e-journal

FAPET UNUD


e-Journal

Universitas

Udayana


Peternakan Tropika

Journal of Tropical Animal Science email: peternakantropika_ejournal@yahoo.com email: jurnaltropika@unud.ac.id

PERSEPSI PETERNAK TENTANG PERANAN PENYULUH DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN MANAJEMEN PETERNAKAN SAPI DI KELOMPOK TERNAK SAPI SEKAR SARI DESA PANGSAN, KECAMATAN PETANG, BADUNG Oleh :

I M. U. Saswita, I N. Suparta, dan I G. Suarta Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar Email: anggrekbulan@gmail.com no. Hp: 08983139446

Abstrak

Penelitian yang berjudul “Persepsi Peternak Tentang Peranan Penyuluh dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Manajemen Peternakan Sapi” telah dilaksanakan di Kelompok Ternak Sapi Sekar Sari Desa Pangsan, Kecamatan Petang, Badung, yang berlangsung dari tanggal 16 April 2012 sampai 24 Juni 2012. Kelompok ternak dipilih berdasarkan cara purposive. Jumlah responden sebanyak 30 orang diambil dengan cara sensus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi peternak tentang peranan penyuluh dalam meningkatkan pengetahuan dan manajemen peternakan sapi di kelompok ternak sapi Sekar Sari dan menganalisis hubungan antara persepsi peternak tentang peranan penyuluh dengan pengetahuan dan manajemen peternakan sapi oleh peternak. Variabel yang diduga berhubungan dengan persepsi peternak tentang peranan penyuluh dianalisis secara statistika non parametrik menggunakan Uji Koefisien Korelasi Jenjang Spearman. Hasil penelititan menunjukkan bahwa persepsi peternak tentang Peranan penyuluh dalam meningkatkan pengetahuan dan manajemen peternakan sapi di kelompok ternak sapi Sekar Sari termasuk kategori baik. Persepsi peternak tentang peranan penyuluh berhubungan positif tidak nyata dengan tingkat pengetahuan peternak, sedangkan persepsi peternak tentang peranan penyuluh berhubungan positif nyata dengan manajemen peternakan sapi.

Kata kunci : Peternak, Penyuluh, Pengetahuan, dan Manajemen Peternakan Sapi

PERCEPTIONS OF FARMERS OWN ROLE IN IMPROVING KNOWLEDGE AND EXTENSION LIVESTOCK CATTLE MANAGEMENT WAS HELD AT THE CATTLE GROUP SEKAR SARI, PANGSAN VILLAGE,

THE DISTRICT OF PETANG, BADUNG REGENCY

Abstract

The research, entitled "Perceptions of Farmers Own Role in Improving Knowledge and Extension Livestock Cattle Management" was held at the Cattle Group Sekar Sari, Pangsan Village, the District of Petang, Badung Regency, which runs from April 16, 2012 until June 24, 2012. Livestock group selected by purposive. This activity has 30 respondents. The purpose of this study was to determine the perception of farmers about the role of education in improving the knowledge and management of cattle in the cattle Sekar Sari and analyze the relationship between farmer perceptions of the role of education with the knowledge and management farmers cattle. There variables show the perception of farmers about the education role that analyzed statistically using the nonparametric Spearman Study Correlation Coefficient Test. The research showed that perceptions about the role of


education farmers in improving the knowledge and management of cattle in the cattle Sekar Sari has a good category. Perception of farmers about the role of extension workers is positively associated with the level of knowledge is not real farmers, while the farmers perception about the real role of the counselor is positively associated with the management of cattle.

Key words: Farmers, Role Extension, Knowledge, and Livestock Cattle Management

PENDAHULUAN

Ternak sapi, mempunyai peran yang sangat besar dalam penyediaan daging, yang umumnya dihasilkan dari sapi Bali, sapi Madura, dan sapi peranakan ongole. Sapi Bali adalah sapi lokal yang memiliki berbagai keunggulan, itulah sebabnya pemerintah telah menetapkan sapi Bali sebagai jenis sapi utama yang perlu dikembangbiakan dalam rangka mencapai program swasembada daging sapi. Namun demikian, pengetahuan dan keterampilan peternak masih perlu ditingkatkan. Untuk itulah diperlukan upaya penyuluhan peternakan.

Peranan penyuluh sangat diperlukan oleh masyarakat tani agar sumber daya bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh petani. Penyuluh harus memahami peran mereka, serta memiliki berbagai kompetensi untuk mendukung peran tersebut. Ada enam peran penyuluh, yaitu : peranan sebagai pendidik, peranan sebagai penyebar hasil, peranan sebagai pembantu dalam pengambilan keputusan, peranan sebagai pemberi dorongan moral, peranan sebagai pembantu dalam memperoleh sumber daya baru, dan peranan sebagai pendorong meningkatnya produksi peternakan (Suparta, 2009).

Ada banyak kelompok ternak sapi Bali, salah satu diantaranya adalah kelompok ternak Sekar Sari yang bergerak dibidang budidaya sapi Bali. Kelompok ternak ini berdiri tanggal 10 Oktober 2005. Kelompok ternak ini secara terus menerus mengadakan pendekatan serta meminta bantuan pembinaan kepada instansi terkait mengenai budidaya sapi. Hasilnya, tahun 2005 kelompok ternak Sekar Sari dikukuhkan menjadi kelas pemula, kemudian tahun 2006 dikukuhkan menjadi kelas lanjut dan tahun 2007 dikukuhkan menjadi kelas madya. Berbagai lomba pernah diikuti, dan pernah meraih penghargaan sebagai kelompok ternak yang terbaik di Kabupaten Badung tahun 2007 (Kelompok Ternak Sekar Sari, 2008).

Memberdayakan petani peternak dan keluarganya melalui penyelenggaraan penyuluhan bertujuan untuk menjadikan petani peternak yang tangguh sebagai salah satu komponen untuk membangun pertanian yang maju dan efisien (Djari, 2001). Untuk mencapai tujuan tersebut adakalanya petani tidak memiliki wawasan atau pengetahuan yang memadai dalam memecahkan masalah mereka, bahkan disaat yang penting mereka tidak mampu memilih alternatif pemecahan masalah yang tepat. Terbatasnya pengetahuan dapat

berdampak pada kemampuan dalam beternak yang kurang baik sehingga pelaksanaan manajemen peternakan sapi tidak bisa berjalan secara maksimal.

Dari uraian tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat persepsi peternak tentang peranan penyuluh dalam meningkatkan pengetahuan dan manajemen peternakan sapi di kelompok ternak sapi Sekar Sari dan menganalisis hubungan antara tingkat persepsi peternak tentang peranan penyuluh dengan pengetahuan dan manajemen peternakan sapi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di kelompok ternak sapi Sekar Sari, Desa Pangsan Kecamatan Petang, Badung yang berlangsung dari bulan April sampai Juni 2012. Data yang diperlukan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung ke lapangan dan mengadakan wawancara dengan responden yaitu peternak sapi dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sesuai dengan tujuan penelitian. Data sekunder diperoleh dari catatan-catatan yang ada pada kelompok ternak maupun Dinas Peternakan.

Untuk mengukur variabel persepsi peternak tentang peranan penyuluh, pengetahuan dan manajemen peternakan sapi oleh peternak, diukur dengan menggunakan skala jenjang lima yaitu pemberian skor dengan membentuk lima kategori yang dinyatakan dengan bilangan bulat 1, 2, 3, 4, 5. Skor tertinggi adalah 5 diberikan untuk jawaban yang paling diharapkan dan skor terendah adalah 1 diberikan untuk jawaban yang paling tidak diharapkan.

Data tentang karakteristik peternak, dan tingkat pengetahuan peternak serta manajemen peternakan sapi oleh peternak, akan dianalisis dengan metode analisis deskriptif. Untuk membuktikan hipotesis penelitian maka digunakan metode analisis statistik non parametrik. Variabel yang diduga berhubungan dengan persepsi peternak tentang peranan penyuluh dianalisis secara statistika non parametrik menggunakan Uji Koefisien Kolerasi Jenjang Spearman dengan rumus menurut Siegel (1997).

Metode deskriptif digunakan untuk memaparkan karakteristik responden, umur, pendidikan formal dan kepemilikan ternak sapi. Tingkat persepsi tentang peranan penyuluh, pengetahuan dan manajemen peternakan sapi dianalisis secara deskriptif, disajikan dalam bentuk persen (%) yang didasarkan atas skor maksimum ideal (Effendi dan Praja, 1984) dengan rumus sebagai berikut ini : — × 100%

Keterangan : X = Perolehan Skor, SMI = Skor Maksimal Ideal

Untuk mengetahui tingkat persepsi tentang peranan penyuluh, maka dibuatkan suatu

kategori (Dajan, 1986) persepsi tentang peranan penyuluh menggunakan rumus interval kelas

sebagai berikut:

τ ,    ,τ, 1 SkorNilaiTertinggi-SkorNilaiTerendah

Interval Kelas =

Jumlah Kelas

=   %-20%

=

= 16%

Berdasarkan rumus interval kelas tersebut, maka persepsi tentang peranan penyuluh,

pengetahuan peternak dan manajemen peternakan sapi oleh peternak, dapat disusun dalam kategori seperti yang dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Kategori Tingkat Persepsi Peternak Tentang Peranan Penyuluh Dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Manajemen Peternakan Sapi

No.

Persentase Pencapaian Skor ( %)

Variabel

Pengetahuan

Manajemen Peternakan

Persepsi Tentang Peranan Penyuluh

1

20 - 36

Sangat Rendah

Sangat Buruk

Sangat Buruk

2

>36 - 52

Rendah

Buruk

Buruk

3

>52 - 68

Sedang

Sedang

Sedang

4

>68 - 84

Tinggi

Baik

Baik

5

>84-100

Sangat Tinggi

Sangat Baik

Sangat Baik

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rataan umur anggota kelompok ternak sapi adalah 47,57 tahun dengan kisaran antara 32 - 70 tahun. Sebagian besar responden berada pada kisaran umur 40 - 47 tahun yakni sebanyak 10 orang (33,33%) dan hanya 3 (10%) responden yang berumur 64 – 70 tahun. Data selengkapnya disajikan dalam tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No.

Kategori Umur (Tahun)

Jumlah (Orang)

Persentase

1

32-39

8

26,67

2

40-47

10

33,33

3

48-55

5

16,67

4

56-63

4

13,33

5

64-70

3

10

Jumlah

30

100

Pendidikan formal yang pernah ditempuh responden cukup beraneka ragam yaitu dari yang berpendidikan tamat SD sampai dengan perguruan tinggi. Rataan lama menempuh pendidikan adalah 10,33 tahun. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 19 orang tamat SMU (63,33) dan tidak ada (0%) yang tidak pernah bersekolah. Data selengkapnya disajikan dalam tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Formal

No.

Pendidikan Formal

Jumlah (Orang)

Persentase

1

Tidak Pernah Sekolah

0

0

2

Tamat SD

8

26,67

3

Tamat SMP

2

6,67

4

Tamat SMU

19

63,33

5

Perguruan Tinggi

1

3,33

Jumlah

30

100

Rataan jumlah kepemilikan ternak sapi adalah 1,8 ekor dengan kisaran antara 1 - 9 ekor, kebanyakan responden memiliki sapi pada kisaran 1 - 3 ekor yaitu sebanyak 28 orang (93,33%), dan hanya 2 orang yang memiliki sapi 7 - 9 ekor. Data selengkapnya disajikan dalam tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Sapi

No.

Kategori Jumlah Kepemilikan Sapi (ekor)

Jumlah (orang)

Persentase

1

1 sampai 3

28

93,33

2

4 sampai 6

0

0

3

7 sampai 9

2

6,66

4

10 sampai 12

0

0

5

13 sampai 15

0

0

Jumlah

30

100

Rataan pencapaian persentase skor pengetahuan responden mengenai peternakan sapi yaitu sebesar 73,36% dari skor maksimal ideal sebesar 135 (100%) adalah termasuk kategori tinggi. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 29 orang (96,67%) mempunyai pengetahuan dengan kategori tinggi, 1 orang (3,33%) mempunyai pengetahuan sangat tinggi dan tidak ada yang memiliki pengetahuan sedang, rendah, maupun sangat rendah. Data selengkapnya disajikan dalam tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

No.

Kategori Pengetahuan

Jumlah (orang)

Persentase

1

Sangat Tinggi

1

3,33

2

Tinggi

29

96,67

3

Sedang

0

0

4

Rendah

0

0

5

Sangat Rendah

0

0

Jumlah

30

100

Rataan pencapaian persentase skor manajemen responden yaitu sebesar 70,75% dari skor maksimal ideal sebesar 40 (100%) adalah termasuk kategori baik. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 26 orang (86,66%) mampu melaksanakan manajemen peternakan

sapi dengan baik dan tidak ada responden yang tidak mampu melaksanakan manajemen peternakan sapi. Data selengkapnya disajikan dalam tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Manajemen

No.

Kategori Manajemen

Jumlah (orang)

Persentase

1

Sangat Baik

2

6,67

2

Baik

26

86,66

3

Cukup

2

6,67

4

Buruk

0

0

5

Sangat Buruk

0

0

Jumlah

30

100

Rataan pencapaian persentase skor persepsi peternak tentang peranan penyuluh dalam meningkatkan pengetahuan dan manajemen peternakan sapi yaitu 79,8% dari skor maksimal ideal sebesar 85 adalah termasuk kategori baik. Sebagian besar responden yaitu 18 orang (60%) memiliki persepsi yang baik tentang peranan penyuluh dalam meningkatkan pengetahuan dan manajemen peternakan sapi dan 12 orang (40%) memiliki persepsi yang sangat baik tentang peranan penyuluh. Data selengkapnya disajikan dalam tabel 7.

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Persepsi tentang Peranan

Penyuluh

No.

Persepsi tentang Peranan Penyuluh

Jumlah (orang)

Persentase

1

Sangat Baik

12

40

2

Baik

18

60

3

Cukup Baik

0

0

4

Buruk

0

0

5

Sangat Buruk

0

0

Jumlah

30

100

Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa terdapat hubungan yang positif tidak nyata antara persepsi peternak tentang peranan penyuluh dengan pengetahuan peternak. Tingkat pengetahuan peternak termasuk kategori tinggi. Sedangkan hubungan yang positif nyata terdapat antara persepsi peternak tentang peranan penyuluh dengan manajemen peternakan sapi. Tingkat manajemen peternakan sapi termasuk kategori baik (Tabel 8).

Tabel 8. Hasil Analisis Uji Koefisien Korelasi Jenjang Spearman Untuk Mengetahui Hubungan Antara Persepsi Peternak Tentang Peranan Penyuluh dengan Pengetahuan Peternak dan Manajemen Peternakan Sapi

No.

Variabel

Kategori

rs

thitung

t0,05

Significancy

1

Pengetahuan

Tinggi

0,028

0,148tn

1,78

ns

2

Manajemen

Baik

0,403

2,331n

1,78

s

Keterangan: rs  = koefisien korelasi Jenjang Spearman

ns = Berbeda Tidak Nyata/Non Significant (P>0,05)

s = Berbeda Nyata/Significant (P<0,05)

Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa persepsi peternak tentang peranan penyuluh dalam meningkatkan pengetahuan dan manajemen peternakan sapi termasuk kategori baik, dengan rataan persentase pencapaian skor 79,8%. Ini berarti peternak menerima keberadaan penyuluh pertanian. Hal ini disebabkan karena para peternak masih sangat membutuhkan penyuluh dalam menyampaikan informasi dan inovasi berkaitan dengan peternakan sapi guna meningkatkan pengetahuan peternak dan manajemen peternakan sapi dalam mengembangkan usaha peternakan yang sedang mereka jalani. Peran penyuluh pertanian adalah membantu petani membentuk pendapat yang sehat dan membuat keputusan yang baik dengan cara berkomunikasi dan memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan petani. Peranan utama penyuluhan lebih dipandang sebagai proses membantu petani untuk mengambil keputusan sendiri dengan cara menambah pilihan bagi mereka, dan menolong petani mengembangkan wawasan mengenai konsekuensi dari masing masing pilihan tersebut. Menurut Van Den Ban dan Hawkins (1999), penyuluh dapat membantu petani memahami besarnya pengaruh struktur sosial ekonomi dan teknologi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, dan menemukan cara mengubah struktur atau situasi yang menghalanginya untuk mencapai tujuan tersebut. Mereka dapat membantu petani meramalkan peluang keberhasilan dengan segala konsekuensinya, dengan memberikan wawasan luas yang dapat dipengaruhi oleh berbagai aspek sosial dan aspek ekonomi. Hal ini didukung oleh pendapat Suparta (2009) yang menyatakan bahwa penyuluhan pada dasarnya berusaha untuk mengubah perilaku khalayak. Agar para petani peternak bisa berhasil mewujudkan perilaku mereka ke dalam tindakan nyata dalam berusahatani, maka diperlukan dukungan pelayanan dan pengaturan dari penyuluh.

Persepsi peternak tentang peranan penyuluh dalam meningkatkan pengetahuan dan manajemen peternakan sapi menunjukkan hubungan yang tidak nyata (P>0,10) dengan tingkat pengetahuan peternak. Dalam hal ini kategori pengetahuan peternak tinggi. Ini disebabkan karena peranan penyuluh yang sifatnya inti yaitu sebagai pendidik kurang maksimal, sehingga peternak cenderung mencari informasi sendiri dari sumber lain selain penyuluh guna meningkatkan pengetahuannya tentang beternak sapi. Hal ini Sesuai dengan pendapat Soedjianto (1987) yang menyatakan bahwa pengetahuan dikatakan sebagai kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat dari suatu yang telah dilakukan atau dipelajari. Pendapat ini didukung juga oleh Notoatmojo (2003) yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang. Sebenarnya peternak sangat membutuhkan penyuluhan, tetapi intensitas penyuluhan tersebut dirasa kurang sehingga kualitas dan kuantitas informasi yang disampaikan oleh penyuluh kepada peternak tidak maksimal. Disinilah perlu ditingkatkan peranan penyuluh terutama sebagai pendidik untuk meningkatkan pengetahuan peternak. Jadi jika merasa perlu maka peternak sendiri yang akan mengundang penyuluh untuk memberikan penyuluhan lagi, itupun peternak harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membayar penyuluh. Padahal dalam prinsip penyuluhan dikatakan bahwa penyuluhan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan sasaran penerima pada saat yang tepat. Pemenuhan kebutuhan penerima pada saat yang tepat hendaknya menjadi perhatian tersendiri oleh penyuluh (Wiriatmaja, 1973). Melalui peran penyuluh, petani diharapkan menyadari akan kekurangannya atau kebutuhannya, melakukan peningkatan kemampuan diri dan dapat berperan dimasyarakat dengan lebih baik. Dalam kegiatan penyuluh pertanian, peran penyuluh pertanian sebagai petugas yang mempersiapkan para petani dan pelaku usaha pertanian lain sudah mulai tumbuh yang antara lain dicirikan dari kemampuannya dalam mencari, memperoleh dan memanfaatkan informasi, serta tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan keterampilan yang dikelola oleh petani sendiri. Sejalan dengan berubahnya paradigma pembangunan pertanian, maka penyelenggaraan penyuluh pertanian dilakukan melalui pendekatan partisipatif untuk lebih meningkatkan peran serta aktif petani dan pelaku usaha pertanian lainnya (Deptan, 2008).

Persepsi peternak tentang peranan penyuluh dalam meningkatkan pengetahuan dan manajemen peternakan sapi berhubungan positif nyata (P<0,05) dengan manajemen peternakan sapi. Hal ini menunjukkan peranan penyuluh mempengaruhi tingkat penerapan manajemen. Semakin berperan penyuluhan tersebut maka semakin mampu peternak melaksanakan manajemen dalam beternak sapi. Hal ini terjadi karena para peternak sapi berminat dengan inovasi-inovasi yang diberikan oleh penyuluh sehingga mau dicoba dan diterapkan dalam beternak sapi. Hal ini sesuai dengan pendapat Miarso (2007) yang menyatakan bahwa teknologi merupakan sistem yang diciptakan oleh manusia untuk sesuatu tujuan tertentu. Ia merupakan perpanjangan dari kemampuan manusia. Dalam menunjang pembangunan pertanian (peternakan) tidak terlepas dari kemampuan peternak dalam melaksanakan manajemen secara efektif dan efisien serta penyuluh bertindak sebagai jembatan sekaligus penghantar informasi. Peranan penyuluh adalah membantu peternak membuat keputusan yang baik dan membantu peternak untuk meningkatkan usaha peternakannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartasapoetra (1994) yang menyatakan bahwa penyuluh pertanian merupakan agen bagi perubahan perilaku petani, yaitu dengan

mendorong masyarakat petani untuk mengubah perilakunya menjadi petani dengan kemampuan yang lebih baik dan mampu mengambil keputusan sendiri, yang selanjutnya akan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Usaha peningkatan produksi ternak sapi merupakan usaha terpenting. Upaya peningkatan produksi yang realitas adalah melalui progaram intensifikasi dengan penerapan manajemen yang baik. Hal ini terjadi karena para peternak sapi berminat dengan inovasi-inovasi yang diberikan oleh penyuluh sehingga mau dicoba dan diterapkan dalam beternak sapi. Apalagi akhir-akhir ini perkembangan teknologi dibidang pertaniaan dalam arti luas (peternakan) begitu pesatnya. Penyuluh bisa dikatakan sebagai penghubung antar sistem, misalnya penyuluh dapat memberikan petunjuk kepada peternak dimana mereka bisa memperoleh bantuan kredit, tempat sarana produksi seperti bibit ternak unggul bisa didapat (Suparta, 2009). Mosher (1983) mengemukakan bahwa salah satu syarat mutlak pembangunan pertanian adalah adanya teknologi usahatani yang senantiasa berubah. Oleh sebab itu penggunaan teknologi dalam usaha peternakan sapi sangat dibutuhkan oleh peternak dengan harapan dapat meningkatkan produktifitas, meningkatkan efisiensi usaha, menaikkan nilai tambah produk yang dihasilkan serta meningkatkan pendapatan peternak. Secara keseluruhan, penyuluh telah cukup berhasil menjalankan perannya dalam meningkatkan manajemen peternakan sapi di kelompok ternak sapi Sekar Sari. Sebagai pendidik, penyuluh telah mampu meningkatkan keterampilan peternak, dimana peternak tersebut telah mampu mengolah kotoran sapi menjadi pupuk organik. Awalnya peternak tidak terlalu memanfaatkan kotoran sapi tersebut, setelah dilakukan penyuluhan dan disampaikan manfaat-manfaat yang bisa didapat oleh peternak, maka peternak kemudian mau mengikuti saran penyuluh untuk mengolah kotoran sapi menjadi pupuk organik. Dengan diolahnya kotoran sapi tersebut, peternak sudah merasakan manfaatnya yaitu meningkatnya hasil produksi pangan seperti padi dan tanaman lainnya. Selain itu peternak dibantu penyuluh juga melakukan pelatihan fermentasi limbah jerami padi menggunakan Trichoderma agar bisa dimanfaatkan sebagai pakan tambahan untuk ternak. Dengan memfermentasi jerami padi tersebut maka kualitas jerami tersebut menjadi lebih baik, ketersediaan pakan ternak berkualitas saat musim kering bisa terpenuhi, dan pemanfaatan kelebihan pakan ternak saat musim hujan atau musim panen. Dalam usaha memperoleh kualitas ternak yang baik, peternak melakukan IB pada sapi sesuai dengan saran penyuluh. Hal ini dilakukan agar bibit sapi yang dihasilkan merupakan bibit ternak unggul. Untuk kenyamanan ternak, peternak telah mambangun kandang permanen. Dipilihnya kandang permanen karena biaya yang dikeluarkan hanya sekali untuk masa pakai kandang selama

beberapa tahun sehingga dapat menghemat biaya, selain itu agar lebih mudah dilakukan perawatan baik untuk perawatan kandang maupun perawatan ternak.

SIMPULAN

  • 1.    Tingkat pengetahuan peternak tinggi, sedangkan manajemen peternakan sapi termasuk dalam kategori baik.

  • 2.    Persepsi peternak tentang peranan penyuluh dalam meningkatkan pengetahuan dan manajemen peternakan sapi di kelompok ternak sapi Sekar Sari termasuk kategori baik.

  • 3.    Persepsi peternak tentang peranan penyuluh berhubungan positif tidak nyata dengan tingkat pengetahuan peternak, sedangkan dengan manajemen peternakan sapi berhubungan positif nyata.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setulusnya kepada:

  • 1.    Bapak Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana atas segala bantuan yang diberikan.

  • 2.    Bapak Prof. Dr. Ir. I Nyoman Suparta, MS. MM selaku pembimbing pertama dan Bapak Ir. I Gede Suarta, M.Si selaku pembimbing kedua, atas segala saran, nasehat, bimbingan yang telah diberikan selama berlangsungnya penelitian dan penyusunan skripsi ini.

  • 3.    Ibu Dewi Ayu Warmadewi, SPt, M.Si selaku pembimbing akademik, atas segala bantuan, dorongan, perhatian selama mengikuti pendidikan di Fakultas Peternakan

  • 4.    Bapak dan Ibu dosen serta pegawai tata usaha Fakultas Peternakan Universitas Udayana yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam mengikuti kuliah maupun dalam pembuatan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ban, Van Den A.W dan H. S Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius, Yogyakarta.

Dajan, A. 1986. Pengantar Metode Statistik. Jilid II LP3ES, Jakarta.

Departemen Pertanian. 2008. Pedoman Umum Pengelolaan Anggaran Pembangunan Pertanian. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Jakarta.

Effendi, E.U dan S.P. Praja. 1984. Pengantar Psikologi. Angkasa, Bandung.

Kartasapoetra, A. G. 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.

Kelompok Ternak Sekar Sari. 2008. Profil Kelompok Petani Ternak Sapi Potong “Sekar Sari”, Banjar Sekar Mukti-Pundung, Desa Pangsan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung Tahun 2008.

Miarso, Y. 2007. Teknologi yang Berwajah Humanis. Jurnal Pendidikan Penabur. No.09/Tahun ke-6/Desember 2007.

Mosher, A.T. 1983. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Cetakan ke-8. CV. Yasaguna, Jakarta.

Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Siegel, S. 1997. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Judul Asli: “Non Parametric Statistics For The Behavioral Sciences”, Penerjemah: Zanzawi Sayuti dan Landung Simatupang. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Soedjianto. 1987. Beberapa Konsep – Konsep Proses Belajar dan Implikasinya. IPLPP, Bogor.

Suparta, N., I.B.Sutrisna, N.K.Nuraini, N.W.T.Inggriati, I.G.Suartha, I.G.N.Made. 2009. Penyuluhan Peternakan. Udayana University Press, Denpasar.

Wiriaatmaja, S. 1973. Pokok-Pokok Penyuluhan Pertanian. Yasaguna, Jakarta.

I M. U. Saswita et al. Peternakan Tropika Vol. 1 No. 1 Th. 2013 : 34 - 44

Page 44