ISSN 2722-7286

Jurnal

FAPET UNUD


Jurnal


Peternakan Tropika

Journal of Tropical Animal Science

email: [email protected]

Submitted Date: May 24, 2021

Accepted Date: May 30, 2021


Editor-Reviewer Article : I Wayan Wirawan & A.A. Pt. Putra Wibawa

PENGARUH PENGGUNAAN JENIS MINYAK DALAM RANSUM TERHADAP POTONGAN KARKAS ITIK BALI JANTAN

Pratita, N. P. R., I M. Nuriyasa, dan A. W. Puger

PS. Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali e-mail: [email protected], Telepon: +6281337225611

ABSTRAK

`Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan jenis minyak dalam ransum terhadap potongan karkas itik Bali jantan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Dajan Peken, Tabanan selama 10 minggu. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan serta tiap ulangan berisi 2 ekor itik Bali jantan dengan kisaran berat 223±19,36g. Perlakuan tersebut terdiri dari R0= penggunaan 0% minyak dalam ransum, R1= penggunaan 3% minyak kelapa sawit dalam ransum, R2= penggunaan 3% minyak ikan dalam ransum, R3= penggunaan 3% minyak jelantah dalam ransum, dan R4= penggunaan 3% minyak babi dalam ransum. Ransum penelitian diberikan pada itik dengan kandungan energi metabolis 2.900Kkal/kg dan protein 18%. Variabel yang diamati adalah bobot potong, berat karkas, persentase karkas, dan persentase potongan karkas yang meliputi dada, paha, betis, sayap, dan punggung. Hasil penelitian menunjukan bahwa bobot potong, berat karkas, persentase karkas, dan persentase potongan karkas tidak dipengaruhi oleh penggunaan minyak kelapa sawit, minyak ikan, minyak jelantah, dan minyak babi dalam ransumse banyak 3% dibandingkan dengan kontrol. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan minyak dosis 3% dalam ransum tidak berpengaruh terhadap bobot potong, berat karkas, persentase karkas, dan persentase potongan karkas itik Bali jantan.

Kata Kunci : itik bali jantan, berat potong, potongan karkas

THE EFFECT OF USING TYPES OF OIL IN THE RATIONS ON THE CARCASS PIECESOF MALE BALI DUCKS

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of using types of oil in rations on carcass pieces of male Bali ducks. This research was conducted in Dajan Peken Village, Tabanan for 10 weeks. The research design used was a completely randomized design (CRD) consisting of 5 treatments and 4 replications and each replication contained 2 male Balinese ducks with a weight range of 223±19.36 g. The treatment consisted of R0 = use of 0% oil in the ration, R1 = use of 3% palm oil in the ration, R2 = use of 3% fish oil in the ration, R3 = use of 3% used


cooking oil in the ration, and R4 = use of 3% pork oil in the ration. The research rations were given to ducks with a metabolic energy content of 2,900 Kcal / kg and 18% protein. The variables observed were cut weight, carcass weight, carcass percentage, and carcass pieces percentage which included breast, thigh, drumstick, wing and back. The results showed that the slaughter weight, carcass weight, carcass percentage, and carcass cut percentage were not influenced by the use of palm oil, fish oil, used cooking oil, and pork oil in the ration by 3% compared to the control. Based on the results of this study it can be concluded that the use of oil with a dose of 3% in the ration has no effect on slaughter weight, carcass weight, carcass percentage, and carcass percentage of male Bali ducks.

Keywords: male bali duck, shlaugtered weight, carcass pieces

PENDAHULUAN

Itik merupakan salah satu ternak unggas yang banyak dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan daging. Seiring dengan perkembangan zaman, permintaan masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani juga semakin meningkat. Kondisi ini mendorong peternak untuk meningkatkan produksi daging, kususnya ternak itik bali jantan. Menurut Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2019) populasi itik di Indonesia pada tahun 2015 tercatat 45.322.000 ekor dan tahun 2019 tercatat 51.950.000 ekor, ini menunjukan peningkatan populasi itik di Indonesia sebesar 12,76%. Kendala utama dalam beternak itik adalah tingginya biaya ransum yang mencapai 60-70% dari seluruh pengeluaran biaya produksi (Karlia et al. 2017). Kualitas ransum yang baik dapat menentukan keberhasilan usaha ternak itik disamping sifat genetik dan manajemen yang diterapkan oleh peternak. Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan ransum unggas adalah kandungan energinya disamping protein sebagai faktor penting dalam pembentukan jaringan tubuh.

Keuntungan dari minyak dalam ransum adalah mempertinggi palatabilitas dan mengurangi hilangnya zat-zat makanan akibat debu. Matheos dan Sell (1980) menyatakan penggunaan lemak dalam ransum mengakibatkan laju aliran makanan di dalam saluran pencernaan menjadi lebih lambat, sehingga penyerapan zat-zat makanan menjadi lebih baik sebagai akibatnya konversi ransum yang dihasilkan lebih rendah (lebih efisien). Minyak kelapa sawit adalah salah satu minyak nabati yang dapat digunakan sebagai bahan pakan sumber energi karena memiliki energi sebesar 8300 kcal/kg (NRC, 1994). Dalam minyak kelapa sawit juga terkandung asam lemak bebas (ALB) sekitar 5% dan karoten atau provitamin E yaitu 800-900 ppm (Liang, 2009). Minyak jelantah adalah sisa minyak goreng setelah digunakan dalam proses memasak berulang kali dan telah mengalami perubahan baik secara fisik atau kimiawi (Fransiska, 2010). Minyak jelantah mengandungan energi metabolis sebesar 7400 kcal/kg (NRC, 1994). Minyak jelantah harus dimurnikan agar dapat mengurangi

sifat karsinogenik atau racun sebelum digunakan sebagai pakan ternak. Menurut Zesti et al. (2007) pemakaian minyak nabati dan minyak jelantah sebanyak 1% dan 2% dalam ransum memberikan pengaruh yang sama terhadap konsumsi ransum dan konversi ransum puyuh petelur masa produksi.

Minyak babi atau lemak babi merupakan bahan dasar makanan yang biasa digunakan sebagai minyak goreng atau sebagai pelengkap masakan seperti layaknya lemak sapi atau kambing, atau sebagai mentega (Taufik et al. 2018). Lemak babi mengandung kalori yang tinggi yaitu 8600 kcal/kg (Scott et al. 1982). Menurut Sanyoto dan Riyanto (2004) suplementasi minyak kelapa dan lemak sapi dalam ransum secara nyata meningkatkan bobot karkas broiler, dan sangat nyata dapat meningkatkan persentase karkas. Minyak ikan merupakan salah satu jenis minyak hewani yang berasal dari limbah pengolahan ikan dan potensial digunakan sebagai bahan pakan karena kandungan energi yang dimiliki sebesar 8400 kcal/kg (NRC, 1994). Rusmana (2008) menyatakan kandungan yang terdapat dalam minyak ikan adalah asam lemak omega-3 Eikosa Pentaenoic Acid (EPA) dan Dokosa Hesaenoat Acid (DHA). Menurut Sukerta et al. (2020) penggunaan 3% dan 6% minyak ikan dalam ransum tidak memiliki dampak negatif dalam penggunaanya sehingga dapat digunakan sebagai sumber energi dalam ransum. Penelitian menggunakan minyak ikan dan minyak kelapa sawit pada broiler terhadap performans pernah dilakukan. Suteky et al. (2006)

menyatakan penambahan minyak bimoli sebesar 3% pertambahan berat badannya lebih rendah bila dibandingkan dengan penambahan minyak ikan lemuru sebesar 3%.

Berdasarkan uraian tersebut penelitian ini bertujuan untuk melihat potongan karkas itik Bali jantan jika diberikan ransum dengan tambahan minyak kelapa sawit, minyak ikan, minyak babi, dan minyak jelantah. Kandungan yang terdapat dalam minyak diharapkan dapat berpengaruh terhadap presentase potongan karkas itik bali jantan.

MATERI DAN METODE

Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kandang milik peternak di Dusun Pande, Desa Dajan Peken, Tabanan, lama Penelitian 10 minggu.

Ternak

Itik yang digunakan dalam penelitian ini adalah itik bali jantan umur 2 minggu berjumlah 40 ekor dengan bobot badan rata-rata 223±19,36 g.

Kandang dan perlengkapan

Kandang yang digunakan adalah kandang postal/litter sebanyak 20 petak. Sekat yang digunakan dari material bambu dengan ukuran kandang yaitu panjang 50 cm, lebar 70 cm, tinggi 60 cm, alas kandang menggunakan sekam sebagai litter. Semua petak kandang terletak dalam sebuah bangunan berukuran 3 m x 5 m. Setiap petak kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum dari tempurung kelapa.

Alat penelitian

Peralatan yang digunkan dalam penelitian ini adalah tempat pakan, tempat air minum, timbangan digital untuk menimbang ransum dan berat badan, plastik lembaran sebagai alas mencampur ransum, dan alat tulis untuk mencatat hasil penelitian. Untuk Komposisi bahan penyusun ransum dan kandungan nutrien ransum tersaji pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Komposisi bahan penyusun ransum

Komposisi ransum (%)

Perlakuan 1)

R0

R1

R2

R3

R4

Jagung kuning

34,5

27,5

25

26,5

26,5

Konsentrat itik

30

27

29,5

29,5

28

Dedak padi

35,5

42,5

42,5

41

42,5

Minyak

0

3,0

3,0

3,0

3,0

TOTAL

100

100

100

100

100

Keterangan:

1) Perlakuan R0: Itik bali jantan yang diberi minyak 0% dalam ransum.

Perlakuan R1: Itik bali jantan yang diberi minyak kelapa s awit 3% dalam ransum.

Perlakuan R2: Itik bali jantan yang diberi minyak ikan 3% dalam ransum.

Perlakuan R3: Itik bali jantan yang diberi minyak jelantah 3% dalam ransum.

Perlakuan R4: Itik bali jantan yang diberi minyak babi 3% dalam ransum.

Tabel 2. Kandungan nutrien ransum penelitian

Kandungan nutrien (%)

Perlakuan1)

Standar2)

R0

R1

R2

R3

R4

ME (Kkal/kg)

2905,15

2904,25

2907,25

2903,30

2902,25

Min 2900

CP (%)

18,12

18,16

18,19

18,13

18,17

Min 18.0

Ca (%)

0,78

0,73

0,64

0,68

0,65

0.80-1.20

P.av (%)

0,45

0,44

0,41

0,43

0,41

Min 0.45

Lemak (%)

4,19

6,61

6,94

6,90

6,93

Min 3.0

CF (%)

3,06

5,84

5,89

5,75

5,84

Mak 5.0

Keterangan:

1) Perlakuan R0: Itik bali jantan yang diberi minyak 0% dalam ransum.

Perlakuan R1: Itik bali jantan yang diberi minyak kelapa s awit 3% dalam ransum.

Perlakuan R2: Itik bali jantan yang diberi minyak ikan 3% dalam ransum.

Perlakuan R3: Itik bali jantan yang diberi minyak jelantah 3% dalam ransum.

Perlakuan R4: Itik bali jantan yang diberi minyak babi 3% dalam ransum

2) Standar nasional Indonesia

Minyak kelapa sawit

Minyak kelapa sawit yang digunakan dalam penelitian ini yaitu produk minyak goreng kelapa sawit komersial, diperoleh di supermarket.

Minyak ikan

Minyak ikan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu produk minyak ikan Cod (Scott's emulsion) komersial diperoleh di apotik atau supermarket.

Minyak jelantah

Minyak jelantah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sisa minyak sawit setelah digunakan dalam proses memasak atau peggorengan. Minyak jelantah harus melalui proses pemurnian terlebih dahulu. Pemurnian minyak jelantah dilakukan dengan cara diendapkan. Pertama masukan minyak jelantah kedalam wadah diamkan selama sehari lalu disaring menggunakan kain

Minyak babi

Minyak babi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu minyak babi yang diperoleh dari penggorengan lemak babi

Rancangan percobaan

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Masing-masing ulangan menggunakan 2 ekor itik sehingga total itik yang dipergunakan adalah 40 ekor. Perlakuan ransum (R) terdiri dari:

R0: penggunaan 0% minyak dalam ransum

R1: penggunaan 3% minyak kelapa sawit dalam ransum

R2: penggunaan 3% minyak ikan dalam ransum

R3: penggunaan 3% minyak jelantah dalam ransum

R4: penggunaan 3% minyak babi dalam ransum

Pengacakan

Sebelum penelitian dimulai, untuk mendapatkan berat badan itik yang homogen, dilakukan penimbangan itik bali jantan umur 2 minggu sebanyak 70 ekor. Itik yang digunakan adalah itik dengan kisaran berat badan rata-rata 223±19,36 g sebanyak 40 ekor. Kemudian itik disebar secara acak pada masing-masing petak kandang yang berjumlah 20 petak dengan masing-masing petak diisi 2 ekor itik bali jantan.

Pencampuran ransum

Pencampuran ransum dilakukan secara manual di atas lembaran plastik. Pencampuran ransum dilakukan dengan menimbang bahan-bahan penyusun ransum sesuai dengan perlakuan. Penimbangan dan pencampuran ransum dilakukan mulai dari bahan pakan yang komposisinya paling banyak hingga paling sedikit. Bahan pakan yang jumlahnya sedikit seperti garam bisa dibesarkan volumenya, begitu juga untuk yang bertekstur cair seperti minyak dicampur dengan dedak padi atau jagung kuning. Selanjutnya dibagi menjadi empat bagian, masing masing bagian diaduk secara merata lalu dianduk secara menyilang dan terakhir aduk semua bagian menjadi satu sampai homogen.

Pemberian ransum dan air minum

Ransum yang digunakan dalam penelitian ini adalah ransum berbetuk mash dengan komposisi yaitu jagung kuning, konsentrat itik, dedak padi dan minyak. Ransum yang telah dicampur dibagi menjadi 1,5 kg/unit kandang. Ransum dan air minum yang di berikan secara ad libitum.

Prosedur pemotongan

Pengambilan sampel dilakukan pada saat itik berumur 10 minggu, semua itik pada masing-masing unit percobaan ditimbang kemudian dicari berat rata-ratanya. Itik yang dipotong sebagai sampel adalah itik yang mendekati bobot badan rata-rata dan jumlah itik yang dipotong sebanyak 20 ekor. Sebelum melakukan pemotongan, itik terlebih dahulu dipuasakan 6-12 jam tetapi air minum tetap diberikan, kemudian ditimbang untuk mendapatkan bobot potong. Itik dipotong pada perbatasan leher dan kepala dengan memotong vena juguralis, arteri karotidae, trakea, dan esophagus (Putra et al. 2015). Kemudian darah ditampung dengan kantung plastik.

Itik yang sudah dipotong dan dipastikan mati kemudian dicelupkan kedalam air panas yang telah berisi sabun dengan suhu berkisar antara 60-700C selama ± 1 menit untuk memudahkan pencabutan bulu. Kemudian dilanjutkan dengan pemisahan bagian-bagian tubuh itik yaitu pengeluaran saluran pencernaan dan organ dalam dengan cara membelah perut, pemotongan kaki, kepala dan leher (non karkas). Selanjutnya dilakukan pemisahan bagian-bagian karkas, pemisahan bagian karkas dimulai dari pemisahan bagian sayap yang dipisahkan pada pangkal persendian Os humerus, kemudian dilanjutkan dengan bagian paha yang dipotong pada sendi Articulation coxae dan Os tabia, untuk memisahkan paha dan betis dilakukan dengan cara memotong sendi Os femur. Pemisahan bagian dada, dan punggung itik didapat dengan cara memotong sepanjang pertautan antara tulang rusuk yang melekat pada

punggung dengan tulang rusuk yang melekat pada dada sampai sendi bahu (Prawira et al. 2019).

Variabel yang diamati

Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi: bobot potong, berat karkas, persentase karkas dan persentase potongan karkas terdiri dari: berat dada, berat paha, berat betis, berat sayap dan berat punggung.

Analisis statistika

Semua data yang diperoleh dari penelitian ini, dianalisis dengan sidik ragam. Apabila terdapat hasil yang berbeda nyata (P<0,05) antara perlakuan maka akan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan’s pada taraf 5% (Steel dan Torrie, 1991).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bobot potong

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot potong itik bali jantan pada penggunaan jenis minyak dalam ransum mendapatkan hasil sebesar 882.00-1.038,00 g (Tabel 3), namun secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05). Hal ini diduga dipengaruhi oleh faktor ransum yang menerapkan iso energi dan iso protein. Kandungan energi dan protein ransum antara perlakuan sama (Tabel 1) sehingga memunjukan hasil yang sama terhadap bobot potong itik bali jantan. Menurut Aisjah et al. (2007) yang menyatakan bahwa energi metabolis yang diberikan sama dalam ransum akan menghasilkan konsumsi ransum yang sama, begitupula dengan kandungan proteinnya. Keuntungan minyak dalam ransum adalah mempertinggi palatabilitas dan mengurangi hilangnya zat-zat makanan akibat berdebu. Penggunaan 3% minyak dalam ransum tidak mempengaruhi palatabilitas dan mengurangi berdebunya ransum, sehingga konsumsi ransum tidak berbeda dengan ransum kontrol. Ransum dengan palatabilitas tinggi akan meningkatkan konsumsi ransum itik sehingga bobot potong yang dihasilkan juga akan tinggi dan sebaliknya.

Tabel 3. Pengaruh penggunaan jenis minyak dalam ransum terhadap potongan karkas

itik bali jantan

Parameter

Perlakuan3)

SEM2)

R0

R1

R2

R3

R4

Bobot Potong (g)

910,00a1)

1.038,00a

905,00a

882.00a

1.019,00a

49,81

Berat Karkas (g)

473,00a

572,00a

472,00a

454,50a

562.00a

32,76

Persentase Karkas (%)

51,95a

55,08a

52,14a

51,35a

55,12a

1,31

Persentase Dada (%)

23,95a

21,30a

20,01a

22,02a

23,65a

2,14

Persentase Paha (%)

10,16a

12,08a

10,45a

12,55a

11,30a

6,32

Persentase Betis (%)

16,94a

15,28a

14,58a

17,07a

15,20a

1,15

Persentase Sayap (%)

19,08a

17,99a

19,33a

17,72a

17,49a

0,68

Persentase Punggung (%)

29,58a

33,27a

35,54a

29,89a

31,62a

1,91

Keterangan:

1) Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama adalah tidak berbeda nyata (P>0,05)

2) Standard Error of The Treatments Means

3) Perlakuan R0: Itik bali jantan yang diberi minyak 0% dalam ransum.

Perlakuan R1: Itik bali jantan yang diberi minyak kelapa sawit 3% dalam ransum.

Perlakuan R2: Itik bali jantan yang diberi minyak ikan 3% dalam ransum.

Perlakuan R3: Itik bali jantan yang diberi minyak jelantah 3% dalam ransum.

Perlakuan R4: Itik bali jantan yang diberi minyak babi 3% dalam ransum

Berat karkas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat karkas itik bali jantan pada penggunaan jenis minyak dalam ransum mendapatkan hasil sebesar 454,50-572,00g (Tabel 3), namun secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05). Hal ini dipengaruhi oleh bobot potong yang tidak berbeda nyata akibat dari konsumsi ransum yang juga tidak berbeda nyata. Menurut Nova et al (2019) bahwa berat karkas yang tidak berbeda nyata disebabkan karena perbedaan yang tidak nyata pula terhadap konsumsi ransum, bobot potong, dan bobot non karkas. Berat karkas berkaitan erat dengan bobot potong, semakin tinggi bobot potong maka produksi karkas semakin meningkat begitu juga sebaliknya. Penggunaan 3% minyak kelapa sawit dalam ransum itik bali jantan menunjukkan nilai berat karkas secara kuantatif yang paling tinggi yaitu 572,00 g dibandingkan dengan perlakuan lainya. Didalam minyak kelapa sawit terkandung asam lemak bebas (ALB) sekitar 5% dan karoten atau pro-vitamin E yaitu 800900 ppm (Liang, 2009). Kandungan karoten atau pro-vitamin E dalam minyak kelapa sawit dapat membantu meningkatkan pertumbuhan dengan meningkatkan konsumsi ransum tenak. Menurut Subekti et al. (2012) kandungan vitamin E didalam CPO (Crude Palm oil) berfungsi sebagai antioksidan untuk mengatasi stress oksidatif dengan menangkal radikal bebas yang dapat menyebaban cytotoxic pada saat ayam mengalami stress panas. Ternak yang mengalami stress karena suhu lingkungan tinggi nafsu makan akan berkurang dan konsumsi air minum akan meningkat sehingga mempengaruhi bobot tubuh ternak.

Persentase karkas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase karkas itik bali jantan pada penggunaan jenis minyak dalam ransum mendapatkan hasil sebesar 51,35-55,12% (Tabel 3), namun secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05). Hal ini disebabkan karena bobot potong dan berat karkas yang juga tidak berbeda nyata. Menurut Sukerta et.al (2020) bahwa penggunaan 0%, 3%, dan 6% minyak ikan pada pakan tidak menunjukan perbedaan nyata terhadap persentase karkas dan potongan komersial karkas broiler. Penggunaan 3% minyak babi dalam ransum, secara kuantatif memiliki rata-rata persentase karkas lebih tinggi dari perlakuan lainnya, meskipun demikian tidak menunjukan perbedaan yang nyata, hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh bagian-bagian yang dibuang yaitu kepala, leher, kaki, bulu, darah, dan jeroan (non karkas) lebih tinggi dari penggunaan 3% minyak babi sehingga menyebabkan perbedaan komposisi tubuh ternak. Ransum dengan kandungan protein tinggi persentase karkas yang dihasilkan akan lebih tinggi dibandingkan dengan itik yang mendapat ransum dengan protein rendah, protein tinggi dalam ransum akan menjamin produksi jaringan - jaringan otot tubuh (daging) yang lebih tinggi pula

Persentase potongan karkas

Penggunaan 0% dan 3% jenis minyak dalam ransum itik bali jantan ternyata belum mampu memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase potongan karkas (dada, paha, betis, sayap, dan punggung). Hal ini diduga karena potongan karkas dipengaruhi oleh bobot potong yang secara tidak langsung mempengaruhi berat karkas dan bagian-bagian karkas. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeparno (1994) bahwa ada hubungan yang erat antara berat karkas dan bagian-bagian karkas dengan bobot potong. Hasil analisis statistik bobot potong dan karkas didapat hasil yang tidak berpengaruh nyata maka hasil tidak jauh bebeda pada bagian-bagian karkasnya. Persentase potongan karkas terbesar pada bagian punggung yaitu sebesar 28,90-35,55% yang berarti masih berada pada kisaran yang diperoleh Pasang (2016) pada penelitiannya yaitu rataan persentase punggung itik lokal berkisar antara 25-30%. Hal ini diduga karena berat tulang yang tinggi pada bagian punggung berpengaruh terhadap berat punggung itik. Menurut Suprianto et al (2019) menyatakan semakin tinggi berat tulang maka berat punggung yang dihasilkan akan semakin tinggi karena berat tulang berkorelasi positif dengan berat punggung. Bagian dada dan paha merupakan bagian yang memiliki perdagingan yang tebal. Hasil penelitian menunjukan persentase dada, paha, betis, dan sayap secara berurutan berkisar antara 19,87-23,95%, 10,16-12,22%, 14,58-16,98%, dan 17,33-19,33% yang berarti masih berada pada kisaran yang diperoleh Randa et al (2002) pada penelitian

yaitu persentase dada, paha, dan sayap pada itik Mandalung masing-masing berkisar antara 18,77-24,87%, 25,56-27,41% dan 14,69-19,15%.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan 3% minyak kelapa sawit, minyak ikan, minyak jelantah dan minyak babi dalam ransum itik bali jantan tidak mempengaruhi bobot potong, berat karkas, persentase karkas, dan persentase potongan karkas

Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini, peternak dapat menggunakan 3% minyak kelapa sawit, minyak ikan, minyak jelantah, dan minyak babi dalam ransum karena biaya pakan yang dikeluarkan lebih murah.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp. S (K) selaku Rektor Universitas Udayana dan Dr. Ir. I Nyoman Tirta Ariana, M.S selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan Pendidikan di Prog Studi Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Udayana.

DAFTAR PUSTAKA

Aisjah, T., R.Wiradimadja dan Abun. 2007. Suplementasi metionin dalam ransum berbasis lokal terhadap imbangan efisiensi protein pada ayam pedaging. Artikel Ilmiah Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Padjajaran, Jatinangor, Bandung.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2019. Produksi Daging Itik Menurut Provinsi Departemen Pertanian. Jakarta.

Fransiska, E. 2010. Karakteristik, Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Ibu Rumah Tangga tentang Penggunaan Minyak Goreng Berulang Kali di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Sunggal Tahun 2010. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Karlia S. Walukow, J. Laihad, Jein Rinny Leke, M. Montong. 2017. Penampilan produksi ayam ras petelur mb 402 yang diberi ransum mengandung minyak limbah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis l). Jurnal Zootek. 37 (1): 123-134

Liang, T. 2009. Seluk Beluk Kelapa Sawit-Bab VIII. Produk dan Standarisasi. PT. Harapan Sawit Lestari, Kab. Ketapang. Kalimantan Barat. 15 hlm.

Matheos, G.G. and J.L. Sell. 1980. Influence of carbohydrate and suplemental fat source on the metabolizable energy of diet. Poult. Sci. 59: 2129-2135.

National Research Council (NRC). 1994. Nutrient Requirement of Poultry, 9thRevised Edition. National Academy Press, Washington DC.

Nova, T. D, Y. Heryandi, dan W. S, Br. Subakti. 2019. Pemberian pakan secara adlibitum dan jadwal persentase pakan siang dan malam terhadap bobot akhir, karkas, lemak abdomen serta ketebalan usus pada ayam petelur jantan. Jurnal Peternakan Indonesia. 21 (3): 205-219.

Pasang, N.A. 2016. Persentase Karkas, Bagian-Bagian Karkas dan Lemak Abdominal Itik Lokal (Anas sp.) yang Diberi Tepung Kunyit (Curcuma domestica Val.) dalam Pakan. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Prawira, I N., I M. Suasta, dan I P.A Astawa. 2019. Pengaruh pemberian probiotik melalui air minum terhadap bobot dan potongan karkas broiler. Jurnal Peternakan Tropika. 7 (3): 958-969. https://ojs.unud.ac.id/index.php/tropika/article/view/53921/31971

Putra, A., Rukmiasih, R. Afnan. 2015. Persentase dan kualitas karkas itik Cihateup-Alabio (CA) pada umur pemotongan yang berbeda. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 03 (1): 27-32.

Randa, S. Y., I. Wahyuni, G. Joseph, H. T. Uhi, Rukmiasih, H. Hafid, dan A. Parakkasi. 2002. Efek pemberian serat tinggi dan vitamin-E terhadap Produksi Karkas dan Non Karkas Itik Mandalung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor. Hal: 261-264.

Rusmana, Denny. 2008. Minyak Ikan Lemuru Sebagai Imunomodulator dan Penambahan Vitamin E untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh Ayam Broiler. Disertasi. Bogor. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Sanyato J.L, dan J. Riyanto. 2004. Pengaruh Minyak Kelapa dan Lemak Sapi Sebagai Sumber Energi Ransum Broiler. Jurusan Peternakan Politeknik Negeri Jember. Surabaya.

Standar Nasional Indonesia. 2018. Pakan Itik Pedaging Penggemukan. Jakarta.

Steel R.D.G., dan Torrie J.H. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Jakarta: PT. Gramedia.

Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Edisi Pertama. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sukerta, I.P.B., I M. Nuriyasa, dan I P. Astawa. 2020. Pengaruh penggunaan minyak ikan pada pakan terhadap potongan komersial karkas broiler. Jurnal Peternakan Tropika. 8 (3): 559-573. https://ojs.unud.ac.id/index.php/tropika/article/view/65526/36909

Suprianto. I.K.E., N W. Siti, dan N M. S. Sukmawati. Pengaruh pemberian probiotik effecktive microorganism-4pada air minum terhadap potongan karkas komersial itik

bali jantan umur 8 minggu. Jurnal Peternakan Tropika. 7  (2):  599-611.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/tropika/article/view/65526/36909

Suteky. T, Y. Fenita, dan Yusnita. 2006. Suplementasi enkapsulasi minyak ikan lemuru (sardinella longiceps) dalam ransum terhadap perfomans ayam broiler. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 1 (1): 1-7.

Taufik, M., D. Ardilla, D.M. Tarigan, M Thamrin, M. Razali, M.I Afritario. 2018. Pemanfaatan minyak jelantah pada burung puyuh AGRINTECH |Jurnal Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian. 1 (2): 2614-121.

Zesti, R., A. Djulardi, dan S.A. Latif 2007. Pengaruh Pemberian Berbagai Minyak Nabati dan Minyak Jelantah yang Dimurnikan dalam Ransum Terhadap Performa Ternak Puyuh Petelur Masa Produksi. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Andalas. Padang.

Pratita, N. P. R., et al., J. Peternakan Tropika Vol. 9 No. 2 Th. 2021: 325-336

Page 336