e-journal

FAPET UNUD


e-Journal


Peternakan Tropika

Journal of Tropical Animal Science

email: [email protected]

Submitted Date: March 11, 2020

Accepted Date: March 20, 2020


Editor-Reviewer Article;: A.A.Pt. Putra Wibawa & I Md Mudita

STUDI PERBANDINGAN PENAMPILAN BABI LANDRACE PERSILANGANYANGDIPELIHARA SECARA INTENSIF DAN BABI LANDRACE PERSILANGAN YANGDIPELIHARA DI AREA TPA SUWUNG DENPASAR

Sugama I N. L. B., I N. T. Ariana dan A. A Oka

Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana e-mail: [email protected] Hp. 087854806155

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan pemeliharaan dengan pemberian pemberian pakan komersial dan pemberian pakan berbasis sampah terhadap penampilan produksi babi Landrace persilangan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua perlakuan, yaitu kelompok babi denganpemberian pakan komersial (BK) dan kelompok babi dengan pemberian pakan berbasis sampah (BS). Variabel yang diamati adalah penampilan produksi seperti : Berat badan akhir, Tambahan berat badah harian (PBB), panjang badan, tinggi badan, lingkar dada, lebar pinggul, dan lebar pantat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pemberian pakan komersial didapatkan berat badan akhir 3,4% (P<0,05) lebih tinggi jika dibandingkan dengan babi yang diberi pakan berbasis sampah. Hal tersebut diikuti dengan didapatkan PBB dan lingkar dada yang masing-masing 7,2% dan 5,0% lebih tinggi pada kelompok babi yang diberi pakan komersial. Untuk variabel lainnya ditemukan hasil yang hampir sama (P>0,05). Kesimpulan penelitian ini, bahwa dengan pemberian pakan komersial didapatkan penampilan babi landrace lebih baik (berat badan akhir, PBB, dan lingkar dada).

Kata kunci: Pakan berbasis sampah, penampilan, babi landrace

COMPARATIVE STUDY OF PIG LANDRACE PERFORMANCE ON INTENSIVE MANAGEMENT AND LANDRACE PIG MAINTENANCE ON WASTE DISPOSSAL AREA, SUWUNG DENPASAR

ABSTRACT

The study aimed to determine the effect of differences in maintenance with the provision of commercial feeding and waste-based feeding on Landrace pigs crossbreeding. The study used a Completely Randomized Design (CRD) with two treatments, namely the pig group with commercial feeding (BK) and the pig group with a waste-based feeding (BS). The variables observed were performance of production such as: final body weight, Avereage daily gaint (ADG), body length, height, chest gerth, hip width, and ham width. The results showed that with commercial feeding, the final body weight was 3.4% (P <0.05) higher than that of pigs which were treated with waste-based feed. This was followed by obtaining ADG and chest


gerth, each of which was 7.2% and 5.0% higher in the group of pigs that were given commercial feed.For other variables found almost the same results (P> 0.05). The conclusion of this study, that with commercial feeding obtained better appearance of landrace pigs (final body weight, ADG, and chest gearth).

Keywords: Waste-based feed, appearance, landrace pig

PENDAHULUAN

Latar belakang

Babi adalah ternak monogastrik dan prolifik (banyak anak tiap kelahiran), pertumbuhannya cepat, dalam umur enam bulan sudah dapat dipasarkan, selain itu babi merupakan salah satu ternak penghasil daging yang perkembangannya sangat cepat, mempunyai berbagai keunggulan dibandingkan dengan ternak lain dan ternak babi efisien dalam mengkonversi berbagai sisa pertanian, rumah tangga, restoran, dan hotel menjadi daging oleh sebab itu memerlukan pakan yang mempunyai protein, energi, mineral, dan vitamin yang tinggi (Sihombing, 2006).

Peternakan babi merupakan subsektor yang strategis dan penting dalam bidang perekonomian masyarakat di Bali. Peranan ini dapat dilihat dari fungsi produk peternakan babi sebagai penyedia protein hewani dan juga sebagai sarana keagamaan bagi masyarakat di Bali. Usaha peternakan babi di Bali memiliki prospek yang cukup baik mengingat kesejahteraan masyarakat yang semakin meningkat, jumlah penduduk yang semakin bertambah, dan timbulnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani mengakibatkan meningkatnya kebutuhan protein hewani oleh masyarakat itu sendiri.

Usaha peternakan babi di Indonesia telah lama dikenal masyarakat. Usaha ini dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi pemiliknya maka perlu diperhatikan beberapa hal yang menyangkut manajemen pemeliharaan ternak babi. Melalui pengamatan dan penelitian yang cukup panjang dalam kehidupan manusia, ternyata babi merupakan hewan yang memenuhi syarat dapat cepat berkembang biak dan dapat menghasilkan daging yang lebih dari memadai bila dikelola secara baik berdasarkan tata laksana peternakan yang mapan, sesuai dengan perkembangan ilmu beternak hasil pengalaman dan penelitian yang telah berjalan ribuan tahun. Keunggulan babi sebagai ternak potong untuk penyediaan daging bagi masyarakat telah diakui di seluruh dunia.

Peternakan babi adalah usaha budidaya babi untuk mendapatkan dagingnya. Babi bisa diternakan secara bebas, dipelihara disekitar ladang, didalam kandang tradisional, hingga didalam peternakan modern. Kandang babi tradisional umumnya tinggal sedikit dan saat ini

babi lebih banyak diternakan secara intensif. Saat ini sebagian besar peternak babi skala besar memelihara lebih dari lima ribu ekor didalam bangunan kandang dan seratus juta ekor babi disembelih setiap tahunnya disetiap negara untuk menunjang kebutuhan daging dan protein hewani.

Di area tempat pembuangan sampah kota Denpasar (TPA Suwung) ditemukan ternak babi Landrace persilangan dengan jumlah ratusan ekor yang dipelihara oleh masyarakat. Secara kasat mata (tampak luar) dari ternak babi tersebut cukup baik karena diberikan pakan berbasis sampah kota yang terdiri dari sisa–sisa rumah makan, warung makan, hotel, dan sisa–sisa makanan lainya yang ada ditempat pembuangan sampah. Masyarakat belum banyak mengetahui tentang pentingnya indikator penampilan luar (tilik) sebagai respon produksi yang disebabkan oleh pakan atau menejemen lingkungan untuk itu dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik bahan pakan berbasis sampah kota dan pengaruhnya terhadap penampilan babi Landrace persilangan (berat akhir, pertambahan berat badan harian, tinggi badan, panjang badan, lingkar dada).

MATERI DAN METODE

Materi penelitian

Babi

Babi yang digunakan dalam penelitian ini adalah babi jantan kastrasi Landrace persilanganyang dipelihara secara intensif dan diberi pakan komersial dijalan Trengguli Penatih Denpasar sebanyak 12 ekor dengan berat badan 50 ± 0,54kg dan babi Landrace persilangan jantan kastrasi yang dipelihara di area TPA Suwung Denpasar dan diberi pakan berbasis sampah kota Denpasar sebanyak 12 ekor dengan berat badan kurang lebih 50 ± 0,54 kg. Jumlah babi yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 24 ekor. Penentuan babi sebagai materi penelitian secara proposif sampleing dengan rataan berat yang sama (50 ± 0,54 kg) dengan harapan bisa mewakili populasi ternak babi yang dipelihara di area TPA Suwung Denpasar.

Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: timbangan duduk type CB, merk Cahaya Adil, dengan kapasitas300 kg dengan kepekaan/ketelitian 200 gram. Tongkat

ukur yang digunakan dalam penelitan ini adalah tongkat ukur dengan merk X-Sago. Dalam penelitian ini juga menggunakan alat ukur berupa pita ukur serta alat tulis.

Pakan komersial

Pakan komersial yang dimaksud adalah pakan pada umumnya yang biasa diberikan pada ternak babi yang dipelihara secara intensif, dalam penelitian ini menggunakan pakan beragam yaitu dedak padi, tepung jagung, dan pakan komersial CP551produksi PT. Charoen Porphand.

Tabel 1.Komposisi bahan pakan komersial ternak babi

Bahan

P

Tepung jagung (%)

30

CP551 (%)

20

Dedak padi (%)

49

Pig Mineral (%)

1

Total (%)

100

Pakan berbasis sampah kota

Pakan berbasis sampah kota yang diperoleh dari areal TPA Suwung Denpasar, sampah tersebut berasal dari seluruh daerah di kota Denpasar yang dikumpul menjadi satu di TPA, kemudian peternak memilah limbah tersebut yang bisa dikonsumsi ternak dan tidak dapat dikonsumsi, jenis pakan yang didapat setelah dipisah-pisah adalah, sayuran hijau, nasi, buah-buahan, roti, sosis, telor, kulit telor, tahu, kacang, dan jajan sisa.

Tabel 2. Kandungan nutrien ransum ternak babi

Komposisi nutrient

Pakan TPA

Pakan Komersial

Standar*

Protein kasar (%)

29,58

13,00

13,00

Serat kasar (%)

8,77

8,00

7,00

Lemak kasar (%)

24,42

9,00

8,00

Kadar abu (%)

9,37

-

8,00

Kalsium (%)

-

0,40

0,80

Fosfor (%)

-

0,31

0,40

Gross energi (kkal/kg)

4134

-

-

Energi metabolis (kkal/kg)

-

2822

3000

Keterangan:

Bahan Pakan TPA Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas

Peternakan, Universitas Udayana, 2017

Metode penelitian

Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan (30 Januari sampai 30 April 2018) yang bertempat diJalan Trengguli Desa Penatih Kecamatan Denpasar Timur dan kandang babi di areal TPA Suwung Denpasar.

Rancangan penelitian

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 perlakuan. Kedua perlakuan yang digunakan yaitu: 12 ekor ternak babi dipelihara secara intensif dan diberi pakan komersial dengan bobot badan kurang lebih 50 ± 0,54 kg (BK) dan 12 ekor ternak yang dipelihara di areal TPA Suwung Denpasar dan diberikan pakan berbasis sampah kota Denpasar dengan bobot badan kurang lebih 50 ± 0,54 kg (BS).

Variabel yang diamati

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah dimensi tubuh luar babi menurut (Djagra, 2001) meliputi:

  • 1.    Berat Badan Akhir

Berat badan akhir merupakan berat badan yang diperoleh pada akhir penelitian, yang diperoleh dengan cara menimbang babi pada hari terakhir dilakukannya penelitian.

  • 2.    Pertambahan Berat Badan Harian (PBB)

PBB = Berat Badan Akhir – Berat Badan Awal

Lama Penelitia

  • 3.    Panjang Badan Babi

Pengukuran panjang badan dilakukan ketika ternak babi dalam posisi berdiri tegak, dengan posisi keempat kaki sejajar. Hal tersebut bertujuan untuk memperoleh hasil pengukuran yang akurat. Pengukuran panjang badan dilakukan pada garis sejajar dimulai dari tulang duduk dan atau pada pangkal ekor sampai benjolan bahu. Untuk mempermudah proses pengukuran panjang badan, dapat dilakukan dengan menggunakan pita ukur.

  • 4.    Tinggi Badan Babi

Pengukuran tinggi badan dilakukan ketika ternak babi dalam posisi berdiri tegak, dengan posisi keempat kaki sejajar. Pengukuran tinggi badan dilakukan menggunakan pita ukur, diukur dari lantai kandang sampai bahu.

  • 5.    Lingkar Dada Babi

Pengukuran lingkar dada dilakukan ketika ternak babi dalam posisi berdiri tegak, dengan posisi keempat kaki sejajar. Lingkar dada diukur dengan cara melingkarkan pita ukur mulai dari titik tertinggi bahu melewati tulang rusuk tepat dibelakang siku kaki depan dan kembali lagi ketitik awal.

  • 6.    Lebar Pinggul Babi

Pengukuran lebar pinggul dilakukan pada titik tulang duduk dari kanan kekiri atau sebaliknya dengan menggunakan tongkat ukur. Pengukuran lebar pinggul dilakukan ketika ternak babi dalam posisi berdiri tegak. Setelah dilakukan pengukuran, tahan tuas yang berada pada tongkat ukur agar angka yang ditunjuk tidak berpindah posisi dan data yang diperoleh akurat. Selanjutnya angka yang terdapat pada tongkat ukur dibaca berdasarkan angka yang ditunjuk oleh tuas yang terdapat pada tongkat ukur tersebut.

Analisa statistika

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Two Independent Sample T – Test (Steel and Torrie, 1989). Dengan menggunakan bantuan program SPSS 20.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan hasil peneltian tentang penampilan produksi tubuh luar babi Landrace persilagan yang dipelihara secara intensif dan diberi pakan komersial, dibandingkan dengan babi yang diberi pakan berbasis sampah dan dipelihara di areal TPA Suwung Denpasar, secara rinci ditampilkan dalam Tabel 3.

Tabel 3 Perbedaan Penampilan Produksi Tubuh Luar Babi Landrace Persilangan Yang Dipelihara Secara Intensif dan diberi pakan komersial, Dibandingkan Dengan Babi Yang diberi pakan berbasis sampah dan Dipelihara Di Areal TPA Suwung Denpasar

Perlakuan1

Variabel

BS

BK

SEM3)

Berat Badan Awal (kg)

50 ± 0,54

50 ± 0,54

-

Berat Badan Akhir (kg)

100,38a

103,83b

0,636

Tambahan Berat Badan

0, 560a

0, 600b

0,776

Harian/PBB (kg)

Panjang Badan (Cm)

86,04a

87,88a

0,759

Tinggi Badan (Cm)

68,00a

68,92a

0,759

Lingkar Dada (Cm)

98,29a

103,21b

0,772

Lebar Pinggul (Cm)

28,54a

29,25a

0,418

Lebar Pantat (Cm)

39,08a

39,04a

0,373

Keterangan :

1. Nilai dengan superskrip yang berbeda pada baris yang sama, menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05)

2. BK:Babi yg diberi pakan komersial. BS: Babi yg diberi pakan berbasis sampah.

3. SEM: “Standard Error of The Treatment Means”

Berat Badan Akhir Babi

Nilai rata-rata berat badan akhir babi yang diberikan pakan berbasis sampah kota(BS) adalah 100,38 kg/ekor (Tabel 3.1), sedangkan berat badan akhir babi yang dipelihara secara intensif dan dideri pakan komersial (BK)memiliki nilai rata-rata 3,4% lebih berat dibandingkan dengan BS. Secara statistik kedua perlakuan tersebut berbeda nyata (P < 0,05).

Pertambahan Berat Badan Badan Harian (PBB)

Pertambahan berat badan harian (PBB) pada kelompok babi yang diberi pakan komersial (BK) adalah 7,2% nyata lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok babi yang diberi pakan berbasis sampah dan dipelihara di area TPA (BS).

Panjang Badan Babi

Perbandingan panjang badan pada babi yang dipelihara secara intensif (BK) memiliki nilai rata-rata 2,1% lebih tinggi dibandingkan panjang badan babi yang diberikan pakan berbasis sampah kota (BS) (Tabel 3.1). Panjang badan pada perlakuan BKmemiliki nilai rata-rata 87,88 cm/ekor sedangkan nilai rata-rata panjang badan pada perlakuan BS adalah 86,04 cm/ekor. Secara statistik kedua perlakuan tersebut tidak berbeda nyata (P > 0,05).

Tinggi Badan Babi

Tinggi badan pada perlakuan BS memiliki nilai rata-rata 68,00 cm/ekor (Tabel 3.1), sedangkan nilai rata-rata tinggi badan pada perlakuan BK1,4% lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan BK. Secara statistik kedua perlakuan tersebut tidak berbeda nyata (P > 0,05).

Lingkar Dada Babi

Nilai rata-rata lingkar dada babi yang tidak diberi pakan berbasis sampah kota (BS) adalah 98,29 cm/ekor (Tabel 3.1), sedangkan lingkar dada babi yang dipelihara secara intensif (BK) memiliki nilai rata-rata 5,0% lebih besar dibandingkan dengan lingkar dada babi yang tidak diberikan pakan berbasis sampah kota (BS). Secara statistik kedua perlakuan tersebut berbeda nyata (P < 0,05).

Lebar Pinggul Babi

Lebar pinggul babi yang dipelihara di area TPA dan diberi pakan berbasis sampah (BS) memiliki nilai rata-rata 2,5% nyata lebih rendah dibandingkan dengan lebar pinggul babi yang diberi pakan komersial (BK). Dimana nilai rata-rata pada perlakuan BKdiperoleh sebesar 29,25 cm/ekor. Secara statistik kedua perlakuan tersebut tidak berbeda nyata (P > 0,05) (Tabel 3.1).

Lebar Pantat (Ham)

Lebar pantat (Ham) pada kelompok babi yang diberi pakan berbasis sampah (BS) dan BK masing-masing 39,08 cm/ekor dan 39,04 cm/ekor (Tabel. 3.1), secara statisti nilai tersebut tidak berbeda nyata (P>0,05).

Pembahasan

Pada variabel berat badan akhir, babi yang dipelihara secara intensif dan diberi pakan komersial (BK) memiliki nilai rata-rata nyata lebih tinggi 3,4% dibandingkan dengan babi yang diberikan pakan berbasis sampah kota (BS).(P<0,05). Perbedaan tersebut disebabkan karena sistem pemeliharaan, terutama pakan dan ketersediaan bahan yang lebih baik dan kontinu. Perbedaan tersebut diikuti dengan meningkatnya variabel PBB dan lingkar dada, yang masing-masing 7,2% dan 5,0% (pada kelompok babi yang diberi pakan komersial). Fenomena tersebut sejalan dengan pendapatnya Ariana dan Sukada (2017) dan Soeparno (2011), yang menyatakan kualitas bahan pakan yangbaik dan sesuai dengan kebutuhan hidup ternak akan menghasilkan produksi ternak yang maksimal. Pada variabel lainnya, seperti panjang badan, tinggi badan dan seterusnya, nilainya non signifikan (P>0,05). Hal tersebut dikarenakan oleh struktur tubuh babi Landrace persilangan yang panjang membusur. Pemberi pakan konvensional juga kemungkinan berpengaruh terhadap bertambahanya panjang badan babi. Pakan konvensional sangat berpengaruh dalam pembentukan tubuh babi yang dipelihara secara intensif karena jumlah pakan dengan takaran yang sama selalu diberikan setiap harinya. Sehingga babi yang dipelihara secara intensif dengan pemberian pakan komersial(BK) memiliki nilai rata-rata panjang badan 2.1% lebih tinggi dibandingkan dengan babi yang diberikan pakan berbasis sampah kota (BS). Namun secara statistik tidak berbeda nyata (P>0,05).. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pakan konfensional (BS) tidak dapat meningkatkan ukuran panjang badan babi landrace persilangan. Secara statistik pertambahan panjang badan tersebut tidak berbeda nyata. Pertambahan panjang badan yang tidak berbeda nyata tersebut kemungkinan disebabkan karena babi Landrace persilangan rata-rata memiliki ukuran panjang yang hampir sama. Perlakuan ini diberikan pada babi fase finisher, pada fase finisher tulang mengalami kecepatan pertumbuhan lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan otot. Pernyataan tersebut didukung oleh Soeparno, (2009) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tulang yang cepat terjadi pada fase pertumbuhan awal dan akanmengalami penurunan mulai fase pertumbuhan sedang atau pada saat ternak mengalami pubertas. Selain itu kandungan protein dalam pakan komersial CP551 yang ternyata kurang dari 18%, setelah dilakukannya penghitungan kemungkinan menjadi penyebab dari hasil yang di dapat selama penelitian. Dimana kandungan protein pakan komersial CP552 adalah 14,62%.

Nilai rata-ratauntuk variabel tinggi badan babi yang dipelihara secara intensif (BK), diperoleh nilai rata-rata 1,4% lebih tinggi dibandingkan dengan babi yang diberikan pakan berbasis sampah kota (BS). Namun secara statistik tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal tersebut

disebabkan karena kecepatan pertumbuhan tulang yang lambat mempengaruhi tinggi badan babi sehingga pada variabel tinggi badan, babi yang diberikan pakan konfensional (BK) dan pakan berbasis sampah kota (BS) tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal tersebut seperti yang disajikan pada Tabel kandungan bahan pakan (pada metodologi) yang berbeda (Ariana dan Sukada, 2017). Pendapat tersebut sejalan dengan pernyataan Soeparno, (2009) yang menyatakan bahwa tulang tumbuh secara terus-menerus dengan kadar laju pertumbuhan yang relatif lambat, sedangkan pertumbuhan otot relatif lebih cepat. Forrest et al, (1975) dikutip dalam (Saka, 1993) yang menyatakan bahwa tulang (kerangka) secara relatif berkembang baik pada waktu lahir dan tumbuh menetap atau teratur setelah itu. Sedangkan otot tumbuh lebih cepat daripada tulang setelah lahir mengakibatkan suatu peningkatan besar dalam rasio daging dengan tulang.

Pemberian pakan komersial dapat memberikan dampak positif pada ternak, meningkatnya ukuran lingkar dada babi yang diberikan pakan konfensional (BK,), diharapkan dapat memberikan dampak positif selain produksi loin yang juga akan meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran lingkar dada babi pada perlakuan BK, karena semakin besar lingkar dada akan memudahkan ternak dalam bernafas yang selanjutnya akan membantu memperlancar metabolisme, sehingga konsumsi terhadap pakan akan meningkat (Adriani, 2010). Konsumsi pakan yang meningkat akan mengakibatkan meningkatnya laju pertumbuhan ternak babi itu sendiri, dan akan mempersingkat waktu pemeliharaan. Pernyataan tersebut di dukung oleh Siregar (1994) yang menyatakan bahwa pertumbuhan erat kaitanya dengan konsumsi pakan yang juga mencerminkan konsumsi gizinya. Bila kualitas maupun kuantitas makanan yang diberikan baik maka hasilnya juga akan baik (Rasyaf, 2004). Peningkatan kuantitas dan kualitas pakan yang dikonsumsi oleh ternak akan memberikan hasil kecepatan pertumbuhan yang lebih besar.

Pada variabel lebar pinggul, pemberian pakan komersial (BK) memiliki nilai rata-rata 2,5% lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan BS. Pemberian pakan komersial pada variabel lebar pinggul tidak memberikan pengaruh yang positif/nyata terhadap lebar pinggul babi karena, babi yang digunakan pada penelitian ini merupakan babi berjenis kelamin jantan yang dipelihara untuk tujuan penggemukan. Selain itu hasil yang tidak berbeda nyata dimungkinkan karena dampak probiotik yang bervariasi di berbagai lokasi atau sistem pemeliharaan. Ukuran pinggul juga diperlukan pada babi jantan, semakin lebar pinggul akan semakin baik. Demikian pula dengan ukuran paha, semakin besar ukuran paha akan semakin baik, karena sebagian besar daging terdapat pada bagian paha. Akan tetapi pada penelitian

yang telah dilakukan pemeliharaan secara intensif dengan pakan komersial (BK), belum memberikan pengaruh yang signifikan (P > 0,05) dibandingkan dengan pakan berbasis sampah kota (BS).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan secara intensif dan permberian pakan komersial diperoleh hasil pada berat badan akhir, PBB dan lingkar dada babi Landrace persilangan fase “finisher” yang lebih tingggi dari kelompok babi yang diberi pakan berbasis sampah.

Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan dari penelitian ini, dapat disarankan agar melakukan pemeliharaan babi secara intensif untuk meningkatkan lingkar dada, berat badan akhir dan pertambahan berat badan babi. Dari hasil penelitian ini juga disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dari sisi ekonomis dan ketersediaan bahan pakan pada pakan berbasis sampah yang kontinu dan hygenis.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr.dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S (K) selaku Rektor Universitas Udayana dan Dr. Ir. I Nyoman Tirta Ariana, M.S selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Udayana.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, Dkk. 2010. Fisiologi Ternak. Fenomena dan Nomena Dasar, Fungsi, dan Interaksi

Organ pada Hewan. Penerbit Widya Padjadjaran. Bandung

Ariana INT dan Sukada I K. 2017. Performa Babi Landrace Yang Diberi Pakan Berbasis

Sampah Dengan Penambahan Em-4 Di Area Tempat Pembuangan Akhir. Senastek

LPPM. Universitas Udayana

Djagra, I. B. 2001. Ilmu Tilik Ternak Babi. Buku Ajar. Laboratorium Ternak Potong dan

Kerja. Fakultas Peternakan Universitas. Udayana. Denpasar.

Rasyaf. 2004. Beternak Ayam Pedaging. PT. Swadaya, Jakarta.

Sihombing, D.T.H. 2006. Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press, Yogjakarta.

Siregar, S.B 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta : Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Soeparno. 2011. Ilmu Nutrisi dan Gizi Daging. Yogyakarta : Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Saka, I. K., I.B.Mantra., I.G. Ngurah Dinawa., N. Suparta., I.G.M. Putra. 1993. Efek Pemberian Suplemen Omafac terhadap Pertumbuhan, Hasil dan Komposisi Karkas Babi-Babi Saddleback dan Landrace. Fakultas Peternakan Universitas Udayana.

Steel, R. G. D., and J. H. Torrie. 1989. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrik, Penerjemah: Sumartinii, B. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.

Sugama I N. L. B., et al, Peternakan Tropika Vol. 8 No. 1 Th. 2020: 116. -127

Page 127