Arc. Com. Health • April 2023

p-ISSN 2302-139X e-ISSN 2527-3620

Vol. 10 No. 1 : 18 - 28

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU TERHADAP INFEKSI MENULAR SEKSUAL PADA REMAJA DI COMORO DILI TIMOR-LESTE

Januario Nuno Dos Reis Gomes, Ni Luh Putu Suariyani* Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat, Universitas Udayana Jalan P. B. Sudirman, Kec. Denpasar Barat, Kota Denpasar, Bali 80234

ABSTRAK

Infeksi Menular Seksual (IMS) masih menjadi masalah kesehatan global. Kelompok yang rentan mengalami IMS yaitu remaja. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap dan perilaku terhadap infeksi menular seksual pada remaja di Comoro Dili Timor-Leste. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional di SMA Canossa dan SMA Externato de São Jose pada April-Juni 2022. Variabel bebas dalam penelitian ini adalahpengetahuan dan sikap remaja dan variabel terikat yaitu perilaku remaja. Sampel penelitian ini yaitu remaja berusia 15-18 tahun di SMA Canossa dan SMA Externato de São Jose yang meliputi kelas X-XII dan bersedia menjadi responden penelitian sebanyak 85 orang. Sebanyak 71,8% responden memiliki pengetahuan baik, 67,1% responden memiliki sikap baik dan 75,3% responden memiliki perilaku baik mengenai infeksi menular seksual. Hasil analisis hubungan pengetahuan dan sikap responden terhadap perilaku berisiko terkena infeksi menular seksual sebanyak 83,6% responden yang masuk ke dalam kategori pengetahuan baik memiliki perilaku baik mengenai IMS dan sebanyak 84,2% responden yang masuk ke dalam kategori sikap baik memiliki perilaku baik mengenai IMS. Hasil uji statistik chi square pada variabel pengetahuan dan sikap didapatkan p value sebesar 0,01, dengan demikian terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap responden terhadap perilaku berisiko terkena IMS. Perlu dilakukan edukasi yang komprehensif terkait kesehatan reproduksi bagi remaja di Comoro Dili Timor-Leste.

Kata Kunci: Remaja, IMS, HIV, Penyakit menular.

ABSTRACT

Sexually Transmitted Infections (STIs) are global public health problems. Adolescents are a vulnerable age group of STIs. This study aims to determine the relationship between knowledge andattitudes and behaviors towards STIs in adolescents in Comoro, Dili, Timor-Leste. This study was descriptive with a cross-sectional approach conducted in Canossa highschool and Externato de São Jose highschool from April-June 2022. The independent variables were knowledge and attitude, the dependent variable was adolescent behavior. The sample of this study was adolescents in 15-18 years old in Canossa highschool and Externato de São Jose and willing to become the respondent, 85 adolescents were selected as respondent. The results showed that 71.8% of respondents have good knowledge, 67.1% of respondents have good attitudes and 75.3% of respondents have good behavior in relation to STIs. The results of the analysis of the relationship between knowledge and attitudes to risk behavior for STIs 83.6% of respondents were categorized as good knowledge and have good behavior in relation to STIs and 84.2% of respondents were having good attitudes and have good behavior in relation to STIs. The results of the chi-square statistical test on knowledge and attitude variables obtained a p-value of 0.01, therefore, there is a significant relationship between the knowledge and attitudes of respondents regarding risk behavior for STIs. Comprehensive education regarding sexual health is needed for adolescents in Comoro Dili Timor-Leste.

Keywords: Adolescents, STIs, HIV, Infectious diseases.

PENDAHULUAN

Infeksi Menular Seksual (IMS) masih menjadi masalah kesehatan global (WHO, 2003). Insiden IMS dan sebarannya secara global belum dapat diperkirakan secara tepat. Menurut WHO South-East Asia (2019), data IMS di Timor-Leste terbatas dan tidak ada aktivitas terpisah selain program HIV. Berdasarkan hasil

International Biological and Behavioral Surveillance (IBBS) tahun 2011 di Timor Leste, prevalensi sifilis pada Pekerja Seks Komersial (PSK) yaitu 9,8%, sebesar 7,1% pada Lelaki Suka Lelaki (LSL), dan 13,9% pada pekerja berseragam. Sementara itu, berdasarkan IBBS tahun 2016, terjadi

penurunan prevalensi sifilis menjadi 2,6% pada PSK dan sekitar 3% pada LSL.

Pemerintah          Timor-Leste

melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah IMS. Salah satunya yaitu mengeluarkan surat keputusan hukum (decreto-lei) nomor 13 tahun 2013 untuk melegalkan  komisi Comissão

Nacional de Combate ao HIV/SIDA de Timor-Leste (CNCS-TL) untuk menangani masalah HIV/AIDS di Timor-Leste. Namun komisi tersebut masih mengalami kendala karena kurangnya struktur yang kompeten dan kuat dengan anggota yang mampu mempengaruhi kebijakan di berbagai sektor pemerintahan dan masyarakat sipil, dalam memerangi HIV/AIDS. (Decreto-Lei N.o 2, 2021). Penyuluhan intensif berperan dalam penurunan angka IMS maupun agar insidennya relatif tetap (Saenong & Sari, 2021).

Salah satu kelompok yang rentan mengalami IMS yaitu remaja. Berdasarkan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Republik Demokratis Timor-Leste Nomor 10 Tahun 2014 menyatakan remaja adalah seorang penduduk yang memiliki usia 10 sampai 17 tahun. Pada fase ini, remaja akan melewati       beberapa       tahapan

perkembangan penting dalam hidup (Kusumaryani, 2017). Perubahan fisik dan hormonal yang pesat pada masa remaja memicu masalah kesehatan karena timbulnya keinginan seksual, sehingga remaja rentan mengalami kehamilan usia dini, maupun Infeksi Menular Seksual (IMS) (Kusumaryani, 2017).

Remaja merupakah salah satu kelompok yang sulit untuk mengakses

informasi dan layanan kesehatan reproduksi. Tingkat pengetahuan remaja di Timor-Leste mengenai IMS khususnya HIV-AIDS tergolong sangat rendah yaitu 7,7% pada remaja perempuan dan 14,6% pada remaja laki-laki berusia 15-24 tahun (UNFPA, 2020). Sementara itu, menurut penelitian Arcana & Armand (2019) di Timor-Leste, 34% responden melakukan hubungan seksual untuk pertama kali pada usia <18 tahun. Faktor yang memengaruhi terjadinya perilaku hubungan seksual di luar nikah pada remaja yaitu faktor lingkungan, keluarga, perkembangan sosial media, serta pergaulan bebas (Rahma, 2018).

Menurut penelitian Alves (2014) di Dili Timor-Leste, menyatakan bahwa berdasarkan wawancara dan observasi terdapat remaja yang pernah melakukan perilaku seksual. Akan tetapi, perilaku seksual tersebut hanya sebatas ciuman di bibir dan di leher. Hal ini dilakukan karena pengaruh film porno serta cerita dari teman mereka yang pernah melakukan hal tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan pengetahuan dan sikap dengan perilaku mengenai IMS di Comoro Dili Timor-Leste.

METODE PENELITIAN

Konsep adalah hal abstrak yang terbentuk dari generalisasi hal-hal yang bersifat khusus. Konsep ini tidak dapat diukur maupun diamati secara langsung. Konsep hanya dapat diamati melalui variabel. Variabel merupakan lambang atau simbol yang menunjukkan nilai dari konsep yang bervariasi (Notoatmodjo, 2012). Adapun variabel terikat dalam

penelitian ini adalah perilaku terkait IMS. Sementara itu, variabel bebas yaitu pengetahuan dan sikap. Populasi target dalam penelitian ini adalah remaja berusia 15-18 tahun di Dili Timor-Leste. Sementara itu, populasi terjangkau yaitu remaja berusia 15-18 tahun di Comoro Dili Timor-Leste. Sampel penelitian ini adalah remaja berusia 15-18 tahun di SMA Canossa dan SMA Externato de São Jose yang meliputi kelas X-XII dan bersedia menjadi responden penelitian. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu convenience sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 85 responden. Sampel tersebut kemudian dibagi merata pada siswa/i SMA tersebut. Data dalam penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner online. Kuesioner ini terdiri dari 42 item pertanyaan yang terdiri dari 5 pertanyaan terkait identitas responden, 15 pertanyaan untuk mengukur pengetahuan mengenai IMS, 15 pertanyaan untuk mengukur sikap mengenai IMS, dan 7 pertanyaan untuk mengukur perilaku mengenai IMS.

Pengumpulan data dilakukan dengan koordinasi bersama kepala sekolah di SMA Canossa dan SMA Externato de São Jose. Koordinasi ini meliputi

permohonan izin. Selain itu, pihak kepala sekolah juga berperan sebagai perantara penyebaran tautan kuesioner kepada masing-masing wali kelas. Para wali kelas kemudian menyebarkan tautan kuesioner tersebut kepada para siswa/i. Penelitian ini sudah mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik Kedokteran Universitas Udayana (Nomor: 3172/UN14.2.2.VII.14/ LT/2022). Data yang didapatkan dianalisis secara deskriptif dengan menampilkan tabel distribusi frekuensi. Selain itu, dilakukan juga analisis hubungan menggunakan chi-square dengan menampilkan nilai P.

HASIL

Responden pada penelitian ini yaitu siswa siswi di SMA Santa Madalena De Canossa dan Externato De Sao Jose. Sebagian besar respoden berjenis kelamin laki-laki (50,6%) dan responden kelas X (41,2%). Mayoritas responden berasal dari SMA Externato De Sao Jose (52,9%).

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 85 responden maka dapat diperoleh distribusi data tentang tingkat pengetahua, sikap, dan perilaku tentang infeksi menular seksual yang dapat dilihat pada daftar tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Gambaran Pengetahuan Responden tentang Infeksi Menular Seksual

Kategori

Frekuensi (n=85)

Proporsi (%)

Pengetahuan

Cukup baik

24

28,2

Baik

61

71,8

Sikap

Cukup baik

28

32,9

Baik

57

67,1

Perilaku

Kategori                Frekuensi

(n=85)

Proporsi (%)

Cukup Baik                        21

Baik                                 64

24,7

75,3

Berdasarkan tabel 1   71,8%      IMS,.dan 75,3% responden memiliki

responden memiliki pengetahuan baik      perilaku dengan kategori baik mengenai

mengenai infeksi menular seksual, 67,1%      IMS.

responden memiliki sikap baik mengenai

Tabel 2. Gambaran dan Distribusi Jawaban Pengetahuan Responden tentang Infeksi Menular Seksual

Item Pertanyaan

B        S

n (%)     n (%)

Infeksi menular seksual merupakan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.

71 (83,5)    14 (16,5)

Infeksi menular seksual disebut juga sebagai penyakit kelamin.

67 (78,8)    18 (21,2)

Infeksi menular seksual dapat ditularkan melalui berjabat tangan dengan penderita.

9 (10,6)    76 (89,4)

Infeksi  menular  seksual  merupakan  penyakit  yang

disebabkan oleh kutukan nenek moyang.

79 (92.9)     6 (7,1)

Infeksi menular seksual disebabkan oleh bakteri (gonore).

62 (72,9)   23 (27,1)

Infeksi menular seksual dapat ditularkan melalui hubungan seksual dengan orang yang sudah terinfeksi seksual.

55 (64,7)   30 (35,3)

Rasa gatal dan panas pada daerah kelamin biasa dirasakan oleh penderita infeksi menular seksual.

39 (45,9)   46 (54,1)

Perempuan yang mengalami keputihan dan nyeri sekitar perut bagian bawah merupakan gejala yang muncul pada infeksi menular seksual.

48 (56,5)   37 (43,5)

Terlambat datang bulan (haid) pada perempuan merupakan salah satu gejala infeksi menular seksual.

50 (58,8)   35 (41,2)

Resiko tinggi infeksi menular seksual disebabkan karena menggunakan fasilitas umum bersama penderita.

49 (57,6)   36 (42,4)

Bersentuhan dengan penderita beresiko tertular infeksi menular seksual.

42 (49,4)   43 (50,6)

Item Pertanyaan

B

S

n (%)

n (%)

Remaja yang rajin beribadah dan banyak melakukan aktifitas seperti (olahraga) dapat terhindar dari infeksi menular seksual.

42 (49,4)

43 (50,6)

Wanita hamil yang mengalami penyakit menular seksual beresiko terjadi keguguran.

37 (43,5)

48 (56,5)

Pencegahan infeksi menular seksual dapat dilakukan dengan cara selalu mengganti pakaian dalam.

51 (60)

34 (40)

Menunda melakukan hubungan seksual sebelum menikah adalah salah satu pencegahan yang efektif agar terhindar dari infeksi menular seksual.

60 (70,6)

25 (29,4)

(B: Benar, S: Salah)

Tabel 3. Distribusi Jawaban Sikap Responden tentang Infeksi Menular Seksual

Item Pernyataan

S       TS

n (%)     n (%)

Apakah anda setuju dengan seks bebas

7 (8)       78 (92)

Saya akan menjauhi orang yang terkena IMS

81 (95,3)     4 (4,7)

Saya akan tetap berbagi barang kebutuhan sehari-hari saya dengan penderita IMS setelah dicuci bersih dengan deterjen

7 (8,2)     78 (91,8)

IMS terjadi bukan karena perilaku seks yang salah, tapi karena nasib yang kurang beruntung

10 (11,8)    75 (88,2)

Seseorang yang menderita IMS pasti adalah seorang pemakai narkoba suntik ataupun seorang homoseksual

77 (90,8)     8 (9,4)

Item Pernyataan                         S

TS

n (%)

n (%)

Penggunaan kondom untuk mencegah IMS merupakan tanggung jawab seimbang antara wanita dan pria                  ,

4 (4,7)

Kondom efektif dan aman untuk pencegahan infeksi menular

76 (89,4) seksual

9 (10,6)

Saya tidak perlu melakukan tindakan khusus sebagai upaya

15 (17,6) pencegahan IMS

70 (82,4)

Penggunaan kondom salah satu cara yang aman untuk mencegah penularan infeksi menular seksual                       ,

6 (7,1)

Setiap  melakukan  hubungan  seksual  tidak  perlu

18 (21,2) mempergunakan kondom

67 (78,8)

Oral seks tidak berisiko tinggi menyebabkan IMS             16 (18,8)

69 (81,2)

Berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan dapat menularkan IMS

2 (2,4)

Saya merasa tidak perlu untuk memanfaatkan layanan kesehatan untuk memeriksa diri apabila terinfeksi IMS karena  12 (14,1)

IMS bukan penyakit yang membahayakan

73 (85,9)

Anal seks tidak berisiko menyebabkan IMS                   14 (16,5)

71 (83,5)

Tidak perlu takut terkena IMS, karena hubungan seks bebas

12 (14,1) merupakan hal yang biasa dikehidupan

73 (85,9)

(S: Setuju, TS: Tidak Setuju)

Berdasarkan tabel 4 sebanyak 98,8%      VCT-HIV, Puskesmas, rumah sakit) untuk

responden meminta pasangan seksual      melakukan tes IMS.

untuk menggunakan kondom saat          Hubungan Pengetahuan dan Sikap

berhubungan seksual. Selain itu, masih      Responden terhadap Perilaku Berisiko

terdapat 78,8% responden yang menjawab      Terkena IMS dapat dilihat dalam tabulasi

tidak pernah ke fasilitas kesehatan (klinik       di Tabel 5.

Tabel 4. Distribusi Perilaku Beresiko Infeksi Menular Seksual pada Responden

Item Pertanyaan

Ya

Tidak

n (%)

n (%)

Apakah anda pernah melakukan hubungan seksual

16 (19)

69 (81)

Apakah anda pernah terkena penyakit menular seksual

21 (24,7)

64 (75,3)

Apakah anda pernah melakukan konsultasi kesehatan dengan tenaga kesehatan mengenai pencegahan IMS

83 (97,6)

2 (2,4)

Apakah pernah ke fasilitas kesehatan (klinik VCT-HIV, Puskesmas, rumah sakit) untuk melakukan tes IMS

18 (21,2)

67 (78,8)

Apakah  anda  meminta  pasangan  seksual  untuk

menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual

84 (98,8)

1 (1,2)

Apakah anda tetap mau melakukan hubungan seksual apabila pasangan seksual tidak menggunakan kondom

12 (14,1)

73 (85,9)

Apakah anda pernah mengkonsumsi minuman keras (alkohol)

14 (16,5)

71 (83,5)

Tabel 5. Hasil Analisis Hubungan Pengetahuan dan Sikap Responden terhadap Perilaku

Berisiko Terkena Infeksi Menular Seksual

Variabel (n=85)

Perilaku Berisiko IMS

Nilai p

Baik (n=64)

Cukup Baik (n=21)

Pengetahuan

Baik

51 (83,6%)

10 (16,4%)

0,01

Cukup Baik

13 (54,2%)

11 (45,8%)

Sikap

Baik

48 (84,2)

9 (15,8)

0,01

Cukup Baik

16 (57,1)

12 (42,9)

Note: Analisis data dengan uji chi square; p<0,05; hasil bermakna signifikan

Berdasarkan tabel 2 pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar (92.9%) oleh responden adalah terkait dengan penyebab IMS yaitu Infeksi Menular Seksual merupakan penyakit yang disebabkan oleh kutukan nenek moyang. Sementara itu, item pertanyaan pengetahuan yang paling banyak dijawab dengan salah (89,4%) adalah penularan IMS yaitu Infeksi Menular Seksual dapat


ditularkan melalui berjabat tangan dengan penderita.

Berdasarkan tabel 3 sebagian besar (97,6%) responden setuju bahwa berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan dapat menularkan IMS. Sementara itu, sebagian besar (92%) responden juga tidak setuju dengan seks bebas.


Tabel di atas menjelaskan bahwa sebanyak 83,6% responden yang masuk ke dalam kategori pengetahuan baik memiliki perilaku baik mengenai IMS dan sebanyak 84,2% responden yang masuk ke dalam kategori sikap baik memiliki perilaku baik mengenai IMS. Hasil uji statistik chi square

pada variabel pengetahuan dan sikap di dapatkan p value sebesar 0,01 dengan taraf signifikan sebesar 0,05. Hasil menunjukkan bahwa p lebih kecil dari nilai taraf signifikan (p<0,05) dengan demikian terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap responden terhadap perilaku berisiko terkena IMS.

DISKUSI

Pengetahuan adalah salah satu domain yang penting untuk membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2011). Salah satunya mengenai kesehatan reproduksi. Apabila remaja memiliki pengetahuan positif terkait kesehatan reproduksi, maka tindakan yang dilakukan akan lebih bertahan dalam jangka waktu panjang dibandingkan dengan remaja yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup. Selain itu, remaja yang memiliki pengetahuan baik juga diharapkan untuk memiliki kemampuan dalam mengontrol perilaku seksualnya (Istiqomah & Notobroto, 2017). Berdasarkan hasil penelitian ini, 71,8% remaja di Comoro Dili memiliki pengetahuan baik mengenai IMS. Mayoritas remaja mengetahui bahwa IMS bukan merupakan kutukan nenek moyang. Hasil ini lebih tinggi apabila dibandingkan dengan penelitian Pandjaitan et al. (2017) di SMA Frater Don Bosco Manado, yaitu 50% pengetahuan remaja tergolong baik.

Sikap remaja mengenai IMS berkaitan dengan respon remaja terhadap IMS. Apabila seorang remaja memiliki sikap yang positif, maka akan lebih selektif dalam bergaul dan memilih teman sehingga dapat mengurangi risiko perilaku seksual yang berisiko dan IMS (Wijayanti & Puspita, 2017). Berdasarkan hasil penelitian ini, 67,1% responden memiliki sikap yang tergolong baik. Mayoritas (97,6%) responden juga setuju bahwa berganti-ganti pasangan adalah hal yang harus dihindari dan 92% responden tidak setuju dengan seks bebas. Hasil

penelitian ini lebih tinggi apabila dibandingkan dengan penelitian Priyanti (2015) di MAN Mojokerto yang menyatakan bahwa 55,7% remaja memiliki sikap yang positif. Sikap positif pada remaja dapat ditingkatkan melalui edukasi yang komprehensif terkait dengan kesehatan reproduksi bagi remaja, sehingga remaja dapat memiliki akses informasi yang setara.

Pengetahuan dan sikap memiliki pengaruh terhadap perilaku seksual remaja di Comoro Dili Timor-Leste. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai p=0,01 (p<0,05), sehingga terdapat hubungan antara pengetahuan terhadap perilaku seksual remaja. Para remaja tahu dan memiliki pengetahuan terkait dengan risiko terkena IMS. Sebanyak 83,6% remaja berpengetahuan dan berperilaku baik terhadap risiko IMS. Sedangkan 45,8% berpengetahuan dan berperilaku cukup baik terkait IMS. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Orisatoki dkk (2010) di Amerika menyatakan bahwa terdapa hubungan antara pengetahuan terhadap perilaku seksual remaja. Pengetahuan yang tinggi berdampak pada rendahnya risiko penularan IMS pada remaja. Hasil penelitian serupa juga ditemukan pada penelitian Na’im dkk (2017) di Indramayu. Penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan IMS terhadap perilaku seksual remaja.

Selain itu, pada penelitian ini, terdapat hubungan antara sikap terhadap perilaku IMS pada remaja (p=0,01 (p<0,05)). Sebanyak 84,2% remaja memiliki sikap dan

perilaku yang tergolong baik. Hasil serupa juga ditunjukan oleh penelitian Anita Zuliani (2005) di Gunungpati, yang menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara tingkat religius remaja dengan perilaku seksual pranikah. Semakin tinggi tingkat religius remaja, maka semakin rendah perilaku seksual pranikah. Sikap positif terkait IMS pada remaja perlu dipertahankan. Sementara itu, sikap negatif perlu diantisipasi agar tidak berdampak buruk bagi remaja. Oleh karena itu, remaja perlu menghargai dan memiliki rasa tanggungjawab terhadap diri sendiri serta lingkungan sekitar (Wijayanti & Puspita, 2017).

Upaya edukasi terkait kesehatan reproduksi di Timor-Leste umunnya dilakukan dengan cara bekerja sama bersama lembaga internasional, salah satunya yaitu kerjasama dengan United Nations Population Fund (UNFPA). Bentuk kerjasama ini berupa pengembangan kurikulum    pendidikan    mengenai

kesehatan reproduksi pada tahun 2012 (UNFPA, 2012). Selain itu, kerjasama pemerintah Timor-Leste bersama UNFPA juga terwujud dengan penyelenggaraan kegiatan debat interaktif pada tahun 2019 yang juga melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal yaitu Estrela dan Young Leadership Development Program (YLDP) (UNFPA, 2019). Kerja sama antara pemerintah Timor-Leste dengan UNFPA juga dilakukan melalui pendanaan bagi kegiatan Training of Trainer (ToT) mengenai kesehatan reproduksi (UNFPA, 2021).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini maka diperoleh simpulan yaitu tingkat pengetahuan tentang IMS pada remaja Di Comoro Dili Timor-Leste sebanyak 71,8% responden memiliki pengetahuan baik, sikap pelajar tentang IMS pada remaja Di Comoro Dili Timor-Leste sebanyak 67,1% responden memiliki sikap baik, perilaku pelajar tentang IMS pada remaja Di Comoro Dili Timor-Leste sebanyak 75,3% responden memiliki perilaku baik, dan terdapat hubungan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap IMS pada remaja di Comoro Dili Timor-Leste. Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual pra nikah akan menurun jika tingkat pengetahuan pelajar meningkat dengan nilai p sebesar 0,01.

SARAN

Perlu digencarkannya edukasi mengenai IMS dan kesehatan reproduksi bagi remaja. Edukasi ini dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan formal maupun organisasi-organisasi yang melibatkan remaja. Pentingnya edukasi dapat menekan angka perilaku seksual pranikah secara umum dan IMS secara khusus, selain itu peneliti lain dapat melakukan penelitian lanjutan terkait dengan IMS pada remaja di Comoro Dili Timor-Leste.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pengambilan data penelitian dan kepada pihak yang ikut membantu dalam penulisan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arcana, I. M., & Armand, G. (2019). Faktor Sosial Demografi Penduduk Usia 15-49 Tahun Yang Memengaruhi Infeksi Menular Seksual Dengan Gejala GU atau GD Di Timor-Leste. March.

Decreto-Lei N.o 2.  (2021). Jornal da

Republika. Número Extraordinário, 1, 24.

Istiqomah, N., & Notobroto, H. B. (2017). Pengaruh Pengetahuan, Kontrol Diri terhadap Perilaku Seksual Pranikah di Kalangan Remaja SMK di Surabaya. Jurnal Biometrika Dan Kependudukan, 5(2),                                   125.

https://doi.org/10.20473/jbk.v5i2.2016. 125-134

Kusumaryani, M. (2017). Prioritaskan kesehatan    reproduksi    remaja.

Lembaga Demografi FEB UI.

Maria Thalia Alves, J. (2014). Hubungan Pola Asuh Permisif Orang Tua Dengan Perilau Seks Seksual Pranikah Pada Remaja Putri Di SMA Colegio Paulo Sexto, Dili-Timor Leste. Sripsi.

Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan (Ed. Rev). PT. Rineka Cipta.

Pandjaitan, M. C., Niode, N. J., & Suling, P. L. (2017). Gambaran Pengetahuan dan Sikap terhadap Infeksi Menular Seksual pada Remaja di SMA Frater Don Bosco Manado. E-CliniC, 5(2). https://doi.org/10.35790/ecl.5.2.2017.1 8281

Rahma, M. (2018). Hubungan antara pengetahuan seksualitas dengan perilaku seksual remaja di SMA NEGERI 1 SUBANG. Jurnal Bidan, 5(01).

Saenong, R. H., & Sari, L. P. (2021).

Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Terhadap Infeksi Menular Seksual pada Mahasiswa Pendidikan Dokter. Muhammadiyah Journal     of     Midwifery,     1(2).

https://doi.org/10.24853/myjm.1.2.51-56

UNFPA. (2012). Adolescent Sexual and Reproductive Health Curriculum for Timor-Leste.             https://timor-

leste.unfpa.org/en/news/adolescent-sexual-and-reproductive-health-curriculum-timor-leste

UNFPA. (2019). Young People in Timor-Leste Demand More Information on HIV Prevention     and     Transmission.

https://timor-leste.unfpa.org/en/news/young-people-timor-leste-demand-more-information-hiv-prevention-and-transmission-0

UNFPA. (2020). 2020 World AIDS Day:

UNFPA urges Timor-Leste to strengthen its HIV Prevention efforts to avoid generalized epidemic. https://timor-leste.unfpa.org/en/news/world-aids-day-0

UNFPA. (2021). Healthy Relationship: Young People Make Informed Decisions about Their Sexual and Reproductive Health and        Lives.        https://timor-

leste.unfpa.org/en/news/healthy-relationship-young-people-make-informed-decisions-about-their-sexual-and-reproductive

WHO South-East Asia. (2019). Moving ahead on elimination of Sexually Transmitted Infections (STIs) in WHO South-East Asia Region - progress and

challenges (Vol. 37, Issue 4).

Wijayanti, E. T., & Puspita, H. (2017).

Hubungan Sikap Remaja Tentang Infeksi Menular Seksual Dengan Sikap Seks Pranikah. Jurnal

Keperawatan, 10(1), 60–66. https://e journal.lppmdianhusada.ac.id/index. php/jk/article/view/84

*e-mail korespondensi: putu_suariyani@unud.ac.id

28