THE GROWTH AND THE YIELD OF Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha FERTILIZED WITH SLAUGHTER HOUSE WASTE PLUS LIME AND SAWDUST
on
ISSN 2722-7286
Jurnal
FAPET UNUD
Jurnal
Peternakan Tropika
Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
Submitted Date: April 21, 2022
Accepted Date: September 3, 2022
Editor-Reviewer Article : Eny Puspani & A.A. Pt. Putra Wibawa
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha YANG DIPUPUK DENGAN LIMBAH RUMAH POTONG
HEWAN DITAMBAH KAPUR DAN SERBUK GERGAJI
Kwarta, A. P., N. G. K. Roni, dan N. N. Suryani
PS. Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali e-mail : [email protected] Telp: +6281331900564
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha yang dipupuk dengan limbah rumah potong hewan (RPH) yang ditambah kapur dan serbuk gergaji. Penelitian telah dilakukan di rumah kaca, Stasiun Penelitian Sesetan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana di Jalan Raya Sesetan Gang Markisa selama 8 (delapan) minggu, menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 (empat) perlakuan dan 7 (tujuh) ulangan sehingga terdapat 28 unit percobaan. Perlakuan yang diberikan adalah dosis pupuk limbah rumah potong hewan yang ditambah kapur dan serbuk gergaji yang terdiri dari: 0 ton ha-1, 10 ton ha-1, 20 ton ha-1 dan 30 ton ha-1. Variabel yang diamati yaitu variabel pertumbuhan, variabel hasil dan variabel karakteristik tumbuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk limbah rumah potong hewan yang ditambah kapur dan serbuk gergaji belum mampu meningkatkan pada variabel pertumbuhan, variabel hasil dan variabel karakteristik tumbuh. Dosis 20 ton ha-1 menghasilkan rataan tinggi tanaman sebesar 33,81 cm, jumlah daun sebesar 69,29 dan jumlah cabang sebesar 20,00 cenderung paling tinggi dibandingkan dosis 0 ton ha-1, 10 ton ha-1 dan 30 ton ha-1. Perlakuan dosis 20 ton ha-1 pada berat kering total hijauan menunjukkan rataan paling tinggi sebesar 2,21 g, dan perlakuan dosis 10 ton ha-1 pada nisbah berat kering total hijauan dengan berat kering akar menunjukkan rataan paling tinggi yaitu sebesar 0,88 g. Disimpulkan bahwa pemberian pupuk limbah rumah potong hewan yang ditambah kapur dan serbuk gergaji belum mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha.
Kata kunci : Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha, hasil, pertumbuhan, pupuk
Organik
THE GROWTH AND THE YIELD OF Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha FERTILIZED WITH SLAUGHTER HOUSE WASTE PLUS LIME AND SAWDUST
ABSTRACT
This study was conducted to determine the growth and the yield of Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha fertilized with slaughter house waste plus lime and sawdust. The research was carried out in the greenhouse, Sesetan Research Station, Animal Husbandry Faculty, Udayana University on Markisa Alley of Sesetan Street for 8 (eight) weeks. This study used a completely randomized design (CRD) method with 4 (four) treatments and 7 (seven) replications so that there were 28 experimental units. The treatment given was a dose of abattoir waste fertilizer added with lime and sawdust consisting of 0 ton ha-1, 10 tons ha-1, 20 tons ha-1, and 30 tons ha-1. The variables observed were growth variables, yield variables, and growth characteristics. The results showed that the slaughter house waste fertilizer added with lime and sawdust had not been able to increase the growth variables, yield variables, and growth characteristics variables. Dosage of 20 tons ha-1 produced an average plant height of 33.81 cm, the number of leaves was 69.29 and the number of branch was 20. The dosage tended to be the highest compared to doses of 0 ton ha-1, 10 tons ha-1, and 30 tons ha-1. The treatment dose of 20 tons ha-1 on the total dry weight of forage showed the highest average of 2.21 g, and the treatment dose of 10 tons ha-1 on the ratio of the total dry weight of forage to dry weight of roots showed the highest average of 0.88 g. It was concluded that the application of slaughter house waste fertilizer plus lime and sawdust had not been able to increase the growth and yield of Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha plants.
Keywords: Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha, growth, organic fertilizer, yield
PENDAHULUAN
Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia untuk menunjang produktivitas, sehingga diperlukan ketersediaan yang berkelanjutan. Sementara, produksi hijauan pakan dari waktu ke waktu semakin menurun akibat beralihnya fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman, jalan, pabrik dan berbagai alih fungsi lainnya. Pemanfaatan gulma pertanian dan perkebunan merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut (Chee dan Faiz, 2000; Ali, 2010). Salah satu gulma yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia adalah Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha.
Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha atau tanaman yang memiliki nama lokal rumput israel ini merupakan spesies tanaman dalam keluarga Acanthaceae. Tanaman yang berpotensi menjadi sumber hijauan pakan dan mudah ditemui di halaman rumah, tepi jalan, kebun, dan lapangan terbuka (Suarna et al., 2019). Ramdani et al. (2016) menyatakan A. gangetica (L.) subsp. Micrantha banyak tumbuh pada lahan perkebunan kelapa sawit. Tanaman A. gangetica (L.) subsp. Micrantha bisa menjadi alternatif pakan selain hijauan yang berasal dari rumput dan leguminosa untuk ternak ruminansia karena kandungan yang terdapat pada gulma ini cocok untuk pertumbuhan pada ternak ruminansia. Tillo et al. (2012) menyatakan A. gangetica (L.) subsp. Micrantha mengandung beberapa senyawa kimia seperti karbohidrat, protein, alkaloid, tanin, saponin, flavonoid dan triterpenoid sedangkan untuk mineral yang terkandung antara lain Ca, P, Na, Mn, Co, Zn, Mg dan Fe dengan kandungan Ca 19,3 g/kg, Mg 7,7 g/kg, P 14,2 g/kg, K 13,5 g/kg S 5,4 g/kg, Se 55,9 mg/kg, Cu 26,5 mg/kg, Zn 20,1 mg/kg, Mo 23,3 mg/kg, dan Mn, 38,7 mg/kg (Irza, 2016) . Hal ini didukung oleh pernyataan Kumalasari et al. (2020) yaitu A. gangetica (L.) subsp. Micrantha memiliki kandungan nutrien yang baik sebagai pakan ternak, terutama daunnya dengan kandungan protein kasar mencapai 24,2%. Selain tumbuh liar di perkebunan, A. gangetica (L.) subsp. Micrantha juga dapat ditanam dengan menggunakan pot yang diberi media tanah dan pupuk. Hal ini sejalan dengan pernyataan Suarna et al. (2019) bahwa pertumbuhan A. gangetica (L.) subsp. Micrantha cukup cepat baik yang ditanam dengan mempergunakan biji ataupun dengan stek.
Salah satu faktor yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu tanaman tumbuh dengan baik yaitu ketersediaan unsur hara di tanah, yang salah satu sumbernya dapat diperoleh dari pupuk. Produktivitas tanaman pakan tergantung pada ketersediaan unsur hara dalam tanah tempat tumbuhnya, sehingga pemupukan untuk mengganti hasil yang dipanen sangat mutlak diperlukan (Roni dan Lindawati, 2018). Pupuk adalah zat hara yang ditambahkan pada tumbuhan agar berkembang dengan baik sesuai dengan potensi genetis dan produksinya (Wahyono et al., 2011). Pupuk digolongkan menjadi dua yaitu pupuk organik dan anorganik. Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan pupuk organik adalah limbah rumah potong hewan (RPH).
Isi rumen sisa hasil rumah potong hewan merupakan salah satu limbah yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk organik karena mikroorganisme dalam limbah rumen ini dapat dimanfaatkan sebagai bioaktivaktor yang dapat mempercepat proses pengomposan bahan organik. Wulandari (2014) menyatakan nilai N-Total rumen adalah 4,49%-5,35%, sementara Suhardjadinata dan Pangesti (2016) menyatakan kandungan unsur hara limbah rumah potong hewan yang berupa isi rumen dicampur dengan 20% sisa pakan mengandung 19,13% kadar air, 1,33% N, 0,75% P, dan 0,32% K. Salah satu faktor yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya dalam mengolah limbah menjadi pupuk kompos adalah kandungan yang terdapat pada limbah tersebut. Djaja et al. (2003) menyatakan bahwa limbah yang berpotensi dimanfaatkan sebagai pupuk kompos adalah limbah yang memiliki perbandingan kadar karbon dan nitrogen yang optimal, memiliki porositas yang baik, serta ukuran partikel dan kadar air yang optimal. Limbah rumah potong hewan ini ditambahkan dengan kapur dan serbuk gergaji.
Pemberian kapur selama ini diketahui dapat meningkatkan pH tanah, meningkatkan ketersediaan Ca, Mg, kejenuhan basa, dan menurunkan Aldd (aluminium dapat dipertukarkan) (Barchia, 2009). Serbuk gergaji mengandung komponen-komponen kimia seperti selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif (Sari dan Darmadi, 2016). Hendra (2011) menemukan bahwa pertumbuhan tanaman tomat terbaik dijumpai pada perlakuan dosis pupuk kompos 20 ton ha-1, sementara Salvina (2013) menemukan bahwa lama penyimpanan isi rumen yang dapat meningkatkan produksi tomat adalah pada lama penyimpanan 6 minggu dengan dosis 15 ton ha-1. Prayogo et al. (2018) menyatakan penggunaan pupuk organik cair (POC) fermentasi cairan rumen sapi pada dosis 150 ml/polybag berpengaruh pada tinggi tanaman, produksi segar, produksi bahan kering, jumlah anakan dan serapan N rumput gajah dengan hasil produksi segar 86,54 g, produksi bahan kering 32,46 g, jumlah anakan 5,87 tunas/rumpun.
Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian untuk mengevaluasi pemberian pupuk limbah RPH yang ditambah dengan kapur dan serbuk gergaji pada pertumbuhan dan hasil A. gangetica (L.) subsp. Micrantha.
MATERI DAN METODE
Tanah
Tanah yang digunakan untuk penelitian diambil dari Pengotan, Bangli. Tanah dikering udarakan terlebih dahulu, selanjutnya diayak menggunakan ayakan dengan lubang ayakan berukuran 2 mm × 2 mm. Tanah yang sudah diayak kemudian dimasukan ke dalam pot yang sudah disediakan sebanyak 28 pot sebagai media tanam dan diisi tanah ayakan sebanyak 4 kg tanah di setiap pot.
Tabel 1. Analisis tanah stasiun penelitian Farm Pengotan Bali.
Parameter |
Satuan |
Analisis Tanah | |
Nilai |
Kriteria | ||
Nilai pH (1:2,5) | |||
- H2o |
6,50 |
AM | |
DHL |
mmhos/cm |
14,08 |
ST |
C – Organik |
% |
1,59 |
R |
N Total |
% |
0,17 |
R |
P Tersedia |
ppm |
154,21 |
ST |
K Tersedia |
ppm |
531,73 |
ST |
Kadar air | |||
- KU |
% |
2,26 | |
- KL |
% |
18,00 | |
Tekstur |
- |
Pasir Berlempung | |
Pasir |
% |
76,92 | |
Debu |
% |
15,22 | |
Liat |
% |
7,86 | |
Sumber : Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Udayana Bali Tahun 2022 | |||
Singkatan |
Keterangan |
Metode | |
DHL: Daya Hantar Listrik N : Netral |
C-Organik : Metode walkley and black | ||
KU : Kering Udara |
SR : Sangat Rendah |
N Total : Metode Kjeldhall | |
KL : Kapasitas Lapang |
R : Rendah. |
P dan K : Metode Bray-1 | |
C.N : Karbon. Nitrogen |
ST : Sangat Tinggi |
KU dan KL: Metode Gravimetri | |
P.K : Phosfor. Kalium |
H2O : Air |
DHL : Penghantaran Listrik | |
pH : Derajat Keasaman |
Tekstur : Metode Pipet |
Limbah Rumah Potong Hewan
Limbah rumah potong hewan yang diambil dari rumah potong hewan Pesanggaran ditiriskan terlebih dahulu selama 8 hari agar kandungan air pada limbah rumah potong hewan menurun. Selanjutnya limbah rumah potong hewan dicampur dengan serbuk gergaji dan
kapur dengan perbandingan 80 % limbah rumah potong hewan, 10 % serbuk gergaji dan 10 % kapur, setelah dicampur limbah rumah potong hewan yang sudah ditambahkan serbuk gergaji dan kapur didiamkan selama 2 minggu.
Tabel 2. Analisis pupuk limbah rumah potong hewan (RPH) ditambah kapur dan serbuk gergaji
Parameter Satuan |
Analisis pupuk Nilai Kriteria |
Nilai pH (1:2,5) H2O KCl DHL mmhos/cm C – Organik % N Total % P Tersedia ppm K Tersedia ppm |
8,2 AA 8,06 ST 21,38 ST 0,52 T 256.17 ST 1015,75 ST |
Singkatan: DHL = Daya Hantar Listrik C = Karbon N = Nitrogen P = Posfor K = Kalium |
Keterangan: SM, A = Sangat Masam, Alkalis SR = Sangat Rendah S = Sedang ST = Sangat Tinggi |
Bibit Tanaman
Biji Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha diperoleh dari Laboratium Tumbuhan Pakan Fakultas Peternakan Universitas Udayana yang berada di Jalan P.B Sudirman, Denpasar. Biji tanaman Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha disemai terlebih dahulu selama 18 hari kemudian dipilih tanaman yang pertumbuhannya seragam untuk dipindahkan ke dalam pot
Air
Air yang digunakan untuk menyiram tanaman berasal dari air sumur di tempat penelitian di Rumah Kaca, Stasiun Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Udayana yang berada di Jalan Raya Sesetan Gang Markisa Denpasar Selatan.
Pot
Pot yang digunakan sebanyak 28 buah, berbahan dasar dari plastik dengan tinggi 40 cm dan diameter 25cm
Alat-alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan adalah sekop yang digunakan untuk mengambil tanah; ayakan kawat untuk memisahkan tanah dari batu dan juga kotoran lainnya; 28 pot plastik sebagai media tanam dalam penelitian ini; penggaris untuk mengukur tinggi tanaman; ember ataupun gayung untuk menyiram tanaman; pisau dan juga gunting untuk memotong tanaman pada saat panen; alat tulis untuk mencatat pertumbuhan dan hasil tanaman; kantong kertas untuk tempat daun, batang, dan akar tanaman pada saat panen; oven untuk mengeringkan tanaman; timbangan manual kapasitas 15 kg dengan kepekaan 100 gram untuk menimbang berat tanah yang digunakan dalam penelitian; timbangan elektrik kapasitas 500 gram dengan 0,1 gram untuk menimbang berat kering bagian tanaman berupa daun, batang, dan akar. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca, Stasiun Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Udayana yang berada di Jalan Raya Sesetan Gang Markisa Denpasar Selatan mulai tanggal 19 Juli – 13 September 2021
Rancangan percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL), dengan 4 (empat) perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 7 (tujuh) kali, sehingga terdapat 28 unit percobaan.
Perlakuan tersebut yaitu :
D0 : 0 ton ha-1
D1 : 10 ton ha-1
D2: 20 ton ha-1
D3: 30 ton ha-1
Model metekatika Yij = μ + δi + εij
Keterangan :
Y = nilai pengamatan atau pengukuran
μ = nilai rata-rata harapan δ = pengaruh perlakuan ε = pengruh kesalahan percobaan i = perlakuan ke-i j = ulangan ke-j
Penanaman
Biji A. gangetica (L.) subsp. Micrantha disemai selama 18 hari di dalam trey. Setelah tumbuh dengan baik dipilih tanaman yang cukup kuat dan ukurannya seragam untuk dipindahkan ke dalam pot yang berisi tanah dan pupuk, dimana setiap potnya berisi 4 tanaman. Setelah satu minggu tanaman berada di dalam pot lalu dipilih 1 tanaman untuk dijadikan objek penelitian
Pemberian pupuk
Pemberian pupuk limbah rumah potong hewan yang ditambah dengan kapur dan serbuk gergaji dilakukan sekali yaitu satu hari sebelum tanaman yang disemai di dalam trey dipindahkan ke dalam pot. Pemberian pupuk dengan cara dicampur dengan tanah di dalam pot sesuai dosis perlakuan.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman tanaman, pemberantasan gulma yang tumbuh secara liar dan juga hama. Penyiraman tanaman dilakukan setiap hari pada saat sore hari agar menjaga tanah tidak mengalami kekeringan
Variabel yang diamati
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah variabel pertumbuhan, variabel hasil, dan variabel karakteristik tumbuh.Variabel yang diamati adalah :
-
1. Variabel Pertumbuhan
-
a. Tinggi tanaman (cm), diukur mulai dari permukaan tanah sampai dengan pangkal daun tertinggi yang sudah berkembang dengan sempurna.
-
b. Jumlah daun (helai), dihitung jumlah daun yang berkembang sempurna.
-
c. Jumlah cabang (batang), dihitung jumlah cabang yang daunnya sudah berkembang sempurna.
-
2. Variabel Hasil
-
a. Berat kering daun (g), berat daun perpot yang telah dipanen ditimbang dan dikeringkan ke dalam oven dengan suhu 70°C hingga tercapai berat konstan.
-
b. Berat kering batang (g), diperoleh dengan cara menimbang batang per pot
yang telah dipanen dan dikeringkan ke dalam oven dengan suhu 70°C hingga tercapai berat konstan.
-
c. Berat kering akar (g), diperoleh dengan cara menimbang akar per pot yang
sudah dibersihkan dari tanahnya, kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 70°C sehingga tercapai berat konstan.
-
d. Berat kering total hijauan (g), diperoleh dengan cara menjumlahkan berat kering batang dengan berat kerin daun.
-
3. Variabel Karakteristik Tumbuh
-
a. Nisbah berat kering daun dengan berat kering batang
Diperoleh dengan membagi berat kering daun dengan berat kering batang.
-
b. Nisbah berat kering total hijauan dengan berat kering akar
Diperoleh dengan membagi berat kering total hijauan dengan berat kering akar.
-
c. Luas daun per pot (cm2)
Pengamatan luas daun per pot (LDP) dilakukan dengan mengambil sampel helai daun yang telah berkembang sempurna secara acak. Berat sampel daun ditimbang dan luasnya diukur dengan cara manual yaitu menggunakan penggaris dengan mengkali panjang dan lebarnya. Luas daun per pot dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut::
LDP ^—x BDT BDS
Keterangan:
LDP = Luas daun per pot
LDS = Luas daun sampel
BDS = Berat daun sampel
BDT = Berat daun total
Analisis Statistika
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan apabila perlakuan menunjukan hasil yang berbeda nyata (P<0,5) maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda dari Duncan (Steel dan Torrie, 1991).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukan pemberian pupuk limbah rumah potong hewan (RPH) yang ditambah kapur dan serbuk gergaji terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha pada semua variabel menunjukan hasil tidak berbeda nyata (P>0,05). Pemberian pupuk limbah RPH yang ditambah kapur dan serbuk gergaji belum mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha secara signifikan.
Pertumbuhan tanaman Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha yang dipupuk dengan limbah RPH yang ditambah kapur dan serbuk gergaji pada variabel tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang memberikan hasil yang sama (P>0,05). Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh unsur hara. Kandungan unsur hara N yang tinggi pada pupuk limbah RPH ditambah kapur dan serbuk gergaji belum mampu secara nyata meningkatkan pertumbuhan tanaman A. gangetica (L.) subsp. Micrantha. Hal ini disebabkan oleh kandungan C organik pupuk yang sangat tinggi (ST) yaitu 21,38% dengan kandungan N totalnya tinggi yaitu 0,52% sehingga menyebabkan C/N rasionya tinggi yaitu 41,12% , sedangkan C/N rasio yang ideal menurut SNI 19-7030-2004 adalah 10-20%.
Tabel 3. Pertumbuhan tanaman Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha yang dipupuk dengan limbah rumah potong hewan (RPH) yang ditambah kapur dan serbuk gergaji
Variabel |
Perlakuan1) |
SEM2) | |||
D0 |
D1 |
D2 |
D3 | ||
Tinggi tanaman (cm) |
30,24a3) |
30,21a |
33,81a |
27,60a |
1,59 |
Jumlah daun (helai) |
57,14a |
57,86a |
69,29a |
58,71a |
5,52 |
Jumlah cabang (batang) |
14,43a |
16,86a |
20,00a |
12,86a |
2,51 |
Keterangan:
|
= 30 ton/ha. sama menunjukkan tidak berbeda nyata |
Jika rasio C/N tinggi, aktivitas biologi mikroorganisme akan berkurang sehingga diperlukan waktu yang lama untuk pengomposan dan menghasilkan mutu yang lebih rendah. Isroi (2008) yang menyebutkan C/N rasio akan mempengaruhi ketersediaan unsur hara, artinya bila C/N rasio tinggi maka kandungan unsur hara
Tabel 4. Hasil tanaman Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha yang dipupuk dengan limbah rumah potong hewan (RPH) yang ditambah kapur dan serbuk gergaji
Variabel |
Perlakuan1) |
SEM2) | |||
D0 |
D1 |
D2 |
D3 | ||
Berat kering daun (g) |
0,76a3) |
0,80a |
0,97a |
0,83a |
0,09 |
Berat kering batang (g) |
0,86a |
0,97a |
1,24a |
0,64a |
0,20 |
Berat kering akar (g) |
3,06a |
2,47a |
2,69a |
2,56a |
0,49 |
Berat kering total hijauan (g) |
1,61a |
1,77a |
2,21a |
1,47a |
0,26 |
Keterangan:
| |||||
(P>0,05). |
Berat kering daun, berat kering batang, berat bering akar dan berat kering total hijauan memberikan hasil tidak berbeda nyata (P>0,05), namun rataan berat kering kering daun, berat kering batang dan berat kering total hijauan cenderung meningkat. Berat kering
daun tanaman A. gangetica (L.) subsp. Micrantha pada perlakuan D2 menunjukkan rataan cenderung tertinggi dari perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan rataan jumlah daun cenderung tertinggi pada perlakuan D2 dan luas daun yang cenderung meningkat. Berat kering daun tanaman dipengaruhi oleh banyaknya jumlah daun dan luas daun. Hal ini didukung pernyataan Witariadi et al. (2017) bahwa semakin banyak jumlah daun akan meningkatkan berat kering tanaman. Banyaknya jumlah dan luas daun tanaman yang lebih tinggi menyebabkan proses fotosintesis berlangsung lebih tinggi pula sehingga karbohidrat dan protein yang dihasilkan akan meningkat.. Candraasih et al. (2014) menyatakan semakin besar luas daun maka fotosintesis semakin meningkat, karena energi matahari yang diterima semakin banyak untuk membantu pembentukan karbohidrat, CO2 dan H2O sehingga produksi yang dihasilkan semakin meningkat.
Berat kering batang pada perlakuan D2 menunjukkan rataan cenderung tertinggi hal ini dikarenakan rataan jumlah cabang dan jumlah daun dari tanaman A. gangetica (L.) subsp. Micrantha cenderung tertinggi pada perlakuan D2. Semakin tinggi jumlah cabang maka semakin tinggi pula berat kering batangnya, semakin banyak dan semakin luas daunnya maka semakin banyak hasil fotosintesis yang dihasilkan sehingga lebih banyak pula yang bisa disimpan sebagai cadangan makanan termasuk pada batang yang menyebabkan meningkatnya berat kering batang. Gardner et al. (1991) menyatakan semakin tinggi hasil fotosintesis maka semakin besar pula penimbunan cadangan makanan yang ditranslokasikan untuk menghasilkan berat kering suatu tanaman. Berat kering akar tanaman A. gangetica (L.) subsp. Micrantha menunjukkan rataan cenderung tertinggi pada perlakuan D0 hal ini dikarenakan pada perlakuan D0 tanaman tidak diberi perlakuan pupuk mengakibatkan akar pada perlakuan D0 harus mencari unsur hara lebih banyak sehingga akar tanaman cenderung lebih besar. Berat kering total hijauan pada tanaman A. gangetica menunjukkan rataan cenderung tertinggi pada D2 disebabkan oleh berat kering daun dan berat kering batang yang cenderung tertinggi pada perlakuan D2.
Tabel 5. Karakteristik tumbuh tanaan Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha yang dipupuk dengan limbah rumah potong hewan (RPH) yang ditambah kapur dan serbuk gergaji
Variabel |
Perlakuan1) SEM2) D0 D1 D2 D3 |
Nisbah berat kering daun dengan berat kering batang Nisbah berat kering total hijauan dengan berat kering akar Luas daun per pot |
0,93a3) 0,94a 1,15a 1,64a 0,27 0,78a 0,88a 0,86a 0,6a 0,18 307,3a 312,71a 400,15a 422,74a 44,6 |
Keterangan:
1. D0 = 0 ton/ha, D1 = 10 ton/ha, D2 = 20 ton/ha, D3 = 30 ton/ha.
2. SEM = Standard Error of theTreatment Means
3. Nilai dengan huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05).
Berdasarkan hasil penelitian pada variabel nisbah berat kering daun dengan berat kering batang, nisbah berat kering total hijauan dengan berat kering akar, dan luas daun per pot pada analisis statistika menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Suriatna (1988) menyatakan bahwa nitrogen berfungsi mempercepat pertumbuhan tanaman, menjadikan daun tanaman menjadi lebih hijau dan segar. Hal ini sejalan dengan pernyataan Ayu (2003) yang menyebutkan bahwa unsur N penting untuk fotosintesis, apabila penyerapan N terhambat maka akan berpengaruh terhadap kerja fotosintesis sehingga berpengaruh juga terhadap perbesaran luas daun.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil percobaan pemberian pupuk limbah rumah potong hewan (RPH) yang ditambah kapur dan serbuk gergaji belum mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman Asystasia gangetica (L.) subsp. Micrantha dan pada dosis 20 ton ha-1 cenderung memberikan hasil yang lebih baik.
Saran
Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan pupuk yang sama namun ditambahkan waktu dekomposisi agar C/N rasio yang dihasilkan sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dengan optimal.
UCAPAN TERIMA KASIH
Perkenankan penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gede Antara, M.Eng., IPU. Dekan Fakultas Peternakan Dr. Ir. I Nyoman Tirta Ariana, MS. IPU., Koordinator Program Studi Sarjana Peternakan Dr. Ir. Ni Luh Putu Sriyani, S.Pt, MP, IPM., ASEAN Eng. atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A. I. M. 2010. Potensi, ragam gulma sebagai hijauan pakan serta palatabilitasnya di areal tanaman ubi kayu. Prosiding Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Wilayah Barat. Bengkulu, 23-25 Mei 2010. pp 1093- 1100.
Ayu, D. F. 2003. Pengaruh dosis pupuk nitrogen dan waktu panen terhadap produksi dan kualitas jagung semi di dataran tinggi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Barchia, M. F. 2009. Agroekosistem tanah mineral masam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Chee, Y. K dan A. Faiz. 2000. Forage resources in malaysian rubber estates. ACIAR Proceeding Workshop. Bali, 21 – 29 Juni 2000. pp 32-35.
Djaja, W., N. K. Suwandi dan L. B. Salman. 2003. Pengaruh imbangan kotoran sapi perah dan serbuk gergaji terhadap kualitas kompos. Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran. Bandung.
Gardner, F.P, Pearce R.B, dan Mitchell R.L. 1991. Physiology Of Crop Plants. Diterjemahkan oleh H. Susilo. Jakarta. Universitas Indonesia Press.
Hendra. 2011. Pengaruh pupuk kompos terhadap pertumnuhan dan hasil tanaman tomat.
Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam. Banda Aceh.
Irza, N. Y. 2016. Studi Kandungan Zat Mineral Tanaman Ara Sungsang (Asystasia gangetica) Sebagai Pakan Ternak Kambing di Wilayah Payakumbuh. Diploma Thesis, Universitas Andalas.
Isroi. 2008. Kompos. Bogor: Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia. kualitas anthurium. Agrosains 12(1): 29–33.
Kumalasari, N. R., R. I. Putra dan L. Abdullah. 2020. Evaluasi morfologi, produksi dan kualitas tumbuhan Asystasia gangetica (L.) T. Anderson pada lingkungan yang berbeda. Jurnal Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, 18(2), 49-53.
Kusumawati, N.N.C, A. A. A. S. Trisnadewi, dan N.W. Siti. 2014. Pertumbuhan dan hasil Stylosanthes guyanensis cv CIAT 184 pada tanah entisol dan inceptisol yang diberikan pupuk organik kascing. Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar. https://ojs.unud.ac.id/index.php/mip/article/view/10917/7725
Prayogo, A. P., N. D. Hanafi dan Hamdan. 2018. Produksi rumput gajah (Pennisitum purpureum) dengan pemberian pupuk organik cair fermantsi limbah rumen sapi. Jurnal Pertanian Tropik, 5(2): 199-206.
Ramdani D, Abdullah L dan Kumalasari NR. 2016. Analisis Potensi Hijauan Lokal Pada Sistem Integrasi Sawit Dengan Ternak Ruminansia di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Buletin Makanan Ternak 104 (1): 1-8.
Roni, N.G.K., S.A. Lindawati. 2018. Respon tanaman gamal (Gliricidia sepium) dan indigofera (Indigofera zollingeriana) terhadap pemberian pupuk anorganik dan organik. Pastura 8 (1): 33-38. Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar. https://ojs.unud.ac.id/index.php/pastura/article/view/4553.
Salviana. 2013. Pengaruh lama penyimpanan kompos isi rumen terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat (Lycopersicum esculentum mill). Universitas Teuku Umar. Muelaboh.
Sari, E, dan Darmadi. 2016. Efektivitas penambahan serbuk gergaji dalam pembuatan pupuk kompos. Jurnal Pendidikan Biologi Vol 3(2): 139-147.
SNI. 2004. Spesifikasi Kompos Dari Sampah Organik Domestik. SNI 19-7030-2004.
Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Suarna, I. W., N. N. Suryani, K. M. Budiasa, I. M. S. Wijaya. 2019. Karakteristik tumbuh Asystasia gangetica pada berbagai aras pemupukan urea. Pastura 9 (1): 21-23. Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/pastura/article/view/54856.
Suhardjadinata dan D. Pangesti. 2016. Proses produksi pupuk organik limbah rumah potong hewan dan sampah organik. Jurnal Siliwangi Seri Sains dan Teknologi 2 (2).
Suriatna, S. 1988. Pupuk dan Pemupukan. Mediatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Tillo, S. K., V. B. Pande, T. M. Rasala, V. V. Kale. 2012. Asystasia gangetica : review on multipotential application. International Research Journal of Pharmacy. Hal 18-20.
Wahyono, I., Firman, Sahwan, dan F. Suryanto. 2011. Membuat Pupuk Organik Granul Dari Aneka Limbah. Jakarta : PT. Agro Media Pustaka. Ed-1.
Witariadi, N. M., I K. M. Budiasa., N. N. C. Kusumawati., I. G. Suranjaya dan N.G. K Roni. 2017. Pengaruh jarak tanam dan dosis bio-urin terhadap pertumbuhan dan hasil rumput Panicum maximum pada pemotongan ketiga. Pastura Volume 17 Nomor 2 Tahun 2017. Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar. https://ojs.unud.ac.id/index.php/pastura/article/view/45431.
Wulandari. 2014. Proses Komposting Limbah Padat Rumah Potong Hewan Dengan Metode Aerobik dan A2O. Prosiding Seminar Nasional Waste Management II, hal 42-51. Yogyakarta.
Kwarta, A. P., J. Peternakan Tropika Vol. 10 No. 3 Th. 2022 :550-565
Page 565
Discussion and feedback