e-journal

FAPET UNUD


e-Journal


Peternakan Tropika

Journal of Tropical Animal Science email: [email protected]

Submitted Date: January 31, 2019                                             Accepted Date: Maret 09, 2019

Editor-Reviewer Article;: A.A.Pt. Putra Wibawa & Eny Puspani

MANAJEMEN PEMELIHARAAN SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN DI BALAI BESAR PELATIHAN PETERNAKAN (BBPP) BATU

Resla, M.S., Miwada, I.N.S., Parimartha, I.K.W

Program Studi Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana Jln. P. B. Sudirman, Denpasar, Bali

E-mail: [email protected], Telp: 082386225945

ABSTRAK

Sapi perah merupakan komoditi peternakan yang memiliki potensi untuk dapat dikembangkan. Hal tersebut berdasarkan pada tingginyakebutuhan akan susu dikalangan masyarakat Indonesia.Manajemen peternakan yang diterapkan dalam sebuah usaha peternakan sangat berhubungan erat dengan produktivitasnya diantaranya manajamen perkandangan, pemberian pakan dan minum, kesehatan serta pemerahan.Dilakukan kegiatan praktek kerja magang dan pengamatanuntuk mengetahui manajemen pemeliharaan sapi perah di suatu usaha peternakan. Kegiatan praktek kerja magang telah dilaksanakan di Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu selama 2 minggu dari tanggal 5  18 November 2018

dengan jenis ternak sapi perah Friesian Holstein (FH). Metode yang digunakan dalam pengamatan praktek kerja magang dan pengumpulan data adalah metode observasi, partisipasi dan wawancara.Aspek yang dikaji yaitu manajemen perkandangan, manajemen pemberian pakan dan minum, manajemen kesehatan serta manajemen pemerahan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sistem pemeliharaan sapi perah Friesian Holstein (FH) diBalai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batudilakukan secara intensif yaitu dengan mengandangkan ternak setiap hari.Sapi perah dipelihara dalam kandang dengan manajemen pemeliharan yang baik meliputi manajemen perkandangan, pemberian pakan dan minum, pemerahan dan kesehatan yang sesuai aturan.Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa usaha peternakan sapi perah di Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu sudah menerapkan manajemen pemeliharaan yang baik dan sesuai aturan.

Kata kunci: manajemen pemeliharaan, sapi perah Friesian Holstein.

MAINTENANCE OF FRIESIAN HOLSTEIN COW DAIRYMANAGEMENTIN NATIONAL ANIMAL HUSBANDRY TRAINING CENTER (BBPP) BATU CITY

ABSTRACT

Dairy cows are livestock commodities that have the potential to be developed. This is based on the high need for milk among the people of Indonesia. Livestock management that is applied in a livestock business is very closely related to its productivity including housing management, feeding and drinking, health and milking. Apprenticeship work practices and observations were carried out to find out the maintenance management of dairy cattle in a


livestock business. Internship practice activities have been carried out at the Animal Husbandry Training Center, Batu city for two weeks from November 5-18, 2018 with Holstein Friesian dairy cattle. The method used in observing internship work practices and data collection is the method of observation, participation and interviews. The aspects studied are housing management, feeding and drinking management, health management and milk management. The observation shows that the maintenance system for Holstein Friesian dairy cattle at the Center for Animal Husbandry Training, Batu city is carried out intensively, namely by stocking livestock every day.Dairy cows are kept in cages with good maintenance management including housing management, feeding and drinking, milking and health according to the rules.Based on the results of observations it can be concluded that the dairy farming business at the Center for Animal Husbandry Training, Batu city has implemented good and appropriate maintenance management.

Keywords: maintenance management, Holstein Friesian dairy cattle.

PENDAHULUAN

Sapi perah merupakan komoditi peternakan yang memiliki potensi yang besar untuk dapat dikembangkan.Hal tersebut berdasarkan pada tingginyakebutuhan akan susu dikalangan masyarakat Indonesia. Susu merupakan salah satu bahan makanan yang memiliki kandungan gizi yang tinggi dan lengkap, serta dapat dikonsumsi oleh semua umur untuk membantu pertumbuhan, kesehatan dan kecerdasan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS, 2012), menyatakan bahwa rata-rata konsumsi susu nasional 3.01 juta ton, sedangkan produksi susu nasional berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan pada tahun 2012 baru mencapai 959.732 ton (Dirjen Peternakan, 2013). Jadi produksi susu baru 30% memenuhi konsumsi nasional dan selebihnya harus dipenuhi dengan impor. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya peningkatan produksi susu secara signifikan untuk memenuhi konsumsi sehingga mengurangi impor dan terwujudnya swasembada susu nasional.

Di bidang peternakan terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah produksi susu, seperti lingkungan, kondisi fisiologis ternak, umur ternak, tata laksana pemberian pakan, serta manajemen pemerahan. Manajemen peternakan yang diterapkan dalam sebuah peternakan sangat berhubungan erat dengan produkstivitasnya.

MATERI DAN METODE

Waktu dan tempat pelaksanaan

Kegiatan Praktek Kerja Magang dilaksanakan selama 2 minggu, mulai tanggal 5-18 November 2018 yang bertempat di Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Divisi Ternak Perah, Batu.

Aspek yang dikaji

Pengamatan khusus mengkaji tentang manajemen pemeliharaan sapi perah Friesian Holstein (FH) di BBPP Batu diantaranya manajemen perkandangan, manajamen pemberian pakan dan minum, manajemen kesehatan serta manajemen pemerahan.

Teknik pengumpulan data

  • 1.    Observasi, digunakan untuk pengumpulan data, fakta dan informasi yang diperlukan, sehingga diperoleh data yang sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.

  • 2.    Partisipasi, merupakan kegiatan untuk pengembangan data dengan ikut serta dalam melakukan segala aspek yang berkaitan dengan manajemen pemeliharaan di Balai Besar Pelatihan Peternakan Divisi Ternak Per

  • 3.    ah, Batu

  • 4.    Wawancara, bertujuan untuk pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab (wawancara langsung) kepada pembimbing lapangan dan karyawan, yang dilakukan secara sistematis dan berdasarkan daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya sesuai tujuan kegiatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah dan komposisi sapi perah

Sapi perah yang terdapat pada BBPP umumnya merupakan sapi perah jenis peranakan

Fresian Holstein (FH). Jumlah dan komposisi sapi yang terdapat pada BBPP per tanggal 5-30 No

vember 2018 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Jumlah dan komposisi sapi yang terdapat pada BBPP per tanggal 5-30 November 2018

Status ternak

Jumlah (Ekor)

Persentase ST (%)

Sapi Jantan

2

3,5

Pedet

10

17,8

Sapi Dara Kecil

7

12,5

Sapi Dara Sedang

7

12,5

Sapi Dara Besar

5

8,9

Sapi Bunting

3

5,3

Kering

22

39,2

Sapi Laktasi

Jumlah

56

100

Sumber: BBPP Batu

Komposisi ternak sapi perah di BBPP kurang baik , hal ini dapat dilihat dari persentase sapi laktasi yang kurang dari 60%. Menurut Sudono et al. (2003), persentase sapi laktasi di suatu peternakan harus mencapai 60%. Tetapi produksi susu sapi sudah baik karena produksi susu yang dihasilkan BBPP Batu mencapai 256 liter/hari sehingga produksi susu rata-rata sapi laktasi sebesar 10-12 liter /ekor/hari. Suatu peternakan dikatakan baik jika produksi rata-rata per harinya mencapai 10 liter (Sudono et al., 2003).

Manajemen Perkandangan

Kandang adalah bangunan sebagai tempat tinggal ternak, yang ditujukan untuk melindungi ternak terhadap gangguan dari luar yang merugikan seperti terik matahari, hujan, angin, gangguan binatang buas, serta untuk memudahkan dalam pengelolaan (Nurdin, 2011).

Kandang sapi pedet

Kontruksi kandang pedet berbeda dengan kandang sapi dewasa, terutama mengenai perlengkapan dan ukuran luas kandang. Kandang pedet di BBPP Batu mempunyai lebar 105 cm panjang 47 cm, tinggi kandang 95 cm dari atas tanah, adapun tempat pakan memiliki panjang 100 cm, lebar 39 cm, tinggi 23 cm dan dikandang pedet terdapat selokan untuk memudahkan dalam proses pembersihan kandang, adapun lebar selokan 18 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat (Setiawan, 2003) bahwa kandang sapi perah dilengkapi dengan selokan kecil memanjang pada bagian belakang posisi sapi dengan cara pembersihan kotoran dilakukan dengan mengguyurkan air kearah kotoran sapi yang berserakan, sehingga kotoran tersebut langsung mengalir ke suatu bak penampungan.

Kandang sapi laktasi

Kandang sapi laktasi menggunakan sistem kandang setengah terbuka dan dibuat dua baris sejajar dengan gang di tengah.Bentuk ini pandangannya luas dan terbuka, mudah dalam pengawasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Syarief dan Sumoprestowo (1990) bahwa kandang dengan sistem gang ditengah akan memberikan ketenangan ternak yang tinggal di dalamnya, tidak mudah terganggu oleh ternak yang lain atau oleh petugas yang sedang melakukan pekerjaan.Kandang sapi memiliki palung pakan sehingga memudahkan sapi mengambil pakannya dan memberikan kemudahan pekerja dalam membersihkannya.Hal tersebut sesuai dengan pendapat Siregar (1995), bahwa tempat pakan sebaiknya dibuat berupa palung agar memperudah ternak mengambil makanannnya dan mudah dibersihkan.

Manajemen Pakan dan Minum

Pemberian pakan di BBPP Batu diberikan secara restricted feeding dengan pemberian dua kali sehari, yaitu pada pagi dan siang hari. Pemberian pakan berupa hijauan dan konsentrat bagi sapi perah yang sedang laktasi pada saat sebelum dilakukan pemerahan.Hal

ini sesuai dengan pendapatSuryahadi dkk, (1997),bahwa konsentrat diberikan sebelum pemerahan dilakukan, tujuannya agar sapi menjadi tenang sewaktu dilakukan pemerahan. Pemberian konsentrat dilakukan sebelum hijauan diberikan dengan tujuan untuk merangsang kerja mikroba dalam rumen. Konsentrat yang diberikan banyak mengandung energi. Jadi sebelum proses pemerahan, konsentrat diberikan agar ternak bisa tenang ketika di perah.Pakan hijauan diberikan setelah pemberian pakan konsentrat. Jumlah pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pokok sapi perah.

Selain pemberian pakan hijauan dan konsentrat Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu memberikan Mineral Urea Tetes (MUT) pada ternak perah.MUT berfungsi untuk meningkatkan performa produksi, pertumbuhan jaringan dan reproduksi ternak.Adapun komposisi dari Mineral Urea Tetes yaitu 50 % mineral makro dan mikro, 20 % garam, 20 – 25 % molasis dan 5 – 10 % urea. Diberikan dengan cara MUT diletakkan di tempat yang mudah dijangkau oleh ternak, sehingga bisa mudah untuk dijilat ternak.

Pemberian air minum di BBPP batu diberikan secara ad libitum. Rasyaf (2004), menyatakan bahwa air merupakan komponen yang sangat penting untuk metabolisme tubuh, apabila ternak kekurangan air maka akan terjadi dehidrasi dan akan berakibat fatal bagi produktivitas ternak.

Manajemen Kesehatan

Pada peternakan sapi perah BBPP Batu pencegahan penyakit yang dilakukan adalah dengan sanitasi kandang dan pembersihan ternak setiap hari dengan tujuan supaya ternak tidak terkena penyakit mastitis karena sapi perah sangat identik dengan penyakit mastitis yang disebabkan oleh bakteri.Hal ini sesuai dengan pendapat Yulianto dan Saparinto, (2010) bahwa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk menciptakan kondisi ideal bagi ternak agar penyakit tidak dapat menyerang yakni sterilisasi ternak, kandang dan peralatan.Selain sanitasi

dan pembersihan kandang untuk mencegah ternak terserang penyakit mastitis BBPP Batumelakukan pemvaksinan secara teratur serta uji laboratorium.Hal ini selaras dengan Ditjennak, (2014) bahwa pencegahan penyakit pada ternak dapat dilakukan dengan pemberian vaksinasi dan uji laboratorium terhadap penyakit tertentu.

Manajemen Pemerahan

Pemerahan di BBPP Batu dilakukan dua kali dalam satu hari dengan interval pemerahan antara 9 hingga 10 jam. Pemerahan pagi hari dimulai pada jam 5 pagi dan siangpada jam 1 siang. Teknik pemerahan menggunakan mesin pemerahan.

Produksi susu rata-rata per ekor per pemerahan adalah sekitar 7 sampai 8 liter. Susu yang dihasilkan pada pemerahan pagi lebih banyak dibandingkan dengan produksi susu yang dihasilkan pada siang hari. Hal ini disebabkan oleh interval pemerahan dari siang ke pagi lebih lama dibandingkan pagi ke siang sehingga produksi susu lebih banyak. Selaras dengan pendapat Eckles dan Anthony (1956) Interval antara pemerahan tidak sama, maka produksi susu akan lebih banyak pada interval yang lebih lama, dan kandungan lemak akan lebih tinggi dari hasil pemerahan dengan interval yang lebih singkat. Interval pemerahan ini sangat berpengaruh terhadap kandungan nutrien dalam susu khususnya kandungan lemak (Gleeson etal., 2007).Efek lamanya interval antar pemerahan terhadap produksi susu akan banyak dipengaruhi oleh karakteristik individu sapi seperti : kapasitas ambing, lama laktasi, dan jumlah susu yang biasa diproduksi. Bila dihubungkan dengan laju sekresi susu dan lemak maka pada interval yang lebih lama yaitu pemerahan pagi hari akan lebih sedikit lemaknya bila dibandingkan dengan pemerahan sore hari (Smith, 1969).

KESIMPULAN

Sistem pemeliharaan sapi perah Friesian Holstein (FH) diBalai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batudilakukan secara intensif yaitu dengan mengandangkan ternak setiap

hari.Sapi perah dipelihara dalam kandang yang meliputi manajemen perkandangan,

pemberian pakan dan minum, pemerahan dan kesehatan.Manajemen ternak perah yang baik dan benar apabila manajemen perkandangan, kesehatan, pemberian pakan dan minum dapat dilaksanakan sesuai dengan apa yang semestinya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Artikel ilmiah ini merupakan salah satu bagian dari Praktek Kerja Magang (PKM) Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepadabapak Ariffien S.P.,M.Si., dan bapak Ruby beserta karyawan selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan pengarahan dari awal sampai akhir pelaksanaan magang di Divisi Perah Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu. Ucapan terimakasih penulis juga sampaikan kepada panitia PKM Fakultas Peternakan Universitas Udayana serta rekan- tekan yang tergabung dalam tim pelaksanaPKM.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2012. Lampung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik ProvinsiLampung.

Direktorat Jendral, Peternakan. 2013. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. Livestock A nd Animal Health Statistic 2013. Jakarta ; Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. Kementrian Pertanian.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjennak Keswan).2014. Manual Penyakit Mamalia. http://keswan.ditjennak.deptan.go.id

Eckles, H. dan L. Anthony. 1956. Dairy Cattle and Milk Production. Fifth Edition. The Macmillan Co., New York.

Gleeson DE, O’Brien B, Boyle L, Earley B. 2007. Effect of milking frequency and nutritional level on aspects of the health and welfare of dairy cows. Animal 1:125-132

Nurdin E. 2011. Manajemen Sapi Perah. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.

Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta

Siregar, S. 1995. Tehnik Pemeliharaan dan Analisis Usaha Sapi Perah. PT. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 107-121.

Smith, V. R. 1969. Physiology of Lactation. Fifth Edition. Lowa State University Press, USA.

Sudono, A., Rosdiana R. F., Setiawan, B. S.2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Jakarta(ID): Agromedia Pustaka.

Suryahadi, H., T. Toharmat, Nahrowi, Hadiyanto, I. G Permana dan I. Abdullah. 1997. Manajemen Pakan Sapi Perah. Kerjasama Fakultas Peternakan IPB dengan GKSI-CCA Kanada. http://google.com/Animal Science diakses 25 April 2008 21.00 WIB

Syarief, M. dan Sumoprastowo, R. M., 1990. Ternak Perah. CV Yasaguna. Jakarta.

Yulianto, P dan C. Saparinto. 2010. Pemeliharaan Sapi Perah Secara Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta.

Resla et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 1 Th. 2019: 222 – 230

Page 230