GAMBARAN AKSEPTOR KB TIDAK MENGGUNAKAN MKJP (METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG) DI DESA DAWAN KALER KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN 2023
on
Vol. 10 No. 3 : 459 - 467
Arc. Com. Health • Desember 2023 p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620
GAMBARAN AKSEPTOR KB TIDAK MENGGUNAKAN MKJP (METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG) DI DESA DAWAN KALER KABUPATEN
KLUNGKUNG TAHUN 2023
Ni Wayan Sutasning*, Gusti Ayu Marhaeni, I Gusti Agung Ayu Novya Dewi Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Denpasar
Jalan Raya Puputan Renon, Denpasar, Bali, 80234
ABSTRAK
Peningkatan penduduk yang masih tinggi merupakan permasalahan penting yang dihadapi Indonesia di bidang kependudukan. Program KB bermaksud untuk mengendalikan jumlah penduduk. Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) adalah obat kontrasepsi jangka panjang yang digunakan untuk mencegah kehamilan, menunda kehamilan, dan mengatasi kemandulan. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran akseptor KB yang tidak menggunakan MJKP. Data yang digunakan adalah data primer, jenis penelitian yg digunakan adalah deskriptif. Penelitian dilakukan di semua ibu yang menggunakan KB non MKJP di Desa Dawan Kaler, Kabupaten Klungkung. Sampel penelitian sebanyak 77 orang dengan menggunakan simple random sampling. Hasil penelitian adalah faktor umur mayoritas umur >35 tahun (33,77%), faktor pekerjaan adalah tidak bekerja (48,52%), faktor pendidikan sebagian besar adalah SMA (41,56%), faktor pengetahuan terbesar adalah cukup (44,16%), faktor sikap sebagian besar positif (75,32%) dan faktor dukungan suami mayoritas tidak mendukung (68,83%). Kesimpulan penelitian ini sebagian besar responden yang tidak menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) berumur >35 tahun, tidak bekerja, berpendidikan SMA, tingkat pengetahuan cukup, bersikap positif dan suami tidak mendukung.
Kata Kunci: Akseptor KB Tidak Menggunakan MKJP.
ABSTRACT
The still high population increase is an important problem faced by Indonesia in the Population Sector. The family planning program intends to control the population. Long- Term Contraception (MKJP) is a long-acting contraceptive drug used to prevent pregnancy, delay pregnancy, and overcome infertility. The purpose of the study was to determine the factors that I influence in the low coverage of the use of long-term contraceptive methodsI (MKJP). The data used is primary data, the type of research used is descriptive. The study was conducted in all mothers using non- MKJP family planning in Dawan Kaler Village, Klungkung. The study sample was 77 people using simple random sampling. The results of the study were the age factor of the majority aged 36 – 45 years (33.77%), the work factor was not working (48.52%), the education factor was mostly high school (41.56%), the largest knowledge factor was sufficient (44.16%), the attitude factor was mostly positive (75.32%) and the majority of husband support factors were not supportive (68.83%). The conclusion of this study was that most respondents were aged 36-45 years, did not work, had a high school education, sufficient level of knowledge, were positive and their husbands were not supportive.
Keywords: Overview of KB Acceptors Not Using MKJP
PENDAHULUAN
Peningkatan penduduk yang masih tinggi merupakan permasalahan penting yang dihadapi Indonesia di bidang kependudukan. Pemerintah melaksanakan berbagai tindakan untuk mengendalikan peningkatan jumlah penduduk salah satunya meningkatkan derajat kesehatan reproduksi untuk semua sesuai dengan yang tercantum dalam salah satu tujuan
*e-mail korespondensi : [email protected]
SDGs (Sustainable Development Goals) yaitu mengusahakan kualitas hidup masyarakat di semua tingkatan umur dan memastikan kehidupan sehat dengan meningkatkan indikator Contraceptive Prevalance Rate (CPR). Cakupan Modern Contraceptive Prevalence Rate (MCPR) juga mengalami penurunan. Berdasarkan data SDKI (Survey Demografi Kesehatan Indonesia) tahun 2017 masih sebesar 57,2% dan pada
Arc. Com. Health • Desember 2023 p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 tahun 2019 menurun berdasarkan data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2019 yaitu sebesat 54,55%, sementara target tahun 2024 adalah 63,4% (Kemenkes RI, 2020). Pelaksanaan program KB (Keluarga Berencana) adalah contoh Tindakan atau usaha untuk menjamin CPR (Fikri, 2021) .
Keluarga Berencana Nasional diatur dalam undang-undang Kependudukan dan Pembangunan Keluarga No. 52 Tahun 2009. Undang-undang tersebut
menyatakan bahwa Keluarga Berencana (KB) mengacu pada upaya pengaturan
kelahiran anak, jarak dan usia ideal
kelahiran, mengatur kehamilan dengan mempromosikan, melindungi dan
mendukung pelaksanaan hak-hak
reproduksi. dan mengatur dukungan,
peraturan serta layanan yang diperlukan guna mewujudkan keluarga sesuai umur kawin serta bersalin ideal, merencanakan jarak serta jumlah melahirkan serta pembinaan kesejahteraan. Penerapan program KB yang dilakukan oleh BKKBN sudah menunjukkan kemajuan. Program KB bermaksud untuk mengendalikan jumlah penduduk di negara ini yang jumlahnya lumayan besar. Pemerintah berupaya meminimalkan pertambahan penduduk melalui pelaksanaan KB (Harahap, 2018).
Metode kontrasepsi yang dipilih oleh akseptor KB sangat krusial. Pemakaian kontrasepsi utamanya guna merencanakan ataupun mengendalikan kehamilan, sehingga pengguna KB harus memutuskan metode yang ampuh dalam merencanakan kehamilan yang tidak dikehendaki. Seseorang harus memperkirakan untuk memilih metode KB dengan matang saat
*e-mail korespondensi : [email protected]
Vol. 10 No. 3 : 459 - 467 mengganti dari satu metode kontrasepsi ke metode yang lain (Amran, Y., dkk, 2019).
Program KB salah satunya yaitu pemakaian kontrasepsi jangka panjang dan jangka pendek. Kontrasepsi adalah suatu cara pencegahan kehamilan dengan menggunakan alat atau obat seperti pil, suntik, IUD (alat kontrasepsi dalam rahim), implan atau susuk. Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) adalah obat kontrasepsi jangka panjang yang digunakan untuk mencegah kehamilan, menunda kehamilan, dan mengatasi kemandulan. MKJP juga lebih masuk akal dan memiliki efek samping yang lebih sedikit. MKJP mencegah hingga 99% kehamilan (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2017).
Berdasarkan World Health Organization (WHO) bahwa secara global penggunaan metode kontrasepsi hormon, pil dan kondom khususnya didaerah berkembang masih lebih tinggi dari pemakaian metode AKDR dan Implan. Presentasi pemakaian metode AKDR 15,7% dan implan dibawah 10% yaitu 7,3%, penggunaan metode suntik yakni 35,3%, kontrasepsi pil sebesar 30,5% dan penggunaan metode KB yang lain yaitu 11,7%. Diprediksi penggunaan IUD di beberapa negara adalah 13% di negara-negara Eropa, 30% terdapat di Cina, 5 %, di Amerika dan 6,7% di negara – negara berkembang lainnya (Afsari, 2017). Data hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2017 menyatakan cakupan MKJP nasional adalah 13,40%. di Provinsi Bali sebesar 20,60% (Badan Pusat Stastistik, 2017).
Cakupan MKJP di Kabupaten
Arc. Com. Health • Desember 2023 p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Klungkung sebesar 65,55%, di wilayah UPTD Puskesmas Dawan I sebesar 51,1% (Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung, 2021). Capaian cakupan penggunaan MKJP Pasangan Usia Subur (PUS) di wilayah Dawan Kaler adalah yang terendah dari seluruh desa di Wilayah UPTD Puskesmas Dawan I yaitu sebesar 29.70% (Puskesmas Dawan I, 2021). Hasil yang serupa juga didapatkan sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Paal V Kota Jambi tahun 2018 yaitu persentase akseptor non MKJP yaitu 54.70% serta akseptor MKJP yakni 45.30% (Suryanti, 2019).
Cakupan MKJP yang rendah disebabkan oleh karena hal-hal yang berpengaruh pada keputusan calon akseptor KB dalam pemilihan metode kontrasepsi AKDR dan implan diantaranya adalah faktor umur, pada umur lebih dari 35 tahun lebih berisiko dalam kehamilan dan persalinan dibandingkan dengan periode reproduksi muda yang kemudian disarankan untuk menggunakan metode kontrasepsi yang ampuh contohnya yaitu metode AKDR dan Implan. Selain usia hal yang berpengaruh dalam keputusan akseptor KB yaitu pendidikan. Semakin baik tingkat pendidikan seseorang maka akan cenderung mendapatkan banyak pengetahuan serta edukasi. Pendidikan yang tinggi akan memudahkan seseorang dalam mengolah informasi (Indahwati L dkk, 2017). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran akseptor KB tidak menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang di Desa Dawan Kaler Kabupaten Klungkung Tahun 2023.
Vol. 10 No. 3 : 459 - 467 METODE
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Dawan Kaler dimulai pada bulan Maret sampai Mei 2023. Sampel diambil dari sejumlah akseptor KB aktif non MKJP di Wilayah Desa Dawan Kaler yang memenuhi kriteria inklusi yaitu akseptor KB aktif non MKJP yang bersedia menjadi responden serta kriteria ekslusi yaitu akseptor aktif MKJP di Desa Dawan Kaler dan akseptor KB aktif non MKJP di Luar Wilayah Desa Dawan Kaler. Jumlah sampel yaitu 77 orang dengan teknik pengambilan sampel metode simple random sampling. Penelitian ini menggunakan
analisis univariat. Penelitian ini telah dinyatakan layak etik oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Poltekkes Denpasar dengan nomor LB.02.03/EA/KEPK/0291 /2023.
HASIL
Hasil penelitian tentang gambaran Akseptor KB tidak menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Desa Dawan Kaler, Kabupaten Klungkung berdasarkan variabel penelitian yang terdiri dari enam indikator yaitu umur, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan, sikap, dan dukungan suami dapat diidentifikasi secara rinci pada tabel berikut.
Tabel 1. Gambaran Umur Akseptor KB tidak menggunakan MKJP di Desa Dawan Kaler Kabupaten Klungkung
Rentangan Umur |
f |
% |
≤ 35 tahun |
32 |
41,55 |
> 35 tahun |
45 |
58,45 |
*e-mail korespondensi : [email protected]
Arc. Com. Health • Desember 2023
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 Total 77 100 |
Vol. 10 No. 3 : 459 - 467 (31,17%), dan paling sedikit berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 5 orang (6,49%). |
Berdasarkan tabel 1, menunjukkan bahwa dari 77 responden yang diteliti diketahui bahwa responden terbanyak berusia >35 tahun sebanyak 45 orang ..(58,45 %).
Tabel 2. Gambaran Pekerjaan Akseptor KB tidak menggunakan MKJPdi Desa Dawan Kaler Kabupaten Klungkung |
Tabel 4. Gambaran Pengetahuan Akseptor KB tidak menggunakan MKJP di Desa Dawan Kaler Kabupaten Klungkung |
Jenis Pekerjaan f % Tidak bekerja 37 48,05 Swasta 23 29,87 Wiraswasta 15 19,48 PNS 2 2,6 Total 77 100 |
Pengetahuan Ibu f % Kurang 12 15,58 Cukup 34 44,16 Baik 31 40,26 Total 77 100 |
Berdasarkan tabel 2, menunjukkan bahwa dari 77 responden yang diteliti diketahui bahwa responden terbanyak tidak bekerja sebanyak 37 orang (48,05%) dan paling sedikit pekerjaannya adalah PNS sebanyak 2 orang (2,6%). |
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa dari 77 responden yang diteliti, diketahui bahwa sebanyak 44,16% ibu memiliki pengetahuan cukup, 15,58% ibu memiliki pengetahuan kurang dan 40,26% ibu memiliki pengetahuan baik tentang Metode |
Tabel 3. Gambaran Pendidikan Akseptor KB tidak menggunakan MKJP di Desa Dawan Kaler Kabupaten Klungkung |
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Tabel 5. Gambaran Sikap Akseptor KB tidak |
Pendidikan f % SD 24 31,17 SMP 16 20,78 SMA 32 41,56 Perguruan Tinggi 5 6,49 Total 77 100 |
menggunakan MKJPdi Desa Dawan Kaler Kabupaten Klungkung Sikap Ibu f % Negatif 19 24,68 Positif 58 75,32 Total 77 100 Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa |
Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa dari 77 responden yang diteliti diketahui bahwa responden terbanyak berpendidikan SD sebanyak 24 orang |
dari 77 responden yang diteliti, diketahui sebanyak 75,32% ibu memiliki sikap yang positif dalam penggunaan KB MKJP dan 24,68% ibu hamil memiliki sikap yang |
*e-mail korespondensi : [email protected]
Arc. Com. Health • Desember 2023 p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 negative dalam penggunaan KB MKJP.
Tabel 6.
Gambaran Dukungan Suami Akseptor KB tidak menggunakan MKJPdi Desa Dawan Kaler Kabupaten Klungkung
Dukungan Suami |
f |
% |
Mendukung |
24 |
31,17 |
Tidak mendukung |
53 |
68,83 |
Total |
77 |
100 |
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa dari 77 responden yang diteliti, diketahui sebanyak 31,17% ibu yang suaminya mendukung penggunaan KB MKJP dan 68,83% ibu yang suaminya tidak mendukung penggunaan KB MKJP
PEMBAHASAN
Sebagian besar responden berusia >35 tahun. Ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar responden yang tidak menggunakan MKJP berusia >35 tahun. Perempuan dalam rentang usia tersebut tergolong dalam usia reproduksi tua, pada umur lebih dari 35 tahun lebih berisiko dalam kehamilan dan persalinan dibandingkan dengan periode reproduksi muda. Umur merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku seseorang termasuk dalam pemakaian alat kontrasepsi. Wanita berumur muda mempunyai peluang lebih kecil untuk
*e-mail korespondensi : [email protected]
menggunakan metode MKJP dibandingkan dengan yang tua. Periode umur wanita di atas 35 tahun sebaiknya mengakhiri kehamilan setelah mempunyai 2 orang anak (Notoatmodjo, 2018). Pada dasarnya umur tidak mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan, umur merupakan karakteristik seseorang dan bukanlah hal yang menentukan seseorang dalam memilih alat kontrasepsi melainkan dorongan dari lingkungan luar maupun pandangan orang tersebut terhadap alat kontrasepsi. Umur yang muda atau tua dapat memilih menggunakan MKJP jika memang dibutuhkan sehingga umur bukanlah faktor yang kuat untuk dijadikan pedoman seseorang dalam memilih alat kontrasepsi (Lia Laurensia,2020).
Mayoritas responden tidak bekerja sebanyak 37 orang (48,05%), ini menggambarkan bahwa sebagian besar responden yang tidak bekerja tidak memilih kontrasepsi MKJP. Tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan pemakaian MKJP, pasangan usia subur yang tidak bekerja berpeluang 2,634 kali menggunakan Non MKJP dibandingkan dengan pasangan usia subur yang memiliki pekerjaan (Catharina, 2021). Penelitian ini sejalan dengan (Luki Triyanto, Diah Indriani, 2019) yang menyatakan bahwa ibu yang bekerja (63,74%) memilih menggunakan MKJP dan hanya 36,26% ibu yang tidak bekerja memilih menggunakan MKJP, ibu yang bekerja atau memiliki pekerjaan yang menetap akan lebih memilih alat kontrasepsi MKJP karena praktis, aman dan memiliki pengaruh jangka panjang. Penggunaan MKJP ini dimaksudkan agar dapat membatasi jarak
Arc. Com. Health • Desember 2023 p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 kelahiran dan membatasi jumlah anak sehingga tidak mengganggu karir dan pekerjaannya.
Mayoritas responden berpendidikan SMA sebanyak 32 orang . Ini menggambarkan bahwa sebagian
responden yang memilih non MKJP berpendidikan SMA. Pendidikan juga berperan penting dalam pembentukan kecerdasan manusia maupun perubahan tingkah lakunya. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya sesuatu hal, termasuk pentingnya keikutsertaan dalam KB. Ini disebabkan seseorang yang berpendidikan tinggi akan lebih luas pandangannya dan lebih mudah menerima ide dan tata cara kehidupan baru. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seharusnya orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memilih jenis kontrasepsi jangka Panjang (Catharina, 2021). Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian ini.
Sebagian besar responden
berpengetahuan cukup. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian (Catharina, 2021) yang menyatakan bahwa PUS yang
menggunakan MKJP tingkat
pengetahuannya baik ada 39 (95,1%)
.Pengetahuan akseptor KB sangat erat
kaitannya terhadap pemilihan alat kontrasepsi, karena dengan adanya pengetahuan yang baik terhadap metode kontrasepsi tertentu akan merubah cara pandang akseptor dalam menentukan kontrasepsi yang paling sesuai dan efektif digunakan, sehingga membuat pengguna KB lebih nyaman terhadap kontrasepsi *e-mail korespondensi : [email protected]
tersebut dan dengan pengetahuan yang baik akan alat kontrasepsi dapat menghindari kesalahan dalam pemilihan alat kontrasepsi yang paling sesuai bagi pengguna itu sendiri. Karena semakin baik pengetahuan responden, maka tingkat kesadaran responden untuk menggunakan MKJP semakin tinggi (Catharina, 2021). Pengetahuan merupakan indikator seseorang dalam melakukan suatu tindakan, jika seseorang didasari dengan pengetahuan yang baik terhadap kesehatan maka orang tersebut akan memahami pentingnya menjaga kesehatan dan memotivasi diri untuk diaplikasikan dalam kehidupannya. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2018).
Pengetahuan responden tentang MKJP merupakan hasil penginderaannya terhadap informasi-informasi yang berhubungan dengan MKJP. Pengetahuan (knowledge atau ilmu) adalah bagian yang esensial-aksiden atau bagian yang penting bagi manusia, karena pengetahuan adalah buah dari "berpikir" (Notoatmodjo, 2018). Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang MKJP sebagian besar adalah masih dalam kategori cukup ini berarti masih ada ibu belum memperoleh informasi yang memadai tentang MKJP.
Sebagian besar responden memiliki sikap yang positif dalam penggunaan MKJP. Walaupun responden memiliki sikap yang positif dalam penggunaan
Arc. Com. Health • Desember 2023 p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 MKJP namun tidak mempengaruhi keputusannya untuk tidak memilih kontrasepsi MKJP. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian (Ismi Dzalva Alfiah, 2017), bahwa hanya setengah akseptor KB di wilayah Puskesmas Kecamatan Kalideres yang memiliki sikap yang positif terhadap penggunaan KB MKJP. Sikap merupakan suatu perasaan yang melekat pada diri seseorang. Perasaan yang positif belum tentu diterjemahkan dalam perilaku yang positif. Berbagai hal yang dapat mempengaruhi sikap seseorang untuk berperilaku tidak sesuai dengan sikapnya.
Dukungan dapat diartikan sebagai satu dari fungsi pertalian atau ikatan sosial. Segi fungsionalnya mencakup dukungan emosional,mendorong adanya ungkapan perasaan,memberi nasehat atau informasi dan pemberian bantuan material (Fikri, 2021). Pada penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar suami tidak mendukung Ibu untuk menggunakan MKJP (68,83%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Harahap,2018) yang menyatakan bahwa Ibu yang
menggunakan alat kontrasepsi non MKJP hanya mendapat dukungan suami sebesara 10% sedangkan Ibu yang menggunakan alat kontrasepsi MKJP mendapat dukungan suami sebesar 68,45%, sehingga terdapat hubungan antara dukungan suami dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang di wilayah Puskesmas Gunung Tua tahun 2018. Dukungan suami diartikan sebagai sikap atau tindakan suami terhadap alat atau metode kontrasepsi yang digunakan istrinya. Dari hasil penelitian (Ane, 2020) menjelaskan bahwa salah satu faktor rendahnya *e-mail korespondensi : [email protected]
penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yaitu kurangnya dukungan suami terhadap penggunaan MKJP, hal ini dikarenakan ketidaknyamanan dalam penggunaan MKJP tersebut.
Kelemahan dalam penelitian ini adalah responden yang didampingi oleh suami saat mengisi kuesioner tidak berani menjawab dengan jujur pada pertanyaan terkait dukungan suami.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan pendapat disimpulkan gambaran umur responden yang tidak menggunakan MKJP adalah sebagian besar berumur >35 tahun. Gambaran pekerjaan responden yang tidak menggunakan MKJP adalah sebagian besar tidak bekerja. Gambaran pendidikan responden yang tidak menggunakan MKJP adalahSebagian besar berpendidikan SMA. Gambaran pengetahuan responden yang tidak menggunakan MKJP adalah sebagian besar tingkat pengetahuannya cukup. Gambaran sikap responden yang tidak menggunakan MKJP adalah sebagian besar memiliki sikap positif. Gambaran dukungan suami responden yang tidak menggunakan MKJP adalah sebagian besar suaminya tidak mendukung .
SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan, dapat diberikan saran yaitu bagi petugas kesehatan yang akan memberikan KIE tentang kontrasepsi agar mengikutsertakan suami sebagai pengambil keputusan dalam keluarga serta dukungan suami merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap
Arc. Com. Health • Desember 2023 p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 perilaku positif anggota keluarganya. Bagi pasangan usia subur yang ingin merencanakan jarak kehamilan melebihi 3 tahun ataupun untuk mengakhiri kehamilan sebaiknya menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD, Susuk dan kontrasepsi mantap (MOW dan MOP).
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.
DAFTAR PUSTAKA
Afsari. (2017). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akseptor KB Dalam Memilih Kontrasepsi di Puskesmas Jumpandang Baru Makassar.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/in dex.php/majority/article/download/2 4 58/2409.
Amran, Y., dkk. (2019). Perceptions of contraception and patterns of switching contraceptive methods among family-planning acceptors in west nusa tenggara, indonesia. Journal of Preventive Medicine and Public Health, 52(4), 258–264.
https://doi.org/10.3961/JPMPH.18, 198.
Ane Hamirula. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya
Pengguna Metode di Kecamatan Batauga Kabupaten Buton Selatan. http://e-journal.ar-rum.ac.id/index.php/JIKA/ article/download/183/162.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. (2017). Metode Kontrasepsi
*e-mail korespondensi : [email protected]
Jangka Panjang.
https://keluargaindonesia.id/infografi k/metode-kontrasepsi-jangka-panjang-mkjp-leb ih-aman-dan-pasti.
Badan Pusat Stastistik. (2017). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). www.bps.go.id.
Catharina Putri Hermanus. (2021). Analis Faktor Yang Mempengaruhi
pemakaian.eprints.uny.ac.id/59902/1/ SKRIPSI_CATHARINA., 27-28.
Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung. (2021). Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung. Semarapura: Progsima Dinas Kesehatan
Kabupaten Klungkung.
Fikri Arianne Ajeng. (2021). Faktor predisposisi rendahnya minat ibu terhadap penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Puskesmas Karanganyar Kota Semarang.
httprepository.unissula.ac.idideprint 23884, 1.
Harahap. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Tua. Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia, 3(2), 165–175.
Indahwati L dkk. (2017). Karakteristik Ibu (Usia, Paritas, Pendidikan,
Pengalaman KB) Berhubung Dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/in dex.php/majority/article/download/2 4 58/2409.
Ismi Dzalva Alfiah. (2017). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan
Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Wilayah Kerja Puskesmas Kalideres.
Arc. Com. Health • Desember 2023 p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620 https://repository.uinjkt.ac.id/.
Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pelayanan Kontrasepsi dan Keluarga Berencana (KB). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat.
Lia LaurensiaSilviana MustikawatiIntan. (2020). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Health Publica Volume 1, Nomor 1,
https://digilib.esaunggul.ac.id/public/ UEU-Journal-20189-11_1332.
Luki Triyanto, Diah Indriani. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Jenis Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Pada Wanita Usia Subur di Provinsi Jawa Timur . https://e-jurnal.unair.ac.id/IJPH/article/downl oad/8174.
Notoatmodjo Soekidjo. (2018). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Puskesmas Dawan I. (2021). Laporan KB.
SuryantiY. (2019). Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Wanita Usia Subur. Jambura Journalof Health Sciences and
Research, 1(1), 20–29.
https://doi.org/10.35971/jjhsr.v1i1.179 5.
*e-mail korespondensi : [email protected]
467
Discussion and feedback