THE EFFECT OF ORGANIC FERTILIZER OF ANIMAL SLAUGHTERHOUSE FERMENTED BY EM4 ON GROWTH AND YIELD OF Asystasia gangetica AT DIFFERENT LEVEL OF SOIL WATER CONTENTS
on
ISSN 2722-7286

Jurnal
FAPET UNUD
Jurnal

Peternakan Tropika
Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
Submitted Date: May 20, 2022
Accepted Date: September 3, 2022
Editor-Reviewer Article :D.P.M.A. Candrawati & Eny Puspani
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN (RPH) TERFERMENTASI EM4 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN Asystasia gangetica PADA KADAR AIR TANAH YANG BERBEDA
Bachtiar, M. W., N. N. Suryani, dan M. A. P. Duarsa
PS Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali email : [email protected], Telp.+62 82146890440
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara dosis pupuk limbah rumah potong hewan (RPH) terfermentasi EM4 dan kadar air tanah yang berbeda serta pengaruh masing – masing faktor terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Asystasia gangetica. Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca, Stasiun Penelitian Sesetan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana di Jalan Raya Sesetan Gang Markisa. Penelitian ini berlansung selama 3 bulan, menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor pertama adalah dosis pupuk : dosis 0 ton/ha (D0), dosis 10 ton/ha (D10), dosis 20 ton/ha (D20) dan dosis 30 ton/ha (D30). Faktor kedua terdiri kadar air tanah yaitu: kapasitas lapang 50% (KL50%), kapasitas lapang 75% (KL75%) dan kapasitas lapang 100% (KL100%). Terdapat 12
kombinasi perlakuan dan setiap perlakuan memiliki tiga kali ulangan, sehingga terdapat 36 unit percobaan. Variabel yang diamati yaitu variabel pertumbuhan, variabel hasil dan variabel karakteristik tumbuh. Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi interaksi antara dosis pupuk limbah rumah potong hewan terfermentasi EM4 dan kadar air tanah pada semua variabel. Pada faktor dosis pupuk limbah rumah potong hewan (RPH) terfermentasi EM4 cenderung menunjukkan hasil tertinggi pada pemberian dosis 10 ton/ha (D10) dan tidak ada perbedaan nyata pada semua variabel kecuali nisbah berat kering total hijauan dengan berat kering akar. Kadar air tanah menunjukkan hasil tertinggi pada pemberian kapasitas lapang 100% (KL100%) dan terdapat perbedaan nyata pada semua variabel kecuali nisbah berat kering daun dengan berat kering batang dan nisbah berat kering total hijauan dengan berat kering akar. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi perlakuan antara dosis pupuk limbah rumah potong hewan terfermentasi EM4 dengan kadar air tanah berbeda terhadap variabel (pertumbubuhan tanaman, hasil dan karakteristik tumbuh), perlakuan dosis pupuk limbah RPH terfermentasi EM4 belum mampu mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman Asystasia gangetica, tetapi dosis 10 ton/ha cenderung menunjukkan hasil tertinggi dan perlakuan kadar air KL100% memberikan respon terbaik dalam mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman Asystasia gangetica.
Kata kunci : Asystasia gangetica, kadar air, pupuk, pertumbuhan

THE EFFECT OF ORGANIC FERTILIZER OF ANIMAL
SLAUGHTERHOUSE FERMENTED BY EM4 ON GROWTH AND YIELD OF Asystasia gangetica AT DIFFERENT LEVEL OF SOIL WATER CONTENTS
ABSTRACT
The purpose of this research was to study the interaction between slaughterhouse waste dose fermentated with EM4 and different soil water content and the effect each factor towards growth and crop production of Asystasia gangetica. This research has been done at glass house, Sesetan research station, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University at Sesetan Road Markisa Alley. This research lasted 3 months, using a completely randomized design factorial system. The first factor was fertilizer dose : 0 ton/ha (D0), 10 ton/ha (D10), 20 ton/ha (D20) and 30 ton/ha (D30). The second factor was from soil water content : 50% field capacity, 75% field capacity and 100% field capacity. There are 12 combination of treatments and each treatment was three repeated, so there are 36 unit of expereiments. The variables that being observed was growth variable, yield variable and the growth characteristic variable. The research showed that there are no interaction between the dose of fertilizer from EM4 fermented waste animal slaughthouse and the soil water content of all variable. In the dose of fertilizer from EM4 waste animal slaughthouse showed that the highest result at dose 10 ton/ha (D10) and there was no significant difference from all variables except the dry weight of top ratio total of green with the dry weight of root. Soil water content showed that highest result at 100% field capacity and there was significant difference from all variables except the dry weight leaf with the dry weight stem and the dry weight of top ratio total of green with the dry weight of root. The conclusion from the result of this research was there is no treatment interaction between the dose of fertilizer from EM4 fermented waste animal slaughthouse treatment with the soil water content towards variable (growth variable, yield variable and the growth characteristics variable), fertilizer treatment of waste animal slaughter fermented by EM4 showed no effect on the growth and yield of Asystasia gangetica, but dose 10 ton/ha tend to show the highest result. Soil water content treatment 100% field capacity gave the best response in affecting growth and yield of Asystasia gangetica.
Keywords : Asystasia gangetica, ground levels, fertilizer, growth
PENDAHULUAN
Hijauan pakan ternak merupakan sumber bahan pakan utama bagi keberlangsungan kehidupan ternak ruminansia baik untuk kebutuhan hidup pokok, produksi dan reproduksi. Keterbatasan pengadaan pakan hijauan ini akan berakibat rendahnya produksi ternak ruminansia, sehingga secara umum akan menghambat peluang pengembangan populasi ternak sedangkan peningkatan populasi ternak membutuhkan hijauan pakan yang berkelanjutan sepanjang tahun. Salah satu tanaman yang dapat dikembangkan sebagai sumber hijauan pakan adalah Asystasia gangetica.
Asystasia gangetica adalah spesies tanaman yang termasuk dalam keluarga Ancathaceae, merupakan tanaman yang berpotensi sebagai sumber hijauan pakan ternak. A. gangetica memiliki kadar protein kasar sebesar 19,3% (Adigun et al., 2014) hingga 33% tergantung pada bagian tumbuhan yang dimanfaatkan (Putra, 2018) dan dilaporkan memiliki palatabilitas dan daya cerna yang tinggi (Grubben, 2004).
Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman A. gangetica salah satunya dengan cara pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk mengganti unsur hara yang hilang dan menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sekaligus untuk memperbaiki sifat tanah baik fisik, kimia maupun biologi. Pupuk yang berpotensi digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman A. gangetica adalah pupuk yang mengandung unsur hara yang tinggi terutama N dan P. Asystasia gangetica merupakan tanaman yang berkompetetif dan membutuhkan unsur hara yang tinggi terutama N dan P (Suarna et al., 2019).
Hasil limbah dari aktivitas pemotongan di rumah potong hewan (RPH) antara lain isi rumen, darah, serpihan daging dan lemak yang terbuang bersama air cucian dari ruang proses (Suhardjadinata, 2017) sedangkan limbah terbanyak yang dihasilkan oleh RPH adalah isi rumen (Suhardjadinata et al., 2018). Isi rumen mengandung nutrien seperti N, P dan K (Castrillon et al., 2009). Hal tersebut menunjukan bahwan limbah RPH khususnya isi rumen berpotensi untuk dijadikan sebagai pupuk. Kondisi awal rasio C/N yang ideal untuk pengomposan adalah 20 -30 (Sweeten dan Auverman, 2008). Guna mengoptimalkan C/N rasio pada pengomposan limbah RPH terutama isi rumen diperlukan aktivator bahan organik seperti Effective Microorganisme-4 (EM4). Limbah rumah potong hewan terfermentasi EM4 mampu mengoptimalkan proses pengomposan sehingga dihasilkan pupuk organik yang berkualitas baik. Didukung oleh hasil penelitian Taufiqur et al. (2014) bahwa hasil pengaplikasian pupuk kompos limbah dengan aktivator EM4 pada tanaman pak-choy dengan dosis 8,8 ton/ha menghasilkan produksi sebesar 24,78 ton/ha dibandingkan dengan tanpa aktivator EM4 menghasilkan produksi sebesar 23,76 ton/ha.
Pertumbuhan dan produksi hijauan pakan bukan hanya dipengaruhi oleh pemberian pupuk saja tetapi juga ketersediaan air dalam tanah. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Suwartama et al. (2017) bahwa kadar air tanah berpengaruh terhadap semua proses fisiologis tanaman antara lain penyusunan unsur hara, respirasi, translokasi ion dan fotosintesis,
diperjelas dengan hasil penelitianya pada tingkat kadar air 100% mendapat nilai tertinggi dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil hijauan Sylosanhtes guianensis.
Berdasarkan uraian diatas, untuk meningkatkan produksi hijauan A. ganetica dilakukan penelitian mengenai aplikasi pupuk limbah RPH terfermentasi EM4 pada kadar air tanah berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil hijauan A. gangetica.
MATERI DAN METODE
Materi
Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Oktober 2021 di Rumah Kaca, Stasiun Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Udayana yang beralamat di Jalan Raya Sesetan Gang Markisa Denpasar Selatan.
Tanah
Tanah yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Stasiun Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Udayana Desa Pengotan, Kabupaten Bangli. Tanah terlebih dahulu dikering udarakan, kemudian tanah dipisahkan dari tanah yang memilki tekstur kasar dan kotoran dengan menggunakan ayakan tanah yang terbuat dari kawat dengan ukuran 4 mm × 4 mm. Tanah yang sudah diayak kemudian dimasukan ke dalam pot yang sudah disediakan sebanyak 36 pot sebagai media tanam dan setiap pot diisi tanah sebanyak 4 kg.
Pupuk organik
Pupuk kompos dibuat dari limbah rumah pemotongan hewan (RPH) yang diperoleh dari RPH Pesanggaran Kota Denpasar dengan aktivator EM4.
Tanaman
Biji tanaman Asystasia gangetica diperoleh dari Laboratorium Tumbuhan Pakan Fakultas Peternakan, Universitas Udayana yang berada dijalan P.B sudirman, Denpasar. Biji tanaman Asystasia gangetica disemai terlebih dahulu selama 8 hari kemudian dipilih tanaman yang pertumbuhanya seragam lalu dipindahkan ke dalam pot.
Air
Air yang digunakan dalam penelitian ini untuk menyiram tanaman dari air sumur tempat penelitian Rumah Kaca, Stasiun Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Udayana yang berada di Jalan Raya Sesetan Gang Markisa, Denpasar Selatan.
Pot
Pot yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 36 pot berbahan dasar plastik dengan ukuran tinggi 19 cm, diameter atas 25 cm dan diameter bawah 19 cm. Setiap pot diisi tanah tanah 4 kg.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekup yang berguna untuk mengambil tanah; ayakan kawat untuk memisahkan tanah dari tanah yang kasar dan juga kotoran lainnya. Pot plastik sebagai media tanam sebanyak 36 pot. Penggaris dan pita ukur untuk mengukur tinggi tanaman; ember ataupun gayung untuk menyiram tanaman; pisau dan juga gunting untuk memotong tanaman pada saat panen. Kantong kertas untuk tempat daun, batang, akar tanaman yang sudah dipanen; oven untuk mengeringkan tanaman. Timbangan manual kapasitas 15 kg dengan kepekaan 100 g untuk menimbang berat tanah yang digunakan dalam penelitian ini dan menimbang untuk penyiraman pada pot sesuai perlakuan; timbangan elektrik kapasitas 500 g dengan kepekaan 0,1 g untuk menimbang berat kering bagian tanaman berupa daun, batang dan akar; leaf area meter untuk mengukur luas daun; tong/silo untuk pembuatan pupuk limbah RPH terfermentasi EM4; alat tulis.
Metode
Rancangan percobaan
Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, terdiri dari 2 faktor dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah 3 taraf perlakuan kadar air tanah yaitu 50% KL (Kapasitas Lapang), 75% KL dan 100% KL. Faktor kedua adalah 4 taraf dosis pemupukan yaitu : 0 ton/ha, 10 ton/ha, 20 ton/ha, 30 ton/ha. Terdapat 12 kombinasi perlakuan dalam 3 kali ulangan sehingga didapatkan 36 unit percobaan :
Model linear Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + εij
Di mana :
Yij = nilai pengamatan Μ = rataan umum
αi = pengaruh utama faktor A βj = pengaruh utama faktor B
Pembuatan pupuk limbah RPH terfermentasi EM4
Pembuatan pupuk dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mencampur limbah RPH dengan aktivator EM4. Sebelum limbah RPH dicampur dengan EM4, limbah RPH ditiriskan terlebih dahulu selama 7 hari pada tempat yang tidak terpapar matahari secara lansung. EM4 sebelum digunakan fermentasi, diaktifkan terlebih dahulu menggunakan gula dengan
perbandingan 1:1 dan didiamkan selama 2 hari. EM4 yang sudah diaktifkan kemudian dicampur secara merata dengan limbah RPH menggunakan perbandingan 1:20 kemudian dimasukan dalam tong/silo dan diamkan selama 2 minggu secara anaerob.
Kadar air tanah
Kadar air tanah yang diberikan pada penelitian ini adalah taraf kadar air tanah dalam kapasitas lapang untuk masing – masing perlakuan, yaitu 50% kapasitas lapang (KL), 75% KL dan 100% KL. Pengukuran kapasitas lapang tanah pertama dilakukan dengan cara media tanam (tanah) dikering udarakan terlebih dahulu. Kedua, media tanam (tanah) yang sudah dikeringudarakan dimasukan dalam pot sebanyak 4 kg dan disiram dengan air sampai menetes (jenuh), kemudian didiamkan selama 12 jam sampai tidak ada air yang menetes, selanjutnya berat tanah dalam pot ditimbang sehingga didapatkan hasil berat basah tanah. Ketiga, dilakukan perhitungan menggunakan cara hasil berat basah tanah dikurangi dengan hasil berat kering tanah.
Perhitungan :
W = Tb – Tk
Keterangan :
W = Kapasitas lapang Tb = Berat basah Tk = Berat kering
Kadar air 50%, 75% dan 100% dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
50% = IOO x kapasitas lapang
75
75% = 100 x kapasitas lapang
100% = 100 x kapasitas lapang
Penanaman
Penanaman pada penelitian ini dilakukan penyemaian biji Asystasia gangetica terlebih dahulu menggunakan trey selama kurun waktu 8 hari. Biji yang telah tumbuh dipindahkan kedalam pot, pada setiap pot ditanami 4-5 bibit dan setelah bibit tumbuh dengan baik dipilih tanaman yang berukuran relatif sama atau seragam, sehingga setiap pot hanya terdiri dari satu bibit tanaman.
Pemberian pupuk
Pemberian pupuk limbah RPH terfermentasi EM4 dilakukan sekali pada sebelum penanaman dengan cara mencapurkan pupuk dengan tanah dan diaduk secara merata.
Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman tanaman, pemberantasan gulma dan hama. Penyiraman tanaman dilakukan setiap hari sore hari untuk menjaga agar tanah tidak mengalami kekeringan. Sebelum penyiraman, terlebih dahulu dilakukan penimbangan dan perhitungan kebutuhan kadar air tanah sesuai perlakuan yang sudah ditentukan.
Pengamatan dan panen
Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali. Pengamatan variabel hasil dan karakteristik tumbuh dilakukan setelah 8 kali pengamatan variabel pertumbuhan, dengan cara memotong tanaman tepat diatas tanah, kemudian memisahkan bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun, dan bunga dan untuk selanjutnya ditimbang dan dikeringkan dalam oven. Variabel yang diamati
-
1. Variabel Pertumbuhan
-
a. Tinggi tanaman (cm) mengukur tinggi tanaman dimulai dari permukaan tanah pangkal batang hingga pangkal daun teratas yang telah berkembang sempurna.
-
b. Jumlah daun (helai) pengamatan jumlah daun dilakukan dengan cara dihitung jumlah daun yang telah berkembang sempurna.
-
c. Jumlah cabang (helai) pengamatan jumlah cabang dilakukan dengan cara dihitung banyaknya cabang yang mempunyai daun berkembang dengan sempurna.
-
2. Variabel hasil
-
a. Berat kering daun (g) berat kering daun diperoleh dengan cara menimbang daun per pot yang telah dipanen dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 70℃ hingga tercapai berat konstan.
-
b. Berat kering batang (g) berat kering batang diperoleh dengan cara menimbang batang per pot yang telah dipanen dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 70℃ hingga tercapai berat konstan.
-
c. Berat kering akar (g) berat kering akar diperoleh dengan cara menimbang akar per pot yang telah dipanen dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 70℃ hingga tercapai berat konstan.
-
d. Berat kering total hijauan (g) berat kering total hijauan diperoleh dengan cara menjumlahkan berat kering batang dan berat kering daun.
-
3. Variabel karakteristik tumbuh
-
a. Nisbah berat kering daun dengan berat kering batang diperoleh dengan cara membagi berat kering daun dengan berat kering batang.
-
b. Nisbah berat kering total hijauan dengan berat kering akar diperoleh dengan cara membagi berat kering total hijauan dengan berat kering akar.
-
c. Luas daun per pot (cm2) diperoleh dilakukan dengan mengambil sampel helai daun yang telah berkembang sempurna secara acak. Kemudian berat sampel ditimbang dan diukur luasnya dengan cara manual menggunakan penggaris dengan mengkali panjang dan lebarnya. Luas daun per pot dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : LDP = — X BDT
BDS
Keterangan: LDP = Luas daun per pot LDS = Luas daun sampel
BDS = Berat daun sampel BDT = Berat daun total
Analisis data
Data dianalisis dengan Analisis Ragam (Analisis of Variance/ANOVA), apabila perlakuan berpengaruh nyata terhadap variabel (P<0,05) maka dilanjutkan menggunakan uji Duncan (DMRT) (Steel dan Torrie, 1991).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan pupuk limbah RPH terfermentasi EM4 dengan kadar air tanah pada semua variabel (pertumbuhan tanaman, hasil dan karakteristik tumbuh). Keadaan tersebut menunjukkan bahwa faktor dosis pupuk limbah RPH terfermentasi EM4 dan faktor kadar air tanah tidak dapat secara bersama – sama atau bekerja sendiri – sendiri dalam mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman A. gangetica. Analisis statistik menunjukkan pemberian dosis pupuk limbah RPH terfermentasi EM4 demikian berbeda tidak nyata (P>0,05) sedangkan kadar air tanah menunjukkan hasil cenderung berbeda nyata (P<0,05).
Tabel 1. Pengaruh pemberian pupuk limbah RPH terfermentasi EM4 terhadap variabel
pertumbuhan A. gangetica pada kadar air tanah berbeda.
Variabel |
Kapasitas Lapang4) |
D0 |
Dosis3) D10 D20 |
D30 |
Rataan |
SEM2) | |
KL 50% |
35,67 |
42,70 |
40,33 |
38,67 |
39,34b | ||
Tinggi tanaman |
KL 75% |
49,17 |
48,33 |
46,33 |
46,07 |
47,48ab |
7,63 |
(cm) |
KL 100% |
51,50 |
58,50 |
63,47 |
50,93 |
56,10a | |
Rataan |
45,44a |
49,84a |
50,04a |
45,22a | |||
KL 50% |
62,33 |
97,33 |
80,33 |
81,67 |
80,42b | ||
Jumlah daun |
KL 75% |
115,00 |
114,67 |
100,67 |
99,00 |
107,33ab |
19,60 |
(helai) |
KL 100% |
109,00 |
128,00 |
150,33 |
137,33 |
131,17a | |
Rataan |
95,44a |
113,33a |
110,44a |
106,00a | |||
KL 50% |
23,00 |
35,67 |
32,00 |
31,33 |
30,50b | ||
Jumlah cabang |
KL 75% |
41,33 |
46,33 |
41,67 |
37,00 |
41,58ab |
8,50 |
(batang) |
KL 100% |
42,67 |
52,33 |
58,33 |
48,67 |
50,50a | |
Rataan |
35,67a |
44,78a |
44,00a |
39,00a |
Keterangan :
1. Nilai dengan huruf yang berbeda dalam satu baris (huruf kecil) dan dalam satu kolom (huruf besar)
menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
2. SEM = Standard Error of the Treatment Means
3. KL 50% = Kapasitas lapang %;KL 75% = Kapasitas lapang 75%; KL 100% = Kapasitas lapang 100%
4. D0 = dosis 0 ton/ha; D10 = dosis 10 ton/ha; D20 = dosis 20 ton/ha; D30 = dosis 30 ton/ha
Hal tersebut menunjukkan perubahan suatu taraf faktor perlakuan tidak diikuti dengan perubahan taraf faktor perlakuan lainya. Didukung dengan peryataan Gomez dan Gomez (1995) bahwa dua faktor perlakuan dikatakan berinteraksi apabila pengaruh suatu faktor perlakuan berubah pada saat perubahan taraf faktor perlakuan lainnya.
Hasil analisis statistik menunjukkan pemberian dosis 0 ton/ha (D0), D10, D20 dan D30 memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman A. gangetica berbeda tidak nyata (P>0,05) kecuali pada variabel nisbah berat kering total hijauan dengan berat kering akar. Keadaan tersebut disebabkan oleh respon pupuk organik yang tergolong lambat dalam penyediaan unsur hara dan C/N rasio yang dihasilkan oleh pupuk limbah RPH terfementasi EM4 sebesar 65,10 tergolong sangat tinggi. Respon pupuk organik tergolong lambat karena adanya proses penyediaan hara secara bertahap melalui proses dekomposisi (Widowati, 2009). Berbeda dengan pupuk kimia penyediaan hara yang tergolong cepat bagi tanaman dan dilaporkan pemberian urea sebanyak 50 kg/ha dapat meningkatgkan karakteristik tumbuh dan pertumbuhan tanaman A. gangetica (Suarna et al., 2019).
Prinsip dekomposisi adalah untuk menurunkan C/N bahan organik hingga sama dengan C/N organik tanah (<20) (Setyorini et al., 2006). C/N rasio adalah perbandingan antara jumlah kandungan unsur karbon (C) terhadap jumlah kandungan unsur nitrogen (N) pada suatu bahan organik. Jika rasio C/N tinggi, aktivitas biologi mikroorganisme akan berkurang
sehingga diperlukan waktu lama untuk pengomposan dan menghasilkan mutu yang lebih rendah. C/N rasio terlalu rendah kelebihan nitrogen yang tidak dipakai oleh mikroorganisme tidak dapat diasimilasi dan akan hilang melalui volatisasi sebagai amoniak atau terdentrifikasi (Djuarnani, 2005). Isroi (2008) menyebutkan C/N rasio akan mempengaruhi ketersediaan unsur hara, artinya bila C/N rasio tinggi maka kandungan unsur hara yang tersedia sedikit bagi tanaman dan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terhambat.
Pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman diperlukan nutrisi yang relatif besar, terutama unsur nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Kebutuhan hara tanaman yang terpenuhi akan menyebabkan laju pembelahan, pemanjangan sel serta pembentukan jaringan berjalan cepat sehingga pertumbuhan akan meningkat (Ridwansyah et al., 2010).
Tabel 2. Pengaruh pemberian pupuk limbah RPH terfermentasi EM4 terhadap
variabel hasil A. gangetica pada kadar air tanah berbeda.
Variabel |
Kapasitas Lapang4) |
D0 |
Dosis D10 |
3) D20 |
D30 |
Rataan |
SEM2) |
KL 50% |
1,03 |
1,33 |
1,93 |
2,10 |
1,60b | ||
Berat kering daun |
KL 75% |
2,60 |
3,07 |
2,73 |
2,17 |
2,64a | |
(g) |
KL 100% |
2,07 |
3,10 |
3,33 |
3,33 |
2,96a | |
Rataan |
1,90a |
2,50a |
2,67a |
2,53a | |||
KL 50% |
2,50 |
4,30 |
3,70 |
3,73 |
3,56b | ||
Berat kering batang |
KL 75% |
5,33 |
6,10 |
4,60 |
5,10 |
5,28ab |
1 48 |
(g) |
KL 100% |
6,03 |
7,97 |
7,93 |
6,47 |
7,10a | |
Rataan |
4,62a |
6,12a |
5,41a |
5,10a | |||
KL 50% |
4,77 |
5,27 |
4,53 |
2,43 |
4,25b | ||
Berat kering akar |
KL 75% |
8,63 |
7,03 |
11,87 |
4,13 |
7,92a |
1 Q1 |
(g) |
KL 100% |
8,43 |
9,90 |
9,03 |
8,80 |
9,04a |
1,91 |
Rataan |
7,28a |
7,40a |
8,48a |
5,12a | |||
KL 50% |
3,53 |
5,63 |
5,63 |
5,83 |
5,16b | ||
Berat kering total |
KL 75% |
7,93 |
9,17 |
7,33 |
7,27 |
7,93ab |
1,98 |
hijauan (g) |
KL 100% |
8,10 |
11,07 |
11,27 |
9,80 |
10,06a | |
Rataan |
6,52a |
8,62a |
8,08a |
7,63a |
Keterangan :
1. Nilai dengan huruf yang berbeda dalam satu baris (huruf kecil) dan dalam satu kolom (huruf besar)
menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
2. SEM = Standard Error of the Treatment Means
3. KL 50% = Kapasitas lapang %;KL 75% = Kapasitas lapang 75%; KL 100% = Kapasitas lapang 100%
4. D0 = dosis 0 ton/ha; D10 = dosis 10 ton/ha; D20 = dosis 20 ton/ha; D30 = dosis 30 ton/ha
C/N rasio yang dihasilkan oleh pupuk limbah RPH terfermentasi EM4 tergolong tinggi menyebabkan proses penyediaan hara tanaman berjalan lambat sehingga tanaman bergantung pada ketersediaan hara dalam tanah yang tergolong rendah terutama pada unsur C-organik dan N masing – masing sebesar 1,59 dan 0,17. Unsur N berperan dalam meransang pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang). Hal ini didukung juga oleh peryataan Poerwowidodo (1992) dan Sutedjo (2002) yang menyatakan bahwa
nitrogen diperlukan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif, memperbesar ukuran daun dan meningkatkan kandungan klorofil demikian peningkatan klorofil akan mempercepat proses fotosintesis semakin cepat proses fotosintesis pertumbuhan dan produksi semakin meningkat. Hadisuwito (2007) yang menyatakan bahwa fungsi unsur hara N yaitu membentuk protein dan klorofil, fungsi unsur P sebagai sumber energi yang membantu tanaman dalam perkembangan fase vegetatif, unsur K berfungsi sebagai katalisator dalam pembentukan protein. Hal tersebut memperjelas jalanya pertumbuhan vegetatif akan mempengaruhi variabel hasil dan karakteristik tumbuh. Didukung oleh peryataan Witariadi et al. (2017) bahwa semakin banyak jumlah daun akan meningkatkan berat kering tanaman. Banyaknya jumlah dan luas daun tanaman yang lebih tinggi menyebabkan proses fotosintesis berlangsung lebih tinggi pula sehingga karbohidrat dan protein yang dihasilkan akan meningkat.
Pemberian kadar air tanah terhadap variabel pertumbuhan dan variabel hasil pada taraf perlakuan kapasitas lapang 100% (KL100%) menunjukkan hasil tertinggi berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan KL50%, perlakuan KL75% menunjukkan hasil cenderung berbeda tidak nyata (P>0,05) dengan perlakuan KL50% dan KL100%. Hal ini karena kebutuhan air tanaman dapat terpenuhi dalam perlakuan kadar air KL100% pada tanah yang merupakan tekstur pasir berlempung dan memiliki daya meloloskan air.
Tabel 3. Pengaruh pemberian pupuk limbah RPH terfermentasi EM4 terhadap
variabel karakteristik tumbuh A. gangetica pada kadar air tanah berbeda
Variabel |
Kapasitas Lapang4) |
Dosis3) |
Rataan |
SEM2) | |||
D0 |
D10 |
D20 |
D30 | ||||
Nisbah berat kering |
KL 50% |
0,43 |
0,30 |
0,49 |
0,64 |
0,47a | |
daun dengan berat |
KL 75% |
0,47 |
0,99 |
0,59 |
0,44 |
0,62a |
∩ 17 |
kering batang |
KL 100% |
0,38 |
0,39 |
0,42 |
0,55 |
0,44a | |
(%) |
Rataan |
0,43a |
0,56a |
0,50a |
0,54a | ||
Nisbah berat kering |
KL 50% |
0,73 |
1,14 |
1,17 |
2,38 |
1,35a | |
total hijauan dengan |
KL 75% |
0,87 |
1,14 |
0,96 |
1,81 |
1,19a |
030 |
berat kering akar |
KL 100% |
1,10 |
1,14 |
1,40 |
1,27 |
1,23a | |
(%) |
Rataan |
0,90b |
1,14b |
1,18b |
1,82a | ||
KL 50% |
186,85 |
195,90 |
207,53 |
348,50 |
234,70b | ||
Luas daun per pot |
KL 75% |
330,36 |
682,47 |
476,77 |
502,23 |
497,96a |
1 Q∩ |
(cm2) |
KL 100% |
535,84 |
409,43 |
531,91 |
408,09 |
471,32a | |
Rataan |
351,01a |
429,27a |
405,41a |
419,61a |
Keterangan :
1. Nilai dengan huruf yang berbeda dalam satu baris (huruf kecil) dan dalam satu kolom (huruf besar)
menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
2. SEM = Standard Error of the Treatment Means
3. KL 50% = Kapasitas lapang %;KL 75% = Kapasitas lapang 75%; KL 100% = Kapasitas lapang 100%
4. D0 = dosis 0 ton/ha; D10 = dosis 10 ton/ha; D20 = dosis 20 ton/ha; D30 = dosis 30 ton/ha
Didukung oleh pernyataan Doorenbos dan Kassam (1979) bahwa untuk mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan hasil tanaman perlu penyiraman sesuai kebutuhan air. Suwartama et al. (2017) menyatakan bahwa pemberian KL100% menyebabkan ketersediaan air bagi tanaman tercukupi dan kadar air tanah membantu proses dekomposisi pupuk organik sehingga unsur hara yang ada dalam pupuk tersedia didalam tanah yang nantinya akan membantu tanaman untuk menyerap unsur hara serta berpengaruh terhadap semua proses fisiologi tanaman antara lain penyerapan unsur hara, respirasi, translokasi ion, dan fotosintesis. Tjitrosomo et al. (1985) menyatakan bahwa kekurangan air pada fase pertumbuhan vegetatif menyebabkan perkembangan dan pembelahan sel menjadi terlambat yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.
Nisbah berat kering daun dengan berat kering batang dan nisbah berat kering total hijauan dengan berat kering akar menunjukkan hasil cenderung tinggi masing - masing pada pemberian kadar air KL75% dan KL50% berbeda tidak nyata (P>0,05) dengan perlakuan KL100% (Tabel 3). Hal ini ada kecenderungan tanaman mengalami cekaman kekeringan, didukung oleh pernyataan Suwartama et al. (2017) bahwa cekaman kekeringan dapat menurunkan tingkat produktivitas (biomassa) tanaman, karena menurunnya metabolisme primer, penyusutan luas daun dan aktivitas fotosintesis. Penurunan akumulasi biomassa akibat cekaman air untuk setiap jenis tanaman besarnya tidak sama. Hal tersebut dipengaruhi oleh tanggap masing-masing jenis tanaman (Solichatun et al., 2005). Tanaman A. gangetica tergolong mampu tumbuh dan berkembang dalam ketersedian air tanah KL50% dan KL75%.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi perlakuan antara dosis pupuk limbah rumah potong hewan terfermentasi EM4 dengan kadar air tanah berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil Asystasia gangetica dan pemberian pupuk limbah rumah potong hewan (RPH) terfermentasi EM4 belum mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman A. gangetica serta perlakuan kadar air KL100% memberikan respon terbaik dalam mempengaruhi pertumbuhan dan hasil A. gangetica.
Saran
Agar dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil A. gangetica disarankan meningkatkan kosentrasi penggunaan bio aktivator EM4 pada limbah RPH untuk mendapatkan C/N rasio yang optimal dan penggunaan kadar air tanah disarankan menggunakan kadar air tanah diatas KL100% guna melihat pertumbuhan dan hasil A. Gangetica pada kondisi air berlebih.
UCAPAN TERIMAKASIH
Perkenankan penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng.,IPU., Dekan Fakultas Peternakan, Universitas Udayana Dr. Ir. I Nyoman Tirta Ariana, MS. , IPU., Koordinator Progam Studi Sarjana Peternakan Dr. Ir. Ni Luh Putu Sriyani, S.Pt., MP., IPM., ASEAN Eng. atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Progam Studi Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana.
DAFTAR PUSTAKA
Adigun. J., A. Osipitan, S. Lagoke, R. Adeyemi dan S. Afolami. 2014. Growth and yield performance of cowpea (Vigna unguiculata (L.) walp) as influenced by row-spacing and period of weed interference in South-West Nigeria. Jurnal Agriculture Science Archives. 6 (4) : 188-198.
Castrillon, L., Y. Fernandez-Nava, E. Maranon, L. Garcia dan J. Berrueta. 2009. Anoxic-aerobic treatment of the liquid fraction of cattle manure. Waste Management. 29 (3) : 761-766.
Djuarnani, N., Kristiani, dan B.S Setiawan. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Jakarta Agromedia Pustaka.
Doorenbos, J. and A.H. Kassam. 1979. Yield response to water. FAO Irrigation and Drainage Paper 33. FAO, Rome.
Gomez, K. A. dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur statistik untuk penelitian. Pertanian. Edisi Kedua. Jakarta : UI – Press, hal :13 – 16.
Grubben J. H. 2004. Vegetables. PROTA (Plant Resources of Tropical Africa) Foundation.
Wageningen (NL): PROTA. 5 – 8.
Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. Penerbit Agromedia Pustaka. Jakarta.
Isroi. 2008. Kompos. Bogor: Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia.
Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Penerbit Angkasa. Bandung.
Putra, R. I. 2018. Morfologi, produksi biomasa dan kualitas ara sunsang (Asystasia gangetica) sebagai hijauan pakan dibeberapa wilayah Jawa Barat dan Banten. Skripsi. Bogor (ID) : Fakultas Peternakan IPB.
Ridwansyah, B., T. R. Basoeki, P. B. Timotiwu, A. Agustiansyah. 2010. Pengaruh Dosis Pupuk Nitrogen, Fosfor, dan Kalium terhadap Produksi Benih Padi Varietas Mayang pada Tiga Lokasi di Lampung Utara. Jurnal Agrotropika. 15 (2) : 68 – 72.
Setyorini, D., R. Saraswati, E. K. Anwar. 2006. Kompos. Dalam Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang.
Solichatun, E. Anggarwulan dan W. Mudyatini. 2005. Pengaruh ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kandungan bahan aktif saponin tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.). Biofarmasi. 3 (2): 47- 51.
Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Penerjemah Bambang Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Suarna, I. W., N. N. Suryani, dan K. M. Budiasa, I. M. S. Wijaya. 2019. Karakteristik tumbuh Asystasia Gangetica pada berbagai aras pemupukan urea. Pastura. 9 (1): 21-23. https://ojs.unud.ac.id/index.php/pastura/article/view/54856 (Diunduh, 25 Desember 2021)
Suhardjadinata, S., D. Pangesti dan T. Tedjaningsih. 2018. Aplikasi pupuk organik limbah rumah potong hewan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas padi. Jurnal Agro. 5 (1): 39–47. https://doi.org/10.15575/1675 (Diunduh, 24 Desember 2021)
Suhardjadinata. 2017. Proses produksi pupuk organik limbah rumah potong hewan dan sampah organik. in peranan sumber daya pertanian, perkebunan dan peternakan dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Solo. 373 – 379.
Sutedjo, R. 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Penerbit Kasinius. Yogyakarta.
Suwartama, I. K., A. A. A. S. Trisnadewi dan M. A. P. Duarsa. 2017. Aplikasi berbagai jenis slurry dan tingkat kadar air tanah terhadap pertumbuhan dan hasil hijauan Stylosanthes guianensis. Jurnal Peternakan Tropika. 5 (2): 348-361.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/tropika/article/view/33800/20419
Sweeten, J. M. and B. W. Auvermann. 2008. Composting manure and sludge. Texas AgriLife Extension Service. E-479. View
Taufiqur, R. H., N. Agung dan H. Ninuk. 2014. Peranan rumen dengan penambahan aktivator EM4 dan pupuk urea terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pak choy. Jurnal Produksi Tanaman. 2 (5): 361 – 368
Tjitrosomo, S. S., Said harran, A. Sudiarto dan Hadisunaryo. 1985. Botani Umum. PT. Angkasa Bandung.
Widowati, L.R. 2009. Peranan Pupuk Organik terhadap Efisiensi Pemupukan dan Tingkat Kebutuhannya untuk Tanaman Sayuran pada Tanah Inseptisols Ciherang, Bogor. Jurnal Tanah Tropika. Vol. 14 (3): 221-228.
Witariadi, N. M., I K. M. Budiasa., N. N. C. Kusumawati., I. G. Suranjaya dan N.G. K Roni. 2018. Pengaruh jarak tanam dan dosis bio-urin terhadap pertumbuhan dan hasil rumput Panicum maximum pada pemotongan ketiga. Pastura. 7 (2) : 98-102.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/pastura/article/view/45513/27622
Bachtiar, M. W., J. Peternakan Tropika Vol. 10 No. 3 Th. 2022 : 714 – 728
Page 728
Discussion and feedback