sampel penelitian ini adalah perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Sanjiwani dengan kriteria inklusi pada penelitian ini adalah terdaftar sebagai perawat di instalasi rawat inap, perawat sedang bertugas di instalasi rawat inap, perawat telah bertugas minimal 1 tahu, dan perawat dengan pendididkan minimal DIII keperawatan. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 127 sampel.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini berdasarkan rumus uji estimasi proporsi dari Lemeshow (1997). Teknik analisi data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara univariable dan bivariabel. Penelitian ini telah melewati proses review sesuai kaidah etik penelitian dan dinyatakan lulus ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Litbang FK Unud/RSUPSanglahnomor1789/UN14.2.2. VII.14/LT/2022
HASIL
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Responden | ||
Karakteristik Responden |
Frekuensi (n) |
Proporsi (%) |
Usia | ||
24-30 Tahun |
43 |
33,86 |
31-36 Tahun |
38 |
29,29 |
37-42 Tahun |
24 |
18,90 |
43-48 Tahun |
22 |
17,32 |
≥49 Tahun |
1 |
0,79 |
Jenis Kelamin | ||
Perempuan |
85 |
66,93 |
Laki-laki |
42 |
33,07 |
Pendidikan | ||
D3 |
62 |
48,82 |
S1 |
64 |
50,93 |
S2 |
1 |
0,79 |
Lama Bekerja | ||
1-10 Tahun |
62 |
48,82 |
11-20 Tahun |
64 |
50,39 |
21-30 Tahun |
1 |
0,79 |
Tabel 1 menunjukkan distribusi responden terbanyak terdapat pada kategori umur 24-30 tahun yaitu sebesar (33,86%), sedangkan persentase paling sedikit terdapat pada kategori umur ≥ 50 tahun yaitu sebesar (0,79%). Sebagian besar responden pada penelitian ini berjenis kelamin perempuan dengan persentase sebesar (66,93%). Berdasarkan tingkat pendidikan dapat diketahui yakni bahwa mayoritas responden yang bertugas
menjadi perawat di instalasi rawat inap jalan di RSUD Sanjiwani Gianyar terdapat pada responden yang berpendidikan akhir lulusan S1 dengan persentase sebesar (50,93%). Pada lama bekerja sebagian besar responden bekerja sebagai perawat di isntalasi rawat inap paling besar 11-20 tahun dengan presentase sebesar (50,39%), sedangkan persentase terkecil terdapat pada responden dengan lama bekerja 21-30 tahun dengan presentase sebesar (0,79%).
Tabel 2. Gambaran Pelaksanaan Keselamatan Pasien
Kategori Frekuensi (n) |
Proporsi (%) |
Pelaksanaan Baik 68 Kurang 59 |
53,54 46,46 |
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan pelaksanaan keselamatan pasien di RSUD
distribusi frekuensi mengenai gambaran Sanjiwani Gianyar. Hasil analisis yang
didapatkan menunjukkan sebagian besar responden melaksanaan pelaksanaan baik yakni sebesar (53,54%) dan perawat dengan
pelaksanaan keselamatan pasien kurang pada perawat di instalasi rawat inap RSUD Sanjiwani Gianyar yakni sebesar (46,46%).
Tabel 3. Gambaran Pengetahuan Perawat tentang Keselamatan Pasien
Kategori Frekuensi (n) |
Proporsi (%) |
Pengetahuan Baik 81 Kurang 46 |
63,78 36,22 |
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan seluruh responden |
menjawab benar |
hasil penelitian pengetahuan perawat tentang keselamatan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik sebanyak (63,78%) dan responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak (36,22%). Pengetahuan yang baik ditunjukkan dari pernyataan
mengenai pernyataan perawat yang menemukan insiden keselamatan pasien wajib menulis laporan insiden keselamatan pasien dan menyerahkan laporan tersebut ke kepala ruangan serta 100% responden menjawab benar pada pernyataan segala tindakan di rumah sakit sanjiwani berisiko menimbulkan insiden keselamatan pasien.
Tabel 4. Gambaran Sikap Perawat tentang Keselamatan Pasien
Kategori Frekuensi (n) |
Proporsi (%) |
Sikap Positif 66 Negatif 61 |
51,97 48,03 |
Berdasarkan tabel 4 hasil penelitian sikap responden tentang keselamatan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki sikap positif sebanyak (51,97%) dan responden yang memiliki sikap negatif sebanyak (48,03%) sikap baik responden ditunjukkan dari hasil (55,12%) responden sudah tahu tentang standar keselamata pasien. Variabael motivasi menunjukkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki motivasi baik sebanyak 53,54% dan responden yang memiliki motivasi kurang sebanyak 46,46%. Motivasi baik
ditunjukkan dari hasil 55,91% responden setuju selalu melaksanakan pelayanan kesehatan yang berfokus pada keselamatan pasien dan 70,08% setuju yakni dalam memberikan pelayanan kesehatan selalu memperhatikan hasil kerja sesuai dengan kebutuhan dan keamanan pasien. supervisi perawat tentang keselamatan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani didapatkan hasil analisis tersebut yang menunjukkan 66,14% memiliki supervisi baik. Supervisi baik ditunjukkan dari hasil 64,57% perawat setuju kepala ruangan/ wakil kepala ruangan mengingatkan staf untuk mengidentifikasi pasien sebelum
mengambil tindakan dan 60,63% setuju kepala ruangan/ wakil kepala ruangan memberi tugas semua staf untuk
melaporkan insiden keselamatann pasien (KPC, KNC, KTC, KTD, Sentinel) yang saya temui.
Tabel 5. Gambaran Pengetahuan, Sikap, Motivasi dan Supervisi pada Perawat berdasarkan Pelaksanaan Keselamatan Pasien di Instalasi Rawat Inap RSUD Sanjiwani Gianyar.
Variabel (n=127) |
Pelaksanaan Keselamatan Pasien Baik Kurang Total PR 95% CI p (%) (%) |
Pengetahuan Baik Kurang Sikap Positif Negatif Motivasi Baik Kurang Supervisi Baik Kurang |
49 (60,49) 32 (39,51) 81 (127) 1,46 0,99-2,16 0,04 19 (41,30) 43 (58,70) 62 (127) 35 (35,03) 31 (46,97) 66 (127) 0,98 0,71-1,36 0,90 33 (54,10) 28 (45,90) 61 (127) 47 (69,12) 21 (30,88) 68 (127) 1,94 1,33-2,83 0,00 21 (35,59) 38 (64,41) 59 (127) 53 (63,10) 31 (36,90) 84 (127) 1,81 1,17-2,81 0,00 15 (34,88) 28 (65,12) 43 (127) |
Berdasarkan tabel 5.12 menunjukkan bahwa sebanyak sebanyak 49 responden (60,49%) memiliki pengetahuan baik dan pelaksanaan baik dalam patient safety. Sedangkan 32 responden (39,51%) memiliki pengetahuan baik namun kurang dalam pelaksanaan patient safety. Sebaliknya responden yang memiliki pengetahuan kurang namun memiliki pelaksanaan baik dalam patient safety yakni sebanyak 19 responden (41,30%). Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang dan pelaksanaan kurang dalam patient safety yakni sebanyak 27 responden (58,70%). Berdasarkan hasil uji statistik chi-square yang dilakukan dalam penelitian ini di peroleh nilai (PR=1,46; 95%CI= 0,99-2,16) yang menunjukkan pengetahuan baik memiliki peluang 1,46 kali meningkatkan pelaksanaan keselamatan pasien di
instalasi rawat RSUD Sanjiwani Gianyar. Nilai p-value yang diperoleh adalah 0,04 (p<0.05) yang menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan keselamatan pasien.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 35 responden (53,03%) memiliki sikap positif dan pelaksanaan baik dalam patient safety. Sedangkan 31 responden (46,97%) memiliki sikap positif namun kurang dalam pelaksanaan patient safety. Sebaliknya responden yang memiliki sikap negatif namun memiliki pelaksanaan baik dalam patient safety yakni sebanyak 33 responden (54,10%). Sedangkan responden yang memiliki sikap negatif dan pelaksanaan kurang dalam patient safety yakni sebanyak 28 responden (45,90%). Berdasarkan hasil uji statistik chi-square yang dilakukan dalam penelitian ini di
peroleh niliai (PR=0,98; 95%CI= 0,71-1,36) dengan p-value yang diperoleh adalah 0,90 (p<0,05) menunjukkan tidak terdapat hubungan antara sikap dengan pelaksanaan patient safety.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sebanyak 47 responden (69,12%) memiliki motivasi baik dan pelaksanaan baik dalam patient safety. Sedangkan 21 responden (30,88%) memiliki motivasi baik namun kurang dalam pelaksanaan patient safety. Sebaliknya responden yang memiliki motivasi kurang namun memiliki pelaksanaan baik dalam patient safety yakni sebanyak 21 (35,59%). Sedangkan responden yang memiliki motivasi kurang dan pelaksanaan kurang dalam patient safety yakni sebanyak 38 responden (64,41%). Berdasarkan hasil uji statistik chi-square yang dilakukan dalam penelitian ini di peroleh niliai (PR=1,94; 95%CI= 1,33-2,83) yang menunjukkan motivasi baik memiliki peluang 1,94 kali meningkatkan pelaksanaan keselamatan pasien di instalasi rawat RSUD Sanjiwani Gianyar. Nilai p-value yang diperoleh adalah 0,00 (p<0,05) menunjukkan terdapat hubungan antara motivasi dengan pelaksanaan patient safety.
Hasil penelitian menunjukkan 53 responden (63,10%) memiliki supervisi baik dan pelaksanaan baik dalam patient safety. Sedangkan 31 responden (36,90%) memiliki supervisi baik namun kurang dalam pelaksanaan patient safety. Sebaliknya responden yang memiliki supervisi kurang namun memiliki pelaksanaan baik dalam patient safety yakni sebanyak 15 (34,88%). Sedangkan responden yang memiliki
supervisi kurang dan pelaksanaan kurang dalam patient safety yakni sebanyak 28 responden (65,12%). Berdasarkan hasil uji statistik chi-square yang dilakukan dalam penelitian ini di peroleh niliai (PR=1,81; 95%CI= 1,17-2,81) yang menunjukkan
supervisi baik memiliki peluang 1,81 kali meningkatkan pelaksanaan keselamatan pasien di instalasi rawat RSUD Sanjiwani Gianyar dengan nilai p-value yang diperoleh adalah 0,00 (p<0,05)
menunjukkan terdapat hubungan antara supervisi dengan pelaksanaan patient safety.c
DISKUSI
Gambaran Pelaksanaan Patient Safety
Hasil penelitian menunjukkan 53 responden (63,10%) memiliki supervisi baik dan pelaksanaan baik dalam patient safety. Sedangkan 31 responden (36,90%) memiliki supervisi baik namun kurang dalam pelaksanaan patient safety. Sebaliknya responden yang memiliki supervisi kurang namun memiliki pelaksanaan baik dalam patient safety yakni sebanyak 15 (34,88%). Sedangkan responden yang memiliki supervisi kurang dan pelaksanaan kurang dalam patient safety yakni sebanyak 28 responden (65,12%). Berdasarkan hasil uji statistik chi-square yang dilakukan dalam penelitian ini di peroleh niliai (PR=1,81; 95%CI= 1,17-2,81) yang menunjukkan
supervisi baik memiliki peluang 1,81 kali meningkatkan pelaksanaan keselamatan pasien di instalasi rawat RSUD Sanjiwani Gianyar dengan nilai p-value yang diperoleh adalah nilai p-value 0,00 (p<0,05) menunjukkan terdapat hubungan antara supervisi dengan pelaksanaan patient safety.
Karakteristik responden selanjutnya yaitu jenis kelamin yang dikategorikan menjadi dua jenis yaitu laki - laki dan perempuan. Hasil penelitian didominasi oleh responden perempuan sebanyak 58% sedangkan sisanya responden laki-laki sebanyak 42%. Menurut Rangkuti (2006) dalam Habibi (2020) menyatakan bahwa tingginya angka kesakitan pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki menyebabkan perempuan membutuhkan pelayanan kesehatan yang lebih banyak dan hal tersebut sejalan dengan hasil dari penelitian ini. Selain itu, responden yang berjenis kelamin perempuan juga lebih banyak berkunjung ke rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki, hal ini dikarenakan perempuan lebih banyak memiliki waktu di rumah terutama ibu rumah tangga jika dibandingkan dengan laki - laki yang harus bekerja di luar rumah sebagai kepala keluarga.
Gambaran Pelaksanaan Patient Safety Berdasarkan Pengetahuan Perawat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Sanjiwani Gianyar, di peroleh gambaran bahwa sebagian besar perawat memiliki pengetahuan baik tentang keselamatan pasien (patient safety) sebanyak 63,78%. Pengetahuan perawat tentang keselamatan pasien adalah hal yang penting, karena jika pengetahuan perawat tentang keselamatan pasien kurang maka ini akan brerpengaruh terhadap kinerja perawat dalam penerapan keselamatan pasien, selain itu juga tentunya akan berdampak buruk bagi pasien serta dapat membahayakan
keselamatan pasien bahkan dapat menimbulkan insiden keselamatan pasien di rumah sakit.
Pada penelitian ini responden yang memiliki pengetahuan baik dapat memahami budaya keselamatan pasien Farisia (2020). Pengetahuan yang baik ditunjukkan dari pernyataan seluruh responden menjawab benar mengenai pernyataan staf yang menemukan insiden keselamatan pasien wajib menulis laporan insiden keselamatan pasien dan menyerahkan laporan tersebut ke kepala ruangan serta 100% perawat menjawab benar pada pernyataan segala tindakan di rumah sakit berisiko menimbulkan insiden keselamatan pasien.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Marheni (2016) didapatkan hasil sebagian besar pengetahuan perawat dalam kategori baik yaitu sebanyak 91,8%. Penelitian Prasasti (2017) juga menghasilkan hasil yang sama yaitu sebagian besar perawat memiliki pengetahuan dalam kategori baik yaitu sebanyak 90,8%.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Sanjiwani di peroleh gambaran bahwa variabel pengetahuan memiliki hubungan signifikan dalam pelaksanaan keselamatan pasien dimana responden yang memiliki pengetahuan baik berpeluang lebih besar 1,46 kali meningkatkan pelaksanaan keselamatan pasien. Variabel pengetahuan berpengaruh, sangat signifikan terhadap pelaksanaan keselamatan pasien di instalasi rawat inap RSUD Sanjiwani dan memberikan pengaruh positif yang artinya semakin baik tingkat pengetahuan perawat
tentang keselamatan pasien maka akan semakin tinggi tingkat pelaksanaan keselamatan pasien di rumah sakit.
Seorang perawat yang memiliki pengetahuan baik, maka diharapkan perawat tersebut mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan secara efektif dan efisien kepada pasien Purba (2020). Penerapan keselamatan pasien sangat bergantung dari pengetahuan petugas kesehatan khususnya perawat. Apabila perawat menerapkan keselamatan pasien didasari oleh pengetahuan yang memadai, maka penerapan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana tersebut akan bersifat langgeng. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nora et al., 2021) di dapatkan hasil adanya hubungan signifikan antara pengetahuan dengan penerapan budaya keselamatan pasien oleh perawat.
Gambaran Pelaksanaan Patient Safety Berdasarkan Sikap Perawat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Sanjiwani Gianyar, di peroleh gambaran bahwa sebagian besar perawat memiliki sikap poistif tentang keselamatan pasien (patient safety) sebanyak 51,97%. Perawat yang memiliki sikap positif adalah perawat yang memiliki sikap mendukung pelaksanaan keselamatan pasien di rumah sakit. Dengan memiliki sikap positif berarti memiliki tanggung jawab terhadap asuhan yang diberikan kepada pasien.
Penilaian tingkat sikap perawat berdasarkan kuesioner pernyataan yang diisi langsung oleh perawat di instalasi rawat inap. Pada penelitian ini responden
yang memiliki sikap positif dapat memahami standar keselamatan pasien, pelaksanaan keselamatan pasien, dan evaluasi sistem pencatatan dan pelaporan keselamatan pasien. Sikap responden positif ditunjukkan dari pernyataan 55,12% perawat sudah tahu tentang standar keselamatan pasien dan 68,50% perawat sangat setuju pelaksanaan keselamatan pasien terutama pada sistem pencatatan dan pelaporan keselamatan pasien perlu di sosialisasikan. Sikap perawat yang positif adalah sikap dimana perawat tersebut mau mengerjakan pekerjaan tanpa merasa terbebani oleh sesuatu yang menjadi konflik internal dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Sikap ini akan mempengaruhi perilaku perawat dalam menghadapi pasien.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jesica & Apriyatmoko (2021) di dapatkan hasil bahwa sebanyak 70,0% responden memiliki sikap baik. Hal ini menujukkan bahwa sikap perawat yang baik merupakan salah satu faktor dalam penerapan patient safety dirumah sakit. Penelitian Dewi (2017) juga menghasilkan hasil yang sama yaitu sebagian besar perawat memiliki sikap dalam kategori positif yaitu sebanyak 60%.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Sanjiwani di peroleh gambaran bahwa variabel sikap tidak memiliki hubungan signifikan dalam pelaksanaan keselamatan pasien. Sikap dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga
pendidikan dan faktor emosional. Diharapkan pada tim keselamatan pasien rumah sakit untuk lebih diperkenalkan lagi tentang pedoman pelaporan insiden melalui kegiatan pelatihan, pendidikan, dan sosialisasi yang berkesinambungan Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widya (2018) di dapatkan hasil adanya hubungan signifikan antara sikap dengan penerapan budaya keselamatan pasien oleh perawat.
Gambaran Pelaksanaan Patient Safety Berdasarkan Motivasi Perawat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Sanjiwani Gianyar, di peroleh gambaran bahwa sebagian besar perawat memiliki motivasi baik tentang keselamatan pasien (patient safety) sebanyak 68%. Motivasi perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien adalah hal yang penting, karena jika motivasi perawat tentang keselamatan pasien kurang maka hal ini akan brerpengaruh terhadap kinerja perawat dalam penerapan keselamatan pasien.
Penilaian tingkat motivasi perawat tersebut berdasarkan kuesioner pernyataan yang diisi langsung oleh perawat di instalasi rawat inap. Responden yang memiliki motivasi baik ditunjukkan dari hasil 55,91% responden setuju selalu melaksanakan pelayanan kesehatan yang berfokus pada keselamatan pasien dan 70,08% setuju dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit selalu memperhatikan hasil kerja sesuai dengan kebutuhan dan keamanan pada pasien. Berdasarkan rekapitulasi pada jawaban responden pada kuesioner perawat di
Instalasi Rawat Inap RSUD Sanjiwani Gianyar masih didapatkan hasil perawat tidak mendapatkan reward/penghargaan yang sesuai terhadap kinerja baik yang telah dilaksanakan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pemberian suatu sistem reward/penghargaan kepada perawat sesuai dengan kinerjanya dalam menerapkan keselamatan pasien dengan baik dan konsisten maka diberikan reward yaitu berupa pemberian insentif, peluang promosi jabatan, rumah sakit memberikan kesempatan belajar kejenjang lebih tinggi sebagai bentuk apresiasi kepada perawat yang telah melaksanakan keselamatan pasien dengan baik. Dengan pemberian reward/penghargaan yang akan lebih meningkatkan motivasi perawat dalam pelaksanaan keselamatan pasien.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Era Zana (2019) di dapatkan hasil bahwa sebanyak 53,7%% responden memiliki motivasi baik. Hal ini menujukkan bahwa motivasi perawat yang baik adalah salah satu faktor dalam penerapan patient safety dirumah sakit. Penelitian Sumarno & Holis (2017) juga menghasilkan hasil yang sama yaitu sebagian besar perawat memiliki motivasi dalam kategori baik yaitu sebanyak 93,30%.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Sanjiwani di peroleh gambaran bahwa variabel motivasi memiliki hubungan signifikan dalam pelaksanaan keselamatan pasien dimana responden yang memiliki motivasi baik berpeluang lebih besar 1,94 kali meningkatkan pelaksanaan keselamatan pasien. Motivasi adalah salah satu faktor penting dalam pelaksanaan
keselamatan pasien, dengan memiliki motivasi yang tinggi akan berpengaruh pada kinerja yang tinggi, sabaliknya perawat yang memiliki motivasi rendah akan memiliki kinerja yang rendah.
Motivasi pada perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien adalah hal yang penting, karena jika motivasi perawat tentang keselamatan pasien kurang maka hal ini akan brerpengaruh terhadap kinerja perawat dalam penerapan keselamatan pasien. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Era Zana (2019) di dapatkan hasil adanya hubungan signifikan antara motivasi dengan penerapan budaya keselamatan pasien oleh perawat.
Gambaran Pelaksanaan Patient Safety Berdasarkan Dukungan Supervisi Pada Perawat
Berdasarkan penelitian ini yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Sanjiwani Gianyar, di peroleh gambaran bahwa sebagian besar perawat memiliki supervisi baik tentang keselamatan pasien (patient safety) sebanyak 66,14%. Variabel supervisi penelitian ini mengukur kegiatan atasan langsung berupa bimbingan mengenai budaya keselamatan pasien yang diterima oleh responden.
Supervisi pelayanan keperawatan adalah interaksi dan komunikasi professional yang supervisor keperawatan dengan perawat pelaksana yakni dalam interaksi komunikasi tersebut perawat pelaksana menerima bimbingan, dukungan, bantuan, dan dipercaya. Supervisi pelayanan keperawatan dipandang sebagai bagian terpenting dari pelaksanaan aktivitas keperawatan dalam memberikan
asuhan yang aman kepada pasien.
Pada penelitian ini responden yang memiliki supervisi baik terdapat kegiatan atasan langsung berupa bimbingan mengenai budaya keselamatan pasien yang diterima oleh responden. Supervisi yang baik ditunjukkan dari pernyataan 64,57% perawat setuju kepala ruangan/ wakil kepala ruangan mengingatkan staf untuk mengidentifikasi pada pasien sebelum mengambil tindakan dan 60,63% setuju kepala ruangan/ wakil kepala ruangan memberi tugas semua staf untuk melaporkan insiden keselamatann pasien (KPC, KNC, KTC, KTD, Sentinel) yang saya temui
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rasdini et al., 2014) di dapatkan hasil bahwa sebanyak 62,8% responden dengan hasil supervisi baik. Hal ini menujukkan bahwa supervisi perawat memiliki peranan dalam penerapan keselamatan pasien oleh perawat. Penelitian yang di lakukan oleh (Irawan et al., 2017) juga menghasilkan hasil yang sama yaitu sebagian besar perawat memiliki supervisi dalam kategori baik yaitu sebanyak 69%.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Sanjiwani di peroleh gambaran bahwa variabel supervisi memiliki hubungan signifikan dalam pelaksanaan keselamatan pasien dimana responden yang memiliki supervisi baik berpeluang lebih besar 1,81 kali peluang untuk meningkatkan pelaksanaan keselamatan pasien. Hasil penelitian pada supervisi pelayanan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Sanjiwani Gianyar dinilai baik oleh
sebagian besar responden (66,14%). Supervisi pelayanan keperawatan di RSUD Sanjiwani yang dilaksanakan oleh atasan langsung yakni berupa bimbingan mengenai budaya keselamatan pasien dan berjalan dengan cukup optimal.
Hasil pernyataan pada penelitian ini mengindikasikan yakni bahwa perawat pelaksana merasakan adanya interaksi yang baik dengan supervisi pelayanan keperawatan dalam usaha meningkatkan profesionalisme kinerja perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien. Hubungan yang baik dan terbuka antara supervisi keperawatan dengan perawat pelaksana akan meningkatkan pencapaian standar keselamatan pasien. Hal ini juga sebagai acuan perawat pelaksana dalam memberikan asuhan yang bermutu kepada pasien. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rasdini et al., 2014) di dapatkan hasil adanya hubungan signifikan antara supervisi pelayanan keperawatan dengan penerapan budaya keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUP Sanglah Denpasar tahun 2014 (p < 0,05).
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:Lebih dari sebagian perawat melaksanakan patient safety dengan baik, lebih dari sebagian perawat memiliki pengetahuan baik tentang patient safety, lebih dari sebagian perawat memiliki sikap positif tentang patient safety, lebih dari sebagian perawat memiliki motivasi baik tentang patient safety,
lebih dari sebagian atasan perawat memberikan supervisi yang baik tentang patient safety, pengetahuan perawat tentang budaya patient safety di Instalasi Rawat Inap memiliki hubungan signifikan dalam pelaksanaan patient safety, sikap perawat terhadap patient safety di instalasi rawat inap tidak memiliki hubungan signifikan dalam pelaksanaan patient safety, motivasi perawat untuk melakukan asuhan berdasarkan budaya patient safety memiliki hubungan signifikan dalam pelaksanaan patient safety, dan supervisi perawat oleh atasan langsung di instalasi rawat inap memiliki hubungan signifikan dalam pelaksanaan patient safety
SARAN
Masih terdapat perawat dengan sikap negatif untuk patient safety. Diharapkan pada tim keselamatan pasien rumah sakit untuk lebih diperkenalkan lagi tentang pedoman pelaporan insiden khususnya pada pencatatan insiden melalui kegiatan pelatihan yang secara berkesinambungan. Memberikan sistem reward/penghargaan kepada pearwat sesuai dengan kinerjanya dalam menerapkan keselamatan pasien dengan baik dan konsisten. Bagi peneliti selanjutnya diaharapkan dapat melakukan penelitian yang bersikap kualitatif agar dapat menjelaskan secara lebih mendalam mengenai gambaran pengetahuan, sikap, motivasi, dan supervisi dalam pelaksanaan patient safety.
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, dosen penguji, keluarga, sahabat, pihak RSUD Sanjiwani Gianyar, serta seluruh pihak yang telah
membantu dan mendukung pelaksanaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Cintya, S., Sinolungan, B. J. S. V, Program, R.
S. H., Keperawatan, S. I., Kedokteran, F., Sam, U., & Manado, R. (2013). DI RUANG RAWAT INAP RSUD LIUN KENDAGE TAHUNA.
Dewi, K. V. T. (2017). Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Pelaksanaan Keselamatan Pasien Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli Tahun 2017.
Era Zana, N. (2019). Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Motivasi Dan Supervisi Terhadap Tindakan Perawat Pelaksana Dalam Penerapan Keselamatan Pasien Di Rs Ptpn Iv Laras Simalungun.
Febrianita, Y., & Saputra, R. (2018). Peran Champion Keselamatan Pasien Dalam Penerapan Budaya Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit Pemerintah Se Kota Pekanbaru. Jurnal Keperawatan Abdurrab, 2(1), 66–73.
https://doi.org/10.36341/jka.v2i1.498
Fitri, E. S., Kusnanto, & Maryanti, H. (2020). Pengetahuan dan Sikap Perawat
Berhubungan Dengan Pelaksanaan
Patient Safety. Jurnal Keperawatan Terpadu, 2(1), 22–28.
Irawan, A. G., Yulia, S., & Muliyadi. (2017). Hubungan Supervisi dengan
Penerapan Budaya Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Rumah Sakit XX. Jurnal Masker Medika, 5(1), 1–14.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2017 Tentang Keselamatan Pasien. https://jdih.baliprov.go.id/uploads/pr oduk-hukum/peraturan/2017/PERME NKES/permenkes-11-2017.pdf
KKP-RS. (2015). Pedoman Pencatatan dan Pelaporan Keselamatan Pasien. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Komite PMKP RSUD Sanjiwani. (2021). Laporan Insiden Keselamatan Pasien Rumah Sakit Sanjiwani. In RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar.
Marheni, N. W. (2016). Gambaran Pengetahuan, Motivasi dan Supervisi Oleh Atasan Langsung Dalam Penerapan Budaya Keselamatan Pasien Oleh Tenaga Kesehatan Pelayanan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bangli Tahun 2016.
Ngalngola, E. (2012). Gambaran Pengetahuan Dan Motivasi Perawat Terhadap Penerapan Program Patient Safety Di Instalasi Rawat Inap RSUD Daya Makassar Tahun 2012.
Nora Aminayanti, Rokiah Kusumapradja, M. A. (2021). Pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan Motivasi Perawat Terhadap Pelasanaan Keselamatan Pasien Pada Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu. Jurnal Health Sains, 2(7).
Panggabean, N. S. (2019). Peningkatan Budaya Keselamatan Pasien Di Puskesmas.
https://doi.org/10.31227/osf.io/7gsvm
Prasasti, A. (2017). Hubungan Pengetahuan Petugas Kesehatan Terhadap
Penerapan Keselamatan Pasien Di Puskesmas Balerejo Kabupaten
Madiun Tahun 2017. In Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia
Madiun. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun
Pujilestari, A. (2014). Gambaran Budaya Keselamatan Pasien Oleh Perawat Dalam Melaksanakan Pelayanan Di Instalasi Rawat Inap Rsup Dr. Wahidin Sudirohusodo. Universitas Hasanuddin Fakultas Kedokteran Gigi Makassar, 2.
Purba, C. (2020). Respon Tenaga Analis Kesehatan Tentanf Pelaksanaan Budaya Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Umum Haji Medan. 1–89.
Rasdini, I. G. a A., Madewedri, N., & Mega, I. (2014). Hubungan Penerapan Budaya Keselamatan Pasien Dengan Supervisi Pelayanan Keperawatan Oleh Perawat Pelaksana. Jurnal Keperawatan, 147–154.
Suarli, S., & Bahtiar, Y. (2012). Manajemen keperawatan dengan pendekatan praktis. Jakarta: Erlangga.
Sumarno, A., & Holis, Z. A. (2017).
Hubungan Motivasi Perawat dengan Pelaksanaan Komunikasi Efektif Dalam Manajemen Keselamatan Pasien di Rumah Sakit JS Tahun 2017. 19–21.
Wati, N. M. N., Prihatiningsih, D., &
Haryani, N. P. N. (2018). Hubungan Supervisi Keperawatan Dengan Pelaksanaan Budaya Safety. Adi Husada Nursing Journal, 4(2), 56–65.
Winardi. (2012). Manajemen Prilaku Organisasi Edisi Revisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
e-mail korespondensi : [email protected]
438
Discussion and feedback