PENGGANTIAN RUMPUT GAJAH DENGAN JERAMI PADI SEBAGAI SUMBER ENERGI YANG DISUPLEMENTASI DAUN GAMAL SEBAGAI SUMBER RUMEN DEGRADABLE PROTEIN (RDP) TERHADAP KOMPOSISI TUBUH SAPI BALI
on
FAPET UNUD
e-Journal
Universitas Udayana
Peternakan Tropika
Journal of Tropical Animal Science email: [email protected] email: [email protected]
PENGGANTIAN RUMPUT GAJAH DENGAN JERAMI PADI SEBAGAI SUMBER ENERGI YANG DISUPLEMENTASI DAUN GAMAL
SEBAGAI SUMBER RUMEN DEGRADABLE PROTEIN (RDP) TERHADAP KOMPOSISI TUBUH SAPI BALI
Oleh :
Adi Widiadnyana, I M., N. N. Suryani, dan IP. A. Astawa
Fakultas Peternakan Universitas Udayana
Email : [email protected], HP : 08563810822
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul penggantian rumput gajah dengan jerami padi sebagai sumber energi yang disuplementasi daun gamal sebagai sumber Rumen Degradable Protein (RDP) terhadap komposisi tubuh sapi bali. Penelitian dilaksanakan di kelompok ternak Wibuh Mandiri, banjar Tangkeban desa Batuyang Kangin, kecamatan Sukawati kabupaten Gianyar, yang dilakukan selama 12 minggu dari tanggal 22 juli 2011 sampai tanggal 14 Oktober 2011. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan ransum dengan tiga kelompok berat badan sebagai ulangan. Peubah yang diamati adalah komposisi tubuh yaitu kadar air tubuh, lemak tubuh, protein tubuh, dan retensi lemak. Komposisi tubuh ditentukan dengan cara sebaran ruang urea (Rule et al.,1986). Hasil penelitian menunjukan bahwa penggantian rumput gajah dengan jerami padi sebagai sumber energi sampai dengan 30% dengan suplentasi 30% daun gamal, tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air tubuh, kadar protein tubuh dan kadar lemak tubuh sapi bali. Semakin tinggi kandungan jerami padi dan daun gamal menyebabkan retensi lemak semakin meningkat.
Kata Kunci : Rumput Gajah, Jerami Padi, Gamal, Sapi Bali, Komposisi Tubuh
Replacement of Elephant Grass with Rice Straw as an Energy Source Supplemented Gliricidia Leaves as a Source of Rumen Degradable Protein (RDP) on Body Composition Bali Cattle
ABSTRACT
The study is titled replacement elephant grass with rice straw as an energy source supplemented Gliricidia leaves as a source of Rumen Degradable Protein (RDP) on body composition Bali cattle. The experiment was conducted in groups of cattle Wibuh Mandiri, banjo Tangkeban Batuyang Kangin village, Sukawati, Gianyar district, conducted over 12 weeks from 22 July 2011 until 14 October 2011. The design used was a randomized block design (RBD) consisting of 4 treatment diets with three weight groups as replicates. Variables measured were body composition, ie body water content, body fat, body protein and fat retention. Body composition was determined by means of urea space (Rule et al., 1986). The results showed that the replacement of grass with rice straw as a source of energy up to 30% with 30% leaf suplentasi gamal, does not give a significant effect on body water content, protein content of the body and body fat content of Bali cattle. The higher content of rice straw and Gliricidia leaves ration causes increased fat retention.
Key words : Elephant Grass, Rice Straw, Gliricidia Leaves Body Composition, Bali Cattle
PENDAHULUAN
Hijauan merupakan sumber makanan utama bagi ternak ruminansia karena lebih dari 70% pakan ternak ruminansia adalah hijauan. Sumber utama hijauan pakan berasal dari rumput, salah satu rumput yang sangat potensial dan sering diberikan pada ternak ruminansia adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum). Rumput gajah merupakan jenis rumput unggul yang mempunyai produktivitas dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi serta disukai oleh ternak ruminansia. Ketersediaan rumput gajah sebagai pakan sumber energi memiliki beberapa kendala. Adanya alih fungsi lahan, rendahnya minat petani untuk menanam tanaman pakan, dan terdapat persaingan dengan tanaman pangan. Oleh karena itu perlu dicarikan alternatif yaitu dengan memanfaatkan limbah-limbah pertanian sebagai pakan ternak. Pemanfaatan jerami padi dapat dijadikan salah satu jalan keluar, karena jerami padi yang melimpah dapat dimanfaatkan sebagi pakan ternak. Produksi jerami padi di Bali sekitar 86.553 ton bahan kering per tahun (Balai Pusat Statistika, 2011).
Peningkatan kualitas jerami padi dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan cara suplementasi. Suplementasi gamal merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas pakan ternak sapi. Nitis (2007) menyebutkan gamal mengandung protein kasar (PK) mencapai 31,97 % pada waktu musim hujan dan 35,92% pada waktu musim kemarau. Daun gamal merupakan sumber rumen degradable protein (RDP) dimana perotein yang terkandung dalam daun gamal 60,73% merupakan protein yang mudah terdegradasi didalam rumen. Selanjutnya protein tersebut akan cepat terdegradasi dan dirombak menjadi NH3 yang dapat dimanfaatkan oleh bakteri untuk memperbanyak dirinya. Bakteri ini selain menjadi sumber protein yang berkualitas baik juga dapat meningkatkan kecernaan serat kasar.
Pemanfaatan limbah pertanian seperti jerami padi yang disuplementasi daun gamal sebagai sumber RDP diharapkan mampu untuk mengganti rumput gajah sebagai pakan ternak sumber energi, dan selanjutnya dapat meningkatkan komposisi tubuh sapi bali jantan yang di ukur dengan teknik ruang urea. Zat-zat makanan yang terdapat dalam pakan akan diubah menjadi zat-zat penyusun tubuh hewan tersebut (Anggorodi, 1979). Dengan demikian sangat erat kaitannya kualitas pakan dengan komposisi tubuh ternak terutama pada masa pertumbuhan. Pengukuran komposisi tubuh ternak dapat dilakukan dengan cara melakukan pemotongan terhadap ternak tersebut kemudian menggiling seluruh bagian tubuhnya yang
selanjutnya dilakukan analisis proksimat. Cara ini memang mendapatkan hasil yang tepat dan akurat, tetapi cara ini memiliki beberapa masalah yaitu waktu yang dibutuhkan cukup lama, tenaga yang cukup banyak dan biaya yang sangat mahal. Masalah tersebut dapat diatasi dengan metode pendugaan komposisi tubuh ternak melalui teknik distribusi ruang urea. Teknik distribusi ruang urea dapat mengukur atau menduga komposisi tubuh ternak tanpa melakukan pemotongan. Menurut Rule et al. (1986) penggunaan larutan urea sebagai perunut didasarkan atas kenyataan bahwa molekul urea dapat bercampur merata dengan cairan tubuh dalam waktu relatif cepat yaitu 12 menit pada sapi.
MATERI DAN METODE
Materi
Penelitian ini menggunakan 12 ekor sapi bali jantan yang dibagi menjadi 3 kelompok berat badan. Setiap sapi dikandangkan secara terpisah dalam kandang individu berukuran panjang kandang 200cm dan lebar 125cm. Ukuran panjang tempat pakan 75cm dan lebar 60cm, sedangkan tempat air minum berukuran panjang 50cm, dan lebar 50cm. Ransum yang diberikan dalam penelitian ini adalah ransum komplit dalam bentuk mash terdiri dari 70% hijauan dan 30% konsentrat.
Metode
Rancangan yang di gunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan ransum dengan tiga kelompok berat badan sebagai ulangan. Keempat perlakuan ransum tersebut adalah :
A : 45% rumput gajah + 0% jerami padi + 15% gamal + 10% kaliandra + 30% konsentrat
B : 30% rumput gajah + 10% jerami padi + 20% gamal + 10% kaliandra + 30% konsentrat C : 15% rumput gajah + 20% jerami padi + 25% gamal + 10% kaliandra + 30% konsentrat D : 0% rumput gajah + 30% jerami padi + 30% gamal + 10% kaliandra + 30% konsentrat
Penelitian ini dilaksanakan di kelompok ternak Wibuh Mandiri banjar Tangkeban desa Batuyang Kangin, kecamatan Sukawati kabupaten Gianyar, yang dilakukan selama 3 bulan atau 12 minggu. Masa adaptasi ternak dilakukan selama 10 hari, selanjutnya masa penelitian dilakukan selama 84 hari. Pengambilan darah untuk menentukan komposisi tubuh ternak
berdasarkan teknik ruang urea dilakukan selama 1 hari. Peubah yang diamati adalah komposisi tubuh yaitu kadar air tubuh, lemak tubuh, protein tubuh, dan retensi lemak.
Penentuan komposisi tubuh ditentukan dengan cara sebaran ruang urea (Rule et al.,1986). Langkah-langkah pengukuran komposisi tubuh dengan teknik sebaran ruang urea adalah darah diambil 10 ml dari vena jungularis, kemudian diinfusikan larutan urea dalam 0,9 NaCl fisiologis yang telah diseterilkan kedalam vena jungularis ternak. infusi dilakukan dalam waktu 2 menit, larutan infusi mengandung urea 30 mg/kgW0,75 yang dilarutkan dalam 0,9% NaCl fisiologis. Jumlah larutan yang diinfusikan sebanyak 0,44 ml/ W0,75. Setelah 12 menit sejak diinfusikan, sampel darah diambil kembali dari vena jungularis sebanyak 10 ml menggunakan tabung venoject yang berheparin. Pengambilan sampel sebelum dan sesudah infusi bertujuan untuk penetapan kadar urea darah. Menurut Rule et al. (1986) ruang urea dihitung dengan rumus :
U
RU(%) = Δ
Dimana : RU U ∆U W
= Ruang urea
= Jumlah urea yang diinfusikan
= Perubahan kadar urea darah
= Berat tubuh
Selanjutnya nilai RU yang diperoleh dipergunakan untuk menduga kadar air, kadar protein dan kadar lemak dalam tubuh. Persamaan yang digunakan adalah
Kadar Air Tubuh Kosong (%) = 59,1 + 0,22 RU–0,04 W
Kadar Lemak Tubuh (%) = 19,5 – 0,31 RU + 0,05 W
Kadar Protein Tubuh (%) = 16,5 + 0,07RU + 0,0001W
Menurut Sukarini (2000) penentuan kadar lemak dalam tubuh yang dilaporkan oleh Rule et al. (1986) memberikan hasil yang kurang memuaskan, sehingga perlu menggunakan faktor koreksi, faktor koreksi yang diperoleh sebagai berikut :
Kadar Lemak Tubuh (%) = -0,69 + 0,89 X Lemak Tubuh (%) dari RU
Selanjutnya dilakukan penghitungan retensi lemak yang dapat dihitung dengan rumus :
% Iemak XPertambahan Berat Badan
Retensi Lemak =
IOO
Data yang diperoleh selanjutnya di analisis dengan sidik ragam. Bila nila rata-rata perlakuan berbeda nyata pada masing-masing peubah respons, maka analisis dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf 5% (Steel and Torrie, 1989).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air Tubuh
Kadar air tubuh sapi yang mendapat perlakuan A (45% rumput gajah + 15% gamal + 10% kaliandra + 30% konsentrat) adalah 48,02% (Tabel 3.1). Sapi yang mendapat perlakuan B (30% rumput gajah + 10% jerami padi + 20% gamal + 10% kaliandra + 30% konsentrat), C (15% rumput gajah + 20% jerami padi + 25% gamal + 10% kaliandra + 30% konsentrat) dan D (30% jerami padi + 30% gamal + 10% kaliandra + 30% konsentrat) berturut-turut adalah 48,18%, 48,50%, dan 47,79%. Komposisi air tubuh yang tertinggi terdapat pada perlakuan C 48,50%, diikuti oleh sapi dengan perlakuan B 48,18%, A 48,02% dan terrendah pada perlakuan D 47,79%.
Tabel 3.1 Komposisi Tubuh Sapi dan Retensi Lemak.
Peubah |
Perlakuan1 |
SEM3 | |||
A |
B |
C |
D | ||
Kadar Air Tubuh (%) |
48,02a2 |
48,18a |
48,50a |
47,79a |
0,32 |
Lemak Tubuh (%) |
28,96a |
28,78 a |
28,40a |
29,23a |
0,36 |
Protein Tubuh (%) |
16,84a |
16,85a |
16,90 a |
16,84a |
0,05 |
Retensi lemak (g/e/h) |
124,87 a |
157,43ab |
175,83b |
181,55b |
11,33 |
Keterangan :
1. Perlakuan A : 45% rumput gajah + 15% gamal + 10% kaliandra + 30% konsentrat
Perlakuan B : 30% rumput gajah + 10% jerami padi + 20% gamal + 10% kaliandra + 30% konsentrat
Perlakuan C : 15% rumput gajah + 20% jerami padi + 25% gamal + 10% kaliandra + 30% konsentrat
Perlakuan D : 30% jerami padi + 30% gamal + 10% kaliandra + 30% konsentrat
2. Angka yang di ikuti huruf superscrip yang tidak sama pada baris yang sama, berbeda nyata (P<0,05)
3. SEM (Standard Error Of The Treatment Mean)
Penggantian rumput gajah dengan jerami padi sebagai sumber energi diikuti dengan suplementasi daun gamal sebagai sumber RDP tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air tubuh sapi bali jantan. Kadar air dalam penelitian ini tergolong normal menurut Berg dan Butterfield (1976) dimana komposisi air tubuh ternak sapi umumnya berada pada kisaran 39,8% - 77,6%. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan Putri (2011) yang mendapatkan
pada sapi bali jantan yang diberi pakan jerami padi ad libitum + konsentrat + Feed supplemen limbah lidah buaya dan rumput laut kadar air berkisar antara 48,36% -49,09%, sedangkan pada sapi PO dimana kadar air tubuhnya berkisar antara 50,56 -51,28% (Astuti et al.,2009). Menurut Soeparno (1992) perbedaan komposisi tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain berat badan, umur, bangsa, jenis kelamin, dan pakan ternak.
Lemak Tubuh
Peningkatan jumlah jerami padi dalam pakan yang disuplementasi daun gamal dan diikuti penurunan rumput gajah, secara statistik tidak berpengaruh nyata terhadap kadar lemak tubuh (P>0,05). Kadar lemak tubuh sapi Perlakuan A adalah 28,96% (Tabel 3.1). Pada perlakuan B, C, dan D kadar lemak tubuh masing-masing 28,87%, 28,40%, dan 29,23%. Berbeda halnya dengan kadar air tubuh kadar lemak tubuh tertinggi pada perlakuan D yaitu 29,23%, diikuti oleh perlakuan B : 28,78%, A : 28,96%, dan kadar lemak tubuh terrendah terlihat pada perlakuan C yaitu 28,40%. Kisaran kadar lemak pada penelitian ini 29,23 – 28,40%, dan termasuk normal. Menurut Berg dan Butterfield (1976) rentang normal komposisi lemak tubuh ternak sapi pada umumnya yaitu 1,8-44,6%.
Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2011) dimana kandungan lemak tubuh berkisar antara 27,80 -28,62%, sedangkan kisaran kandungan lemak tubuh penelitian ini 29,23 – 28,40%. Perbedaan kandungan lemak tubuh pada kedua penelitan ini disebabkan oleh berbedanya berat badan akhir pada ternak. Menurut (Tillman et al., 1998). Kandungan lemak tubuh dipengaruhi oleh umur, bobot badan, bangsa, jenis kelamin dan nutrisi. Kandungan lemak tubuh cenderung meningkat dengan semakin bertambahnya umur ternak.
Protein Tubuh
Kandungan protein tubuh sapi yang mendapat perlakuan A adalah 16,84% (Tabel 3.1). Sapi yang mendapat perlakuan B, C dan D kadar protein tubuhnya masing-masing 16,85%, 16,90%, dan 16,84%, namun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05). Sapi yang mendapat perlakuan A dan D kadar protein tubuh terrendah yaitu 16,84%, sedangkan kadar protein tubuh tertinggi dihasilkan oleh perlakuan C sebesar 16,90%.
Kadar Protein dalam penelitian ini tergolong normal menurut Berg dan Butterfield, (1976) rentang normal komposisi protein tubuh ternak sapi pada umumnya yaitu 12,4-20,6%. Meningkatnya pakan ternak sumber protein dimana pada penelitian ini adalah gamal sebagai sumber RDP dapat menyediakan protein yang selanjutnya akan dimanfaatkan oleh mikroba rumen untuk mensintesa tubuhnya, semakin banyak mikroba yang terdapat dalam rumen dapat meningkatkan kecernaan serat kasar dan protein yang berasal dari protein mikrobial.
Kisaran kadar protein hasil penelitian ini lebih tinggi dari hasil penelitian yang di dapat oleh Putri (2011) dimana berkisar antar 16,75-16,77% dan Sukarini (2000) pada sapi bali betina berkisar antara 15,42-15,61%. Tillman et al. (1998) melaporkan presentasenya protein tubuh tidak dipengaruhi oleh makanan dan umur pada saat kedewasaan tercapai. Kadar protein tubuh lebih dipengaruhi oleh keturunan, karena zat protein banyak terkandung dalam otot tulang yang menyusun sebagian besar tubuh ternak.
Retensi Lemak
Retensi lemak sapi yang mendapat perlakuan A adalah 124,87 g/e/h (Tabel 3.1). Sapi yang mendapat perlakuan B retensi lemak lebih tinggi 32,56 g/e/h dari perlakuan A, namun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05). Retensi lemak sapi yang mendapat perlakuan C dan D masing-masing 175,083 g/e/h dan 181,55 g/e/h nyata lebih tinggi (P<0,05) dari pada perlakuan A. Retensi lemak terrendah didapatkan pada perlakuan A, yang selanjutnya diikuti oleh perlakuan B dan C. dan retensi lemak tertinggi didapat pada perlakuaan D. Peningkatan retensi lemak sangat erat kaitannya dengan konsumsi lemak dan konsumsi energi. Semakin tinggi konsumsi energi maka semakin tinggi pula retensi lemak pada ternak itu. Menurut Stryer (1996) kelebihan energi dalam tubuh ternak di simpan dalam bentuk lemak. Kecepatan retensi lemak dalam jaringan adipose adalah genotype dan adanya konsentrat dalam ransum (Thornton dan Tune, 1984). Tingginya lemak yang dikonsumsi ternak sapi dapat mempengaruhi kandungan retensi lemak. Lemak yang dikonsumsi dan tidak digunakan sebagai sumber energi untuk kelangsungan hidup ternak akan di retensi.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan pemberian jerami padi sampai dengan 30% diikuti dengan suplentasi 30% daun gamal dapat menggantikan rumput gajah
sebagai pakan ternak sapi bali jantan dan tidak berpengaruh terhadap kadar air tubuh, kadar protein tubuh dan kadar lemak tubuh sapi bali.
Semakin tinggi kandungan jerami padi dan daun gamal ransum menyebabkan retensi lemak semakin meningkat.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Ni Nyoman Suryani, M.Si dan I Putu
Ari Astawa, S.Pt, MP sebagai pembimbing yang dengan penuh kesabaran memberikan arahan dan bimbingan.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, D. A., Elizabeth Wina, Budi Haryanto, Sri Suharti, dan Fransisca. 2009. Pengukuran Komposisi Tubuh Dengan Metode Ruang Urea pada Sapi Peranakan Ongole yang Disuplementasi Lerak Dalam Bentuk Pakan Blok. Prosiding Seminar Hasil–Hasil Penelitian IPB. Bogor.
Anggorodi. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia, Jakarata
Balai Pusat Statistika. 2011. Tabel Luas Panen- Produktivitas- Produksi Tanaman Padi Seluruh Provinsi. URL : http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php (20 September 2013
Berg, T. R dan M.R. Butterfield. 1976. New Concept Of Cattle Growth. Sidney University of Australia.
Nitis, I. M. 2007. Gamal di Lahan Kering. Penerbit Buku Arti. Arti foundation Denpasar-Bali. Cetakan Pertama.
Putri, W. P. 2011. Komposisi Tubuh dan Retensi Nutrient Sapi Bali Jantan yang Diberi Ransum Mengandung Campuran Limbah Lidah Buaya dan Rumput Laut Sebagai Feed Supplement. skripsi Fakultas Peternakan Universitas Udayana
Rule D. C., R. N. Arnold, E. J. Hentges and D. C. Beitz .1986. Evaluation of Urea Dilution as a Technique for Estimating Body Composition of Beef Steers In Vitro : Validation of Published Equations and Comparison With Chemical Composition. J. Anim. Sci. 63 : 1935-1948.
Steel, R. C. D and J. H. Torrie. 1989. Principles and Procedures of Statistic. New York : McGraw-Hill Book Co. Inc.
Stryer, L. Biochemistry. 4.ed. New York: W.H. Freeman and Company, 1996. 1064p.
Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sukarini, I. A. M. 2000. Peningkatan Kinerja Laktasi Sapi Bali (Bibos banteng) Beranak Pertama Melalui Perbaikan Mutu Pakan. Disertasi. Program Pascasarjana Institute Pertanian Bogor. Bogor.
Thornton, R. F and R. K. Tune. 1984. Fat Deposition in Ruminants. In : S. K. Baker, J. M. Gawthorne, J. B. Mackintosh and D. B. Purses. 1984. Ruminant Physiology Concepts and Consequences. Proceedings of a Symposium Held at University Of Western Australia 710 May. Pp. 289-298.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 1998. Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Adi Widiadnyana et al. Peternakan Tropika. Vol. 1 No 2 Th. 2013 : 78 - 86
Page 86
Discussion and feedback