ISSN 2722-7286

Jurnal

FAPET UNUD


Jurnal


Peternakan Tropika

Journal of Tropical Animal Science

email: jurnaltropika@unud.ac.id

Submitted Date: August 20, 2020

Accepted Date: September 3, 2020


Editor-Reviewer Article;: Eny Puspani & A.A. Pt. Putra Wibawa

ANALISIS HUBUNGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN

MANAJEMEN AGRIBISNIS TERHADAP KEBERHASILAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DI KECAMATAN PAGERWOJO TULUNGAGUNG JAWA TIMUR

Sukma, L. A., N. Suparta, dan G. Suarta

PS. Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali Email: lionarnisukma@student.unud.ac.id Telp. +628997874407

ABSTRAK

Perkembangan terakhir, istilah wirausaha lebih cenderung digunakan, karena lebih universal dalam penerapannya, dan lebih pas dengan konteks gerakan membudayakan kewirausahaan dan membangun manusia wirausaha Indonesia sebanyak-banyaknya, untuk mempercepat keberhasilan usaha. Keberhasilan agribisnis tidak bisa ditentukan oleh peternak sendirian, tetapi merupakan resultante dari hasil sinergi antara usaha ternak dengan perusahaan yang menghasilkan sarana produksi, mengolah atau memasarkan hasil perusahaannya, serta komponen penunjang agribisnis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis hubungan jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis peternak sapi perah terhadap keberhasilan usaha peternakan sapi perah di Kecamatan Pagerwojo Tulungagung Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan simpel random sampling, yaitu suatu cara acak sederhana dengan jumlah responden sebanyak 35 peternak sapi perah. Skala pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala jenjang 1-5 yang digunakan untuk menentukan skor sekelompok orang tentang fenomena tertentu. Penelitian ini menunjukkan bahwa keberhasilan usaha peternakan sapi perah di Kecamatan Pagerwojo Tulungagung berada pada kriteria perhitungan 5% adalah baik dengan menunjukkan sapi betina memiliki selang beranak adalah 15 ± 2,3 bulan dengan jumlah kepemilikan 6 ekor sapi perah per peternak, dimana jumlah produksi susu mencapai 3,46%, jumlah ternak mencapai 3,59%, jumlah kandang mencapai 4,06% dan status perekonomian 2,97%.

Kata kunci: jiwa kewirausahaan, peternakan sapi perah, agribisnis, keberhasilan

ANALYSIS OF RELATIONSHIP BETWEEN ENTREPRENEURIAL THINKING AND AGRIBUSINESS MANAGEMENT IN PAGERWOJO DISTRICT, TULUNGAGUNG, EAST JAVA

ABSTRACT

Recently, the term of entrepreneurship is more used, as it is universal in its application, and fits to the context of cultivating entrepreneurship movement and create more Indonesian entrepreneurial thinkers, to develop successful business. The success of agribusiness cannot be determined by farmers alone, but it is a resultant of the synergy between livestock businesses and companies that produce infrastructures and facilities and of companies in processing and marketing their production, as well as their supporting components of agribusiness. This research aims to study and analyze the relationship between entrepreneurial thinking and agribusiness management of dairy farmers and their successful dairy farmings. This research was carried out in Pagerwojo District, Tulungagung, East Java with 35 dairy farmers as repondents. This research used simple random sampling, a simple random method. The results showed that measurement scale used was 1-5 to determine the score of a group of dairy farmers regarding their entrepreneurial thinking; the success of the dairy cattle businesses in Pagerwojo District, Tulungagung, was 5% that was considered as good, shown by the calving interval was 15 ± 2,3 months and flock size was 6 cattle per household or scoring of 3.59%, while the amount of milk production was 3.46%, the number of housing was 4.06% and the growth status was 2, 97%.

Keywords: entrepreneurial thinking, dairy farming, agribusiness, success

PENDAHULUAN

Keberhasilan pembangunan peternakan sangat ditentukan oleh sumber daya manusia (peternak), sebagai pelaku utama dari kegiatan peternakan itu sendiri, Nurdayati (2006) Pembangunan peternakan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata dalam peningkatan perekonomian bangsa dimasa yang akan datang. Pengembangan berbagai usaha dibidang peternakan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat Indonesia terutama kebutuhan protein hewani, menciptakan lapangan pekerjaan, serta dapat meningkatkan pendapatan masyarakat ( Dananjaya, 2014). Salah satu pilar utama dalam mempercepat tumbuhnya peternakan yang berkualitas adalah dengan melaksanakan kegiatan pendidikan (Penyuluhan). Penyuluhan sebagai bagian dari sistem pendidikan yang sifatnya non formal akan memberikan penguatan kepada para peternak, karena peternak akan memungkinkan untuk berubah perilakunya ke arah yang diharapkan, sehinggga

pengetahuannya akan lebih meningkat, sikapnya akan lebih positif terhadap perubahan dan penerimaan inovasi, dan akan lebih terampil di dalam melaksanakan usaha ternaknya.

Kegiatan penyuluhan merupakan proses pembelajaran, maka keberhasilannya akan sangat bergantung kepada sejauh mana proses pembelajaran tersebut dapat berlangsung dengan sebaik-baiknya ( Antara, 2006). Penyuluh diberi tanggung jawab melaksanakan kegiatan pembelajaran pada peternak. Hal ini dikarenakan penyuluh harus menumbuhkan motivasi pada peternak untuk mau dan terlibat didalam kegiatan penyuluhan. Para pelaku agribisnis skala kecil dan menengah seringkali menghadapi banyak hambatan dalam mengembangkan agribisnisnya. Berbagai faktor yang mempengaruhinya antara lain terletak pada kemampuan berwirausaha dan penerapan manajemen. Agar setiap aktivitas mencapai keberhasilan, maka memerlukan penerapan unsur-unsur manajemen. Pada umumnya prinsip dan pengetahuan manajemen sama untuk semua bisnis, namun yang membedakannya terletak pada seni menggunakan prinsip dasar manajemen untuk menjalankan bisnis Downey dan Erickson (1992). Penerapan jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak sapi perah desa Pagerwojo Tulungagung jawa timur. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk dan banyaknya pengangguran merupakan masalah klasik di negara berkembang termasuk di Indonesia, jumlah penganggurannya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan (Rofiah, 2019). Kurangnya penerapan jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis di setiap usaha peternakan dapat menyebabkan tidak tercapainya keberhasilan dalam program usaha peternakan sapi perah.

Managemen dibutuhkan dalam agribisnis sebagai sarana untuk membentuk perencanaan agribisnis yang terstruktur dan terorganisasi dengan baik. Melalui pengertian manajemen agribisnis tersebut, dapat dipahami bahwa perencanaan sangat vital dalam bisnis peternakan mengingat sifatnya yang penuh ketidakpastian dan rentan risiko kerugian. Sedangkan, kegiatan agribisnis yang dimaksud meliputi kegiatan penyediaan sarana maupun prasarana produksi, proses produksi, pengolahan produk primer dan pemasaran produk (Suparta N, 2003). Dalam rangka mendorong tumbuhnya peternak yang berdaya, khususnya pada peternak sapi perah sehingga akan lebih banyak peternak yang mengarah sebagai peternak sapi perah yang professional, maka dibutuhkan penyuluh yang dapat memfasilitasi kegiatan pembelajaran yang optimal. Hasil belajar peternak dapat terlihat dari tingkat penguasaan dan aspek management usaha. Peran penyuluh dalam memfasilitasi kegiatan pembelajaran peternak dapat dilihat dalam perannya sebagai pendidik dan fasilitator.

Dengan penelitian ini diharapkan dapat membantu mengungkap sisi-sisi kekurangan dari penyuluh sehingga dapat menjadi pintu masuk untuk perbaikan peran penyuluh yang semestinya. Upaya yang dapat dilakukan untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dicirikan oleh keragaan antara lain: Produktif, inovatif dan kompetitif melalui tercukupinya asupan makanan yang bergizi. Salah satu sumber protein hewani asal ternak adalah susu. Hingga akhir tahun 2005, pemenuhan kebutuhan susu di Indonesia berasal dari produksi dalam negeri dan impor dari negara-negara lain seperti selandia baru dan Australia. Padahal Indonesia memiliki ternak sapi perah yang memiliki potensi untuk dikembangkan guna mencukupi kebutuhan susu sapi dalam negeri. Kurangnya pasokan susu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat disebabkan oleh terbatasnya populasi sapi perah yang ada di Indonesia. Penyebab lainnya adalah produktifitas sumberdaya manusia pengelola peternakan masih rendah sehingga produktivitas sapi perah belum optimal.

Produksi susu sapi perah jenis Peranakan Fries Holland (PFH) yang diternakkan di Indonesia menghasilkan 13-15 liter susu per ekor perhari, sedangkan dibeberapa negara tetangga sudah mencapai 20 liter per ekor per hari sudono (2002). Indikator lainnya adalah tingkat kesehatan dan kebersihan sapi yang kurang mendapatkan perhatian sehingga kualitas susu yang dihasilkan belum optimal. Tingkat keinovatifan peternak untuk menghasilkan produk-produk makanan olahan berbahan dasar susu dan mempunyai harga jual tinggi belum tergali secara maksimal. Demikian juga penanganan limbah sapi belum dilakukan secara baik hingga sering menimbulkan bau dan mencemari lingkungan di sekitar peternakan. Membuat usaha peternakan sapi perah rakyat menjadi sebuah industri peternakan memerlukan peternak-peternak yang memiliki kompetensi berwirausaha. Kompetensi merupakan bagian dari perilaku individu yang mempengaruhi cara berfikir dan bertindak, membuat generalisasi terhadap situasi yang dihadapi, serta bertahan cukup lama dalam diri manusia (Spencer, 1993).

Istilah kewirausahaan dapat diartikan sebagai sikap dan perilaku mandiri yang mampu memadukan unsur cipta, rasa, dan karsa serta karya atau mampu menggabungkan unsur kreativitas, tantangan, kerja keras, dan kepuasan untuk mencapai prestasi maksimal sehingga dapat memberikan nilai tambah maksimal terhadap jasa, barang maupun pelayanan yang dihasilkan dengan mengindahkan sendi-sendi kehidupan masyarakat Acha, N.P (1987).

MATERI DAN METODE

Desain Penelitian

Dalam hal ini, Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triagulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2009).

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dan Waktu Penelitian penyuluhan Sapi Perah dilaksanakan di lingkungan Kecamatan pagerwojo Kabupaten Tulungagung. Penelitian dan pengambilan data dilakukan di Kecamatan Pagerwojo, Kab.Tulungagung dan berlangsung sekitar empat minggu (satu bulan). Terhitung dari tanggal 20 Februari 2020 sampai 20 Maret 2020.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan diambil dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualititatif, serta sumber data dari penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder. Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung sebagai variabel angka atau bilangan.

Populasi, dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan peternak dari variabel yang menyangkut masalah yang diteliti (Nursalam. 2003). Di Kecamatan Pagerwojo Tulungagung Jawa Timur terdapat sekitar 175 populasi peternak sapi perah dengan jumlah pemeliharaan empat sampai delapan ekor setiap peternak. Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan simpel random sampling, yaitu suatu cara acak sederhana. Dari hasil perhitungan ini dapat diperkirakan jumlah sampel untuk penelitian yaitu sebanyak 35 peternak sapi perah.

Variabel Yang Diamati

Beberapa variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah :

  • 1.    Karateristik responden dalam hal ini adalah Umur, Pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lama beternak dan jumlah ternak yang dimiliki.

  • 2.    Jiwa kewirausahaan peternak sapi perah.

  • 3.    Manajemen agribisnis peternak sapi perah.

  • 4.    Hubungan jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis terhadap keberhasilan usaha peternakan sapi perah.

Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat bantu yang dipergunakan oleh peneliti dalam mengukur fenomena alam serta sosial yang sesuai cariabel penelitian. Dapatlah disimpulkan bahwa instrument penelitian adalah metode penelitian yang dilakukan untuk mengukur dan mengambil data primer (Sugiyono, 2009).

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data berupa suatu pernyataan tentang sifat, keadaan, kegiatan tertentu dan sejenisnya. Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan suatu informasi yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik wawancara dan observasi, sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan dokumentasi.

Variabel, Indikator dan Cara Pengukuran

Beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi perubahan pada variabel terikat atau yang menyebabkan terjadinya variasi bagi variabel terikat. Apabila variabel bebas berubah, maka variabel terikat juga akan berubah. Variabel bebas merupakan variabel yang faktornya diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi.serta ada dua contoh variabel bebas yaitu: Kewirausahaan dan Manajemen Agribisnis.

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau terpengaruh oleh variabel bebas. Contoh variabel terikat adalah Keberhasilan Usaha Peternakan Sapi Perah di Kecamatan Pagerwojo, Tulungagung, Jawa Timur. Setiap variabel diukur menggunakan nilai atau skor, yaitu antara 1 – 5. Perolehan skor disajikan dalam bentuk (%) berdasarkan jumlah skor maksimum ideal.

Teknik Analisis Data

Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data dari setiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab masalah , dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2013). Untuk menguji hipotesis disini menggunakan analisis deskriptif dan dibantu dengan analisis korelasi parsial (Sugiyono, 2013).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ada beberapa indikator hasil penelitian yang akan diuraikan berikut yaitu : Karakteristik responden serta hubungan jiwa kewirausahaan, manajemen agribisnis dan keberhasilan usaha peternakan sapi perah di Kecamatan Pagerwojo Tulungagung Jawa Timur.

Karateristik Peternak

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jiwa kewirausahaan dan manajemen agribisnis di Kecamatan Pagerwojo memiliki hubungan yang sangat nyata terhadap keberhasilan usaha peternakan sapi perah. Karakteristik responden dari peternak sapi perah di Kecamatan Pagerwojo Tulungagung Jawa Timur yang akan diuraikan dalam hasil penelitian ini yaitu : Umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lama beternak dan jumlah ternak yang dimiliki.

Umur

Struktur umur merupakan salah satu ciri kependudukan Indonesia adalah komposisi penduduk, dimana penduduk Indonesia lebih dari 40% berusia muda yaitu pada kelompok umur di bawah 15 tahun, kurang lebih dari 5% berusia lebih tua 65 tahun, sehingga jumlah yang bekerja relatif sedikit, sehingga angka ketergantungan tetap pada tempat yang lebih tinggi (Irawan, 2006). Tenaga kerja yang usianya sudah lanjut ( > 60 tahun) kemampuan dalam beradaptasinya menurun karena adanya penurunan fungsi organ di dalam tubuhnya (Roestam, 2003).

Adapun kriteria umur yang masuk dalam kelompok ternak di Kecamatan Pagerwojo dapat peneliti uraiakan dalam Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur (Tahun)

No.

Klasifikasi Umur (Tahun)

Kategori

Orang

%

1

20 – 30

Masa Remaja

8

22,85

2

30 – 40

Masa Dewasa

15

42,85

3

40 – 50

Masa Produktif

12

34,28

4

50 – 60

Masa Mapan

0

0

5

60 – 70

Masa Tua

0

0

Jumlah

35

100

Tingkat Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (11) dan Ayat (13). Tadjuddin (1995), berpendapat bahwa pendidikan dipandang tidak hanya dapat menambah pengetahuan tetapi dapat juga meningkatkan keterampilan (keahlian) tenaga kerja, pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas. Untuk lebih jelasnya tingkat pendidikan formal dalam penelitian kelompok ternak sapi perah ini dapat peneliti uraikan pada tabel 2 berikut :

Tabel 2. Distribusi Tingkat Pendidikan Formal (Tahun)

No.

Klasifikasi Pendidikan (Formal)

Lama Pendidikan (Tahun)

Jumlah (Orang)

%

1

Tidak sekolah/kursus

1 – 6

3

8,57

2

SD

7 – 12

1

2,86

3

SLTP

13 – 15

7

20,00

4

SLTA

15 – 18

17

48,57

5

SARJANA

18 - 22

7

20,00

Jumlah

35

100

Tingkat Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara berjenjang dan terstruktur (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Menurut Brembeck (1976), pendidikan non formal berkaitan dengan kegiatan-kegiatan belajar yang terjadi diluar sistem pendidikan yang diorganisasi secara formal untuk mendidik ke arah tujuan-tujuan khusus di bawah sponsorship, baik orang, Sukma, L.A., et al., J. Peternakan Tropika Vol. 8 No. 3 Th. 2020: 502–515 Page 509

kelompok, maupun organisasi. Untuk lebih jelasnya peternak yang mengikuti pendidikan dapat peneliti uraikan dalam tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Tingkat Pendidikan Non Formal (Orang)

No

Klasifikasi Pendidikan (Non Formal)

Jumlah (Orang)

%

1

YA

29

82,86%

2

TIDAK

6

17,14%

Jumlah

35

100

Jumlah Tanggungan Keluarga

Dari 35 responden (100%) disebutkan bahwa sebagian besar ada 18 responden (51,43%) memiliki jumlah tanggungan 4-5 orang. Menurut Ridwan Halim (1990), Jumlah tanggungan adalah banyaknya jumlah jiwa (anggota rumah tangga) yang masih menempati atau menghuni satu rumah dengan kepala rumah tangga, serta masih menjadi beban tanggungan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk lebih jelasnya jumlah tanggungan keluarga dapat peneliti uraikan dalam tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Jumlah Tanggungan Keluarga

No

Klasifikasi Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah Tanggungan (Orang)

%

1

0-1

0

0 %

2

2-3

11

31,43 %

3

4-5

18

51,43 %

4

6-7

6

17,14 %

5

>7-8

0

0 %

Jumlah

35

100 %

Lama Beternak

Dari 35 responden (100%) disebutkan bahwa sebagian besar ada 11 responden (31,42%)beternak selama lima tahun. Masa kerja juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja karena semakin lama masa kerja, tenaga kerja semakin berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaannya (Muflichatun, 2006). Adapun pengalaman beternak sapi perah dapat dilihat pada tabel 5 berikut :

Tabel 5. Distribusi Tahun Lama Beternak

No     Tahun Mulai

Beternak

Jumlah

Lama Beternak    Responden         %

(Orang)

1    2016 – 2020

2   2015 – 2020

3    2014 – 2020

4   2013 – 2020

5   2012 – 2020

4 Tahun           5             14,28

5 Tahun            11             31,43

6 Tahun            5             14,28

7 Tahun           10            28,57

8 Tahun           4             11,44

Jumlah

35              100

Jumlah Kepemilikan Ternak

Dari 35 responden (100%) disebutkan sebagian besar ada 16 responden ( 45,71%) memiliki 5-6 sapi perah. Jarak kehamilan kembali setelah melahirkan rata-rata 13 bulan baik beranak pertama kedua ataupun ketiga. Peternak yang memiliki ternak lebih banyak akan memiliki motivasi yang lebih dibandingkan dengan peternak yang memiliki ternak lebih sedikit. Hal ini dikarenakan peternak yang memiliki ternak lebih sedikit masih sulit untuk menerima suatu inovasi, Hal ini sesuai dengan pendapat (Mardikanto, 2009). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Jumlah Kepemilikan Ternak

No  Jumlah Kepemilikan Ternak

(Sapi Perah) / Ekor

Jumlah Responden              %

(Orang)

1                  1 – 2

2              3 – 4

3               5 – 6

4              7 – 8

5                >8-9

0                        0

4                        11,43

16                       45,71

15                      42,86

0                        0,00

Jumlah

35                      100

Jiwa Kewirausahaan

Menurut suryana (2003), Jiwa kewirausahaan adalah orang yang percaya diri (yakin, optimis dan penuh komitmen), berinisiatif (energik dan percaya diri), memiliki motif berperstasi (berorientasi hasil dan berwawasan ke depan), memiliki jiwa kepemimpinan (berani tampil berbeda), dan berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan. Dalam bab hasil penelitian ini akan di distribusikan beberapa indikator dari jiwa kewirausahaan yaitu : niat yang kuat, berani memulai usaha, tekun, ulet, kerja keras, kepribadian produktif, mau belajar dan pandai berkomunikasi.

Tabel 7. Jumlah Nilai Keseluruhan Jiwa Kewirausahaan

No

INDIKATOR JIWA KEWIRAUSAHAAN

NILAI (100)

1

Niat Yang Kuat

19

2

Berani Memulai Usaha

12

3

Tekun

12

4

Ulet

7

5

Kerja Keras

12

6

Kepribadian Produktif

7

7

Mau Belajar

8

8

Pandai Berkomunikasi

10

JUMLAH

87

Berdasarkan perhitungan dari nilai keseluruhan pada indikator jiwa kewirausahaan, di dapatkan jumlah nilai 87. Nilai tertinggi dari jiwa kewirausahan berada pada indikator niat yang kuat (19). Perhitungan nilai keseluruhan ini diambil dari jumlah reponden yang memiliki kriteria sangat baik pada setiap indikator jiwa kewirausahaan. Demikian dapat dipastikan bahwa jiwa kewirausahaan di Kecamatan Pagerwojo Tulungagung Jawa Timur berada pada kriteria baik (Tabel 7).

Manajemen Agribisnis

Menurut Downey dan Ericson (1992), Agribisnis meliputi keseluruhan kegiatan manajemen bisnis mulai dari perusahaan yang menghasilkan sarana produksi untuk usahatani, proses produksi pertanian, serta perusahaan yang menangani pengolahan, pengangkutan, penyebaran, penjualan secara borongan maupun penjualan eceran produk kepada konsumen akhir.

Tabel 8. Nilai Keseluruhan Manajemen Agribisnis

No

INDIKATOR AGRIBISNIS

NILAI (100)

1

Manajemen Produksi

13

2

Manajemen SDM

17

3

Manajemen Pengolahan

32

4

Manajemen Pemasaran

30

JUMLAH

92

Berdasarkan perhitungan dari nilai keseluruhan pada indikator manajemen Agribisnis, di dapatkan jumlah nilai 92. Nilai tertinggi dari manajemen Agribisnis berada pada indikator manajemen pengolahan (32) (Tabel 8).

Keberhasilan Usaha

Berdasarkan perhitungan dari nilai keseluruhan pada indikator keberhasilan usaha, di dapatkan jumlah nilai 88 dari 100. Nilai tertinggi dari keberhasilan usaha berada pada indikator jumlah produksi (26) (Tabel 9).

Tabel 9. Nilai Keseluruhan Keberhasilan Usaha

No

INDIKATOR KEBERHASILAN

NILAI (100)

1

Jumlah Produksi

26

2

Jumlah Ternak

21

3

Jumlah Kandang

22

4

Status Perekonomian

19

JUMLAH

88

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

  • 1.    Jiwa kewirausahaan peternak sapi perah di Kecamatan Pagerwojo tergolong baik.

  • 2.    Manajemen agribisnis peternak sapi perah di Kecamatan Pagerwojo tergolong pada kategori sangat baik.

  • 3. Terdapat hubungan yang sangat nyata antara jiwa kewirausahaan, manajemen agribisnis dengan keberhasilan usaha sapi perah di Kecamatan Pagerwojo.

Saran

Hal yang dapat disarankan adalah pemerintah hendaknya dapat meningkatkan upaya penyuluhan untuk bisa mengoptimalkan fungsi beberapa indikator dari tiga variabel penting yang harusnya dimiliki peternak, yakni jiwa kewirausahaan, manjemen agribisnis keberhasilan usaha. Dengan pengoptimalan penyuluhan mungkin tiga variabel tersebut dapat lebih dilibatkan serta akan membantu dalam meningkatan status perekonomian dan kesejahteraan peternak sapi perah di Kecamatan Pagerwojo Tulungagung Jawa Timur.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S (K), Dekan Fakultas Peternakan bapak Dr. Ir I Nyoman Tirta Ariana, MS., Koordinator Program Studi Sarjana Peternakan Dr. Ir. Ni Wayan Siti, M.S, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana.

DAFTAR PUSTAKA

IGAN. Dananjaya, N. Suparta, I. G. Setiawan. AP. 2014. Pengaruh Jiwa Kewirausahaan dan Manajemen Agribisnis terhadap Keberhasilann Gapoktan Tabanan. Jurnal Manajemen Agribisnis Vol. 2, No. 2, Oktober 2014: 2355-0759. Universitas

Udayana, Program Pascasarjana. Denpasar.

Downey. 1992. Manajemen Agribisnis (terjemahan). Penerbit Erlangga. Jakarta.

Halim, R. 1990. Hak Milik, Kondominium, Rumah Susun, Puncak Karma. Jurnal sendi-sendi sosiologi. Vol. 8 No. 2: 2017 Jakarta.

Mardikanto, T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Jurnal Penyuluh Pertanian Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Pekanbaru.

Muflichatun. 2006. Hubungan Antara Tekanan Panas, Denyut Nadi Dan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Pandai Besi Paguyuban Wesi Aji Donorejo Batang. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang. (Skripsi).

Nurdayati. 2006. Pengaruh berbagai Metode penyuluhan pertanian terhadap efektivitas penyuluhan. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 15 (2), 78-82, 2010 Fakultas Pertanian UNISMA. Malang.

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.

Roestam, A.W. 2003. Pelatihan Aplikasi Ergonomi untuk Produktivitas, Ilmu Kedokteran Komunitas. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Rofiah, A. C., B. R. T. Putri., N. W. T. Inggriati. 2019. Analisis Jiwa Wirausaha Mahasiswa di Universitas Udayana. Jurnal Peternakan Tropika. Vol. 7 No.2 Th. 2019: 570-586

Spencer, 1993. Competence at Work: Models for Superior Performance. John Wiley and Sons Inc. New York

Sudono, A. 2002. Budidaya Sapi Perah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Jurnal Tourism and Hospitality Essential (THE), Vol. 7 No. 2, 2017. Institut Pertanian Bogor.

Sugiyono . 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung

Suparta, N. 2003. Penyuluhan Sistem Agribisnis Suatu Pendekatan Holistik. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian. Vol. 2 Jilid. 3 Th. 2003: 43874. Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar.

Suryana. 2003. Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan Pangan. FE UGM. Yogyakarta. (Skripsi)

Suryana. 2011. Kewirausahaan Pedoman Praktis Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta. (Skripsi)

Tadjuddin, N. 1995. Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja, dan Kemiskinan. PT. Tiara Wacana. Yogyakarta:

Sukma, L.A., et al., J. Peternakan Tropika Vol. 8 No. 3 Th. 2020: 502–515

Page 515