GROWTH AND PRODUCTION OF THE Paspalum atratum GRASS GIVEN SOME DOSAGE OF FERTILIZER N, P, AND K ON VARIOUS HIGH DEFOLIATION
on

e-journal FAPET UNUD
e-Journal

Peternakan Tropika
Journal of Tropical Animal Science email: [email protected]
Submitted Date: Januay 18, 2019
Accepted Date: January 31, 2019
Editor-Reviewer Article;: I Made Mudita & A.A.Pt. Putra Wibawa
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT Paspalum atratum YANG DIBERIKAN BEBERAPA DOSIS PUPUK N, P, DAN K PADA BERBAGAI TINGGI DEFOLIASI
Sugita. I W., M. A. P. Duarsa, dan N. G. K. Roni
PS. Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana
Jl. PB. Sudirman, Denpasar, e-mail: [email protected] Telp. 083119395348
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mendapat informasi tentang pertumbuhan dan produksi rumput Paspalum atratum yang diberi beberapa dosis pupuk N, P, dan K pada berbagai tinggi defoliasi. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Stasiun Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Jalan Raya Sesetan Gang Merkisa Denpasar, selama 11 minggu. Rumput yang digunakan adalah rumput Paspalum atratum yang diperoleh di Farm Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Pangotan, Bangli. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola split plot terdiri atas main plot/petak utama yaitu tinnggi defoliasi 5 cm (D1), 10 cm (D2), 15 cm (D3) dan 20 cm (D4), serta subplot/anak petak yaitu dosis pupuk : perlakuan tanpa pupuk (P0); 50 kg N ha-1 + 50 kg P205 ha-1+ 50 kg K2O ha-1 (P1); 100 kg N ha-1 + 100 kg P205 ha-1+ 100 kg K2O ha-1 (P2); 200 kg N ha-1 + 100 kg P205ha-1+ 100 kg K2O ha-1(P3). Terdapat 16 kombinasi perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 48 unit percobaan. Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah tunas, kandungan klorofil, volume akar, berat kering daun, berat kering akar, berat kering batang, berat kering total hijauan, nisbah berat kering daun/batang, nisbah total hijauan/akar (top root ratio), dan luas daun per pot. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan tinggi defoliasi berpengaruh nyata (P<0,05) pada peubah jumlah tunas, berat kering daun, berat kering batang, berat kering total hijauan, nisbah berat kering daun/batang dan nisbah berat kering total hijauan, sedangkan perlakuan dosis pupuk N, P dan K berpengaruh nyata (P<0,05) pada semua peubah yang diamati. Interaksi antara dosis pupuk N, P dan K dengan tinggi defoliasi berpengaruh nyata pada volume akar dan nisbah berat kering daun/batang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan dan produksi rumput Paspalum atratum paling tinggi dihasilkan pada perlakuan tinggi defoliasi D4 (20 cm) dan dosis pupuk P3 ( 200 kg N ha-1 + 100 kg P205 ha-1+ 100 kg K2O ha-1) serta terjadi interaksi antara dosis pupuk dengan tinggi defoliasi pada volume akar dan nisbah berat kering daun/batang.
Kata kunci : Paspalum atratum, defoliasi, pupuk N, P dan K
GROWTH AND PRODUCTION OF THE Paspalum atratum GRASS GIVEN SOME DOSAGE OF FERTILIZER N, P, AND K ON VARIOUS HIGH DEFOLIATION
ABSTRACT
The study aimed to obtain information about the growth and production of Paspalum atratum grass given several doses of N, P, and K fertilizers at various high of defoliations.

The research was carried out in the greenhouse of the Faculty of Animal science, Udayana University, Highway Sesetan Merkisa, up to 11 weeks. The grass used was Paspalum atratum grass which was obtained at the research station from the Faculty of Animal science, Udayana University, Pangotan, Bangli. The design used was a completely randomized design (CRD) of spit plot patterns consisting of main plots, namely defoliation height 5 cm (D1), 10 cm (D2), 15 cm (D3) and 20 cm (D4), and subplot namely fertilizer dose (P0); without fertilizer, P1: 50 kg N ha-1 + 50 kg P205 ha-1 + 50 kg K2O ha-1 (P2); 100 kg N ha-1 + 100 kg P205 ha-1 + 100 kg K2O ha-1(P3); 200 kg N ha-1 + 100 kg P205 ha-1 + 100 kg K2O ha-1. There were 16 combinations of treatments and repeated 3 times so that there were 48 experimental units. The variables observed were plant height, number of leaves, number of branches, chlorophyll content, root volume, leaf dry weight, root dry weight, stem dry weight, total forage dry weight, leaf stem dry weight ratio, total forage / root ratio (top root ratio), and leaf area per pot. The results showed that high defoliation treatment had a significant effect (P <0.05) on shoot number, leaf dry weight, stem dry weight, total forage dry weight, leaf / stem dry weight ratio, total forage dry weight ratio, and leaf area per pot, while the treatment of N, P and K fertilizer dosages was significant (P <0.05) in all observed variables. The interaction between N, P and K fertilizer doses with high defoliation significantly affected root volume and dry / leaf weight ratio. Based on the results of the study it can be concluded that the highest growth and production of Paspalum atratum grass was produced on the treatment of P3 fertilizer dose (200 kg N ha-1 + 100 kg P205 ha-1 + 100 kg K2O ha-1), high Defoliation D4 (20 cm) and interaction between dose fertilizer with high defoliation at root volume and leaf / stem dry weight ratio.
Keywords: Paspalum atratum, defoliation, N, P and K fertilizers
PENDAHULUAN
Hijauan pakan berperan sebagai faktor pemacu agar rumen dapat berfungsi normal (Abdullah et al.,2005). Untuk memenuhi kebutuhan ternak, hijauan dalam bentuk segar atau kering haruslah tersedia dalam jumlah yang cukup, berkualitas baik dan kontinyuitasnya sepanjang tahun. Pada prinsipnya hijauan yang diberikan pada ternak perlu memiliki sifat-sifatyaitu disukai (palatable), mudah dicerna, nilai gizinya tinggi dan waktu tumbuh kembali yang cepat. Salah satu tanaman pakan yang memiliki potensi hijauan yang baik adalah rumput Paspalum atratum.
Paspalum atratum adalah rumput abadi tropis yang rimbun, palatabilitas tinggi, yang baru-baru ini diperkenalkan di Thailand, yang juga disebut 'Ubon paspalum'. Rumput ini berasal dari daerah tropis yang lembab. Evaluasi agronomi di Amerika Serikat (Hare et al., 1999), dan 5 negara di Asia Tenggara telah menunjukkan bahwa rumput tersebut toleran terhadap asam dan genangan air. Rumput Paspalum atratum memiliki rasio daun/batang yang tinggi, menghasilkan hasil bahan kering yang tinggi, dan memiliki palatabilitas yang baik untuk ternak baik dalamsistem penggembalaan maupun pemotongan. Disamping itu, rumput Paspalum atratum baik pada penggembalaan yang berat dan pemotongan di dekat tanah, dan
memiliki potensi produksi benih yang tinggi (Hareet al., 1998). Paspalum atratum tidak toleran kekeringan tapi sangat toleran terhadap genangan air.
Untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman sesuai potensi genetiknya maka unsur hara yang diperlukan sebagian besar didapatkan dari dalam tanah, harus terjamin ketersediaannya secara berkesinambungan. Oleh karena itu unsur hara yang diambil dalam bentuk hasil panen baik berupa hijauan maupun biji harus diganti dengan pemberian pupuk.
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan dosis pemupukan, agar tumbuhan mendapat unsur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk organik ataupun anorganik. Pupuk anorganik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisik atau biologis, dan merupakan hasil indrustri atau pabrik pembuat pupuk (PP No. 8 tahun 2001). Pupuk N, P, dan K merupakan pupuk anorganik yang umum digunakan yaitu pupuk buatan yang berbentuk cair atau padat mengandung unsur hara yang diperlukan paling banyak oleh tanaman. Murdjito (1988) melaporkan bahwa pertumbuhan dan produksi rata-rata tanaman cendrung lebih baik pada perlakuan pupuk N dan kombinasinya (NP,NK, dan NPK).
Defoliasi adalah pemangkasan ujung batang (Hopkins, 1995). Faktor yang perlu diperhatikan ketika akan melakukan pemotongan atau defoliasi antara lain frekuensi, tinggi rendahnya batang tanaman yang ditinggalkan, pemotongan dengan paksa dan pengaturan dalam blok pemotongan (Sutopo, 1985). Menurut Purbiati et al.,(2001) pada prinsipnya defoliasi akan merangsang terbentuknya tunas lebih banyak, merupakan salah satu teknik budidaya yang dapat dilakukan untuk memperbanyak cabang, agar memunculkan tunas yang baru dan juga berkualitas hijauan yang baik. Prinsip dari perlakuan tersebut adalah untuk mengatur keseimbangan hormon antara lain sitokinin dengan auksin pada ketiak daun di bawah ujung batang (Teiz and Zeiger, 1998; Hopkin, 1995). Sintesis auksin terjadi pada bagian tanaman yang sedang mengalami pertumbuhan atau pada bagian meristematis, terutama ke ujung batang. Auksin yang disintesis pada ujung batang ini akan dipindahkan pada bagian batang yang lebih bawah. Hal ini menyebabkan terakumulasinya auksin pada ketiak daun dibawahnya yang berakibat inisiasi pembentukan tunas lateral. Pembentukkan tunas lateral mensyaratkan konsentrasi auksin yang lebih rendah dibandingkan konsentrasi auksin optimal untuk pertumbuhan memanjang batang.
Reksohadiprodjo (1985) menyatakan bahwa hendaknya hindari pemotongan yang terlalu tinggi atau rendah (lebih dari 15 cm atau kurang dari 10 cm) di atas permukaan tanah.
Pemotongan yang terlalu tinggi menyebabkan banyak sisa batang yang keras, demikian juga pemotongan yang terlalu rendah akan menghasilkan mata atau tunas muda yang tumbuh sehingga dapat menurunkan produksi. Kadar serat kasar meningkat seiring dengan meningkatnya umur defoliasi (Soetrisno, 1983).
Diperolehnya informasi mengenai aplikasi dosis pupuk N, P, dan K yang optimal pada rumput Paspalum atratum pada berbagai tinggi defoliasi yang saat ini masih terbatas merupakan tujuan penelitian yang dilaksanakan.
MATERI DAN METODE
Tanah
Tanah yang digunakan pada penelitian ini berasal dari Farm Fakultas Peternakan, Desa Pengotan, Kabupaten Bangli. Tanah yang digunakan dalam penelitian ini di analisis di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Pot
Pot yang digunakan pada penelitian ini adalah pot dengan ukuran tinggi 40 cm, diameter 30 cm, sebanyak 48 buah. Masing-masing pot diisi tanah sebanyak 4 kg.
Bibit tanaman
Bibit tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah anakan rumput Paspalum atratum yang diperoleh dari stasiun penelitian Fakultaas Peternakan, Universitas Udayana di Desa Pengotan, Kabupaten Bangli.
Pupuk
Pupuk yang digunakan dalam penelitian ada tiga jenis yaitu pupuk urea (46% N), pupuk SP36 (36% P2O5) dan pupuk KCL (50% K2O) yang diperoleh dari toko pertanian.
Air
Air yang digunakan untuk menyiram tanaman dalam penelitian ini berasal dari air sumur di Stasiun Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Jalan Raya Sesetan Gang Markisa, Denpasar.
Alat penelitian
Peralatan yang digunakan adalah timbangan digital dengan kapasitas 500 g kepekaan 0,1 g; Timbangan buah dengan kapasitas 10 kg dan kepekaan 500 g; Penggaris Khlorofil meter; Pisau dan gunting; Leaf area meter; Oven dengan model GG-2 buatan Australia konstandan Ember.
Tempat dan lama penelitian
Percobaan dilakukan di Rumah kaca Stasiun Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Jalan Raya Sesetan Gang Markisa, Denpasar selama 4 bulan dari bulan Februari sampai bulan Mei 2018, mulai dari persiapan sampai panen.
Rancangan percobaan
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola split plot, terdiri atas dua faktor yaitu.
Faktor pertama (mainplot/petak utama ) adalah tinggi defoliasi yang terdiri atas:
-
1. DI:5 cm
-
2. D2:10 cm
-
3. D3:15 cm
-
4. D4:20 cm
Faktor kedua (subplot/anak petak) adalah dosis pupuk yang terdiri atas :
-
1. P0:tanpa pupuk
-
2. P1 : 50 kg Nha-1+ 50 kg P205ha-1+ 50 kg K2Oha-1
-
3. P2 : 100 kg Nha-1 + 100 kg P205ha-1+ 100 kg K2Oha-1
-
4. P3 : 200 kg Nha-1 + 100 kg P205ha-1+ 100 kg K2Oha-1
Terdapat 16 kombinasi perlakuan yaitu D1P0, D1P1, DIP2, D1P3, D2P0, D2P1, D2P2, D2P3, D3P0, D3P1, D3P2, D3P3, D4P0, D4P1, D4P2 dan D4P3. Setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 48 unit percobaan.
Persiapan tanah
Tanah yang digunakan diambil secara kompositdari kedalaman 0-20 cm kemudian dibersihkan dari sisa tanaman, batu dan kerikil. Untuk mendapatkan agregat tanah yang homogen terlebih dahulu tanah dikering udarakan selanjutnya diayak dengan ukuran lubang berdiameter 4 mm.
Persiapan media tanam dan penanaman bibit
Tanah kering udara yang lolos ayakan kemudian ditimbang masing-masing 4 kg dimasukan ke dalam pot. Masing-masing pot ditanami 2 anakan rumput, setelah tumbuh dibiarkan satu bibit yang pertumbuhannya bagus dan seragam.
Cara dan waktu pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah rumput tumbuh dengan baik sebanyak 2 kali yaitu pada umur 2 minggu setelah tanam dan setelah defoliasi, dengan cara meletakan pupuk pada lubang yang dibuat di sekitar pangkal tanaman.
Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman dilakukan meliputi penyiraman 1 kali sehari, pengendalian hama dan gulma jika diperlukan.
Perlakuan defoliasi
Defoliasi dilakukan pada saat rumput berumur 3 minggu sesuai perlakuan yaitu menyisakan bagian tanaman dengan tinggi 5, 10, 15 dan 20 cm diatas permukaan media tanam.
Pengamatan
Pengamatan terhadap peubah pertumbuhan dilakukan seminggu sekali mulai dari 1 minggu setetelah difoliasi, sampai minggu ke 8 untuk mengetahui pertumbuhan tanaman setiap minggunya.
Panen
Panen dilakukan pada saat rumput Paspalum atratum berumur 8 minggu setelah defoliasi. Dengan cara memotong tanaman di atas permukaan tanah, Bagian-bagian tanaman dipisahkan dari daun, batang dan akar untuk selanjutnya ditimbang dan dikeringkan.
Peubah yang diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah peubah pertumbuhan, peubah produksi dan peubah karakteristik tumbuh.Peubahpertumbuhan diamati setiap minggu selama 8 minggu mulai dari minggu ke-4 sampai minggu ke-11 setelah tanam, sedangkan peubah produksi dan karakteristik tumbuh diamati pada saat panen yaitu pada saat tanaman berumur 11 minggu Cara pengamatan masing-masing peubah tersebut sebagai berikut
-
1. Peubah pertumbuhan
-
a. Tinggi tanaman, pengamatan tinggi tanaman diukur dengan menggunakan penggaris dari permukaan tanah sampai “colar daun” teratas yang sudah berkembang sempurna
-
b. Jumlah daun, pengamatan jumlah daun dilakukan dengan menghitung daun yang sudah berkembang sempurna.
-
c. Jumlah cabang, pengamatan jumlah cabang dilakukan dengan menghitung cabang yang sudah memiliki daun berkembang sempurna.
-
d. Kandungan klorofil, pengamatan kandungan klorofil daun diukur menggunakan alat Chlorophyll Content Meter CCM-200. Pengukuran dilakuan pada daun yang telah berkembang sempurna pada bagian pangkal, tengah dan pucuk, kemudian dirata-ratakan.
-
2. Peubah produksi
-
a. Volume akar, pengamatan volume akar dilakukan dengan merendam akar pada gelas ukur dan diamati peningkatan volume air saat perendaman akar dalam gelas ukur tersebut.
Selisih volume air setelah akar direndam dengan volume sebelum diisi akar merupakan volume akar.
-
b. Berat kering daun, berat kering daun diperoleh dengan menimbang daun yang sudah dikeringkan menggunakan oven pada suhu 700C hingga mencapai berat konstan.
-
c. Berat kering akar, berat kering akar diperoleh dengan menimbang bagian akar yang sudah dikeringkan menggunakan oven pada suhu 700C hingga mencapai berat konstan.
-
d. Berat kering batang, berat kering batang diperoleh dengan menimbang bagian batang yang sudah dikeringkan menggunakan oven pada suhu 700C hingga mencapai berat konstan.
-
e. Berat kering total hijauan, berat kering total hijauan diperoleh dengan menjumlahkan berat kering batang dan berat kering daun.
-
3. Peubah karakteristik tumbuh
-
a. Nisbah berat kering daun/batang, degan membagi berat kering daun dengan berat kering batang
-
b. Nisbah total hijauan/akar (top root ratio), diperoleh dengan membagi berat kering total hijauan dengan berat kering akar.
-
c. Luas daun per potdiperoleh dengan mengambil beberapa sampeldaun secara acak, tengah dan pucuktanaman, menimbang dan mengukur luas daun sampel dengan menggunakan leaf area meter.
Luas daun per pot dihitung dengan menggunakan rumus:
LDP = LD S ×BDT
BDS
Keterangan:
LDP : Luas daun per pot BDS : Berat daun sempel
LDS : Luas daun sempel BDT : Berat daun total
Analisis statistik
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam, apabila diantara perlakuan terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Stell dan Torrie, 1991).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan rumput Paspalum atratum yang diberi beberapa dosis pupuk N, P dan K pada berbagai tinggi defoliasi
Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan tinggi defoliasi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan kandungan klorofil, tetapi berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas rumput Paspalum atratum. Jumlah tunas tertinggi dihasilkan oleh rumput Paspalum atratum yang mendapat perlakuan D4 tinggi defoliasi 20 cm (Tabel 1). Hal
ini terkait dengan tinggi batang yang tersisa di atas permukaan tanah setelah defoliasi. Semakin tinggi batang yang tersisa di atas permukaan tanah maka semakin banyak cadangan makanan yang tersedia untuk pertimbuhan kembali. Di samping itu, semakin tinggi batang yang tersisa juga memungkinkan jumlah buku (ruas) yang tersedia lebih banyak sehingga berpengaruh terhadap titik tumbuh tanaman. Zat makananyang tersedia dalam batang lebih banyak digunakan untuk kebutuhan pembentukan organ vegetatif tanaman seperti daun dan cabang (Grant, 1997). Hal ini disebabkan oleh keberadaan tunas apikal menghambat pertumbuhan tunas lateral.
Tabel 1 Pertumbuhan rumput Paspalum atratum yang diberi beberapa dosis pupuk N, P, dan
K pada berbagai tinggi defoliasi
Variabel |
Defoliasi |
P02) |
Pup P1 |
uk P2 |
P3 |
Rataan |
SEM3) |
Tinggi |
D11) |
36,33 |
46,67 |
78,00 |
68,33 |
57,33A4) | |
D2 |
29,00 |
43,00 |
61,67 |
71,00 |
51,17A | ||
tanaman |
11,68 | ||||||
D3 |
31,00 |
32,67 |
65,67 |
88,33 |
54,42A | ||
(cm) |
D4 |
41,33 |
64,33 |
56,67 |
57,33 |
54,92A | |
Rataan |
34,42R |
44,75QR |
59,67PQ |
67,58P | |||
D1 |
4,67 |
6,67 |
11,33 |
14,33 |
9,25A | ||
Jumlah |
D2 |
5,33 |
7,00 |
10,67 |
13,33 |
9,08A | |
daun |
D3 |
6,33 |
9,00 |
10,67 |
10,67 |
9,17A |
3.27 |
(helai) |
D4 |
7,33 |
6,33 |
12,33 |
11,67 |
9,42A | |
Rataan |
5,91S |
7,25R |
11,25Q |
12,33P | |||
D1 |
1,33 |
2,00 |
3,33 |
4,67 |
2,03B | ||
Jumlah |
D2 |
2,00 |
2,33 |
4,00 |
4,67 |
3,25AB | |
tunas |
D3 |
2,33 |
3,33 |
3,33 |
3,67 |
3,17AB |
0.68 |
(batang) |
D4 |
2,33 |
3,67 |
5,00 |
4,00 |
3,75A | |
Rataan |
2,00QR |
2,83Q |
3,92P |
4,25P | |||
D1 |
6,03 |
6,93 |
9,83 |
9,60 |
8,10A | ||
Kandungan Hnmfil klorofil |
D2 |
9,87 |
10,27 |
7,47 |
8,27 |
8,97A | |
D3 |
5,27 |
7,00 |
10,20 |
11,30 |
8,44A |
1.48 | |
(CCI) |
D4 |
5,93 |
7,77 |
7,70 |
10,53 |
7,98A | |
Rataan |
6,78Q |
7,99PQ |
8,80PQ |
9,93P |
Keterangan:
1) (D1)= 5 cm; (D2)= 10 cm; (D3) =15 cm dan (D4) =20 cm
2) (P0) = tanpa pupuk;(P1)= 50 kg N ha-1+50kg P205 ha-1+50 kg K20 ha-1; (P1) =50 kg N ha-1 +50kg P205 ha-1 +50 kg K20 ha-1;(P2)=100 kg N ha-1+100kg P205 ha-1+100 kg K20 ha-1;(P3)= 200 kg N ha-1+100kg P205 ha-1 +100 kg K20 ha-1
3) SEM : “Standar Error of the Treatment Means”
4) Nilai dengan huruf kapital berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukan berbeda nyata (P<0,05).
Lakitan (1996) dan Purbiatiel al. (2001) mengungkapkan bahwa pada prinsipnya defoliasi akan merangsang terbentuknya tunas lebih banyak, defoliasi menyebabkan dominasi apikal hilang sehingga pertumbuhan memanjang ke atas terhenti. Hal ini dikarenakan sel-sel meristem yang ada di bagian pucuk tanaman dihilangkan, akibatnya tanaman yang dipangkas
ujung batangnya cenderung beralih melakukan pertumbuhan menyamping, misalnya pembentukan cabang atau tunas lateral.
Perlakuan dosis pupuk berpengaruh nyata terhadapsemua variabel pertumbuhan rumput Paspalum atratum. Tinggi tanaman, jumlah daun. jumlah tunas rumput Paspalum atratum yang mendapatkan perlakuan P2 dan P3 nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P0, tetapi tertinggi terjadi pada perlakuan P3 (Tabel 4.1). Ini berarti dosis pupuk padaperlakuan P2 sudah mencukupi kebutuhan tanaman, danmenjadi lebih berimbang ketika dosis pupuk N ditingkatkan pada perlakuan P3 sehingga rumput Paspalum atratum dapat lebih meningkatkan pertumbuhannya. Pernyataan ini dikemukakan oleh Firmansyah et al.(2017) yang menyatakan bahwa tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang produktif, jumlah daun, jumlah anakan, indeks luas daun, dan hasil panen memberikan respons positif terhadap aplikasi kombinasi pupuk anorganik.
Perlakuan dosis pupuk P3 dapat meningkatkan jumlah klorofil secara nyata (P<0,05) dibandingkan dengan perlakuan P0 tetapi tidak nyata dibandingkan dengan perlakuan P1 dan P2. Hal ini terkait dengan meningkatnya ketersediaan unsur hara N dan P yang berfungsidalam pembentukan klorofil. Unsur P sangat penting untuk perkembangan sel pada daun. Hal ini sejalan dengan pernyataan Aleel (2008) yang menyatakan bahwa unsur P dibutuhkan oleh tanaman untuk membentuk sel daun, meningkatkan jumlah anakan dan tunas serta memperkuat batang,sedangkan pemberian pupuk N yang memiliki peran untuk membantu meningkatkan aktivitas fotosintesis pada tanaman. Abila unsur hara nitrogen tercukupi dalam tanah maka tanaman akan dapat meningkatkan jumlah klorofol (Black, 1979).
Produksi rumput Paspalum atratum yang diberi beberapa dosis pupuk N, P dan K pada berbagai tinggi defoliasi.
Perlakuan tinggi defoliasi dan dosis pupuk berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap berat kering daun rumput Paspalum atratum. Perlakuan tinggi defoliasi D4 menghasilkan berat kering daun yang nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya (Tabel 2), ini terkait dengan jumlah daun yang cenderung lebih tinggi dan jumlah tunas yang nyata lebih tinggi (Tabel 1) pada rumput Paspalum atratum yang mendapat perlakuan D4 Menurut Tillman et al. (1991) bahwa daun mengandung lebih banyak protein dan lemak dibandingkan batang yang secara tidak langsung yang mencerminkan kualitas daun. Di samping itu, juga disebabkan oleh luas daun yang lebih tinggi (Tabel 4) pada rumput Paspalum atratum yang mendapat perlakuan D4. Menurut hasil penelitian Arafat (2007) menyatakan bahwa semakin
tinggi luas daun maka kapasitas tanaman dalam melakukan fotosintesis juga akan semakin tinggi, sehingga dapat meningkatkan berat kering tanaman Lukikariati et al., (1996) menyatakan bahwa luas daun yang besar meningkatkan laju fotosintesis tanaman sehingga akumulasi fotosintat yang dihasilkan menjadi tinggi.
Tabel 2 Produksi berat kering daun, batang dan total hijauan rumput Paspalum atratum yang diberi beberapa dosis pupuk N, P, dan K pada berbagai tinggi defoliasi
Variabel |
Tinggi |
P02) |
Dosis Pupuk |
P3 |
Rataan |
SEM3) | |
Defoliasi |
P1 |
P2 | |||||
berat kering daun (g) |
D11) |
4,67 |
8,27 |
7,80 |
10,57 |
7,83B4) | |
D2 |
4,07 |
5,40 |
9,40 |
12,67 |
7,88B |
1,62 | |
D3 |
3,83 |
8,43 |
8,10 |
12,70 |
8,27B | ||
D4 |
5,90 |
11,83 |
13,87 |
16,93 |
12,13A | ||
Rataan |
4,62R |
8,48Q |
9,79Q |
13,22P | |||
berat kering batang (g) |
D1 |
3,43 |
10,53 |
10,90 |
17,40 |
10,57B | |
D2 |
1,67 |
5,30 |
7,50 |
14,70 |
7,29C |
3,04 | |
D3 |
2,60 |
6,00 |
15,17 |
21,90 |
11,42B | ||
D4 |
9,20 |
18,07 |
17,10 |
25,30 |
17,42A | ||
Rataan |
4,23R |
9,98Q |
12,67Q |
19,83P | |||
berat kering |
D1 |
8,10 |
18,80 |
18,70 |
27,97 |
18,39BC | |
D2 |
4,07 |
10,70 |
16,90 |
27,37 |
14,76C |
1,51 | |
total hijauan (g) |
D3 |
6,43 |
14,43 |
26,27 |
34,60 |
20,43B | |
D4 |
15,10 |
29,90 |
30,97 |
42,57 |
29,63A | ||
Rataan |
8,43R |
18,46Q |
23,21Q |
33,13P |
Keterangan:
1) (D1)= 5 cm; (D2)= 10 cm; (D3) =15 cm dan (D4) =20 cm
2) (P0) = tanpa pupuk;(P1)= 50 kg N ha-1+50kg P205 ha-1+50 kg K20 ha-1; (P1) =50 kg N ha-1 +50kg P205 ha-1+50 kg K20 ha-1;(P2)=100 kg N ha-1+100kg P205 ha-1+100 kg K20 ha-1;(P3)= 200 kg N ha-1+100kg P205 ha-1+100 kg K20 ha-1
3) SEM : “Standar Error of the Treatment Means”
4) Nilai dengan huruf kapital berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukan berbeda nyata (P<0,05)
Perlakuan tinggi defoliasi D4 menghasilkan berat kering batang yang nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya karena terkait dengan paling tingginya batang yang tersisa di atas tanah setelah pemberian perlakuan defoliasi di samping itu juga jumlah tunas yang lebih banyak (Tabel 1) dan lebih panjang tentunya juga memiliki jumlah daunyang lebih banyak sehingga asimilat yang dihasilkan juga lebih banyak, ini berpengaruh pula terhadap pertumbuhan dan berat kering batang (Muhammad, 2000). menyebabka jumlah cabang semakin banyak yang kelamaan akan menjadi mengeras. Perlakuan tinggi defoliasi D4 juga menghasilkan berat kering total hijauan yang nyata (P<0,05) paling tinggi (Tabel 2). Hal ini karena berat kering total hijauan tergantung terhadap berat kering daun dan berat kering batang yang mana perlakuan D4 menghasilkan berat kering daun dan berat kering batang paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.
Tabel 3 Produksi berat kering akar dan volume akar rumput Paspalum atratum yang diberi beberapa dosis pupuk N, P, dan K pada berbagai tinggi Defoliasi
Variabel |
Tinggi |
P02) |
Dosis Pupuk |
P3 |
Rataan |
SEM3) | |
Defoliasi |
P1 |
P2 | |||||
D11) |
3,77 |
6,77 |
8,43a |
9,73 |
7,18A4) | ||
berat kering |
D2 |
3,37 |
5,63 |
10,33 |
10,70 |
7,51A |
1,51 |
akar (g) |
D3 |
5,37 |
8,37 |
10,10 |
9,17 |
8,25A | |
D4 |
5,90 |
7,33 |
9,47 |
13,80 |
9,13A | ||
Rataan |
4,6R |
7,03Q |
9,58P |
10,85P | |||
D1 |
27,67cd |
44,00ab |
47,33ab |
53,00a |
43,00A | ||
volume akar |
D2 |
22,00d |
35,00b |
44,33ab |
49,67ab |
37,75A |
4,54 |
(cm3) |
D3 |
35,67b |
48,00ab |
37,00b |
30,33bc |
37,75A | |
D4 |
24,67cd |
36,33b |
44,00ab |
45,33ab |
37,58A | ||
Rataan |
27,05Q |
40.83P |
43,17P |
44,58P |
Keterangan:
1) (D1)= 5 cm; (D2)= 10 cm; (D3) =15 cm dan (D4) =20 cm
2) (P0) = tanpa pupuk;(P1)= 50 kg N ha-1+50kg P205 ha-1+50 kg K20 ha-1; (P1) =50 kg N ha-1 +50kg P205 ha-1 +50 kg K20 ha-1;(P2)=100 kg N ha-1+100kg P205 ha-1+100 kg K20 ha-1;(P3)= 200 kg N ha-1+100kg P205 ha-1 +100 kg K20 ha-1
3) SEM : “Standar Error of the Treatment Means”
4) Nilai dengan huruf kapital berbeda pada baris atau kolom yang sama dan nilai dengan huruf kecil yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukan berbeda nyata (P<0,05)
Perlakuan dosis pupuk P1 dan P2 menghasilkan berat kering daun, batang dan total hijauan rumput Paspalum atratum yang sama, tetapi nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan perlakuan P0, sedangkan perlakuan P3 menghasilkan berat kering daun rumput Paspalum atratum yang nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan semua perlakuan lainnya (Tabel 2). Hal ini berarti perlakuan dosis pupuk P1 sudah mampu meningkatkan ketersedian unsur hara N, P dan K dalam tanah sehingga tanaman dapat memanfaatkan untuk meningkatkan produksinya. Ketika dosisnya ditingkatkan pada perlakuan P2, produksi tanaman tetap sama dengan perlakuan P1 tetapi ketika hanya dosis hara N yang ditingkatkan kendati unsur haraP dan K tetap pada perlakuan P3 ternyata produksi tanaman menjadi meningkat secara nyata. Hal ini menunjukkan bahwa unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman bukan hanya cukup jumlahnya tetapi juga berimbang proporsinya. Unsur hara N dibutuhkan paling banyak. Menurut Marchner (1986) nitrogen sangat berperan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu sebagai salah satu sumber penyusun klorofil yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi laju kecepatan fotosintessis. Pada pemberian pupuk nitrogen pada tanaman rumput akan dapat meningkatkan hasil berat kering tanaman 2 sampai 4 kali dibandingkan dengan tanpa pemupukan (Soedomo, 1985).
Paling tingginya produksi rumput Paspalum atratum yang mendapat perlakuan P3 terkait pertumbuhannya yaitu pada peubah tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah tunas
yang paling tinggi (Tabel 1). Disamping itu, juga terkait dengan paling tingginya kandungan klorofil pada perlakuan P3 yang akan berpengaruh terhadap fotosintat yang dihasilkan.Menurut Sugito (1999) yang mengemukakan bahwa proses fotosintesis hanya membutuhkan cahaya matahari dengan panjang gelombang tertentu, antara 0,4–0,7 mikron atau 4000–7000 mikro ampere yang disebut dengan istilah cahaya (visible light) atau PAR (photosintetic action radiation). Klorofil dalam daun berperan sebagai penyerap cahaya untuk melangsungkan proses fotosintesis sehingga bila kandungan klorofil dalam daun cukup tersedia maka fotosintetat yang dihasilkan juga semakin meningkat
Berat kering akar dan volume akar tidak dipengaruhi oleh perlakuan tinggi defoliasi, tetapi secara nyata (P<0,05) dipengaruhi oleh perlakuan dosis pupuk (Tabel 3). Perlakuan dosis pupuk P2 dan P3 menghasilkan berat kering akar nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan perlakuan P0 dan P1. Hal ini disebabkan oleh jenis tanaman ini memiliki sistem perakaran yang kuat dan ditambah dengan pemberian pupuk yang sesuai menyebabkan pertubuhan pada akar menjadi meningkat. Gardner et al. (1991) menyatakan perakaran merupakan parameter yang mencerminkan kemampuan tanaman dalam penyerapan unsur hara serta metabolisme yang mendukung pertumbuhan tanaman. Sistem perakaran tanaman lebih dipengaruhi oleh sifat genetis tanaman dan kondisi tanah media tumbuh. Menurut Lakitan (2011) pertumbuhan sistem perakaran akan menyimpang dari kondisi idealnya jika kondisi tanah sebagai tempat tumbuhnya tidak pada kondisi optimal, namun apabila terjadi kebalikannya dapat dipastikan sistem perakaran tanaman sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor genetis. Menurut Fageria et al. (1997), pemberian pupuk N yang cukup saat tanam dapat mempertahankan awal pertumbuhan tanaman yang bagus dan perkembangan bintil yang cepat pada tanaman legum sehingga dapat meningkatkan jumlah dan berat bintil akar.
Volume akar rumput Paspalum atratum dipengaruhi oleh interaksi antara tinggi defoliasi dengan dosis pupuk. Peningkatan pemberian dosis pupuk N, P dan K secaranyatan (P<0,05) meningkatkan volume akar rumput Paspalum atratum yang mendapat perlakuan defoliasi D1, D2 dan D4, namun terjadi penurunan volume akar pada rumput Paspalum atratum yang mendapat perlakuan defoliasi D3 (tabel 4.3). Hal ini menunjukan bahwa factor tinggi defoliasi dan dosis pupuk saling mempengaruhi dalam menentukan volume akar tanaman, sesuai dengan pendapat Gomez and Gomez (1995) yang menyatakan bahwa dua factor perlakuan dikatakan derinteraksi apabila pengaruh satu factor perlakuan peubah pada saat perubahan taraf paktor pelakuan lainya.
Karakteristik tumbuh rumput Paspalum atratumyang diberi beberapa dosis pupuk N, P dan K pada berbagai tinggi defoliasi
Perlakuan tinggi defoliasi D4 menghasilkan nisbah berat kering daun/batang rumput Paspalum atratum yang nyata lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainya (Tabel 4). Hasil analisis statistik menunjukan bahwa nisbah berat kering daun dengan batang rumput Paspalum atratum terendah terjadi pada perlakuan defoliasi D4 dengan rataan 0,78. Rataan pada perlakuan defoliasi D1 dan D3 masing-masing 22,37% dan 56,58% tidak nyata (P>0,05) lebih tinggi, sedangkan perlakuan D2 46,05% nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan D4. Perlakuan dosis pupukberpengaruh nyata (P<0,05) terhadap variabel nisbah berat kering daun dengan batang rumput Paspalum atratum. Hasil terendah terdapat pada perlakuan P3 yaitu 0,70 (Tabel 3). Rataan nisbah berat kering daun dengan batang rumput Paspalum atratum pada perlakuan P0 dan P1 masing-masing 78,57% dan 61,43% berbeda nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P3. Hasil penelitian juga menunjukkan terjadi interaksi antara perlakuan tinggi defoliasi dengan dosis pupuk terhadap nisbah berat kering daun dengan batang rumput Paspalum atratum (P<0,05). Hasil tertinggi terjadi pada kombinasi perlakuan D3P1 yaitu 1,71 dan terendah pada kombinasi perlakuan D1P1 yaitu 0,31.
Tabel 4 Karakteristik rumput Paspalum atratum yang diberi dosis pupuk N, P, dan K pada berbagai tinggi Defoliasi
Variabel |
Defoliasi |
P02) |
Pu P1 |
puk P2 |
P3 |
Rataan |
SEM3) |
D11) |
1,38ab |
0,31d |
0,78bc |
0,65c |
0,93A4) | ||
nisbah berat |
D2 |
1,49ab |
1,07b |
1,26ab |
0,99b |
1,20A | |
kering daun/ |
D3 |
1,45ab |
1,71a |
0,78bc |
0,49d |
1,11A |
0,09 |
D4 |
0,69c |
0,87bc |
0,80bc |
0,67c |
0,78B | ||
Rataan |
1,25P |
1,13P |
0,91Q |
0,07R | |||
nisbah berat |
D1 |
2,16 |
2,66 |
2,05 |
2,91 |
2,56B | |
kering total |
D2 |
1,03 |
2,09 |
1,82 |
2,66 |
1,97B | |
hijauan |
D3 |
1,03 |
1,69 |
2,62 |
4,52 |
2,53B |
0,75 |
/akar |
D4 |
2,62 |
4,29 |
3,36 |
4,84 |
3,78A | |
Rataan |
1,84Q |
2,68PQ |
2,58Q |
3,73P | |||
D1 |
1844,67 |
2585,97 |
3127,87 |
4372,18 |
2982,67A | ||
luas daun |
D2 |
1392,60 |
2210,78 |
2793,96 |
4326,70 |
2681,01A | |
per pot 2 |
D3 |
2017,72 |
2758,23 |
3387,12 |
3831,57 |
2998,66A |
582,18 |
(cm ) |
D4 |
2115,26 |
3493,47 |
4020,17 |
3767,50 |
3349,10A | |
Rataan |
1842,56R |
2762,11Q |
3332,28Q |
4074,49P |
Keterangan:
1) (D1)= 5 cm; (D2)= 10 cm; (D3) =15 cm dan (D4) =20 cm
2) (P0) = tanpa pupuk;(P1)= 50 kg N ha-1+50kg P205 ha-1+50 kg K20 ha-1; (P1) =50 kg N ha-1 +50kg P205 ha-1 +50 kg K20 ha-1;(P2)=100 kg N ha-1 +100kg P205 ha-1 +100 kg K20 ha-1;(P3)= 200 kg N ha-1 +100kg P205 ha-1 +100 kg K20 ha-1
3) SEM : “Standar Error of the Treatment Means”
4) Nilai dengan huruf kapital berbeda pada baris atau kolom yang sama dan nilai dengan huruf kecil yang berbeda pada
baris dan kolom yang sama menunjukan berbeda nyata (P<0,05)
Analistik statistik juga menunjukan bahwa nisbah berat kering total hijauan dengan akar rumput Paspalum atratum tertinggi terjadi pada perlakuan defoliasi D4 dengan rataan yaitu 3,78 (Tabel 4). pada perlakuan defoliasi D1, D2, dan D3 masing-masing 32,28%, 91,88% dan 33,07% nyata (P<0,05) lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan D4. Perlakuan dosis pupuk berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nisbah berat kering total hijauan dengan akar rumput Paspalum atratum. Hasil tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu 3,73 (Tabel 4). Rataan berat kering total hijaun dengan akar rumput Paspalum atratum pada perlakuan P0 dan P2 masing-masing 102,72% dan 30,83% nyata (P<0,05) lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan P3.
Dihasilkannya karakteristik rumput Paspalum atratum seperti tampak pada Tabel 4 sangat terkait dengan berat kering batang pada perlakuan D4 lebih tinggi daripada perlakuan lainya (Tabel 2), Walaupun berat kering daunya juga lebih tinggi namun peningkatan berat kering batangnya jauh lebih tinggi dari pada peningkatan berat kering daunya dibandingkan dengan perlakuan lainyan sehingga menyebabkan nisbah berat kering daun/batanya rendah. Menurut hasil penelitian Arafat (2007) tanaman yang memiliki jumlah daun yang lebih banyakdan jumlah batang yang sedikit dapat memberikan hasil nisbah berat kering daun/batang yang tinggi.
Perlakuan dosis pupuk P0 dan P1 menghasilkan nisbah bertat kering daun/batang nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan perlakuan P2 dan P3 (Tabel 4.4) Hal ini dikarenakan pada perlakuan tanpa pupuk berat kering batang lebih rendah dibandingkan dengan berat kering daun. Ini terjadi karena unsur hara yang tersedia dalam tanah lebih digunakan untuk pembentukan daun daripada pembentukan batang. Hal ini lebih dijelaskan oleh Poerwowidodo (1992) dan Sutejo (2002) yang menyatakan bahwa nitrogen diperlukan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif, memperbesar ukuran daun dan meningkatkan kandungan klorofil. Nisbah berat kering daun/batang menunjukan perbandingan antara jumlah proporasi daun dengan proporasi batang. Kualitas tanaman akan meningkat seiring dengan meningkatnya nilai nisbah daun/batang. Menurut Tillman et al. (1991) bahwa daun mengandung lebih banyak protein dan lemak dibandingkan batang secara tidak langsung mencerminkan kualitas total hijauan.
Interaksi antara tinggi defoliasi dengan dosis pupuk berpengaruh nyata (P<0,05) terdadap nisbah daun/batang rumput Paspalum atratum. Aplikasi dosis pupuk dari P0 dan P2 pada perlakuan defoliasi D1 dan D2 terjadi penirunan nisbah berat kering daun/batang. Ini berarti faktor tinggi defoliasi dan dosis pupuk saling mempengaruhi atau sama-sama dalam
mempengaruhi nisbah berat kering daun/batang tanaman sesuai dngan pendapat Gomez and Gomez (1995).
Perlakuan tinggi defoliasi D4 menghasilkan nisbah total hujauan/akar yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lainya. Hal ini terkait dengan berat total hijauan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainya. Hal ini disebabkan oleh semakin tinggi batang tanaman yang disisakan maka semakin banyak kesempatan untuk tumbuh kembali dan akan memproduksi bahan kering semakin banyak juga. Menurut hasil penelitian Arafat (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi tanaman dan jumlah daunmaka kapasitas tanaman dalam melakukan fotosintesis juga akan semakin tinggi, sehingga dapat meningkatkan berat kering total tanaman. Pada perlakuan dosis pupuk P3 menghasilkan nisbah total hijauan/akar nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainya (tabel 4.4). hal ini disesabkan oleh perlakuan lainya (Tabel 2) sedangkan berat kering akarnya berbeda tidak nyata dengan perlakuan P2 (Tabel 3) Berat kering total hijauan pada perlakuan P3 nyata(P<0,05) paling tinggi. Ini berarti perlakuan P3 lebih efektif dalam penyerapan unsur hara karena mampu menghasilkan berat kering total hijauan yang lebih tinggi dengan berat kering akar yang sama dengan perlakuan P2.
Ditinjau dari fisiologisnya, daun merupakan organ tanaman yang memiliki pertumbuhan terbatas. Luas daun meningkat berangsur-angsur hingga batas pertumbuhan maksimum. Perlakuandosis pupuk P3 menghasilkan luas daun yang todak berbeda nyata (P>0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainya. Hal ini karena pada perlakuan P3, unsur hara N lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainya, berperan penting dalam mempengaruhi luas daun, hal ini sejalan dengan pendapat Gardner et al, (1991), bahwa unsur hara nitrogen berpengaruh nyata terhadap perluasan daun terutama pada lebar dan luas daun.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan.
-
1. Pertumbuhan dan produksi rumput Paspalum atratum paling tinggi terjadi pada tinggi defoliasi 20 cm
-
2. Pertumbuhan dan produksi rumput Paspalum atratum yang paling tinggi dihasilkan oleh rumput yang mendapatkan perlakuan P3 (200 kg Nha-1 + 100 kg P205ha-1 + 100 kg K2Oha-1).
-
3. Interaki antara dosis pupuk N, P dan K dengan tinggi defoliasi berpengaruh terhadap volume akar dan nisbah berat kering daun/batang.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Pembimbing Penelitian, dan seluruh pihak yang membantu dalam pelaksanaan hingga penulisan jurnal penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulah, L. Panca dewi, M.H.K., Soedarmadi., H. 2005. Reposisi tanaman pakan dalam kurikulu fakultas peternakan. Prosiding lokakarya nasional tanaman pakan ternak . bogor , 16 september 2005. Pusat penelitian dan pengembangan peternakan. Badan penelitian dan pengembangan pertanian. Hal 11-17.
Arafat, M. S. 2007. Pengaruh sistem tanam dan defoliasi pada pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau. J. produksi ntanaman 2 (3):29-37
Fageria, N.K., V.C. Baligar and C.A. Jones. 1997. Growth and Mineral Nutrition of Field Crop. Marcel Dekker. Inc. New York.
Firmansyah, M.A.2011. Pengaturan tentang pupuk, klasifikasi pupuk alternative, dan peranan pupuk organik dalam peningkatan produksi pertanian. Kalteng. Litbang.Pertanian.go.id diakses tamggal 22 september 2018.
Gardner, F.P,.R.B. Pearce dan R.L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Gomez, K.A. dan Gomez, A.A. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Edisi Kedua. Jakarta:UI-Pres, hal :13-16
Grant, R. H. 1997. Partitioning of biologically active radiation in plant canopies. International, 40 (1):26-40
Hare, M.D. M Saengkham, K. Thummaseang, K. Wongpichet, W.Suriyajantratong, P, Boonchare and C. Phaikawe. 1999. Ubon Paspalum ( Paspalum atratum Swallen), a new Gress for Waterlogged Soisl in Northeast Thailand vol 33, 75-81.
Hopkin, W.G. 1995. Introductin to Plant Physiology.Jhon Hilley and Sosn Inc. Singapore.
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Lakitan. 2011. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Lukitariati, S., N.L.P. Indriani, A. Susiloadi, dan M.J. Anwaruddinsyah. 1996. Pengaruh naungan dan konsentrasiasam indol butirat terhadap pertumbuhan bibit batang bawah manggis. J. Holtikulitra. VI(3) : 220-226
Marschner, H., 1986. Mineral Nutrition of Higher Plants, Academic press. Harcourt Brace Jovanovich, Publisher, Londen.
Muhammad. N, W., Dewayanti, L. Hutagulung, dan Soegito. 2000 Pengaruh Tipe Rambatan dan Rangsangan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Markisa. Jurnal Hortikultura Vol 10 Hal: 101
Murdjito, G. 1988 Pengaruh pemupukan N, P, K serta kombinasinya terhadap pertumbuhan dan peroduksi kacang hijau. Sekripsi, Fakultas Peternakan Universitas Udayana.
Purbiati, T., S. Yuniastuti, P. Santoso danSrihastuti. 2001. Pengaruh Pemangkasan dan Aplikasi Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja Gravindo Persada Paklobutrasol Terhadap hasil Pendapatan Usaha Tani Mangga. Jurnal Hortikultura 11(4): 223-231.
Purnomo, Adi. 2007. Persepsi Tentang Pengaruh Faktor-Faktor Keahlian dan Independasi Terhadap Kualitas Audit. Skripsi Universitas Airlangga. Surabaya.
Purwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Banding. Penerbit Angkasa.
Reksohadiprodjo, S. 1994. Produksi Hijauan Makan Ternak Tropik Edisi Revisi BPFE.Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Soedomo, R. 1985. Produksi Hijauan Makanan Ternak Tropik. Yogjakarta : Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada
Soetrisno, Djoko.,Bambang Suhartanto, Nafiatul Umami. Nilo Suseno. 2008. Ilmu Hijauan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Sugito, Y. 1999. Ekologi tanaman. Fakultas Pertanian . Universitas Breawijaya Malang. P.8799
Sutedjo, R. 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif Berkelanjutan. Penerbit Kasinus. Yogyakarta.
Sutopo, L. 1985. Teknologi Benih. CV. Rajawali, Jakarta.
Teiz L. and E. Zieger. 1998. Plant physiology. Sinauer associates inc., publisher. Sunderland.Massachustts.
Tilman, A.D., H. Harjadi, S. Reksohardiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makan Ternak Dasar. Gadjah Mada Universitas Press, Yogyakarta.
Sugita et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 1 Th. 2019: 135 – 151
Page 151
Discussion and feedback