HUBUNGAN PAPARAN INFODEMIC COVID-19 TERHADAP KEPATUHAN PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
on
Arc. Com. Health • April 2023
p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620
Vol. 10 No. 1 : 95 - 113
HUBUNGAN PAPARAN INFODEMIC COVID-19 TERHADAP KEPATUHAN PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
Ni Made Kadek Artini, Desak Putu Yuli Kurniati*
Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Jalan P.B. Sudirman, Kec. Denpasar Barat, Kota Denpasar, Bali, 80234
ABSTRAK
Merebaknya coronavirus mempengaruhi bagi kehidupan masyarakat. COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan namun juga pada perekonomian, pendidikan, sosial, dan keamanan. Banyaknya informasi hoaks COVID-19 beredar di media sosial yang dapat membingungkan masyarakat (infodemic). Infodemic mengarah pada informasi berlebihan terkait COVID-19 yang dapat mengganggu pencarian solusi dan belum tentu isi informasinya valid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paparan infodemic COVID-19 terhadap kepatuhan penerapan protokol kesehatan pada mahasiswa FK Universitas Udayana. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif analitik dengan pendekatan cross sectional study yang memperoleh 236 responden. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar perempuan (70,34%), bertempat tinggal di Denpasar (33,90%), program studi PSSKPD (38,56%) dan angkatan 2019 (53,81%). Selain itu, responden juga mengakses informasi dengan baik melalui media sosial (94,07%), memiliki sikap positif dalam menerima informasi COVID-19 (69,92%), memiliki persepsi positif terhadap informasi COVID-19 (67,37%) sehingga responden tidak terpapar hoaks COVID-19 (58,47%) serta responden patuh dalam menerapkan prokes (75%). Dalam penelitian ini, karakteristik jenis kelamin memiliki hubungan dengan kepatuhan prokes (p=0,002). Begitu pula dengan akses informasi (p=0,026) dan persepsi terhadap informasi COVID-19 (p=0,045) memiliki hubungan dengan kepatuhan prokes. Oleh karena itu, diharapkan memanfaatkan media sosial FK untuk memberikan informasi positif khususnya mengenai COVID-19 dan menghimbau mahasiswa untuk mengikuti seluruh media sosial FK.
Kata Kunci : Coronavirus, Infodemic, Protokol Kesehatan
ABSTRACT
The outbreak of the coronavirus has had an impact on people's lives. COVID-19 not only has an impact on health but also on the economy, education, social and security. A lot of COVID-19 hoax information circulating on social media can confuse the public (infodemic). Infodemic leads to excessive information related to COVID-19 that can interfere with finding solutions and not necessarily valid information content. This study aims to determine the relationship between exposure to COVID-19 infodemic and compliance with the application of health protocols in Udayana University Medical Faculty students. This research is a quantitative analytic study with a cross sectional study approach which obtained 236 respondents. Based on the results of the study, most of the women (70.34%), reside in Denpasar (33.90%), the PSSKPD study program (38.56%) and the 2019 batch (53.81%). In addition, respondents also access information well through social media (94.07%), have a positive attitude in receiving COVID-19 information (69.92%), have a positive perception of COVID-19 information (67.37%) so that respondents were not exposed to COVID-19 hoaxes (58.47%) and respondents were obedient in implementing health procedures (75%). In this study, gender characteristics had a relationship with health care adherence (p=0.002). Likewise, access to information (p=0.026) and perception of COVID-19 information (p=0.045) had a relationship with health care compliance. Therefore, it is expected to use FK's social media to provide positive information, especially regarding COVID-19 and urge students to follow all FK's social media.
Keyword : Coronavirus, Infodemic, Health Protocol
PENDAHULUAN
Merebaknya coronavirus jenis baru (SARS-CoV-2) yang penyakitnya disebut Coronavirus disease 2019 (COVID-19) menimbulkan pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat. Diketahui bahwa virus ini berasal dari Wuhan,
Tiongkok yang ditemukan pada akhir Desember tahun 2019 (Yuliana, 2020). Kasus COVID-19 terus bertambah setiap harinya, baik dari jumlah kasus positif dan jumlah kasus meninggal.
Kasus COVID-19 di Indonesia terkonfirmasi mencapai 1.174.779 pada
tanggal 3 Februari 2021 (Satgas COVID-19, 2021). Kemudian pada Provinsi Bali dalam penyebaran kasus COVID-19 pertanggal 3 Februari 2021 mencapai 26.975 jumlah kasus positif, 13.305 jumlah kasus sembuh, 576 jumlah kasus meninggal. Kasus COVID-19 tertinggi di Provinsi Bali terdapat di Kota Denpasar. Kasus COVID-19 di Kota Denpasar mencapai 8.728 jumlah kasus positif, 7.454 jumlah kasus sembuh, 155 jumlah kasus meninggal dan 1.119 jumlah kasus dalam perawatan (Pemprov Bali, 2021). Kasus tertinggi di Kota Denpasar terdapat di Kecamatan Denpasar Barat dengan total kasus 7.690. COVID-19 dapat menyerang siapa saja tanpa terkecuali, termasuk anak muda.
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) tidak hanya berdampak pada kesehatan namun juga secara sistemik berpengaruh pada perekonomian, pendidikan, sosial, dan keamanan. Oleh karena itu pada Maret 2020, Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 membentuk satuan tugas percepatan penanganan COVID-19 yang bertugas menanggulangi pandemi COVID-19 di Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sebagai bagian dari satuan tugas percepatan penanganan COVID-19 menerbitkan Keputusan Menteri no. HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang Protokol Kesehatan.
Melalui berbagai media publikasi, sosialisasi protokol kesehatan telah dilakukan agar semua masyarakat dapat mematuhi anjuran atau instruksi. Pada kenyataannya, masih banyak masyarakat yang tidak menerapkan protokol kesehatan, seperti tidak menggunakan
masker, tidak menjaga jarak, dan tidak menjaga kebersihan tangan. Penggunaan masker membuat sebagian orang merasa tidak nyaman karena tidak terbiasa bahkan membuat sulit bernafas (Rebu, dkk, 2021). Pertengahan Maret 2020, Pemerintah Indonesia juga secara resmi mengumumkan kebijakan pembatasan sosial (social distancing).
Namun, masih terdapat orang-orang yang menganggap remeh dan mengabaikan keadaan ini dipengaruhi oleh mental, karakter, tingkat pendidikan, pekerjaan dan lingkungan tempat tinggal. Penerapan protokol kesehatan harus terus dilaksanakan dalam setiap kegiatan atau aktivitas, baik di dalam maupun di luar rumah (Sari & Sholihah, 2020). Dalam kondisi di tengah pandemi seperti saat ini, media memiliki peran yang sangat vital dalam menyampaikan informasi kepada publik dan memberikan edukasi kepada masyarakat terkait pencegahan penyebaran virus corona atau COVID-19 (Hasrul, 2020). Namun, banyaknya informasi dan pemberitaan hoaks tentang COVID-19 telah beredar di media sosial yang dapat membingungkan masyarakat atau sering di sebut infodemic.
Infodemic ini mengarah pada informasi berlebihan terkait COVID-19, sehingga kemunculannya dapat mengganggu usaha pencarian solusi terhadap masalah tersebut dan belum tentu isi informasinya valid (Fatmawati, 2020). Sejak wabah COVID-19 melanda dunia, banyak terjadi kesimpangsiuran informasi bahkan tersebar informasi bohong atau hoaks (Noor, 2018). Penyebaran informasi mengenai terus
bertambahnya korban virus corona ini menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran pada masyarakat di seluruh dunia (Triyaningsih, 2020). Selain itu infodemic dapat menimbulkan kepanikan, rasa khawatir, ketidakpercayaan masyarakat, dan menghambat efektivitas layanan kesehatan hingga salah dalam mengambil kebijakan atau keputusan.
Bahaya infodemic ini bahkan jauh lebih menakutkan dari virus corona karena infodemic ini sengaja dibuat dan disebarluaskan oleh manusia dengan motif tertentu (man made pandemi) untuk mendapatkan keuntungan (Fatmawati, 2020). Berdasarkan hasil penelitian Rebu, dkk (2021), beberapa masyarakat mendapatkan informasi tentang COVID-19 2-5 kali sehari melalui televisi dan internet, sehingga responden merasa takut, gelisah dan tidak bisa tidur ketika mendengar berita tentang COVID-19.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat hingga 8 Agustus 2020 sebanyak 1.028 hoaks yang tersebar diberbagai platform media sosial terkait disinformasi tentang virus corona (COVID-19). Hal ini mencerminkan masih banyaknya unggahan dari pihak yang tidak bertanggungjawab untuk memberikan informasi yang tidak sesuai dengan fakta terkait dengan informasi COVID-19. Penyebaran isu ini disusun secara sengaja dan sistematis dari beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab, sehingga di beberapa daerah mengakibatkan adanya kegiatan panic buying di tengah kehidupan masyarakat. Akibat dari adanya infodemic akan membuat masyarakat menjadi tidak
percaya pada tenaga medis, pemerintah, dan bahkan ilmu pengetahuan. Kepercayaan masyarakat menjadi terkikis karena infodemic yang beredar di internet maupun media sosial (Fatmawati, 2020).
Dengan adanya infodemic COVID-19 ini akan mempengaruhi seseorang untuk patuh terhadap protokol kesehatan guna memutus rantai penyebaran COVID-19 ataupun sebaliknya. Selain itu terdapat hoaks pemakaian masker yang dapat mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis. Penelitian ini ditujukan kepada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana karena sebagai mahasiswa dibidang kesehatan yang mempunyai ilmu akan lebih mengerti dan memahami terkait infodemic COVID-19 terhadap kepatuhan penerapan protokol kesehatan. Disamping itu, mahasiswa ini tergolong anak muda atau remaja yang kebanyakan bermain media sosial pada masa pandemi seperti saat ini, kuliah yang dilaksanakan secara online yang membuat mahasiswa lebih menghabisakan waktu dengan gadgetnya. Mahasiswa merupakan generasi muda yang harus memberikan contoh yang baik kepada keluarga/lingkungan sekitar karena mahasiswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan yang dapat berperan sebagai agent of change atau agen perubahan khususnya di masa pandemi COVID-19 seperti saat ini. Sehingga penelitian ini ditujukan kepada mahasiswa agar mahasiswa dapat memberikan informasi dan perilaku yang baik kepada keluarga/masyarakat. Adapun GAP dalam penelitian ini yaitu masih terbatasnya data-data dan penelitian terkait paparan
infodemic COVID-19 terhadap kepatuhan penerapan protokol kesehatan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif analitik dengan pendekatan cross sectional study untuk mengetahui hubungan infodemic COVID-19 terhadap kepatuhan penerapan protokol kesehatan. Penelitian ini dilakukan kepada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni hingga Agustus tahun 2021.
Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Kritria inklusi meliputi responden merupakan mahasiswa aktif yang menempuh pendidikan S1 di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dan mahasiswa yang selalu aktif dalam mengikuti perkuliahan sedangkan kriteria eksklusi, yaitu responden tidak bersedia mengisi kuesioner dalam penelitian ini.
Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu dihitung dengan menggunakan teknik penentuan sampel untuk uji hipotesis 2 proporsi, yaitu sebanyak 182 responden. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik quota sampling.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan cara pengisian kuesioner online oleh reponden mengingat kondisi saat ini yang tidak memungkinkan untuk bertatap muka dengan responden. Pengumpulan data dilakukan melalui google form yang disebarkan kepada koordinator program studi angkatan melalui media sosial di luar jam perkuliahan dengan memberitahukan jumlah sampel minimal yang harus diisi oleh setiap program studi dan diusahakan agar memperoleh responden melebihi sampel minimal. Penelitian ini telah dinyatakan laik etik berdasarkan surat nomor 1872/UN14.2.2.VII.14/LT/2021, tertanggal 16 Juli 2021.
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Tabel 1. Karakteristik Responden
Karakteristik Responden |
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
Jenis Kelamin | ||
Laki-laki |
70 |
29,66 |
Perempuan |
166 |
70,34 |
Tempat Tinggal | ||
Denpasar |
80 |
33,90 |
Badung |
75 |
31,78 |
Bangli |
7 |
2,97 |
Buleleng |
4 |
1,69 |
Gianyar |
26 |
11,02 |
Jembrana |
6 |
2,54 |
Klungkung |
2 |
0,85 |
Tabanan |
12 |
5.08 |
Karangasem |
2 |
0,85 |
Karakteristik Responden |
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
Luar Kota |
22 |
9,32 |
Sosial Ekonomi (penghasilan orangtua) | ||
< 3 juta |
49 |
20,76 |
3-5 juta |
130 |
55,08 |
> 5 juta |
57 |
24,15 |
Program Studi | ||
PSSKPD |
91 |
38,56 |
PSSKGPDG |
39 |
16,53 |
PSSKM |
46 |
19,49 |
PSSP |
21 |
8,90 |
PSSFPF |
17 |
7,20 |
PSSKPN |
22 |
9,32 |
Angkatan | ||
2017 |
40 |
16,95 |
2018 |
22 |
9,32 |
2019 |
127 |
53,81 |
2020 |
47 |
19,92 |
Berdasarkan tabel 1, sebagian besar mahasiswa yang menjadi responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 166 orang (70,34%), bertempat tinggal di Denpasar sebanyak 80 orang (33,90%). Kemudian sebagian besar orangtua berpenghasilan Rp. 3-5 juta
sebanyak 130 orang (55,08%). Jumlah responden terbanyak ada pada program studi PSSKPD sebanyak 91 orang (38,56%) dan sebagian besar yang menjadi responden yaitu angkatan 2019 sebanyak 127 orang (53,81%).
Tabel 2. Paparan Infodemic COVID-19
Paparan Infodemic COVID-19 |
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
Akses Informasi | ||
Baik |
222 |
94,07 |
Buruk |
14 |
5,93 |
Sikap | ||
Positif |
165 |
69,92 |
Negatif |
71 |
30,08 |
Persepsi terhadap Informasi COVID-19 | ||
Positif |
159 |
67,37 |
Negatif |
77 |
32,63 |
Hoaks COVID-19 | ||
Terpapar |
98 |
41,53 |
Tidak Terpapar |
138 |
58,47 |
Pada tabel 2, data menunjukkan bahwa paparan infodemic COVID-19 ini
dibagi menjadi 4 aspek, diantaranya akses informasi, sikap, persepsi terhadap
informasi COVID-19 dan hoaks COVID-19. Hasil penelitian terhadap akses informasi ini responden memiliki akses informasi yang baik sebanyak 223 orang (94,07%) dan responden memiliki akses informasi buruk sebanyak 14 orang (5,93%). Pada aspek sikap, responden yang menyikapi informasi COVID-19 dengan positif yaitu sebanyak 165 orang (69,92%) dan 71 orang (30,08%) menyikapi informasi COVID-19
dengan negatif. Kemudian pada aspek persepsi, responden memiliki persepsi positif mengenai informasi COVID-19 sebanyak 159 orang (67,37%) dan 77 orang (32,63%) memiliki persepsi yang negatif. Selanjutnya pada aspek hoaks COVID-19, responden terpapar hoaks COVID-19 sebanyak 98 orang (41,53%) dan tidak terpapar hoaks COVID-19 sebanyak 138 orang (58,47%).
Tabel 3. Kepatuhan Penerapan Protokol Kesehatan
Kepatuhan Prokes |
Frekuensi (n) |
Persentase (%) |
Patuh |
177 |
75,00 |
Tidak Patuh |
59 |
25,00 |
Tabel 3, kepatuhan penerapan protokol kesehatan menunjukkan bahwa sebagian besar responden patuh protokol kesehatan yaitu sebanyak 177 orang (75%) dan tidak patuh protokol kesehatan sebanyak 59 orang (25%). Pada hasil penelitian protokol kesehatan yang paling tinggi dipatuhi oleh responden yaitu
memakai masker di luar rumah sebanyak 194 orang (82,80%), selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebanyak 140 orang (59,32%) serta protokol kesehatan yang paling rendah dipatuhi yaitu menjaga jarak pada saat di luar rumah sebanyak 67 orang (28,39%).
Variabel |
Kepatuhan Protokol Kesehatan P-Value Patuh Tidak Patuh n % n % |
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan |
43 61,43 27 38,57 0,002 134 80,72 32 19,28 |
Sosial Ekonomi (penghasilan orangtua)
Program Studi PSSKPD PSSKGPDG PSSKM PSSP |
33 67,35 16 32,65 0,299 102 78,46 28 21,54 42 73,68 15 26,32 71 78,02 20 21,98 0,574 31 79,49 8 20,51 35 76,09 11 23,91 13 61,90 8 38,10 |
Variabel |
Kepatuhan Protokol Kesehatan P-Value Patuh Tidak Patuh n % n % |
PSSFPF PSSKPN Angkatan 2017 2018 2019 2020 |
11 64,71 6 35,29 16 72,73 6 27,27 28 70,00 12 30,00 0,197 13 59,09 9 40,91 98 77,17 29 22,83 38 80,85 9 19,15 |
Tempat Tinggal |
Kepatuhan Protokol Kesehatan Fisher exact Patuh Tidak Patuh |
Denpasar Badung Bangli Buleleng Gianyar Jembrana Klungkung Tabanan Karangasem Luar Kota |
59 21 53 22 6 1 2 2 19 7 0,300 3 3 2 0 11 1 2 0 10 2 |
Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat kepatuhan protokol kesehatan terjadi pada 43 orang (61,43%) dengan jenis kelamin laki-laki dan 134 orang (80,72%) dengan jenis kelamin perempuan. Ketidakpatuhan penerapan protokol kesehatan terjadi pada 27 orang
(38,57%) dengan jenis kelamin laki-laki serta 32 orang (19,28%) dengan jenis kelamin perempuan. Melihat hasil uji bivariat yang dilakukan menunjukkan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kepatuhan penerapan protokol kesehatan (p<0,002).
Tabel 5. Hubungan Paparan Infodemic COVID-19 dengan Kepatuhan Penerapan Protokol Kesehatan
Paparan Infodemic COVID-19 |
Kepatuhan Prokes |
P-Value | |||
Patuh |
Tidak Patuh | ||||
n |
% |
n |
% | ||
Akses Informasi | |||||
Baik |
170 |
76,58 |
52 |
23,42 |
0,026 |
Buruk |
7 |
50,00 |
7 |
50,00 | |
Sikap | |||||
Positif |
120 |
72,73 |
45 |
27,27 |
0,219 |
Negatif |
57 |
80,28 |
14 |
19,72 | |
Persepsi terhadap Informasi COVID-19 |
0 045 | ||||
Positif |
113 |
71,07 |
46 |
28,93 |
Paparan Infodemic COVID-19 |
Kepatuhan Prokes |
P-Value | |||
Patuh |
Tidak Patuh | ||||
n |
% |
n |
% | ||
Negatif |
64 |
83,12 |
13 |
16,88 | |
Hoaks COVID-19 | |||||
Terpapar |
107 |
77,54 |
31 |
22,46 |
0,286 |
Tidak Terpapar |
70 |
71,43 |
28 |
28,57 |
Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat kepatuhan protokol kesehatan terjadi pada 170 orang (76,58%) dengan akses informasi yang baik dan 7 orang (50%) dengan akses informasi buruk. Kemudian pada tingkat ketidakpatuhan penerapan protokol kesehatan terjadi pada 52 orang (23,42%) dengan akses informasi yang baik dan 7 orang (50%) dengan akses informasi buruk. Pada hasil uji chi-square yang dilakukan terdapat hubungan antara akses informasi dengan kepatuhan penerapan protokol kesehatan (p=0,026).
Tingkat kepatuhan penerapan protokol kesehatan terjadi pada 113 orang (71,07%) dengan persepsi positif mengenai informasi COVID-19 dan 64 orang (83,12%) dengan persepsi negatif. Ketidakpatuhan penerapan protokol kesehatan terjadi pada 46 orang (28,93%) dengan persepsi positif mengenai informasi COVID-19 dan 13 orang (16,88%) dengan persepsi negatif. Melihat hasil uji bivariat yang dilakukan menunjukkan adanya hubungan antara persepsi terhadap informasi COVID-19 dengan kepatuhan penerapan protokol kesehatan (p=0,045).
DISKUSI
Karakteristik Responden
Pada penelitian ini karakteristik responden yang diteliti yaitu jenis kelamin, tempat tinggal, sosial ekonomi, program
studi dan angkatan. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin jika dilihat dari hasil distribusi, sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 70,34% dibandingkan dengan responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 29,66%. Dalam penelitian Siregar (2018) menyatakan bahwa adanya variasi dalam kebutuhan informasi dan perilaku penemuan informasi antara laki-laki dan perempuan. Dalam hal ini perempuan akan lebih berhati-hati dalam memilih sumber informasi.
Selanjutnya hasil penelitian karakteristik berdasarkan tempat tinggal responden, sebagian besar bertempat tinggal di Denpasar sebanyak 33,90%. Kota Denpasar merupakan kota terpadat di provinsi Bali. Selain itu kota Denpasar menjadi kota yang tertinggi kasus COVID-19 di Bali. Kemudian berdasarkan sosial ekonomi, sebagian besar orangtua responden berpenghasilan Rp. 3-5 juta sebanyak 55,08%. Hal ini sejalan dengan rata-rata UMR setiap pekerja.
Karakteristik program studi Fakultas Kedokteran terdiri dari PSSKPD sebanyak 38,56%, PSSKGPDG sebanyak 16,54%, PSSKM sebanyak 19,49%, PSSP sebanyak 8,90%, PSSFPF sebanyak 7,20%, dan PSSKPN sebanyak 9,32% serta sebagian besar yang menjadi responden yaitu dari angkatan 2019 sebanyak 53,81%. Menurut
asumsi peneliti tingkat pendidikan mahasiswa ini merupakan tingkat pendidikan yang tinggi, dimana seseorang yang menuntut ilmu perguruan tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Eka dan Alfan (2021) yang menyatakan bahwa responden di Kabupaten Temanggung memiliki karakteristik sosiodemografi berdasarkan tingkat pendidikan tinggi sebanyak 51,2% dan tingkat pendidikan rendah sebanyak 48,8%. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Wulandari, dkk (2020) yang menyatakan bahwa pendidikan dikelompokkan menjadi dua, diantaranya pendidikan tinggi dan pendidikan rendah. Dalam penelitiannya didominasi dengan pendidikan yang tinggi yaitu sebanyak 93,7% sedangkan pendidikan rendah sebanyak 6,3%.
Paparan Infodemic COVID-19
Infodemic tidak lain adalah melimpahnya informasi yang salah serta sulit ditangani karena terlanjur menyebar ke publik (Pawitra, 2021). Paparan Infodemic COVID-19 ini dibagi menjadi 4 aspek, diantaranya akses informasi, sikap, persepsi terhadap informasi COVID-19 dan hoaks COVID-19. Hasil penelitian terhadap akses informasi yaitu responden telah memiliki akses informasi yang baik sebanyak 94,07% dan memiliki akses informasi buruk sebanyak 5,93%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghiffari, dkk (2021) yang menyatakan bahwa akses informasi dalam kategori baik sebesar 84% dan dalam kategori buruk sebesar 16%.
Media sosial merupakan sumber informasi yang paling banyak diakses oleh masyarakat (Yunus & Zakaria, 2021). Akses terhadap media sosial ini sangatlah mudah dan penyebaran pesan melalui media sosial harus lebih digalakkan untuk melawan kesalahan informasi yang beredar tentang COVID-19 (Pratiwi & Sukarta, 2020). Kemunculan media sosial ini menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat, seperti facebook, whatsapp, youtube, instagram, dan lain sebagainya. Dari tahun 2016, pengguna media sosial meningkat secara drastis, dimana sebagian besar penggunanya yaitu remaja (Akbar, 2019). Generasi yang lebih muda dianggap memiliki daya tanggap yang berbeda karena lebih familiar dengan teknologi ketimbang generasi yang lebih tua (Purwaningtyas, 2021).
Hasil penelitian pada aspek sikap sebagian besar bersikap positif dalam menyikapi informasi COVID-19 sebanyak 69,92% dan 30,8% bersikap negatif. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afrianti dan Rahmiati (2021) menyatakan bahwa sikap terhadap protokol kesehatan COVID-19 dikategorikan positif dan negatif, dimana sebagian besar dalam penelitiannya bersikap positif yaitu sebanyak 76,1% dan 23,9% bersikap negatif. Menurut Listiani dalam penelitian Usman, dkk (2020) sikap seseorang terhadap suatu objek merupakan perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau pun tidak memihak pada objek tersebut. Penelitian ini juga didukung dengan sikap siswa di Pakistan yang didapatkan sikap baik (Salman, dkk,
-
2020) . Kemudian di India mempunyai sikap yang baik dalam pencegahan COVID-19 pada mahasiswa kedokteran (Roy, dkk, 2020) dan penelitian pada mahasiswa di Cina didapatkan juga sikap yang positif dalam pencegahan COVID-19 (Peng, dkk, 2020).
Pada aspek persepsi, responden sebagian besar memiliki persepsi positif mengenai informasi COVID-19 sebanyak 67,37% dan 32,63% memiliki persepsi yag negatif. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2021) menyatakan bahwa persepsi dalam kategori sangat baik sebanyak 62%, baik 30% dan cukup baik 4%. Survei awal yang dilakukan oleh Pratiwi dan Sukarta (2020) menyatakan bahwa pada saat pandemi COVID-19, mereka mengalami gangguan sulit tidur, mudah marah, dan stress ditambah lagi dengan adanya pemberitaan di media sosial tentang isu dan informasi COVID-19 memicu untuk mengalami kecemasan.
Selanjutnya aspek hoaks COVID-19 sebagian besar tidak terpapar hoaks COVID-19 sebanyak 58,47% dan 41,53% terpapar hoaks COVID-19. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Karundeng dan Naryoso (2020) menyatakan bahwa kategori tidak terpapar hoaks COVID-19 sebanyak 50% yang menunjukkan bahwa mayoritas responden mengingat informasi-informasi terkait COVID-19 yang beredar, namun hanya sedikit yang menerima dan dapat mengingat, serta menyebut hoaks yang beredar.
Informasi yang tidak memiliki sumber terpercaya atau hoaks pun sangat
sering ditemukan yang mengakibatkan masyarakat menjadi kebingungan dan mudah percaya begitu saja tanpa menyaring atau mencari tahu kebenaran mengenai informasi tersebut. Berita atau informasi hoaks tersebut memberikan pengaruh yang cukup signifikan kepada pembacanya terutama dalam hal kepercayaan terhadap berita di media online. Banyak masyarakat yang semakin meragukan keaslian berita ataupun informasi pada media online dikarenakan banyaknya berita hoaks yang tersebar.
Kepatuhan Penerapan Protokol Kesehatan
Kepatuhan adalah suatu perilaku manusia yang taat terhadap aturan, perintah, prosedur dan disiplin. Kepatuhan penerapan protokol kesehatan ini dilaksanakan selama pandemi COVID-19 dengan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak). Melihat data dari hasil distribusi kepatuhan penerapan protokol kesehatan menunjukkan bahwa sebagian besar responden patuh protokol kesehatan yaitu sebanyak 75% dan tidak patuh protokol kesehatan sebanyak 25%.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri, dkk (2020) yang menyatakan bahwa dalam hal penerapan 3M yang dilaksanakan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Pontianak telah menerapkannya dengan baik. Berdasarkan tiga indikator dalam penerapan protokol kesehatan tersebut maka didapatkan hasil sebanyak 76,5% telah melaksanakan penerapan protokol kesehatan dengan 3M, 94,8% telah menerapkan cuci tangan menggunakan
sabun dan air mengalir, menjaga jarak (physical distancing) sebanyak 80,4% dan mahasiswa yang telah menggunakan masker sebanyak 97,8%.
Hasil dari penelitian kepatuhan protokol kesehatan yang paling tinggi dipatuhi yaitu menggunakan masker di luar rumah sebanyak 82,80%. APD digunakan untuk mengurangi tingkat keparahan akibat dampak dari bahaya yang terjadi, salah satu contoh alat pelindung pernapasan adalah masker. Masker berfungsi untuk melindungi pernafasan dari debu atau partikel yang lebih besar yang masuk kedalam organ pernafasan. Alat pelindung pernapasan atau masker merupakan alat yang digunakan untuk melindungi mulut dan hidung dengan bahan yang dapat menyaring masuknya debu atau uap. Penggunaan masker di masa pandemi COVID-19 ini menjadi hal yang sangat penting untuk memproteksi diri dan juga orang lain dari risiko penularan virus (Pratiwi, A.D, 2020).
Selain penggunaan masker, terdapat hal lain yang dapat mencegah COVID-19 dan harus diperhatikan yaitu selalu mencuci tangan. Kebersihan tangan sangat diperlukan karena tangan merupakan salah satu anggota tubuh yang sering menyentuh benda-benda yang terkontaminasi kotoran maupun virus dan bakteri sehingga tangan menjadi perantara mikroba akan masuk ke dalam tubuh (Fitri, dkk, 2020). Dalam penelitian ini mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir yaitu sebanyak 59,32%. Penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Nakoe, dkk (2020) yang
menyebutkan bahwa mencuci tangan dianjurkan dengan menggunakan air dan sabun yang merupakan tingkat keefektifannya jauh lebih baik untuk menghilangkan bakteri ditangan.
Menjaga jarak salah satu upaya dalam pencegahan dan pengendalian COVID-19. Protokol kesehatan yang paling rendah dipatuhi yaitu menjaga jarak pada saat di luar rumah sebanyak 28,39%. Hal ini sejalan tidak sejalan dengan hasil penelitian Natalia, dkk (2020) yang menyatakan bahwa rata-rata remaja memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap upaya preventif dalam menghadapi virus COVID-19 yaitu sebesar 90,15%.
Hubungan Karakteristik Responden dengan Kepatuhan Penerapan Protokol Kesehatan
Karakteristik responden dalam penelitian ini yaitu dilihat dari hasil distribusi jenis kelamin responden sebagian besar menunjukkan bahwa reponden yang berjenis kelamin paling banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 70,34% dibandingkan dengan responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 29,66%. Berdasarkan hasil uji bivariat yang dilakukan menunjukkan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kepatuhan penerapan protokol kesehatan (p=0,002) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Satria, dkk (2021) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kepatuhan terhadap protokol
kesehatan pencegahan COVID-19. Pernyataan yang menyatakan bahwa perbedaan nilai dan sifat berdasarkan jenis kelamin akan mempengaruhi pria dan wanita dalam membuat keputusan.
Berdasarkan sosial ekonomi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan dengan kepatuhan penerapan protokol kesehatan dengan nilai p=0,299 lebih besar dari 0,05. Karakteristik responden berdasarkan sosial ekonomi, tingkat kepatuhan protokol kesehatan yang paling banyak terjadi pada orangtua yang berpenghasilan 3-5 juta yaitu 78,46%. Penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2020) yang mendapatkan hasil bahwa faktor sosial ekonomi tidak mempengaruhi perilaku pencegahan penularan COVID-19. Karakteristik responden berdasarkan faktor sosial ekonomi didapatkan paling banyak yaitu dalam kategori cukup sebanyak 51,4% dan perilaku pencegahan penularan COVID-19 terbanyak yaitu kategori baik sebanyak 60%.
Selanjutnya tingkat kepatuhan penerapan protokol kesehatan dengan kategori patuh sebagian besar didominasi oleh program studi PSSKPD sebanyak 78,02%. Pada hasil uji chi-square yang dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara program studi dengan kepatuhan penerapan protokol kesehatan, dapat diketahui bahwa nilai p=0,574. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara program studi dengan kepatuhan penerapan protokol kesehatan. Kemudian jika dilihat dari angkatan sebagian besar didominasi oleh angkatan 2019 dengan tingkat kepatuhan penerapan
protokol kesehatan sebanyak 77,17%. Melihat hasil uji chi-square yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara angkatan dengan kepatuhan penerapan protokol kesehatan (p=0,197).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Eka dan Alfan (2021) yang menyatakan bahwa pada karakteristik sosiodemografi status pendidikan tidak terdapat hubungan pengetahuan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 di Kabupaten Temanggung, karena antara status pendidikan rendah dengan status pendidikan tinggi skor pengetahuan tentang protokol pencegahan penularan COVID-19 jumlahnya hampir sama. Untuk mendapatkan suatu pengetahuan tidak hanya didapat melalui pendidikan secara nonformal, yaitu pendidikan yang berlangsung seumur hidup sehingga setiap individu mendapat nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari serta pengaruh dari lingkungan disekitarnya.
Hasil penelitian perhitungan tingkat kepatuhan penerapan protokol kesehatan terjadi pada 59 orang yang bertempat tinggal di Denpasar, 53 orang bertempat tinggal di Badung, 6 orang bertempat tinggal di Bangli, 2 orang bertempat tinggal di Buleleng, 19 orang bertempat tinggal di Gianyar, 3 orang bertempat tinggal di Jembrana, 2 orang bertempat tinggal di Klungkung, 11 orang bertempat tinggal di Tabanan, 2 orang bertempat tinggal di Karangasem dan 20 orang bertempat tinggal di luar kota. Melihat hasil uji bivariat yang dilakukan menunjukkan
tidak adanya hubungan antara tempat tinggal terhadap kepatuhan penerapan protokol kesehatan dengan nilai fisher exact 0,300.
Seperti yang diketahui mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana berasal dari Bali dan juga luar kota. Hasil dari penelitian mahasiswa sebagian besar berasal dari Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Kedua kabupaten tersebut termasuk kabupaten yang terkonfirmasi kasus positif COVID-19 terbanyak di Bali. Peningkatan kasus COVID-19 di kota besar jauh lebih tinggi dibanding kota kecil atau pedesaaan dari 210 negara yang terkena COVID-19, 95% dari total kasus berada di daerah perkotaan hal ini dipicu oleh mobilitas penduduk kota yang lebih aktif dengan kepadatan wilayah dan ruang gerak yang terbatas (Budury, 2020).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Budury (2020) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara tempat tinggal dengan penerapan protokol COVID-19. Dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa mahasiswa sebagian besar berasal dari tiga kota yang berada di zona merah, diantaranya Surabaya, Sidoarjo dan Gresik. Tiga kota tersebut termasuk dalam zona yang mengindikasikan tingginya pasien COVID-19 dan merupakan kota yang pada April 2020 menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai upaya meminimalisir penyebaran virus corona.
Hubungan Paparan Infodemic COVID-19 dengan Kepatuhan Penerapan Protokol Kesehatan
Hasil penelitian yang didapat berdasarkan penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dengan menggunakan kuesioner menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan protokol kesehatan terjadi pada 76,58% dengan akses informasi yang baik dan 50% dengan akses informasi buruk. Pada hasil uji chisquare yang dilakukan terdapat hubungan antara akses informasi dengan kepatuhan penerapan protokol kesehatan (p=0,026). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ghiffari, dkk (2021) yang menyatakan bahwa akses informasi berhubungan dengan tingkat kepatuhan yang baik.
Kemudian tingkat kepatuhan penerapan protokol kesehatan terjadi pada 72,73% yang menyikapi informasi dengan positif dan 80,28% menyikapi informasi dengan sikap negatif. Melihat hasil uji bivariat yang dilakukan menunjukkan tidak adanya hubungan antara sikap dengan kepatuhan penerapan protokol kesehatan (p=0,219).
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Ginting (2021) yang menyatakan bahwa sikap berhubungan dengan kepatuhan protokol kesehatan. Menurut ilmu psikologi sosial, sikap sangat berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan seseorang. Sikap seseorang terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang bersangkutan. Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Afrianti dan Rahmiati (2021) yang menyatakan bahwa sikap memiliki hubungan dengan kepatuhan protokol kesehatan, dimana p-value=0,048.
Persepsi merupakan sesuatu yang baik atau positif maupun buruk atau negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak nyata. Tingkat kepatuhan penerapan protokol kesehatan terjadi pada 71,7% dengan persepsi positif mengenai informasi COVID-19 dan 83,12% dengan persepsi positif mengenai informasi COVID-19. Melihat hasil uji bivariat yang dilakukan menunjukkan adanya hubungan antara persepsi terhadap informasi COVID-19 dengan kepatuhan penerapan protokol kesehatan (p=0,045). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ginting (2021) yang menyatakan bahwa persepsi memiliki hubungan dengan kepatuhan protokol kesehatan dengan p-value=0,022. Selain itu penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Suryaningrum, dkk (2021) yang menyatakan bahwa persepsi dengan upaya pencegahan COVID-19 memiliki hubungan, dimana p-value=0,045.
Selanjutnya tingkat kepatuhan penerapan protokol kesehatan terjadi pada 77,54% dengan kategori terpapar hoaks COVID-19 dan 71,43% dengan kategori tidak terpapar hoaks COVID-19. Pada hasil uji chi-square yang dilakukan tidak terdapat hubungan antara hoaks COVID-19 dengan kepatuhan penerapan protokol kesehatan (p=0,286). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Karundeng dan Naryoso (2020) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara terpaan hoaks COVID-19 dengan tingkat kepercayaan masyarakat. Dalam penelitian ini menyatakan informasi akan dapat membantu masyarakat yang awalnya tidak mengetahui informasi menjadi tahu. Tetapi, informasi tersebut
tidak membentuk atau merubah kepercayaan orang yang menerimanya.
Dalam penyampaian informasi, media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru untuk terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. Menurut pernyataan Hidayat dalam penelitian Cahyaningrum (2018) informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang meskipun seseorang memiliki pendidikan rendah, tetapi jika seseorang mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media dapat meningkatkan pengetahuan.
Penggunaan media sosial membentuk peran signifikan dalam mempengaruhi perilaku publik selama pandemi. Diperlukan informasi yang tepat untuk mengenali posisi media sosial pemerintah dalam infodemic COVID-19. Mahasiswa memiliki pandangannya sendiri dalam menyikapi berita/informasi hoaks yang ada di media sosial, karena setiap orang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dalam berliterasi media. Dalam menyikapi suatu berita/informasi yang ada di media, mahasiswa harus mampu bersikap kritis dalam mencari kebenaran dari informasi tersebut, tidak hanya pada media yang memberitakan saja tetapi isi pesan itu juga harus dipelajari, apa tujuan dan latar belakang berita/informasi itu dibuat. Dampak terhadap penerimaan informasi/berita hoaks yang terdapat pada media sosial akan mempengaruhi perilaku mahasiswa (Reski, dkk, 2020).
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yaitu sebagian besar perempuan sebanyak 70,34%, sebagian besar bertempat tinggal di Denpasar sebanyak 33,90%, sosial ekonomi mahasiswa Rp. 3-5 juta sebanyak 55,08%, dan sebagian besar dari program studi PSSKPD sebanyak 38,56% serta angkatan 2019 sebanyak 53,81%.
Paparan infodemic COVID-19 dibagi menjadi 4 aspek, diantaranya akses informasi, sikap, persepsi terhadap informasi COVID-19 dan hoaks COVID-19. Sebagian besar memiliki akses informasi yang baik sebanyak 94,07%, sikap positif sebanyak 69,92%, persepsi terhadap informasi COVID-19 yang positif sebanyak 67,37% dan sebagian besar tidak terpapar hoaks COVID-19 sebanyak 58,47% serta pada kepatuhan penerapan protokol kesehatan dikategorikan patuh yaitu sebanyak 75%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kepatuhan penerapan protokol kesehatan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Hal ini dibuktikan dengan hasil statistik uji chi-square diperoleh nilai p-value=0,002 (p<0,05), sedangkan karakteristik sosial ekonomi (p-value=0,299), program studi (p-value=0,574) dan angkatan (p-value=0,197) tidak memiliki hubungan dengan kepatuhan penerapan protokol kesehatan. Karakteristik tempat tinggal juga tidak memiliki hubungan dengan kepatuhan
penerapan protokol kesehatan dengan nilai fisher exact 0,300.
Selanjutnya hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara akses informasi (p=0,026) dan persepsi terhadap informasi COVID-19 (p=0,045) dengan kepatuhan penerapan protokol kesehatan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Kemudian sikap (p=0,219) dan hoaks COVID-19 (p=0,286) tidak memiliki hubungan dengan kepatuhan penerapan protokol kesehatan.
SARAN
Bagi Dekan Fakultas Kedokteran yaitu diharapkan lebih memanfaatkan media sosial Fakultas Kedokteran untuk memberikan informasi-informasi yang bersifat positif kepada seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran khususnya pada informasi mengenai COVID-19 dan menghimbau seluruh mahasiswa untuk mengikuti seluruh media sosial yang dimiliki oleh Fakultas Kedokteran sehingga informasi yang diberikan dapat diterima oleh seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran.
Bagi mahasiswa Fakultas Kedokeran yaitu mahasiswa wajib untuk mengikuti seluruh media sosial Fakulas Kedokteran dan mematuhi segala arahan dari Dekan Fakultas Kedokteran sehingga mahasiswa dapat memperoleh informasi yang penting dan bermanfaat, baik mengenai COVID-19 maupun informasi lainnya.
Kemudian bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan melakukan
penelitian dikalangan masyarakat dan diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan menggunakan metode wawancara dan observasi untuk melihat secara langsung terkait perilaku seseorang di masa pandemi COVID-19, sehingga dapat memperoleh informasi yang lebih luas dan dapat dilakukan perbandingan dalam melakukan analisis data. Dengan seperti ini diharapkan data yang diperoleh lebih valid. Selain itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh dan faktor-faktor lain yang berperan dalam kepatuhan penerapan protokol kesehatan.
UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, dosen penguji, keluarga, sahabat, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dan seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianti, N., & Rahmiati, C. (2021). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan Masyarakat terhadap Protokol Kesehatan COVID-19. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 11(1), 113-124.
Akbar, R. S. (2019). Peran Media Sosial Dalam Perubahan Gaya Hidup Remaja (Studi Mengenai Peran Media Sosial Dalam Perubahan Gaya Hidup Remaja di SMA
Muhammadiyah 3
Surabaya) (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
Budury, S. (2020). faktor yang berhubungan dengan penerapan protokol pengendalian covid-19 pada mahasiswa keperawatan. Jurnal Keperawatan, 12(4), 751-756.
Cahyaningrum, E. D. (2018). Keterpaparan Informasi Dengan Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang
Penanganan Demam Pada
Anak. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad, 3744.
Dewi, E. U. (2020). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat dalam Pencegahan Penularan COVID-19. Jurnal Keperawatan, 9(2), 21-25.
Eka Pratama, F., & Alfan Afandi, A.
-
(2021 ). Hubungan Karakteristik Sosiodemografi Individu Dengan Pengetahuan Tentang Protokol Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan Penularan Covid-19 di Kabupaten Temanggung (Doctoral dissertation, Universitas Ngudi Waluyo).
Fatmawati, E. (2020). Kompetensi Literasi Informasi Pustakawan Di Era Infodemik. Nusantara Journal of Information and Library Studies (N-JILS), 3(2), 172-187.
Fitri, B. M., dkk. (2020). Penerapan protokol kesehatan era New Normal dan risiko COVID-19 pada mahasiswa. Riset Informasi Kesehatan, 9(2), 143
153.
Ghiffari, A., dkk. (2021). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Ketidakpatuhan Masyarakat
Menggunakan Masker Pada Saat Pandemi Covid-19 Di Palembang.
In Prosiding Seminar Nasional Stikes Syedza Saintika (Vol. 1, No. 1).
Ginting, J. B. (2021). Hubungan Pengetahuan, Persepsi, Dan Sikap Mahasiswa Dengan Perilaku
Pencegahan Penyebaran Virus
Corona. Jurnal Keperawatan
Priority, 4(2), 76-84.
Hasrul, M. (2020). Aspek Hukum Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Dalam Rangka Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Jurnal Legislatif,
385- 398.
Karundeng, A. N. P., & Naryoso, A. (2020). Hubungan Terpaan Hoax Covid-19, Kompetensi Komunikasi Juru Bicara Covid-19 Dan Tingkat Kepercayaan Masyarakat Pada Kinerja Pemerintah Pusat Dalam Menangani Covid-19. Interaksi Online, 9(1), 77-84.
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. (2020). Kominfo Mencatat Sebayak 1.028 Hoaks Tersebar terkait COVID-19.
Available at: https://kominfo.
go.id/content/detail/28536/kominfo-mencatat-sebanyak-1028-hoaks-tersebar-terkait-COVID-19/0/sorotan_media
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. (2020). Ancaman Infodemik Dapat Memperburuk Pandemi COVID-19. Available at : https://kominfo.go.id/content/detail/ 25895/ancaman-infodemik-dapat-memperburuk-pandemi-COVID-19/0/virus_corona
Nakoe, R., dkk. (2020). Perbedaan
Efektivitas Hand-Sanitizer Dengan
Cuci Tangan Menggunakan Sabun Sebagai Bentuk Pencegahan Covid-19. Jambura Journal of Health Sciences and Research, 2(2), 65-70.
Natalia, R. N., dkk. (2020). Kesiapsiagaan Remaja Dalam Menghadapi Wabah Covid-19. In NHIHC: Nani
Hasanuddin International Health Conference (Vol. 15, No. 2, pp. 107111).
Noor, M. U. (2018). Penilaian kualitas informasi sebagai bentuk sikap tabayyun ketika menerima informasi di sosial media dan internet. BIBLIOTIKA: Jurnal Kajian
Perpustakaan dan Informasi, 2(1), 3340
Pawitra, A. S. (2021). Kelas Online Untuk Meningkatkan Penerapan Protokol Kesehatan Di Masyarakat Selama Pandemi Covid19. Jurnal Layanan Masyarakat (Journal of Public Services), 5(1), 9-18.
Pemprov Bali. (2021). Peta Penyebaran Covid 19 Bali.
Peng, Y., dkk. (2020). Knowledge, Attitude and Practice Associated with COVID-19 among. Research square.
Pratiwi, A. D. (2020). Gambaran Penggunaan Masker di Masa Pandemi Covid-19 Pada Masyarakat di Kabupaten Muna. Prosiding Nasional Covid-19, 52-57.
Pratiwi, W. R., & Sukarta, A. (2020).
Hubungan Pemberitaan Media Sosial Terhdap Tingkat Kecemasan
Perempuan Pada Masa Pandemi
Covid-19. In Prosiding Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat
2020 (Vol. 1, No. 1, pp. 111-120).
Purwaningtyas, M. P. F. (2021). Ketidakpercayaan dan Eskapisme Kaum Muda Menghadapi Paparan Informasi Covid-19. ETTISAL: Journal of Communication, 5(2), 161-182.
Rebu, dkk. (2021). Relationship Of Information Exposure And COVID-19 Prevention Towards Stress Levels. Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 7(3).
Reski, M., dkk. (2020). Sikap Mahasiswa terhadap Berita Palsu (Hoax) di
Media Sosial (Studi pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar. Social Landscape Journal, 1(2), 56-62.
Roy, D., dkk. (2020). Study of knowledge, attitude, anxiety & perceived mental healthcare need in Indian population during COVID-19 pandemic. Elsevi
Salman, M., dkk. (2020). Knowledge, attitude and preventive practice related to COVID-19: a croos-
sectional study in two Pakistan University Population. Nature Public Health Emergency Collection
Sari, D. P., & Sholihah‘Atiqoh, N. (2020). Hubungan antara pengetahuan masyarakat dengan kepatuhan penggunaan masker sebagai upaya pencegahan penyakit COVID-19 di Ngronggah. Infokes: Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan, 10(1), 52-55.
Satgas COVID-19. (2021). Peta Sebaran | Satgas Penanganan COVID-19, Satgas COVID-19.
Satria, B., dkk. (2021). Hubungan
Karakteristik Responden Dan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Terhadap Protokol Kesehatan Pencegahan Covid-19 Di Kecamatan Datuk Lima Puluh Kabupaten Batu Bara. Jurnal Kesmas Dan Gizi (JKG), 3(2), 213-217.
Siregar, A. (2018). Perbedaan Gender dalam Perilaku Penemuan Informasi Akademis di Kalangan Mahasiswa Fisip Universitas Airlangga (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
Suryaningrum, F. N., dkk. (2021).
Hubungan Pengetahuan dan
Persepsi Masyarakat dengan Upaya Pencegahan COVID-19 di Kelurahan Srondol Wetan, Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 9(2),
257-263.
Triyaningsih, H. (2020). Efek Pemberitaan Media Massa Terhadap Persepsi Masyarakat Tentang Virus Corona (Studi Kasus; Masyarakat di Pamekasan). Meyarsa: Jurnal Ilmu Komunikasi dan Dakwah, 1(1).
Usman, U., dkk. (2020). Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Kesehatan Tentang Pencegahan Covid-19 Di
Indonesia. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 11(2), 258-264.
Wulandari, A., dkk. (2020). Hubungan
Karakteristik Individu dengan Pengetahuan tentang Pencegahan Coronavirus Disease 2019 pada
Masyarakat di Kalimantan
Selatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 15(1), 42-46.
Yuliana, Y. (2020). Corona virus diseases (COVID-19): Sebuah tinjauan
literatur. Wellness And Healthy Magazine, 2(1), 187-192.
Yunus, M., & Zakaria, S. (2021). Sumber Informasi Berhubungan dengan Pengetahuan Masyarakat tentang Covid-19. Jurnal Keperawatan, 13(2), 337-342
*e-mail korespondensi : desak.yuli@unud.ac.id
113
Discussion and feedback